Optimalisasi Pelayanan Psikologis Pada Pasien Low Vision Di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

Page 1

LAPORAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 2 OPTIMALISASI PELAYANAN PSIKOLOGIS PADA PASIEN LOW VISION DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

DISUSUN OLEH: AYU PRADANI SUGIYANTO PUTRI, M.PSI., PSIKOLOG NIP: 199208252020122002

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III BALAI PELATIHAN KESEHATAN (BAPELKES) CIKARANG KEMENTRIAN KESEHATAN INDONESIA 2021


ii


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkah rahmat Allah SWT yang telah memberikan kemampuan kepada penulis untuk menyusun laporan kegiatan aktualisasi sebagai bagian dari salah satu tugas pelatihan dasar calon pegawai negeri sipil golongan III Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1.

Direktur Utama RS Mata Cicendo Bandung yakni dr Irayanti, SpM(K), MARS yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk dapat mengikuti kegiatan pelatihan dasar CPNS Golongan III ini dengan sebaik-baiknya.

2.

Kepala Balai Besar Pelatihan Kesehatan Cikarang yakni Drs. Suherman, M.Kes beserta seluruh jajaran yang sudah memfasilitasi terselenggaranya pelatihan dasar CPNS Golongan III

3.

Kepala Instalasi Rawat Jalan RS Mata Cicendo sekaligus mentor yakni Yeyen Yeni, S.Kep Ners, terima kasih telah memberikan dukungan, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi ini.

4.

Ibu Dr. drg. Siti Nur Anisah, MPH sebagai Coach yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan kegiatan aktualisasi.

5.

Seluruh staf Badan Pelatihan Kesehatan Cikarang yang telah membantu memfasilitasi terselenggaranya pelatihan dasar CPNS ini.

6.

Bapak/ Ibu pengajar di pelatihan dasar CPNS Bapelkes Cikarang Golongan III angkatan 2, atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan.

7.

Rekan-rekan poli low vision, yang telah membantu dan mendukung proses pelaksanaan kegiatan aktualisasi

8.

Rekan-rekan kelompok D Pelatihan dasar CPNS Golongan III Angkatan 2 Kementerian Kesehatan RI Bapelkes Cikarang yang telah membantu dan mendukung penulis dalam pelatihan dasar CPNS. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kegiatan aktualisasi ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun untuk penyusunan laporan kegiatan aktualisasi ini. Demikian laporan ini

i


dibuat, semoga laporan kegiatan aktualisasi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Terima kasih Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Penyusun,

Ayu Pradani S. Putri, M.Psi., Psikolog NIP: 199208252020122002

ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR TABEL

v

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1

Latar Belakang

1

1.2

Tujuan

2

1.3

Manfaat

2

1.4

Ruang Lingkup

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4

2.1

Profil RS Mata Cicendo Bandung

4

2.2

Profil Peserta Pelatihan

6

2.3

Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI

7

2.4

Nilai-Nilai Dasar Profesi ASN

8

BAB III RANCANGAN AKTUALISASI

10

3.1

Identifikasi Isu

10

3.2

Penetapan Core Isu

12

3.3

Dampak dari Isu

15

3.4

Penyebab Isu

16

3.5

Gagasan Pemecahan Isu

17

3.6

Matrik Rancangan Aktualisasi Latsar CPNS Tahun 2021

19

3.7

Jadwal Kegiatan Aktualisasi

27

BAB IV PELAKSANAAN AKTUALISASI 4.1

Kegiatan 1

28

4.2

Kegiatan 2

32

4.3

Kegiatan 3

38

iii


4.4

Kegiatan 4

42

4.5

Capaian Penyelesaian Isu

46

4.6

Kendala pelaksanaan kegiatan aktualisasi

46

4.7

Rancangan tindak lanjut hasil aktualisasi

47

BAB V PENUTUP 5.1

Kesimpulan

48

5.2

Saran

48

DAFTAR PUSTAKA

49

LAMPIRAN

iv


DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Penyebab Isu Gambar 4.1 Pertemuan dengan atasan Gambar 4.2 Notulensi pertemuan dengan atasan Gambar 4.3 Pertemuan dengan KSM Poli Low vision Gambar 4.4 Notulensi pertemuan dengan KSM Poli Low vision Gambar 4.5 Studi literatur Gambar 4.6 Penyusunan panduan pelayanan psikologis pasien low vision Gambar 4.7 Penyusunan alur layanan pelayanan psikologis pada pasien low vision Gambar 4.8 Penyusunan kriteria rujukan pasien low vision pada psikolog Gambar 4.9 Penyusunan prosedur asesmen Gambar 4.10 Penyusunan prosedur pendampingan psikologis pasien low vision Gambar 4.11 Diskusi dengan atasan terkait panduan pelayanan yang telah disusun Gambar 4.12 Pelayanan terhadap pasien low vision Gambar 4.13 Logbook pasien Gambar 4.14 Notulensi kendala penerapan panduan pelayanan Gambar 4.15 Revisi panduan pelayanan Gambar 4.16 Dokumen kelengkapan sebagai syarat pengesahan dokumen Gambar 4.17 Koordinasi dengan pihak Pengendalian Dokumen Gambar 4.18 Penyerahan dokumen pada Sekretaris Direktur Utama Gambar 4.19 Dokumen panduan pelayanan yang telah disahkan

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Teknik tapisan isu AKPL Tabel 3.2 Teknik tapisan isu USG Tabel 3.3 Matrik Rancangan Aktualisasi Tabel 3.4 Jadwal kegiatan aktualisasi Tabel 4.1 Status Pelaksanaan Kegiatan dan sumbernya Tabel 4.2 Kendala pelaksanaan aktualisasi

v


BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Dalam menjalankan tugasnya, ASN memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah

pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa. Setiap ASN wajib untuk memahami tugas dan tanggung jawabnya. ASN juga perlu menginternalisasikan nilai-nilai dasar ASN yang biasa dikenal dengan ANEKA, yaitu nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen mutu, dan Anti Korupsi. Melalui internalisasi nilai-nilai tersebut diharapkan ASN sebagai penggerak pemerintahan dapat menampilkan performa kinerja yang maksimal dan memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat sehingga masyarakat puas dengan pemerintah. Untuk mewujudkan kinerja ASN yang memiliki performa efektif, efisien dan beriorientasi pelayanan publik, serta menerapkan nilai ANEKA, dibutuhkan suatu wadah kegiatan agar para calon PNS memiliki karakteristik dan perilaku yang dibutuhkan. Kegiatan yang wajib dilakukan oleh calon PNS agar memiliki karakteristik tersebut adalah dengan mengikuti pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari kegiatan pembelajaran mandiri melalui MOOC, distance learning dengan pola synchronous dan

asynchronous, aktualisasi di tempat kerja dan metode klasikal di Bapelkes Cikarang. Melalui keikutsertaan dalam kegiatan ini diharapkan para peserta pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil memiliki karakteristik ASN yang diharapkan agar dapat membawa perubahan positif bagi NKRI. Melalui kegiatan pelatihan dasar CPNS ini, peserta pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil dituntut untuk mampu mengaktualisasikan substansi materi pembelajaran yang telah dipelajari, khususnya pada pembelajaran agenda kedudukan dan peran PNS dalam NKRI dan pembelajaran agenda nilai-nilai dasar PNS yang telah dipelajari. Proses aktualisasi ini dilakukan dengan menganalisis isu masalah yang ada di tempat kerjanya dan melakukan kegiatan pemecahan masalah sesuai dengan tugas dan fungsi dari jabatannya. Proses internalisasi peran dan kedudukan PNS serta internalisasi ANEKA diterapkan dalam kegiatan aktualisasi ini sehingga setelah melakukan kegiatan dihasilkan ASN yang memahami tugas dan fungsinya sebagai ASN dan menjalankan tugas jabatannya dengan menerapkan nilai-nilai ANEKA.

1


1.2

Tujuan 1.2.1

Tujuan Umum Setelah mengikuti pembelajaran, peserta pelatihan dasar CPNS

diharapkan mampu membuat rancangan aktualisasi pelatihan dasar CPNS Golongan III terkait penugasannya di RS Mata Cicendo Bandung. 1.2.2

Tujuan Khusus Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diklat diharapkan

mampu:

a. Melakukan identifikasi isu aktual di RS Mata Cicendo Bandung. b. Melakukan analisis isu di RS Mata Cicendo Bandung. c. Menetapkan kegiatan-kegiatan untuk memecahkan isu. d. Menetapkan tahapan-tahapan sesuai dengan kegiatan dilandasi nilai-nilai dasar ANEKA.

e. Menetapkan keterkaitan dengan substansi mata pelatihan. f. Menetapkan kontribusi terhadap visi-misi organisasi. g. Mengetahui dampak penguatan nilai organisasi. h. Melaksanakan kegiatan aktualisasi sesuai rancangan kegiatan di RS Mata Cicendo Bandung. 1.3

Manfaat 1.3.1

Bagi Penulis Manfaat bagi penulis adalah peningkatan profesionalitas, etika, dan kinerja melalui penerapan dan aktualisasi peran dan kedudukan ASN, serta nilai ANEKA sehingga mendorong pencapaian kinerja yang lebih baik.

1.3.2

Bagi Instansi Kerja Peningkatan kualitas kinerja ASN akan berdampak pada pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Hal ini akan berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan terhadap instansi yang berujung pada peningkatan citra instansi di masyarakat.

2


1.4

Ruang Lingkup Ruang lingkup dari kegiatan aktualisasi ini terkait dengan penerapan peran dan

kedudukan ASN serta penerapan nilai-nilai ANEKA dalam lingkup pelayanan psikologis terhadap pasien di RS Mata Cicendo Bandung.

3


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Profil Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo merupakan satu-satunya rumah

sakit khusus mata yang dimiliki oleh pemerintah. Rumah sakit vertikal ini berlokasi di Jalan Cicendo Nomor 4 Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan website www.cicendoeyehospital.org, Rumah Sakit Mata Cicendo yang telah ditetapkan sebagai Pusat Mata Nasional melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 059 Tahun 2009 mempunyai tanggung jawab yang besar untuk meningkatkan derajat kesehatan mata masyarakat Indonesia mulai dari Aceh sampai dengan Papua. Sebagai PMN, tanggung jawab tersebut bukan saja terletak pada kiprah pelayanan semata melainkan mencakup kemampuan rumah sakit dalam penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan mata. Berdasarkan informasi yang didapatkan melalui website resmi RS Cicendo, PMN Rumah Sakit Mata Cicendo, yang pada tahun 2020 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Terakreditasi Internasional, berdiri diatas lahan seluas 11.750 m2 memiliki pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat mata, kamar bedah dan pelayanan penunjang. Pelayanan rawat jalan sendiri terdiri dari rawat jalan regular dan paviliun dengan produk pelayanan unggulan : Katarak & Bedah Refraktif, Vitreo Retina, Pediatrik Oftalmologi, Lasik dan Oftalmologi Komunitas. Untuk pelayanan rawat inap tersedia kapasitas tempat tidur berjumlah 104, sesuai dengan Keputusan Direktur Utama PMN Rumah Sakit Mata Cicendo nomor HK.00.07/I.1/2126/2014 Tentang Penetapan Jumlah Tempat Tidur Rawat Inap PMN PMN Rumah Sakit Mata Cicendo telah ditetapkan sebagai berikut : Ruang Anggrek 12 tempat tidur, Ruang Bougenville 28 tempat tidur, Ruang Cempaka 18 tempat tidur dan Ruang Dahlia 47 tempat tidur. Visi dan Misi PMN Rumah Sakit Mata Cicendo adalah sebagai berikut: Visi: To Be Excellence Eye Care Misi: Eye Care for Everyone Seeing Better World • Eye care: Memberikan pelayanan kesehatan mata

4


• For everyone: Pelayanan yang tidak diskriminatif, kepada seluruh warga masyarakat • Better world: Melihat dunia dengan lebih baik Sedangkan Tata nilai PMN RS Mata Cicendo adalah •

Integritas Setiap pegawai Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung secara konsisten bekerja dengan jujur, tertib, teliti dan disiplin, demi menjaga kredibilitas institusi dan kehormatan dirinya sebagai pegawai yang memiliki martabat dan harga diri.

