PENGARUH KEDALAMAN SISTEM RAWAT RATOON TERHADAP BUDIDAYA TANAMAN TEBU DI DESA POJOK KECAMATAN WATES KABUPATEN KEDIRI Rakhmad Darmawan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang Surel : rakhmaddarmawan56@gmail.com ABSTRAK: Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan dan pengaruh kedalaman sistem rawat ratoon pada tanaman tebu di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri yang mana mayoritas petani 60%-70% adalah petani tebu. Pada umumnya keadaan sekarang petani tebu cenderung ekspensif terhadap pengelolaan tebu keprasan (rawat ratoon) secara berulang kali. Di mana dalam pelaksanaannya lebih ditonjolkan pada minimalisi biaya pembibitan. Keprasan tebu mampu memperbaiki pertumbuhan tebu, di mana tunas tebu dapat tumbuh banyak dan tidak mengambang diatas permukaan tanah. Sehingga perlu mengetahui kedalaman keprasan tebu yang berkualitas agar mampu memaksimalkan produksi budidaya tebu setempat. Di mana kedalaman keprasan tebu berpengaruh terhadap diameter batang umur 21 HSK (Hari Setelah Kultur) dan umur 28 HSK (Hari Setelah Kultur). Pada budidaya tebu dengan sistem rawat ratoon, potongan utuh keprasan tebu banyak dijumpai pada kedalaman keprasan 6-9 cm dan potongan pecah banyak dijumpai pada kedalaman 0-3 cm, sedangkan pada kedalaman 3-6 cm banyak dijumpai tunggul yang terbongkar.
Kata-kata kunci : budidaya tanaman tebu, Desa Pojok Kecamatan Wates Kabupaten Kediri, sistem rawat ratoon
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman perkebunan yang ditanam sebagai penghasil gula yang menjadi salah satu sumber karbohidrat. Tanaman ini sangat dibutuhkan yang kebutuhannya setiap tahun semakin meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat juga. Tebu merupakan sumber 288