ANJANGSANA [ JEJAK ARSITEKTUR ]
DESA ADAT PENGLIPURAN :
PERSINGGAHAN PRAJURIT YANG KINI MENJADI DESA WISATA
Text by Gede Krishna Photos by Hasan Aji M. & https://avonturir-indonesia.com/ portfolio/penglipuran-village/
Kondisi Desa Adat Penglipuran di pagi hari
Desa Adat Penglipuran, pernah dengar sebelumnya? Mungkin namanya sudah tak asing lagi para pencinta desa wisata. Desa yang terletak di Kubu, Bangli, merupakan sebuah desa tradisional yang masyarakatnya masih menggunakan sistem adat dan agama sebagai pusat tatanannya. Masyarakat Desa Penglipuran secara bersama-sama melaksanakan kegiatan sosial dan keagamaan berdasarkan ikatan adat istiadat dan sistem budaya. Desa ini ditata secara rapi dengan menjaga
keaslian bangunan dan budayanya, sehingga mampu menampilkan wajah pedesaan tradisional yang asri. Bermula dari zaman Kerajaan Bangli, tenaga masyarakat Desa Bayung Gede sangat dibutuhkan oleh Raja Bangli sebagai prajurit dan pembantu pekerjaan lainnya di kerajaan. Letak antara Desa Bayung Gede dengan pusat kerajaan cukup jauh berjarak sekitar 25 km, yang pada zaman itu hanya dapat ditempuh menggunakan kereta kuda atau berjalan kaki. Dengan
132 ARÇAKA #11 [ MARET 2019 ]
jarak yang begitu jauh maka dibuatkanlah semacam benteng sebagai tempat beristirahat para prajurit. Lama-kelamaan para prajurit dan pembantu menetap di desa yang kemudian mereka beri nama Desa Penglipura. Penglipuran berasal dari kata “pengeling” yang artinya pengingat dan “pura” yang artinya tanah leluhur, secara umum penglipuran berarti pengingat tanah leluhur atau tanah asal muasalnya.