Proaktif Selalu peka dan aktif untuk mengidentifikasi akan kebutuhan pelanggan/pasien sesuai berkembangan jaman.

Inovatif Selalu mempunyai ide / gagasan baru dan berorientasi untuk memberikan solusi yang optimal untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pasien serta berorientasi terhadap kemajuan institusi

Visioner Setiap pegawai Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung senantiasa memiliki pandangan ke depan dan cita-cita luhur untuk menjadi pribadi yang unggul, mampu memenuhi harapan orang lain dan memiliki keyakinan serta kemampuan mewujudkan kehidupan yang lebih baik.

Istiqomah Bersikap sabar, lurus, jujur, bijaksana serta teguh pendirian sesuai aturan dan tuntunan hidupnya

Profesional Berkomitmen untuk bekerja tuntas, cerdas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun

2019 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, RS Mata Cicendo

Bandung

mempunyai

tugas

menyelenggarakan

pelayanan

kesehatan

perorangan secara paripurna dengan kekhususan pelayanan kesehatan di bidang penyakit mata. RS Mata Cicendo Bandung menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyusunan rencana program dan anggaran

5


b. Pengelolaan pelayanan medis dengan kekhususan pelayanan kesehatan di bidang penyakit mata c. Pengelolaan pelayanan penunjang medis d. Pengelolaan pelayanan penunjang nonmedis e. Pengelolaan pelayanan keperawatan f.

Pengelolaan pendidikan dan pelatihan dengan kekhususan di bidang penyakit mata

g. Pengelolaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi dengan kekhususan di bidang penyakit mata h. Pengelolaan keuangan dan barang milik negara i.

Pengelolaan sumber daya manusia

j.

Pelaksanaan urusan hukum, organisasi, dan hubungan masyarakat

k. Pelaksanaan kerja sama l.

Pengelolaan sistem informasi

m. Pelaksanaan urusan umum n. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

2.2

Profil peserta pelatihan Berikut ini adalah profil penyusun yang merupakan peserta pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III Angkatan 2 Bapelkes Cikarang: Nama

: Ayu Pradani Sugiyanto Putri, M.Psi., Psikolog

NIP

: 199208252020122002

Pangkat/Gol.Ruang : Penata Muda Tk. I - III/b Jabatan

: Psikolog Klinis Instalasi Rawat Jalan

Unit Kerja

: Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

Sebagai psikolog klinis di RS Mata Cicendo Bandung, berikut ini adalah tugas dan fungsi psikologi klinis di RS Mata Cicendo Bandung: •

Melakukan pengumpulan data psikologik

Melakukan persiapan assesmen melalui wawancara pendahuluan tingkat sederhana

Melakukan persiapan assesmen melalui wawancara pendahuluan tingkat sedang

6


Melakukan persiapan assesmen dengan merencanakan pemeriksaan psikologi

Melakukan assesmen dengan melaksanakan observasi, wawancara lanjutan dan psikotes tingkat sederhana

Melakukan input data hasil assesmen

Melakukan interpretasi hasil observasi,wawancara lanjutan dan psikotes tingkat sederhana

2.3

Melakukan intervensi psikolog tingkat sederhana

Menyusun hasil evaluasi klien

Menyusun hasil pemeriksaan psikologis

Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI 1. Peran ASN Pegawai ASN memiliki peran sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk dapat menjalankan perannya dengan baik, Pegawai ASN memiliki tugas dan fungsi sebagai: 1) Melaksanakan

kebijakan

yang

dibuat

oleh

Pejabat

Pembina

Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas serta mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik. 2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut untuk professional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.; dan 3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7


ASN senantiasa dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. Selain itu, ASN juga senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas persatuan dan kesatuan. ASN harus selalu mengutamakan dan mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa (kepentingan bangsa dan Negara di atas segalanya).

2.4

Penerapan Nilai-Nilai ANEKA Selama proses pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) terdapat beberapa nilai yang perlu diterapkan, diantaranya adalah nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen mutu, dan Anti Korupsi. Nilai dasar ini dikenal sebagai nilai ANEKA. a. Akuntabilitas Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya yaitu menjamin terwujudnya nilai-nilai publik b. Nasionalisme : Suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri. c. Etika Publik Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. d. Komitmen mutu Posisi pegawai ASN sebagai aparatur memiliki tanggung jawab utama untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aparatur bekerja untuk kesejahteraan dan kepuasan masyarakat, melalui pelayanan yang 8


adil dan bermutu. nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam komitmen mutu antara lain: • Bekerja dengan berorientasi pada mutu. • Inovatif. • Selalu melakukan perbaikan mutu. • Membangun komitmen pegawai untuk jangka panjang. • Membangun kerjasama antar pegawai yang dilandasi kepercayaan dan kejujuran. • Memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal. • Menampilkan kinerja tanpa cacat ( zero-defect) dan tanpa pemborosan (zero-waste), • sejak memulai setiap pekerjaan. • Menjalankan fungsi pengawasan secara efektif dan efisien dalam bekerja. e. Anti Korupsi Seorang ASN wajib menghindari perilaku-perilaku tidak terpuji salah satunya tindak korupsi dan memiliki kesadaran anti korupsi. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam anti korupsi antara lain:

• Kejujuran • Kepedulian • Kemandirian • Kedisiplinan • Tanggungjawab • Kerja keras • Kesederhanaan • Keberanian • Keadilan

9


BAB III RANCANGAN AKTUALISASI 3.1

Identifikasi Isu Berdasarkan proses environmental scanning selama empat bulan bekerja sebagai

tenaga psikolog klinis di Instalasi Rawat Jalan RS Mata Cicendo, terdapat tiga isu yang ditemukan, diantaranya adalah: 1. Masih kurangnya jumlah kunjungan pasien psikolog klinis Berdasarkan data yang diperoleh dari psikolog sebelumnya, jumlah kunjungan pasien yang ditangani oleh psikolog pada tahun 2019 adalah 90 pasien dan pada tahun 2020 adalah 65 pasien. Berdasarkan data jumlah kunjungan pada tahun 2020, kunjungan rata-rata pasien pada pelayanan psikologi klinis adalah 5 orang pasien per bulan. Penurunan angka kunjungan dari tahun 2019 ke 2020 disebabkan karena pandemi covid yang berdampak pada pembatasan kunjungan pasien di Rumah Sakit. Berdasarkan perhitungan analisis jabatan yang dihitung pada awal tahun 2021, total jumlah pasien pada tahun 2020 dapat dipenuhi oleh satu orang psikolog klinis, sedangkan mulai tahun 2021 terdapat dua orang psikolog klinis, dimana salah satu psikolog klinis standby di instalasi rawat jalan. Hal ini berdampak pada beban kerja yang kurang optimal untuk dipenuhi oleh dua psikolog dengan jumlah pasien seperti tahun lalu. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan untuk mengoptimalkan kunjungan pasien pada pelayanan psikologi, agar sumber daya psikolog klinis yang ada dapat bekerja secara efektif dan maksimal. 2. Belum optimalnya proses rujukan pasien dengan masalah psikologis Informasi mengenai layanan psikolog klinis belum secara maksimal tersosialisasi pada petugas medis di Instalasi rawat jalan RS Mata Cicendo Bandung. Hal ini berdasarkan masih banyak dokter dan perawat yang menanyakan kepada psikolog klinis, terkait kriteria masalah psikologis pasien yang perlu dirujuk pada psikolog dan tata cara proses rujukan pada psikolog klinis. Kurangnya informasi terkait kriteria pasien yang dapat dirujuk kepada psikolog dan prosedur tata cara rujukan pasien pada psikolog akan menghambat proses rujukan pasien kepada psikolog. Hal ini berdampak pada pasien yang

10


sebenarnya membutuhkan bantuan pendampingan secara psikologis menjadi tidak dapat terpenuhi kebutuhannya dalam mendapatkan pelayanan. 3. Belum optimalnya pelayanan psikologis pada pasien low vision Pasien low vision memiliki risiko tinggi mengalami masalah psikologis. Setelah didiagnosa, pasien akan mengalami reaksi psikologis yang intens, seperti perasaan terkejut dan menolak diagnosa dari dokter. Selanjutnya pasien juga merasa marah dengan situasi dirinya, menyalahkan orang lain, dan bahkan menyalahkan Tuhan atas kondisinya. Situasi psikologis lainnya yang dapat muncul adalah kondisi depresi, pada tahap ini pasien merasa tidak ada harapan akan kondisi dirinya dan banyak berpikir terkait kematian dan bunuh diri. Saat pasien berada dalam kondisi emosional yang intens, pasien tidak dapat menyerap informasi secara maksimal dari dokter dan kepatuhan pasien terhadap pada perawatan juga tidak maksimal. Perasaan intens ini dapat berlangsung lama jika tidak diberikan pendampingan psikologis. Jika kemunculan perasaan yang intens ini tidak ditangani, hal ini juga menimbulkan masalah psikologis lainnya yang lebih berat. Oleh karena itu diperlukan pemberian pendampingan kondisi psikologis pada pasien low vision. Melalui pendampingan dengan psikolog, pasien

low vision akan diberikan edukasi terkait kondisinya dan dibantu untuk menangani masalah psikologis agar pasien low vision dapat memahami hal yang sedang terjadi pada diri mereka dan lebih siap serta mampu untuk menghadapi kondisi fisiknya. Pasien yang mendapatkan pendampingan psikologis diharapkan lebih mampu untuk berfungsi secara optimal ditengah keterbatasan pada diri mereka. Dengan kondisi psikologis yang lebih stabil, pasien juga lebih mampu untuk menangkap informasi terkait perawatan dan rencana perawatannya, serta lebih patuh terhadap rencana pengobatannya. Psikolog klinis yang standby di instalasi rawat jalan baru ada sejak awal tahun 2021, Sebelumnya jika ada pasien low vision yang memiliki masalah psikologis, akan dirujuk pada psikolog yang ada di luar Rumah Sakit. Hal ini akan menyulitkan pasien dan menghambat pasien mendapat penanganan terhadap kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis pasien juga bukan merupakan hal yang tampak dari luar. Diperlukan asesmen mendalam untuk mendeteksi adanya masalah psikologis pada pasien. Selama ini, masalah psikologis pada pasien low vision 11


kurang terdeteksi karena tidak semua pasien menampilkan kondisi psikologisnya secara terbuka pada saat pemeriksaan. Hal ini menyebabkan tidak terdeteksinya masalah psikologis pada pasien low vision, sehingga pasien dianggap tidak memiliki masalah psikologis yang mengganggu dan perlu untuk diselesaikan. Padahal jika masalah psikologis pada pasien low vision yang berisiko tinggi memiliki masalah psikologis tidak terdeteksi, hal ini akan menimbulkan masalah psikologis yang lebih berat dan terhambatnya proses keberfungsian pasien secara maksimal. Pengembangan layanan low vision center merupakan salah satu program pengembangan layanan unggulan yang ada dalam Rencana Strategis Bisnis (RSB) RS Mata Cicendo tahun 2020-2024. Salah satu strategi yang dicanangkan untuk tercapainya penyelenggaraan pelayanan low vision center yang bermutu adalah koordinasi dan kolaborasi dengan psikolog. Namun hingga akhir tahun 2020, kolaborasi dan koordinasi dengan psikolog RS Mata Cicendo belum berjalan. Diperlukan adanya penguatan layanan unggulan Low vision sebagai pelayanan rehabilitasi penglihatan yang komprehensif dan inklusif salah satunya melalui optimalisasi kolaborasi dan koordinasi dengan psikolog klinis dalam penanganan kondisi psikologis pasien low vision. 3.2

Penetapan Core Isu Ketiga isu yang ditemukan di instansi dianalisis melalui teknik analisis AKPL.

Analisis AKPL merupakan alat bantu untuk menganalisis ketepatan dan kualitas isu dengan memperhatikan tingkat aktual, problematik, kekhalayakan dan kelayakan dari isu-isu yang ditemukan di lingkungan unit kerja.

12


Tabel 3.1 Teknik tapisan isu AKPL No

1

Jenis Isu

Belum

Teknik tapisan Isu Aktual

+

Kekhalayakan

-

Problematik

-

Kelayakan

+

optimalnya

Ket

Tidak terpilih

jumlah kunjungan pasien psikolog klinis 2

Belum

+

-

-

+

optimalnya proses

rujukan

pasien

dengan

Tidak terpilih

masalah psikologis 3

Belum

+

+

+

+

Terpilih

optimalnya pelayanan psikologis pada pasien low vision Berdasarkan teknik tapisan isu, ditemukan jika masalah belum optimalnya pelayanan psikologis pada pasien low vision mendapat skor paling tinggi dibandingkan isu lainnya. Berdasarkan dimensi aktual, Isu ini sedang terjadi di poli Low vision dan pelayanan psikologi RS Mata Cicendo. Pada dimensi kekhalayakan, dimensi ini melibatkan kepentingan orang banyak terutama pasien yang berkunjung ke poli low

vision. Isu ini juga problematik karena pasien low vision memiliki risiko masalah psikologis yang cukup banyak dan bila hal ini tidak ditangani akan berdampak pada masalah psikologis yang lebih berat. Dilihat dari sudut kelayakan, isu tersebut masuk akal dan realistis, serta dapat dicarikan solusi penyelesaian permasalahannya. Selain dianalisis melalui teknik APKL, ketiga isu tersebut juga dianalisis dengan menggunakan teknik analisa USG untuk menentukan isu yang paling urgent, serius dan dampaknya terbesar untuk dicarikan gagasan pemecahan masalahnya. Dari ketiga isu di atas, dilakukan penapisan isu dengan teknik USG (Urgency, Seriousness, Growth)

13


dengan skala Likert 1-5. Berikut adalah penjelasan dari skala likert yang digunakan:

Urgency

: 1 = sangat tidak urgen,

5 = sangat urgen

Seriousness : 1 = sangat tidak serius,

5 = sangat serius

Growth

5 = kemungkinan memburuknya isu

: 1= kemungkinan memburuknya isu bila tidak

bila tidak ditangani sangat besar

ditangani sangat kecil Tabel 3.2 Teknik tapisan isu USG No. 1

Teknik tapisan Isu

Jenis Isu Belum

optimalnya

Urgency Seriousness Growth Total jumlah

3

3

4

10

3

3

3

9

5

5

5

15*

kunjungan pasien psikolog klinis 2

Belum optimalnya proses rujukan pasien

dengan

masalah

optimalnya

pelayanan

psikologis 3

Belum

psikologis pada pasien low vision

Berdasarkan teknik tapisan isu, ditemukan jika masalah belum optimalnya pelayanan psikologis pada pasien low vision mendapat skor paling tinggi dibandingkan isu lainnya. Berdasarkan dimensi urgency, isu ini menjadi sangat urgen karena melibatkan banyak pihak dan perlu untuk segera diatasi serta dicari pemecahan masalahnya. Berdasarkan dimensi seriousness, isu ini sangat serius untuk ditangani karena melibatkan pelayanan yang kurang optimal terhadap pasien. Sedangkan berdasarkan dimensi growth, isu ini perlu ditangani karena akan memiliki dampak besar jika isu ini tidak segera ditangani. Penjelasan lebih lengkap mengenai dampak dari isu ini akan dijelaskan di bagian dampak isu. Rumusan isu yang akan diangkat adalah belum optimalnya pelayanan psikologis pada pasien low vision sampai dengan awal tahun 2021. Isu ini terkait dengan agenda 3 materi Pelayanan publik dan Whole of government.

14


3.3 Dampak dari Isu Terdapat beberapa dampak yang muncul jika isu ini tidak diselesaikan. Penyandang low vision mengalami perasaan depresi, cemas, frustasi, merasa tidak ada harapan dan tidak berdaya, kesepian, pesimis, panik, dan shock karena kehilangan fungsi penglihatan mereka (Senra, et al., 2015). Perasaan frustasi dan tertekan membuat aktivitas sehari-hari menjadi sulit bahkan tidak mungkin untuk dilakukan. Penyandang low vision memiliki kecemasan yang tinggi karena khawatir akan kehilangan lebih banyak sisa penglihatan mereka (Falvo, 2005). Kondisi low vision juga berdampak besar pada perubahan identitas diri penyandang low vision. Kondisi ini berdampak pada konsep diri, self esteem (Senra, et al., 2015), dan tujuan masa depan pasien (Falvo, 2005). Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini dapat memicu perasaan tidak berdaya dan tidak ada harapan pada penyandang low vision yang dapat memunculkan pikiran untuk mengakhiri hidup (Senra, et al., 2015). Pada aspek perilaku dan psikososial, Individu dengan low vision menunjukkan ketergantungan terhadap bantuan dari orang lain (Falvo, 2005). Penyandang low vision merasakan kehilangan kemandirian dan kebebasan dari melakukan hal yang biasanya dapat ia lakukan (Senra, et al., 2015). Seiring berjalannya waktu, sebagai upaya untuk menunjukkan kemandiriannya, mereka menolak bantuan dari keluarga dan temannya, yang menyebabkan ia terasing dari orang lain dan mengalami isolasi sosial. Hilangnya kemampuan kontak mata dan mengenali isyarat nonverbal untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain yang berdampak pada hambatan dalam komunikasi membuat individu berpikir bahwa mereka sedang diawasi atau diabaikan oleh orang lain (Falvo, 2005). Proses penyesuaian diri yang tidak tertangani dengan baik pada penyandang low

vision akan berdampak pada kemampuan pasien dalam mengelola dirinya dan kemampuannya dalam mengikuti program rehabilitasi (Koberlein dalam Nakade, Rohatgi, Bhatia, & Dhaliwal, 2017). Hambatan dalam penyesuaian diri ini juga akan berdampak pada penurunan kepatuhan terhadap program perawatan dan kemampuan untuk mengatasi gejala fisik seperti nyeri menjadi terganggu (Halford & Brown, 2009). Kurang optimalnya pelayanan psikologis pada pasien low vision juga tidak sejalan dengan rencana strategis bisnis (RSB) yang akan dicapai oleh RS Cicendo pada tahun 2020-2024. Jika pelayanan psikologis pada pasien tidak berjalan secara optimal, hal ini akan berdampak pada terhambatnya pencapaian target rencana strategis bisnis terutama terkait program pengembangan layanan unggulan low vision center. 15


3.4 Penyebab Isu Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis isu ini adalah dengan menggunakan teknik fishbone. Teknik ini lebih menekankan pada hubungan sebab akibat. Berikut adalah diagram fishbone berdasarkan isu belum optimalnya pelayanan psikologis pada pasien low vision:

Gambar 3.1 Penyebab Isu Terdapat beberapa hal yang menyebabkan isu pelayanan psikologis belum terlibat secara optimal dalam program rehabilitasi low vision ini muncul di RS Mata Cicendo diantaranya disebabkan karena faktor manusia, material, dan metode. Faktor manusia menjadi salah satu faktor penyebab belum optimalnya pelayanan psikologis pada pasien low vision. Tidak tersosialisasinya keberadaan pelayanan psikologis pada dokter penanggung jawab pasien (DPJP) di poli low vision menjadi salah satu faktor. Hal ini menjadi penting karena proses rujukan dilakukan oleh dokter yang bertanggung jawab pada pasien. Sebelum kehadiran psikolog klinis di instalasi rawat jalan, pasien low vision yang memiliki masalah psikologis seringkali dirujuk eksternal pada psikolog di luar Rumah Sakit Mata Cicendo. Hambatan akses yang kurang efisien ini menyulitkan pasien dalam mendapatkan pelayanan psikologis yang dibutuhkan. Belum lagi biaya konsultasi psikolog di luar RS yang cukup mahal juga menghambat akses pasien dalam mendapat layanan psikologis.

16


Kondisi psikologis merupakan kondisi yang tidak tampak dari luar. Jika tidak diidentifikasi secara mendalam, masalah psikologis tidak akan teridentifikasi. Seringkali pasien tampak berwajah ceria dan semangat, namun setelah digali lebih dalam pasien mengalami masalah psikologis yang cukup pelik dan mengganggu proses penyesuaian diri terhadap penyakitnya. Selama ini proses pemeriksaan pasien di low vision lebih banyak fokus pada kondisi fisik penglihatan dan rencana pelatihan adaptasi terhadap aktivitas sehari-hari, namun belum menyasar identifikasi pada masalah psikologis yang dimiliki pasien. Hal ini berdampak pada tidak teridentifikasinya masalah psikologis pada pasien dan psikolog menjadi tidak terlibat dalam penanganan pasien tersebut. Masalah psikologis pasien yang tidak teridentifikasi di awal proses penanganan pasien, akan berisiko memunculkan masalah psikologis lain yang lebih berat dan mengganggu keberfungsian pasien tersebut. Pelayanan psikologi juga belum memiliki panduan pelayanan khusus dalam pemberian pendampingan psikologis pada pasien low vision. Belum ada panduan pelayanan psikologis khusus yang berisi prosedur tata cara pelayanan pasien low vision dari mulai proses alur rujukan, kriteria rujukan pasien, proses asesmen pasien dan penanganan kondisi psikologis pasien low vision. Belum adanya panduan pelayanan khusus ini membuat pelayanan psikologis pada pasien low vision belum terstandar sehingga pelayanan pasien kurang efektif dan efisien. Selain itu Belum adanya metode skrining masalah psikologis yang digunakan di poli low vision RS Mata Cicendo untuk mengindentifikasi masalah psikologis pada pasien juga berdampak pada tidak teridentifikasinya masalah psikologis pada pasien. Hanya pada pasien yang memiliki reaksi psikologis yang intens, yang dirujuk pada psikolog. Belum ada standar tertulis terkait kriteria pasien yang dapat dirujuk pada psikolog juga menghambat rekan sejawat lain (dokter, perawat, refraksionis, atau petugas lain) dalam mengindentifikasi pasien yang memiliki indikasi masalah psikologis.

3.5 Gagasan Pemecahan Isu Berikut ini adalah rekomendasi terkait hal yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan isu yang ada: •

Penyusunan panduan pelayanan terkait proses pelayanan pendampingan psikologis pada pasien low vision

17


Penyusunan panduan pelayanan psikologis yang berisi proses asesmen masalah psikologis dan pendampingan kondisi psikologis pada pasien low vision dapat dibuat agar proses pemberian layanan psikologis pada pasien dapat berlangsung secara efektif dan efisien •

Skrining kondisi psikologis Kondisi psikologis pada seseorang bukan merupakan kondisi yang mudah terlihat. Perlu identifikasi lanjutan untuk menggali perasaan dan pemikiran pasien terhadap penyakitnya. Menyusun panduan prosedur skrining yang baku dan sesuai dengan kondisi psikologis pasien low vision dapat menjadi solusi untuk mengidentifikasi masalah psikologis pada pasien secara efektif dan sistematis.

Penyusunan kriteria rujukan bagi pasien yang memiliki indikasi masalah psikologis Belum adanya standar kriteria pasien yang dapat dirujuk ke psikolog menjadi hambatan bagi rekan sejawat lainnya dalam merujuk pasien pada psikolog. Menyusun kriteria yang mudah terobservasi oleh rekan sejawat lainnya dapat mempermudah rekan sejawat lainnya dalam mengidentifikasi pasien yang memiliki indikasi mengalami masalah psikologis

Sosialisasi pada dokter, perawat, refraksionis, dan tim rehabilitasi terkait layanan psikologis Mensosialisasikan terkait pelayanan psikologis di poli low vision RS Mata Cicendo setiap pergantian dokter jaga di poli low vision perlu dilakukan secara konsisten. Hal ini agar informasi mengenai keberadaan pelayanan psikologis dapat diketahui dengan lebih baik. Gagasan penyelesaian isu yang akan diangkat menjadi kegiatan aktualisasi

adalah penyusunan panduan pelayanan psikologis pada pasien low vision. Hal ini berdasarkan prinsip efisiensi dimana gagasan penyelesaian isu yang lain dapat terangkum di dalam panduan pelayanan psikologis yang akan disusun. Gagasan penyelesaian isu ini terkait dengan agenda 3 materi Pelayanan publik dan whole of

government.

18


3.6 Matrik Rancangan Aktualisasi Latsar CPNS Tahun 2021 Unit kerja

: Psikolog Klinis Instalasi Rawat Jalan RS Mata Cicendo Bandung

Identifikasi Isu

: Belum optimalnya jumlah kunjungan pasien psikolog klinis Belum optimalnya proses rujukan pasien dengan masalah psikologis Belum optimalnya pelayanan psikologis pada pasien low vision

Isu yang diangkat

: Belum optimalnya pelayanan psikologis pada pasien low vision sampai dengan awal tahun 2021.

Gagasan Pemecahan isu

: Penyusunan panduan pelayanan psikologis pada pasien low vision. Gagasan ini terkait dengan agenda 3 materi Pelayanan publik dan whole of government.

Tabel 3.3 Matrik Rancangan Aktualisasi No. 1.

Kegiatan Penyampaian

Tahapan 1. Meminta izin waktu

Output 1. Mendapat izin

Keterkaitan substansi

Kontribusi visi dan misi

Penguatan Nilai Organisasi

Mengawali kegiatan dengan

Dengan

Proses

gagasan

bertemu atasan dan

untuk

berkonsultasi dengan atasan

memberikan

penyampaian

terkait

koordinator poli low

bertemu dan

dengan sikap sopan santun

gagasan berupa

gagasan

perencanaan

vision

mendapat

dan penampilan rapi, serta

inovasi

sebagai

jadwal untuk

meminta izin pada atasan

pemecahan

solusi

masalah

pemecahan

pelaksanaan

2. Melaksanakan

optimalisasi

pertemuan

bertemu

19


pelayanan

3. Berdiskusi terkait

2. Bertemu

adalah aktualisasi dari Etika

terhadap

masalah

pendampingan

rencana pelaksanaan

dengan

publik

pelayanan

yang ada

psikologis

kegiatan dan meminta

atasan dan

Menjelaskan isu masalah yang

pasien dan

merupakan

pada pasien

izin pelaksanaan dan

koordinator

ada secara jujur sesuai

koordinasi

upaya

low vision

implementasi gagasan

poli low vision

dengan kondisi masalah yang

sebagai upaya

penguatan

ada merupakan aktualisasi

meningkatkan

nilai

poli low vision

dari Anti korupsi. Hal ini

kualitas layanan Integritas,

memberikan

juga merupakan cerminan

dapat

Proaktif,

saran dan

kepedulian terhadap keluhan

berkontribusi

inovatif,

persetujuan

yang muncul selama

terhadap visi

visioner,

tentang

pelaksanaan tugas jabatan

misi organisasi

Istiqomah,

rencana

yang merupakan wujud Anti

untuk

Profesional

pelaksanaan

Korupsi.

memberikan

optimalisasi

Mendiskusikan gagasan

Eye Care for

pelayanan

dengan menggunakan bahasa

Everyone

psikologis

Indonesia yang baik dan

Seeing Better

pada pasien

mendengarkan pendapat

World

low vision

terkait proses pelaksanaan

3. Atasan dan

merupakan aktualisasi dari Nasionalisme.

20


Perilaku bertanggung jawab melalui memperbaiki gagasan yang ada bila ada kesalahan adalah aktualisasi dari Akuntabilitas, Menerima masukan dari atasan dan poli terkait untuk perbaikan kualitas proses pelaksanaan merupakan aktualisasi dari Komitmen mutu 2.

Menyusun

1. Melakukan studi

1. Bahan

Menyusun ide kreatif dan

Penyusunan

Proses

panduan

literatur terkait

(ebook/jurnal)

inovatif dalam bentuk

standar

penyusunan

pelaksanaan

pelaksanaan

literatur

prosedur pelaksanaan

operasional

prosedur

pelayanan

pelayanan psikologis

penyusunan

kegiatan yang efektif dan

prosedur dapat

pelaksanaan

psikologis

pada pasien low vision

panduan

efisien dan materi sosialisasi

meningkatkan

pelayanan

terkumpul

dalam rangka pemecahan

kualitas layanan pada pasien

masalah terhadap isu yang

yang

low vision

pelayanan

muncul untuk peningkatan

berkontribusi

merupakan

psikologis

kualitas layanan adalah

dalam

wujud

pada pasien

low vision

2. Menyusun panduan pelayanan psikologis pasien low vision 3. Menyusun alur layanan pelayanan

2. Panduan

pencapaian visi

21


psikologis pada pasien

pada pasien

implementasi dari Komitmen

misi organisasi

penguatan

low vision

low vision

Mutu.

untuk

nilai

memberikan

proaktif,

4. Menyusun kriteria

3. Alur layanan

Menunjukkan perilaku

rujukan pasien pada

pelayanan

bertanggung jawab dalam

Eye Care for

inovatif,

psikolog

psikologis

menyusun prosedur pelaksaan

Everyone

visioner, dan

pada pasien

sesuai dengan studi literatur

Seeing Better

profesional

low vision

dan melaporkan hasil

World

5. Menyusun prosedur asesmen untuk mendeteksi masalah psikologis pasien 6. Menyusun prosedur pendampingan psikologis pasien 7. Mendiskusikan

4. Kriteria

penyusunan panduan

rujukan pasien pelayanan dalam bentuk pada psikolog 5. Prosedur Asesmen 6. Prosedur

tertulis pada atasan merupakan aktualisasi dari Akuntabilitas, Memperhatikan kondisi

panduan pelayanan

penanganan

psikologis pasien sesuai

dengan atasan

kondisi

dengan kebutuhannya dan

psikologis

penyusunan Panduan

pasien

pelayanan sesuai dengan

7. Mendapat

kaidah bahasa Indonesia yang

masukan dan

baik merupakan wujud

saran dari

aktualisasi dari Nasionalisme

atasan terkait

22


panduan yang

Dalam penyusunan prosedur

telah disusun

Panduan pelayanan tetap berpegang pada kode etik profesi merupakan bentuk aktualisasi dari Etika Publik, Secara jujur menyesuaikan prosedur dengan sumber literatur serta disiplin melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang ditentukan merupakan aktualisasi dari nilai Anti korupsi.

3

Uji coba

1. Melakukan proses

1. Penerapan

Melaksanakan pelayanan

Pelayanan yang

Proses

pelayanan

pelayanan pada

kegiatan

sesuai dengan tugas jabatan

terstandarisasi

pelayanan

psikologis

pasien low vision

pelayanan

yaitu pelayanan psikologis

akan

pada pasien

berdasarkan

sesuai dengan

sesuai dengan

pasien merupakan wujud

memberikan

sesuai

panduan

panduan yang telah

prosedur

aktualisasi dari

pelayanan yang

dengan

pelayanan

disusun

panduan

Akuntabilitas.

efektif dan

prosedur

pelayanan

Pasien secara adil dan tanpa

efisien pada

panduan

diskriminasi mendapat

pasien. Hal ini

pelayanan

pasien yang telah disusun

2. Mencatat hambatan yang muncul saat

23


melaksanakan

pelayanan psikologis yang

berkontribusi

merupakan

hambatan

dibutuhkan adalah aktualisasi

terhadap

penguatan

pelaksanaan

dari Nasionalisme. Melayani

pencapaian visi

nilai

panduan berdasarkan

selama

pasien secara cermat dan

misi organisasi

integritas,

catatan hambatan

penerapan

bertanggung jawab dengan

untuk

proaktif,

proses pelaksanaan

panduan

sikap hormat, sopan, serta

memberikan

inovatif,

pelayanan

tetap menjaga kerahasiaan

Eye Care for

Istiqomah,

informasi pasien merupakan

Everyone

dan

panduan

wujud dari aktualisasi Etika

Seeing Better

profesional

pelayanan

publik.

World

yang sudah

Melaksanakan kegiatan

direvisi

pelayanan sesuai prosedur

panduan pelayanan 3. Revisi dokumen

2. Catatan

3. Dokumen

panduan pelayanan yang telah ditentukan adalah bentuk aktualisasi dari Komitmen mutu. Memberikan pelayanan pada pasien secara adil dan secara jujur melaksanakan proses evaluasi panduan pelayanan

24


merupakan wujud aktualisasi dari Anti korupsi 4

Usulan

1. Melengkapi dokumen

1. Persyaratan

Proses pelaporan pada atasan

Pengesahan

Pelayanan

pengesahan

untuk pengesahan

pengesahan

melalui permohonan

dokumen

pada pasien

dokumen

panduan pelayanan

dokumen

pengesahan dokumen

panduan

sesuai

terpenuhi

merupakan bentuk tanggung

pelayanan

dengan

jawab terhadap proses

memberikan

standar

panduan pelayanan

2. Menyerahkan dokumen pada pihak

2. Dokumen

terkait untuk proses

panduan

pelayanan yang akan

jaminan

prosedur

pengesahan

pelayanan

diberikan kepada pasien dan

standar

panduan

sudah

merupakan bentuk penerapan

pelayanan yang

pelayanan

pihak terkait

diserahkan

dari nilai aktualisasi.

efektif dan

merupakan

mengenai proses

pada pihak

Mengesahkan dokumen

efisien terhadap penguatan

review dan

terkait

panduan pelayanan juga

pasien. Hal ini

nilai

merupakan bentuk

akan

integritas,

panduan

komitmen mutu terhadap

berkontribusi

proaktif,

prosedur

pelayanan pada pasien.

terhadap

inovatif,

pelayanan

Melakukan proses koordinasi

pencapaian visi

Istiqomah,

psikologis

dengan atasan dan tim

misi organisasi

dan

pada pasien

pengesahan dokumen dengan

untuk

profesional

low vision

sopan santun juga merupakan

memberikan

3. Koordinasi dengan

pengesahan dokumen 3. Dokumen

dalam proses

Eye Care for

25


pengesahan

penerapan dari nilai etika

Everyone

oleh pimpinan

publik.

Seeing Better

Upaya pengesahan dokumen

World

sesuai dengan alur yang ditentukan juga merupakan bentuk aktualisasi nilai anti korupsi. Pengesahan dokumen juga merupakan bentuk tanggung jawab sebagai pelayan masyarakat untuk memberikan pelayanan yang bertanggung jawab kepada pasien. Hal ini merupakan aktualisasi dari nilai nasionalisme.

26


3.7 Jadwal Kegiatan Aktualisasi Berikut adalah pelaksanaan kegiatan aktualisasi: Tabel 3.4 Jadwal kegiatan aktualisasi Rencana Tanggal No.

Pelaksanaan

Kegiatan

Juni Minggu ke1

1

2

3

4

5

Penyampaian gagasan terkait perencanaan pelaksanaan optimalisasi pelayanan pendampingan psikologis pada pasien low vision

2

Menyusun panduan pelaksanaan pelayanan psikologis pada pasien low vision

3

Uji coba pelayanan psikologis berdasarkan panduan pelayanan pasien yang telah disusun

4

Usulan pengesahan dokumen panduan pelayanan

27


BAB IV Pelaksanaan Aktualisasi

Berikut ini adalah deskripsi pelaksanaan kegiatan aktualisasi yang merupakan pengaplikasian rencana penyelenggaraan aktualisasi sesuai dengan penerapan nilai-nilai ANEKA. Tabel 4.1 Status Pelaksanaan Kegiatan dan sumbernya No. 1

Kegiatan Penyampaian gagasan terkait perencanaan

Sumber

Status

Inovasi

Terealisasi

Inovasi

Terealisasi

Uji coba pelayanan psikologis berdasarkan panduan

Inovasi,

Terealisasi

pelayanan pasien yang telah disusun

SKP

Usulan pengesahan dokumen panduan pelayanan

Peraturan

pelaksanaan optimalisasi pelayanan pendampingan psikologis pada pasien low vision 2

Menyusun panduan pelaksanaan pelayanan psikologis pada pasien low vision

3 4

Terealisasi

instansi Kegiatan yang telah disusun tersebut diuraikan dalam tahapan kegiatan yang lebih terperinci. Melalui uraian kegiatan tergambar deskripsi kegiatan yang terlaksana dan pencapaian dari kegiatan yang dilakukan 4.1 Kegiatan 1 Kegiatan

:

Penyampaian gagasan terkait perencanaan pelaksanaan optimalisasi pelayanan pendampingan psikologis pada pasien low vision

Tahapan kegiatan

:

1. Meminta izin waktu bertemu atasan dan koordinator poli low vision 2. Melaksanakan pertemuan 3. Berdiskusi terkait rencana pelaksanaan kegiatan dan meminta izin pelaksanaan dan implementasi gagasan

Tanggal Pelaksanaan

:

3-4 Juni 2021

28


Output kegiatan

:

1. Mendapat izin untuk bertemu dan mendapat jadwal untuk bertemu 2. Bertemu dengan atasan dan koordinator poli

low vision 3. Atasan dan poli low vision memberikan saran dan persetujuan tentang rencana pelaksanaan optimalisasi pelayanan psikologis pada pasien

low vision 4.1.1 Deskripsi kegiatan Selaku pelaksana kegiatan aktualisasi, peserta bertemu langsung dengan atasan peserta yaitu Kepala Instalasi Rawat Jalan dan Dokter Penanggung jawab Poli low vision untuk menyampaikan gagasan optimalisasi pelayanan pendampingan psikologis pada pasien low vision dan meminta izin melaksanakan kegiatan dengan sopan santun (Penerapan nilai akuntabilitas dan etika publik). Peserta menjelaskan terkait permasalahan yang terjadi secara jujur sesuai dengan kondisi yang ada (Penerapan nilai Anti Korupsi) dan mengungkapkan gagasan penyelesaian masalah dari kendala tersebut untuk memperbaiki kualitas pelayanan psikolog klinis (penerapan Nilai Komitmen Mutu) dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik (penerapan nilai Nasionalisme). Atasan juga menyampaikan pendapatnya dan memberikan saran terkait kegiatan yang selanjutkan ditindak lanjuti untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan diberikan (penerapan nilai komitmen mutu). Saran ini selanjutnya akan menjadi masukan dalam penyusunan panduan pelayanan psikologis untuk optimalisasi pelayanan psikologis pada pasien low vision.

4.1.2 Analisis dampak Melalui penerapan nilai-nilai ANEKA, proses penemuan isu masalah dan gagasan pemecahan masalah dapat terjadi sebagai komitmen peningkatan kualitas mutu. Implementasi nilai-nilai ANEKA juga berdampak pada proses koordinasi yang berjalan baik.

29


4.1.3 Kontribusi terhadap unit kerja Manfaat dari tahapan kegiatan ini adalah atasan dan poli low vision mengetahui terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan dan terciptanya koordinasi dengan poli low

vision. Peserta juga mendapatkan saran untuk pengembangan pelayanan psikologis pada pasien low vision dan mendapatkan izin untuk melanjutkan kegiatan optimalisasi pelayanan.

4.1.4 Kontribusi terhadap visi dan misi dan penguatan nilai organisasi Kegiatan ini diharapkan dapat berkontribusi untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh RS Mata Cicendo. Berikut adalah kontribusi kegiatan terhadap penguatan tata nilai organisasi: •

Integritas

: Secara jujur dan bertanggung jawab mencari ide gagasan penyelesaian masalah dari isu yang muncul terkait tugas jabatan

Proaktif

: Peka dan aktif dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien

Inovatif

: Memberikan gagasan baru dan berorientasi untuk memberikan solusi yang optimal untuk memenuhi kebutuhan pasien serta berorientasi terhadap kemajuan institusi

Visioner

: Memiliki gagasan untuk mewujudkan pelayanan kepada pasien yang lebih baik

Istiqomah

: Bersikap sabar dengan kendala yang ada dalam melaksanakan tugas jabatan

Profesional : Berkomitmen untuk bekerja sesuai kompetensi yang dimiliki dengan penuh tanggung jawab

30


4.1.5 Lampiran dokumentasi kegiatan 1

Gambar 4.1 Pertemuan dengan atasan

Gambar 4.2 Notulensi pertemuan dengan atasan

Gambar 4.3 Pertemuan dengan KSM Poli Low vision

31


Gambar 4.4 Notulensi pertemuan dengan KSM Poli Low vision

4.2 Kegiatan 2 Kegiatan

:

Menyusun panduan pelaksanaan pelayanan psikologis pada pasien low vision

Tahapan kegiatan

:

1.

Melakukan studi literatur terkait pelaksanaan pelayanan psikologis pada pasien low vision

2. Menyusun panduan pelayanan psikologis pasien

low vision 3. Menyusun alur layanan pelayanan psikologis pada pasien low vision 4. Menyusun kriteria rujukan pasien pada psikolog 5. Menyusun prosedur asesmen untuk mendeteksi masalah psikologis pasien 6. Menyusun prosedur pendampingan psikologis pasien 7. Mendiskusikan panduan pelayanan dengan atasan Tanggal Pelaksanaan

:

7-11 Juni 2021

Output kegiatan

:

Tersusunnya panduan pelayanan psikologis pada pasien

low vision 1. Bahan (ebook/jurnal) literatur penyusunan panduan terkumpul

32


2. Panduan pelayanan psikologis pada pasien low

vision 3. Alur layanan pelayanan psikologis pada pasien

low vision 4. Kriteria rujukan pasien pada psikolog 5. Prosedur Asesmen 6. Prosedur penanganan kondisi psikologis pasien 7. Mendapat masukan dan saran dari atasan terkait panduan yang telah disusun 4.2.1 Deskripsi kegiatan Kegiatan ini diawali dengan melakukan studi literatur terkait pelaksanaan pelayanan psikologis pada pasien low vision. Panduan pelayanan psikologis bagi pasien

low vision disusun berdasarkan studi literatur untuk meningkatkan kualitas pelayanan psikologis (Penerapan nilai komitmen mutu). Penyusunan panduan pelayanan ini terdiri dari alur layanan pelayanan psikologis pada pasien low vision, kriteria rujukan pasien pada psikolog, prosedur asesmen, dan prosedur penanganan kondisi psikologis pasien. Penyusunan panduan pelayanan psikologis ini disusun sesuai dengan kebutuhan pasien low vision yang memiliki karakteristik khusus (penerapan nilai nasionalisme) dan tetap berpegang pada kode etik profesi psikolog (penerapan nilai etika publik). Hasil panduan pelayanan yang telah disusun lalu dilaporkan pada atasan untuk mendapat masukan dan agar atas mengetahui progress kegiatan aktualisasi yang telah dilakukan (penerapan nilai akuntabilitas). Berdasarkan masukan dari atasan lalu dilakukan proses revisi untuk meningkatkan kualitas panduan pelayanan yang akan diberikan (penerapan nilai komitmen mutu). Rangkaian kegiatan penyusunan panduan ini dilaksanakan secara disiplin sesuai jadwal (penerapan nilai anti korupsi). 4.2.2 Analisis dampak Penerapan nilai-nilai ANEKA berdampak pada tersusunnya panduan pelayanan yang efektif, efisien, dan berorientasi pelayanan pada masyarakat dan peningkatan kualitas pelayanan.

33


4.2.3 Kontribusi terhadap unit kerja Manfaat dari tahapan kegiatan ini adalah tersusunnya panduan pelayanan yang akan berdampak pada pelayanan yang lebih efektif dan efisien serta terstruktur pada pasien low vision. Pelayanan yang lebih efektif ini juga berdampak pada meningkatkan mutu pelayanan yang merupakan bagian dari visi misi rumah sakit. Pada psikolog panduan ini memberikan arahan terkait prosedur kerja yang dapat dilakukan saat menangani pasien low vision. Pada poli low vision, panduan pelayanan yang akan berdampak pada peningkatan mutu pelayanan juga berdampak positif pada kesejahteraan pasien. 4.2.4 Kontribusi terhadap visi dan misi dan penguatan nilai organisasi Kegiatan ini diharapkan dapat berkontribusi untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh RS Mata Cicendo. Berikut adalah kontribusi kegiatan terhadap penguatan tata nilai organisasi: •

Proaktif

: Peka dan aktif dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien dan memberikan solusi terbaik untuk isu yang muncul

Inovatif

: Menyusun panduan pelayanan yang sebelumnya tidak ada sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan pasien

Visioner

: Penyusunan panduan pelayanan dilakukan untuk mewujudkan pelayanan kepada pasien yang lebih baik di masa depan

Profesional : Berkomitmen untuk menyusun panduan pelayanan secara bertanggung jawab

34


4.2.5 Lampiran dokumentasi kegiatan 2

Gambar 4.5 Studi literatur

Gambar 4.6 Penyusunan panduan pelayanan psikologis pasien low vision

35


Gambar 4.7 Penyusunan alur layanan pelayanan psikologis pada pasien low vision

Gambar 4.8 Penyusunan kriteria rujukan pasien low vision pada psikolog

36


Gambar 4.9 Penyusunan prosedur asesmen untuk mendeteksi masalah psikologis pasien low vision

Gambar 4.10 Penyusunan prosedur pendampingan psikologis pasien low vision

37


Gambar 4.11 Diskusi dengan atasan terkait panduan pelayanan yang telah disusun

4.3 Kegiatan 3 Kegiatan

:

Uji coba pelayanan psikologis berdasarkan panduan pelayanan pasien yang telah disusun

Tahapan kegiatan

:

1. Melakukan proses pelayanan pada pasien low

vision sesuai dengan panduan yang telah disusun 2. Mencatat hambatan yang muncul saat melaksanakan panduan pelayanan 3. Revisi dokumen panduan berdasarkan catatan hambatan proses pelaksanaan Tanggal Pelaksanaan

:

Output kegiatan

:

14-25 Juni 2021 1. Penerapan kegiatan pelayanan sesuai dengan prosedur panduan pelayanan 2. Catatan hambatan pelaksanaan selama penerapan panduan pelayanan 3. Dokumen panduan pelayanan yang sudah direvisi

38


4.3.1 Deskripsi kegiatan Kegiatan ini dilakukan dalam rangka uji coba atas panduan pelayanan psikologis yang telah disusun sebelumnya. Pemberian pelayanan psikologis pada pasien low vision diberikan sesuai dengan tugas jabatan sebagai psikolog klinis yang bertugas untuk memberikan pelayanan psikologis pada pasien (penerapan nilai akuntabilitas). Pasien diperlakukan secara adil, tanpa diskriminasi dan pelayanan yang diberikan menyesuaikan kebutuhan psikologis masing-masing pasien (penerapan nilai-nilai nasionalisme). Saat penerapan panduan pelayanan psikologis pada pasien low vision, pasien dilayani secara cermat dan bertanggung jawab dengan sikap hormat dan sopan. Data informasi pasien juga dijaga kerahasiaannya (Penerapan nilai Etika publik). Kegiatan pelayanan kepada pasien low vision disesuaikan dengan prosedur panduan pelayanan yang telah disusun sebelumnya. Setelah proses penerapan panduan pelayanan, dilakukan proses evaluasi hambatan penerapan panduan pelayanan guna meningkatkan kualitas mutu panduan pelayanan melalui revisi panduan pelayanan (Penerapan nilai Komitmen mutu). Proses evaluasi hambatan juga dilakukan secara jujur (penerapan nilai anti korupsi). Selama proses pemberian layanan kepada pasien, pelayanan diberikan secara adil tanpa membeda-bedakan (penerapan nilai anti korupsi). 4.3.2 Analisis dampak Penerapan nilai-nilai ANEKA berdampak pada peningkatan kualitas mutu pelayanan pasien sebagai hasil diterapkannya panduan pelayanan yang telah disusun dan hasil dari proses evaluasi dan perbaikan kualitas panduan pelayanan. 4.3.3 Kontribusi terhadap unit kerja Manfaat dari tahapan kegiatan ini adalah ditemukannya kendala penerapan panduan pelayanan yang dapat menjadi dasar perbaikan kualitas panduan pelayanan pasien. 4.3.4 Kontribusi terhadap visi dan misi dan penguatan nilai organisasi: Kegiatan ini diharapkan dapat berkontribusi untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh RS Mata Cicendo. Berikut adalah kontribusi kegiatan terhadap penguatan tata nilai organisasi:

39


Proaktif

: Peka dan aktif dalam mengidentifikasi hambatan yang muncul dalam proses uji coba panduan pelayanan pasien dan mencari solusi pemecahan masalah

Inovatif

: Melakukan uji coba panduan pelayanan yang sebelumnya tidak ada sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas pelayanan

Visioner

: Proses

uji

coba

panduan

pelayanan

dilakukan

untuk

mewujudkan pelayanan kepada pasien yang lebih baik di masa depan •

Istiqomah

: Bersabar dalam menghadapi hambatan yang muncul dalam melaksanakan proses uji coba panduan pelayanan pasien

Profesional : Berkomitmen untuk menyusun dan melaksanakan panduan pelayanan secara bertanggung jawab

Integritas

: Secara jujur memperbaiki panduan pelayanan berdasarkan kendala yang ada dan masukan dari pihak lain

4.3.5 Lampiran dokumentasi kegiatan 3

Gambar 4.12 Pelayanan terhadap pasien low vision

40


Gambar 4.13 Logbook pasien yang telah diberikan pelayanan sesuai dengan panduan pelayanan yang telah disusun

Gambar 4.14 Notulensi kendala penerapan panduan pelayanan

Gambar 4.15 Revisi panduan pelayanan

41


4.4 Kegiatan 4 Kegiatan

:

Tahapan kegiatan

:

Usulan Pengesahan dokumen panduan pelayanan 1. Melengkapi dokumen untuk pengesahan panduan pelayanan 2. Menyerahkan dokumen pada pihak terkait untuk proses pengesahan 3. Koordinasi dengan pihak terkait mengenai proses review dan pengesahan dokumen

Tanggal Pelaksanaan

:

Output kegiatan

:

28 Juni 2021- 7 Juli 2021 1. Persyaratan pengesahan dokumen terpenuhi 2. Dokumen panduan pelayanan sudah diserahkan pada pihak terkait 3. 3.Dokumen panduan prosedur pelayanan psikologis pada pasien low vision dalam proses pengesahan oleh pimpinan

4.4.1 Deskripsi kegiatan Kegiatan ini diawali dengan melengkapi dokumen persyaratan pengesahan panduan pelayanan, berupa dokumen konsep verbal dan hard copy dokumen Panduan Pelayanan. Proses pelaporan pada atasan melalui permohonan pengesahan dokumen merupakan bentuk tanggung jawab kepada atasan terhadap proses pelayanan yang akan diberikan kepada pasien (penerapan nilai akuntabilitas). Dokumen yang telah disiapkan lalu diberikan kepada atasan untuk direview dan ditandatangani lalu selanjutkan diserahkan kepada tim pengendalian dokumen RS Mata Cicendo Bandung. Saat melakukan proses koordinasi dengan tim pengendalian dokumen terdapat dokumen yang perlu direvisi terkait dengan dasar perundang-undangan pembuatan Panduan Pelayanan. Proses revisi lalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas Panduan Pelayanan sesuai dengan standar yang berlaku (bentuk penerapan nilai komitmen mutu). Proses koordinasi dengan atasan dan tim pengendalian dokumen dilakukan dengan sopan santu

42


(penerapan nilai etika publik). Setelah proses revisi dilakukan lalu disetujui oleh tim pengendalian dokumen, dokumen diberikan kepada Sekretaris Direktur untuk selanjutnya ditandatangani oleh Direktur Utama RS Mata Cicendo Bandung. Proses pengesahan dokumen ini dilakukan sesuai dengan alur pengesahan yang ditentukan oleh RS Mata Cicendo (penerapan nilai anti korupsi). Pengesahan dokumen juga merupakan bentuk tanggung jawab sebagai pelayan masyarakat untuk memberikan pelayanan yang bertanggung jawab kepada pasien (penerapan nilai nasionalisme) 4.4.2 Analisis dampak Penerapan nilai-nilai ANEKA berdampak pada peningkatan kualitas mutu pelayanan pasien sebagai hasil diterapkannya panduan pelayanan yang telah disahkan. 4.4.3 Kontribusi terhadap unit kerja Manfaat dari tahapan kegiatan ini adalah disahkannya panduan pelayanan psikologis yang akan berdampak pada pelayanan psikologis yang lebih efektif dan efisien pada pasien low vision. Panduan yang telah disahkan ini juga memberikan informasi pada poli low vision terkait pasien yang dapat dirujuk pada psikolog dan manfaat pelayanan psikologis pada pasien low vision. Pada psikolog panduan pelayanan yang telah disahkan memberikan jaminan terkait pelayanan yang diberikan kepada pasien dan membuat pelayanan yang diberikan memiliki dasar aturan yang jelas. Pengesahan panduan pelayanan ini juga memberikan kepastian kualitas pelayanan yang dapat diterima oleh pasien. 4.4.4 Kontribusi terhadap visi dan misi dan penguatan nilai organisasi Kegiatan ini diharapkan dapat berkontribusi untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh RS Mata Cicendo. Berikut adalah kontribusi kegiatan terhadap penguatan tata nilai organisasi: •

Integritas

: Bekerja secara tertib dan jujur mengikuti prosedur yang berlaku dalam proses pengesahan dokumen

Proaktif

: Secara aktif memperbaiki dokumen panduan pelayanan sesuai dengan arahan dari tim pengendalian dokumen

Profesional : Berkomitmen

untuk

menyelesaikan

proses

penyusunan

panduan pelayanan hingga akhir yaitu proses pengesahan

43


4.4.5 Lampiran dokumentasi kegiatan 4

Gambar 4.16 Dokumen kelengkapan sebagai syarat pengesahan dokumen

Gambar 4.17 Koordinasi dengan pihak Pengendalian Dokumen terkait proses review dan pengesahan dokumen

44


Gambar 4.18 Penyerahan dokumen pada Sekretaris Direktur Utama untuk pengesahan dokumen

Gambar 4.19 Dokumen panduan pelayanan yang telah disahkan

45


4.5 Capaian penyelesaian isu Sebelum kegiatan aktualisasi ini berlangsung, belum ada panduan pelayanan psikologis pada pasien low vision. Belum ada panduan pelayanan psikologis khusus yang berisi prosedur tata cara pelayanan pasien low vision dari mulai proses alur rujukan, kriteria rujukan pasien, proses asesmen pasien dan penanganan kondisi psikologis pasien low vision. Belum adanya panduan pelayanan khusus ini membuat pelayanan psikologis pada pasien low vision belum terstandar sehingga pelayanan pasien kurang efektif dan efisien. Penyusunan panduan pelayanan psikologis pada pasien low vision merupakan inovasi yang disusun untuk memperbaiki kualitas layanan psikologis pada pasien low vision. Setelah dilakukan optimalisasi pelayanan psikologis pada pasien low vision melalui penyusunan panduan pelayanan psikologis pada pasien low vision, terdapat panduan terstruktur yang menjadi arahan bagi psikolog dan poli low vision untuk menangani pasien yang terindikasi mengalami masalah psikologis. Koordinasi antara psikolog dan poli low vision juga menjadi sistematis dan terarah. Teridentifikasinya pasien yang memiliki masalah psikologis, berdampak pada masalah psikologis pasien menjadi tertangani sehingga risiko pasien mengalami masalah psikologis yang lebih berat menjadi menurun. Panduan pelayanan psikologis ini memberikan arahan terkait alur pelayanan psikologis pada pasien low vision, kriteria rujukan pasien, prosedur asesmen kondisi psikologis pasien low vision, dan panduan pendampingan psikologis pada pasien

low vision. Pelayanan psikologis yang diberikan pada pasien low vision juga dapat lebih efektif dan efisien. Hal ini berdampak pada meningkatnya mutu kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien dibandingkan sebelum disusunnya panduan pelayanan psikologis.

4.6 Kendala pelaksanaan kegiatan aktualisasi Berikut ini adalah kendala yang dialami pada saat proses pelaksanaan kegiatan aktualisasi berlangsung:

46


Tabel 4.2 Kendala pelaksanaan aktualisasi No. 1

Kendala

Solusi

Diperlukan waktu untuk memberi

Diperlukan

pertanyaan

panduan

berdasarkan

pada panduan

pasien

adanya interview

penyusunan untuk

asesmen

asesmen, pasien agar pertanyaan kepada pasien

karena panduan asesmen pada lebih terstruktur dan waktu pelayanan panduan belum berupa pertanyaan 2

lebih efisien

Proses evaluasi panduan kurang Diperlukan evaluasi dari psikolog lain maksimal karena petugas psikolog

yang menerapkan panduan pelayanan

yang bertugas di poli Low vision psikologis pada pasien low vision hanya satu orang 3

Kondisi psikologis yang belum stabil

Lembar

pada

diberikan

pasien

atau

caregiver

catatan

psikoedukasi

kepada

dapat

caregiver sebagai

menghambat proses penerimaan pengingat hal yang sudah dibahas informasi terkait kondisi psikologis selama sesi berlangsung dan membantu pasien saat sesi berlangsung

caregiver dalam mempraktekan hal tersebut

4.7 Rancangan tindak lanjut hasil aktualisasi Berdasarkan hasil kegiatan aktualisasi yang telah dilakukan oleh penulis selama kurang lebih satu bulan, perlu dilakukan rencana tindak lanjut untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas mutu pelayanan sebagai psikolog klinis. Berikut adalah rencana rancangan tindak lanjut berdasarkan hasil aktualisasi: Tabel 4.3 Rancangan tindak lanjut hasil aktualisasi No. 1

Melakukan sosialisasi

Petugas di Poli Low

Durasi dan Waktu 3 bulan

lanjutan pada dokter dan

vision mendapatkan

sekali

petugas terkait di Poli low

informasi dan update

vision secara berkala

informasi terkait

Kegiatan

Output

Para pihak Terlibat Petugas poli low

vision

pelayanan psikologis

47


No. 2

Kegiatan

Output

Evaluasi panduan secara

Revisi panduan

berkala

pelayanan psikologis

Durasi dan Waktu 1 tahun

Para pihak Terlibat Psikolog

sekali

Klinis

1 tahun

Psikolog

pada pasien low vision 3

Koordinasi dengan psikolog

Revisi panduan

lain untuk melakukan

pelayanan sesuai

evaluasi penerapan

dengan hasil evaluasi

klinis

panduan pelayanan pada pasien low vision 4

Menyusun lembar

Lembar psikoedukasi

3 bulan

Poli Low

psikoedukasi untuk

yang dapat digunakan

Vision,

caregiver

oleh caregiver sebagai

psikolog

media informasi kondisi

klinis, tim

psikologis pasien

promosi kesehatan

5

Menyusun panduan

Panduan pelayanan

pelayanan psikologis pada

psikologis

2 Bulan

Petugas poli terkait

pasien di poli lain yang memiliki karakteristik khusus

48


BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Salah satu bentuk penerapan nilai-nilai dasar ASN oleh Calon Pegawai Negeri Sipil adalah melalui proses aktualisasi dan habituasi di tempat kerja sesuai dengan tugas jabatannya. Sebagai psikolog klinis di RS Mata Cicendo Bandung, nilai-nilai dasar ASN dapat diterapkan melalui pelayanan psikologis yang diberikan oleh psikolog klinis kepada pasien mata di lingkungan RS Mata Cicendo. Berdasarkan isu masalah yang sudah dianalisis ditemukan bahwa pelayanan psikologis pada pasien low vision belum berjalan secara optimal. Salah satu solusi optimalisasi pelayanan psikologis pada pasien low vision adalah melalui inovasi berupa penyusunan panduan pelayanan psikologis pada pasien

Low vision. Melalui panduan pelayanan ini, proses pelayanan dapat terlaksana lebih efektif, efisien, dan terstruktur. Hal ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan mutu pelayanan dan kepuasan pasien sesuai dengan visi dan misi RS Mata Cicendo Bandung dan berkontribusi terhadap pencapaian Rencana Strategi Bisnis RS Mata Cicendo Bandung tahun 2020-2024 dalam program pengembangan layanan unggulan Low Vision Center.

5.2 Saran Bagi psikolog yang melaksanakan pelayanan di poli low vision, saran yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kualitas pelayanan adalah secara berkala melakukan evaluasi terhadap panduan yang telah disusun untuk mempertahankan kualitas pelayanan. Proses koordinasi dan sosialisasi pelayanan psikologis dengan poli low vision juga dapat secara berkala dilakukan untuk mempertahankan kualitas proses koordinasi antara psikolog dan poli low vision. Peningkatan kualitas mutu layanan yang dapat dilakukan juga adalah melalui penyusunan panduan pelayanan pada poli lain yang memiliki karakteristik pasien khusus lainnya untuk semakin meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh psikolog klinis.

49


Daftar Pustaka Falvo, D. (2005). Medical and Psychosocial Aspects of Chronic Illness and Disability Third Edition. Mississauga: Jones and Bartlett Publishers. Halford, J., & Brown, T. (2009). Cognitive–behavioural therapy as an adjunctive treatment in chronic physical illness. Advances in psychiatric treatment, 306317. Idris, I., Suwarno, Y., Purwana, B. H., Dendi, K. S., Imran, S., Nusa, B., & Sejati, T. (2019). Analisis Isu Kontemporer. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. Lembaga Administrasi Negara. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Manajemen Aparatur Sipil Negara Lembaga Administrasi Negara. 2017. Akuntabilitas: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. Lembaga Administrasi Negara. 2017. Nasionalisme: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta.Lembaga Administrasi Negara. Lembaga Administrasi Negara. 2017. EtikaPublik: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. Lembaga Administrasi Negara. 2017. KomitmenMutu: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. Lembaga Administrasi Negara. 2017. Anti Korupsi: Modul Diklat Prajabatan. Lembaga Administrasi Negara. Lembaga Administrasi Negara. 2017. Manajemen ASN: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. Lembaga Administrasi Negara. 2017. Whole of Goverment: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. Lembaga Administrasi Negara. 2017. PelayananPublik: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. Nakade, A., Rohatgi, J., Bhatia, M. S., & Dhaliwal, U. (2017). Adjustment to acquired vision loss in adults presenting for visual disability certification. Indian Journal of Ophthamology, 228-232. RS Mata Cicendo. (2021, Mei). Selayang Pandang. Retrieved from https://www.cicendoeyehospital.org/: https://www.cicendoeyehospital.org/index.php/info/info-layanan/selayangpandang Senra, H., Barbosa, F., Ferreira, P., Vieira, C., Perrin, P. B., Rogers, H., . . . Leal, I. (2015). Psychologic Adjustment to Irreversible Vision: A Systematic Review. American Academy of Ophthalmology, 851-861

50


LAMPIRAN

51


Lampiran kegiatan 1 Penyampaian gagasan terkait perencanaan pelaksanaan optimalisasi pelayanan pendampingan psikologis pada pasien low vision No 1

Tahapan Kegiatan

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan

Meminta izin waktu

3 dan 7 Juni

bertemu atasan dan

2021

koordinator poli low

vision 2

Melaksanakan pertemuan

3

Berdiskusi terkait rencana pelaksanaan kegiatan dan meminta izin pelaksanaan dan implementasi gagasan

52


No

Tahapan Kegiatan

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan

53


Lampiran kegiatan 2 Menyusun panduan pelaksanaan pelayanan psikologis pada pasien low vision No 1

Tahapan Kegiatan Melakukan

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan 7-11 Juni 2021

studi literatur terkait pelaksanaan pelayanan psikologis pada pasien low

vision

54


No 2

Tahapan Kegiatan Menyusun

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan 7-11 Juni 2021

panduan pelayanan psikologis pasien low

vision

55


No 3

Tahapan Kegiatan Menyusun alur

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan 7-11 Juni 2021

layanan pelayanan psikologis pada pasien low

vision

56


No 4

Tahapan Kegiatan Menyusun

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan 7-11 Juni 2021

kriteria rujukan pasien pada psikolog

57


No 5

Tahapan Kegiatan Menyusun

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan 7-11 Juni 2021

prosedur asesmen untuk mendeteksi masalah psikologis pasien

58


No 6

Tahapan Kegiatan Menyusun

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan 7-11 Juni 2021

prosedur pendampingan psikologis pasien

59


No 7

Tahapan Kegiatan

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan

Mendiskusikan

9 Juni 2021

panduan

& 14 Juni 2021

pelayanan dengan atasan

60


Lampiran kegiatan 3 Uji coba pelayanan psikologis berdasarkan panduan pelayanan pasien yang telah disusun No

Tahapan Kegiatan

1

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan

Melakukan

14-24 Juni

proses

2021

pelayanan pada pasien

low vision sesuai dengan panduan yang telah disusun

61


No

Tahapan Kegiatan

2

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan

Mencatat

14-24 Juni

hambatan

2021

yang muncul saat melaksanakan panduan pelayanan

62


No

Tahapan Kegiatan

3

Revisi

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan 25 Juni 2021

dokumen panduan berdasarkan catatan hambatan proses pelaksanaan

63


Lampiran kegiatan 4 Usulan Pengesahan dokumen panduan pelayanan No

Tahapan Kegiatan

1

Melengkapi

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan 28 Juni 2021

dokumen untuk pengesahan panduan pelayanan

64


2

Koordinasi

01 Juli 2021

dengan pihak terkait mengenai proses review dan pengesahan dokumen

65


No

Tahapan Kegiatan

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan

66


No

Tahapan Kegiatan

3

Menyerahkan

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan 2 Juli 2021

dokumen pada pihak terkait untuk proses pengesahan

67


No

Tahapan Kegiatan

Output Proses

Output Hasil

Tanggal Pelaksanaan

68


Lampiran dokumentasi kegiatan bimbingan dengan Coach (DR. drg. Siti Nur Anisah, MPH)

69


PANDUAN

PELAYANAN PSIKOLOGIS PADA PASIEN LOW VISION PMN RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

FRMAHSACT MATA CICENDO

CICENDO PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA

Jalan Cicendo No. 4 Bandung-40117, Telepon (022)-4231280/81 Faksimile (022)4201962 Website www.cicendoeyehospital.org


KEMENTERIAN KESEHATAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN

PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

JalanGcendo No.4.Inlo 022-4231280/81 Fax 0224201962

Bandung 40117

Wabaite www.cicendosyehospital org

MAN SA

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

NOMOR: HK.02.03/11/1.3/4491 /202 TENTANG PANDUAN PELAYANAN PSIKOLOGIS PADA PASIEN LOW VISION PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

DIREKTUR UTAMA PMN RUMAH SAKrT MATA CICENDO BANDUNG,

Menimbang

a

bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan Pusat Mata

Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung pertu ditetapkan Panduan Pelayanan Psikologs pada Pasin Low visiom

b.

hahwa Panduan Pelayanan

Pikologis pada

Pasen Low

vision

yang tercantum dalam Surat Keputusn ini dalam rangka terselengaaranya pelayanan terhadap pasien d

Pusat Mata

Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bancng. c

bahwa Panduan Pelayanan Psikologps pada Pasien low isom

Iersebut d as perlu dbuat dalan suatu Surat Keputusan Direktur Utama

Mengingat

Undang-Uindang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Ncgara Repuik Indoncsia Talbun 2009 Nomor 144, Tambahan Lcmbaran Negara Republik Indonesisa Nomor So63). 2.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072). 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Keschatan Jiwa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 185. Tambahan Lambaran Negara Republik Indonesis Nomor 5571). 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonevia Tahun 2014 Nomar 298, Tambahan L.embaran Negara Republik Indnesia Nomor S607). Menter Keputusan KP03 01 Menkes 417/201

Kesehatan tentang

MAIA

CICENDO0

Nwm

Pengangkatan,

Pemundahan, dan Pemberhentian Dalan dan Dari Jbatn

Pmpnan Tng Pratamadi Lingkungan Kementven NAewchstan.


2 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2017 Tentang lzin dan Penyelenggaraan Praktik Psikolog Klinis (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1493); 7.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2020 tentang

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor

1513); 8. Keputusan Direktur Utama Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Nomor HK.02.03/1/2.1/3069/2021 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

:KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA PUSAT MATA NASIONAL RUMAH

SAKIT

MATA

CICENDo

BANDUNG

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN PSIKOLOGIS PADA PASIEN LOW VISION PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG.

KESATU

:Panduan Pelayanan Psikologis pada Pasien Low vision Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung sebagaimana tercantum

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan Direktur Utama ini.

KEDUA

Panduan Pelayanan Psikologis pada Pasien Low vision Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu digunakan sebagai acuan dalam pemberian

pelayanan kepada pasien. KETIGA

:Keputusan Direktur Utama mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Bandung pada tanggal 2 Juli 2021

DIREKTUR UTAMA PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG,

IRAANTI


.3

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

NOMOR HK.02.03/11/1.3/4491 /2021 TENTANG PANDUAN PELAYANAN PSIKOLOGIS PADA PASIEN LOW VISION DI PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT CICENDO BANDUNG

BABI DEFINISI

1 Pelayanan psikologis adalah segala aktivitas pemberian jasa dan praktik psikologi klinis untuk menolong individu dan/atau kelompok yang dimaksudkan untuk pemeriksaan dan intervensi psikologis untuk upaya promotif,. preventif, kuratif, rehabilitatif maupun paliatif

pada masalah psikologi klinis. 2.

Psikolog klinis adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan program profesi psikologi

klinis sesuai dengan ketentuan peraturan 3.

perundang-undangan.

Pasien Low vision adalah pasien yang mendapat pelayanan dari poli low vision yang

memiliki gangguan fungsi penglihatan bahkan setelah perawatan atau koreksi refraksi standar, dan memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 untuk persepsi cahaya, atau

bidang penglihatan kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi (WHO) dan telah didiagnosa low vision oleh dokter.

4. Masalah psikologis pada pasien low vision adalah

Masalah emosional: Pasien

merasa

depresi, cemas, frustasi,

merasa

tidak ada

harapan dan tidak berdaya,

kesepian, pesimis, panik, dan shock karena kehilangan fungsi penglihatan. Penyandang low vision juga seringkali merasa tidak aman dalam situasi baru karena tidak mampu mengenali situasi baru tersebut.

Masalah perilaku dan psikososial: Individu dengan low vision menunjukkan ketergantungan terhadap bantuan dari orang lain dan merasakan

kehilangan kemandirian dan kebebasan dari

melakukan hal yang

biasanya dapat ia lakukan. Sciring berjalannya waktu, sebagai upaya untuk menunjukkan kemandiriannya, pasien menolak bantuan dari keluarga dan temannya. yang menyebabkan ia terasing dari orang lain dan mengalami isolasi sosial. Hilangnya kemampuan kontak mata dan mengenali isyarat nonverbal untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain yang berdampak pada hambatan dalam komunikasi membuat pasien

berpikir bahwa mereka sedang diawasi atau diabaikan oleh orang lain

Perubahan sikap keluarga dan strereotip yang disematkan pada individu dengan low vision juga berpengaruh bagi kondisi psikologis penyandang low vision. Keluarga


-4yang memberikan tuntutan diluar stress. Kel

uarga yang terlalu

cemas

kemampuan pasien akan memunculkan perasaan dan overprotective juga dapat menghambat proses

rehabilitasi. Masalah konsep diri: Kondisi low vision berdampak besar pada perubahan identitas diri pasien. Kondisi ini

berdampak pada konsep diri, self esteem, dan tujuan masa depan pasien. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini dapat memicu perasaan tidak berdaya dan tidak ada harapan pada penyandang low vision yang dapat

memunculkan pikiran untuk mengakhiri hidup. 5.

Caregiver adalah pendamping pasien baik keluarga maupun orang yang dibayar untuk secara teratur merawat

pasien yang membutuhkan bantuan untuk

merawat diri

pasien.

Caregiver berperan terhadap kondisi psikologis pasien low vision. Caregiver yang memberikan kesempatan, kepercayaan bagi pasien, memberikan dukungan, dan menerima kondisi

pasien dapat membantu pasien berfungsi lebih optimal. Caregiver yang

mendampingi pasien juga dapat terdampak dari masalah yang dialami pasien. Caregiver dapat mengalami burnout dimana caregiver mengalami kelelahan secara fisik, emosional, dan mental yang berdampak negatif pada sikap perawatan caregiver terhadap pasien. 6.

Asesmen psikologis merupakan keseluruhan proses mengumpulkan, mengorganisasikan

dan menginterpretasikan hasil evaluasi psikologis, melalui wawancara, observasi, dan

psikotes 7. Diagnosis adalah pelabelan atau penamaan terhadap gejala yang ditunjukkan pasien berdasarkan kedekatan dengan kriteria gangguan mental dalam sistem klasifikasi. 8. Intervernsi psikologis adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana berdasar hasil asesmen untuk mengubah keadaan seseorang, kelompok orang atau masyarakat yang menuju kepada perbaikan atau mencegah memburuknya suatu keadaan atau sebagai usaha preventif maupun kuratif, yang dapat berbentuk psikoedukasi, konseling dan terapi. 9.

Psikoedukasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan/atau

keterampilan sebagai usaha pencegahan dari munculnya dan/atau meluasnya gangguan

psikologis pada pasien 10. Konseling psikologi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu mengatasi masalah psikologis yang berfokus pada aktivitas preventif dan pengembangan potensi positif yang dimiliki dengan menggunakan prosedur berdasar teori yang relevan.

11. Psikoterapi adalah kegiatan intervensi dengan menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk membantu mengatasi masalah psikologi, membangun pemahaman, dan/atau membangun perilaku pasien agar dapat berfungsi secara optimal


BAB II RUANG LINGKUP

Ruang lingkup tata laksana pelayanan psikologis pada pasien yang mengunjungi pada poli low vision meliputi: a.

b. c.

d. e.

Prosedur alur

layanan pelayanan psikologis pada pasien Kriteria rujukan pasien low vision pada psikolog Prosedur

masalah

low vision

psikologis pasien low vision Prosedur diagnosa kondisi psikologis pada pasien low vision Prosedur pelaksanaan intervensi psikologis pada pasien low vislon asesmen


BAB II

TATA LAKSANA A. Prosedur alur

layanan pelayanan psikologis pada pasien low visio rujuk dari poli low vision kepada psikolog

.

Pasien di

2.

Psikolog Klinis melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien lalu menjelaskan pada pasien tentang tujuan pemeriksaan yaitu pemeriksaan

kondisi psikologis pasien dan pendampingan kondisi psikologis pasien serta kode etik

kerahasiaan data pasien. 3.

4.

Psikolog Klinis membangun rapport untuk menjalin hubungan pasien dan membangun kepercayaan pasien pada psikolog Psikolog Klinis melakukan asesmen psikologis melalui proses wawancara klinis, observasi klinis, atau pemberian psikotes (pemberian psikotes jika dibutuhkan dan

memungkinkan untuk dilakukan). 5.

proses integrasi data asesmen melalui proses eksplorasi, eksplanasi, dan penggabungan berbagai hasil asesmen untuk diolah secara logis sehingga

6.

Psikolog Klinis melaksanakan penegakan diagnosis dan prognosis psikologi klinis.

7.

Psikolog

Psikolog

klinis

melaksanakan

mendapat gambaran komprehensif mengenai pasien. Klinis menentukan dan melaksanakan intervensi

psikologi klinis sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan psikologis yang terjadi pada pasien dalam bentuk psikoedukasi, konseling, psikoterapi, maupun rekomendasi intervensi baik pada pasien maupun keluarga pasien yang mendampingi pasien

8. Psikolog klinis mengisi form rekam psikologis pada EMR

B. Kriteria

rujukan pasien low vision pada psikolog

Berikut ini adalah kriteria .

Kriteria

pasien low vision yang dapat dirujuk kepada psikolog:

pasien yang rentan

memiliki masalah

psikologis:

Prognosis buruk (berisiko mengalami penurunan fungsi penglihatan yang

signifikan) Penurunan

fungsi penglihatan yang signifikan menghambat aktivitas sehari-hari

secara permanen

2

Kriteria observasi pasien yang terindikasi memiliki masalah psikologis: Marah-marah, menangis yang sulit untuk dihentikan, tidak menerima kondisi Putus asa dan memiliki pikiran mengakhiri hidup/ melukai diri sendiri

Kecemasan tinggi (skala kecemasan diatas 6/10, banyak bertanya terkait hal buruk yang akan terjadi

Tampak tidak konsentrasi (kurang merespon pertanyaan, tampak melamun) Menolak atau menunda tindakan yang sangat direkomendasikan


Caregiver mengeluhkan pasien lebih banyak menyendiri, mengurangi aktivitas, lebih sering marah atau tersinggung

C. Prosedur asesmen masalah psikologis pasien low vision

Saat melakukan proses asesmen pada pasien terdapat hal yang perlu diperhatikan adalah a.

Autoanamnesa

Perubahan emosional setelah mendapat diagnosis low vision Sikap dan persepsi pasien terhadap fungsi penglihatan dan diagnosa yang didapatkan Kekhawatiran yang dirasakan terkait kondisi penglihatan dan aktivitas harian Perubahan gejala perilaku setelalh mendapat diagnosis low vision Perubahan pola interaksi sosial dan persepsi terhadap pandangan orang lain pada diri

pasien Dampak low vision pada area perawatan diri, interaksi sosial, dan aktivitas sehari-hari

Identifikasi stressor lain ldentifikasi potensi pasien b.

Autonamnesa pada pasien anak dengan usia dibawah 17 tahun dan jika pasien sudah

sekolah ditambahkan dengan: Identifikasi relasi dan hambatan relasi dengan teman sebaya Hambatan akademik di sekolah

Pengaruh kondisi fisik terhadap konsep diri dan kepercayaan diri C.

Alloanamnesa yang ditanyakan pada caregiver pasien: Perubahan gejala emosional setelah mendapat diagnosis low vision .

Perubahan

gejala perilaku

dan aktivitas setelah

mendapat diagnosis

low vision

Sikap keluarga terhadap hambatan yang pasien alami Identifikasi gejala emosional dan peri laku pada caregiver d. Alloanamnesa caregiver pada pasien anak dengan usia dibawah 17 tahun:

Identifikasi relasi dan hambatan relasi denganteman sebaya pasien

Hambatan akademik pasien di sekolah Pengaruh kondisi fisik terhadap konsep diri dan kepercayaan diri pasien Sikap caregiver terhadap kondisi fisik anak

Sikap caregiver terhadap hambatan yang pasien alami (dukungan terhadap aktivitas terutama selfcare) Identifikasi gejala emosional dan perilaku pada caregiver Tingkat kecemasan caregiver .Tingkat stress dan identifikasi stressor lainnya pada caregiver e. Observasi: Panduan Observasi terhadap pasien low vision selama proses asesmen adalah:

Kognitif

Konsentrasi Orientasi


-8

Insight terhadap masalah Indikasi fungsi intelektual Emosi

Ekspresi wajah Afek

.Perilaku

Penampilan umum Tingkah laku selama pemeriksaan Sikap terhadap pemeriksa

D. Prosedur

diagnosa

kondisi

psikologis pada pasien

low vision

Psikolog klinis melaksanakan proses integrasi data asesmen melalui proses eksplorasi, eksplanasi, dan penggabungan berbagai hasil asesmen untuk diolah secara logis sehingga

mendapat gambaran komprehensif mengenai pasien. Psikolog Klinis lalu melaksanakan penegakan diagnosis psikologi klinis meliputi: a.

Evaluasi

terhadap dinamika psikologis yang terjadi;

b. Menentukan diagnosis berdasarkan Diagnostic and Statistical Mamual of Mental Disorders (DSM), International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD) atau Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ) yang berlaku; C.

Menyusun

manifestasi

fungsi psikologis dan perilaku pada pasien

E. Prosedur pelaksanaan intervensi psikologis pada pasien low vision

Prosedur tata laksana intervensi psikologis adalah sebagai berikut: a.

Pada pasien yang tidak memiliki masalah psikologis yang signifikan: .Psikoedukasi terkait Psikoedukasi

griefstage

mempertahankan kestabilan kondisi psikologis Psikoedukasi caregiver pasien terkait griefstage cara

b. Pada pasien yang menunjukkan reaksi emosional yang intens: Konseling

dengan menekankan active listening

Psikoedukasi stabilisasi emosi Psikoedukasi terkait

griefstage

Psikoedukasi caregiver pasien terkait

griefstage

c. Pada pasien yang terdeteksi mengalami masalah psikologis

Konseling Psikoterapi yang menyasar masalah psikologis yang sedang dialami oleh pasien d. Pada pasien yang terdeksi mengalami gangguan psikologis: Tata laksana intervensi disesuaikan dengan psikoterapi untuk penanganan gangguan psikologis yang sedang dialami oleh pasien


-9e.

Pada caregiver

Psikoedukasi terkait grief stage Konseling alau psikoterapi yang

menyasar masalah dialami oleh caregiver (gika caregiver memiliki masalah

psikologis yang psikologis)

sedang8


-10--

BAB IV

DOKUMENTASI Hasil

pemeriksaan pasien didokumentasikan atau dicatat di dalam rekam psikologis pasien oleh psikolog klinis yang menangani pasien. Hasil pemeriksaan pasien didokumentasikan dalam rekam psikologis pasien.

DIREKTURUTAMA PUSAT

MATA NASIONAL

RUMAH SAKIT MATA CICEND0O BANDUNG

IRAYANTI


Seminar Aktualisasi

Optimalisasi Pelayanan Psikologis Pada Pasien Low Vision di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Ayu Pradani S. Putri, M.Psi., Psikolog NIP. 199208252020122002 Penata Muda Tk. I - III/B Psikolog Klinis Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

LATSAR CPNS Gol. III Angkatan 2


Menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan kekhususan pelayanan kesehatan di bidang penyakit mata


Visi & Misi RS Mata Cicendo Visi

To Be Excellence Eye Care

Misi

Eye Care for Everyone Seeing Better World

Tata Nilai

• • • • • •

Integritas Proaktif Inovatif Visioner Istiqomah Profesional


Tusi Psikolog Klinis Melakukan pengumpulan data psikologis

Melakukan persiapan assesmen melalui wawancara pendahuluan Melakukan persiapan assesmen dengan merencanakan pemeriksaan psikologi Melakukan assesmen dengan melaksanakan observasi, wawancara lanjutan dan psikotest Melakukan input data hasil assesmen Melakukan interpretasi hasil observasi,wawancara lanjutan dan psikotes Melakukan intervensi psikolog Menyusun hasil evaluasi klien Menyusun hasil pemeriksaan psikologis


Rancangan Aktualisasi


Isu yang teridentifikasi Belum optimalnya jumlah kunjungan pasien psikolog klinis Belum optimalnya proses rujukan pasien dengan masalah psikologis Belum optimalnya pelayanan psikologis pada pasien low vision

Identifikasi Isu AKPL

Identifikasi Isu USG


Isu Terpilih Belum optimalnya pelayanan psikologis pada pasien low vision sampai dengan awal tahun 2021 Pasien low vision memiliki risiko tinggi mengalami masalah psikologis

Masalah psikologis pasien tidak teridentifikasi sehingga masalah psikologis pasien tidak tertangani Pasien yg masalah psikologis nya tidak tertangani akan berdampak pada penyesuaian diri dan kepatuhan treatment pasien Sebelumnya jika ada pasien yang memiliki masalah psikologis akan dirujuk ke psikolog di RS lain Layanan low vision center merupakan program pengembangan layanan unggulan dalam Rencana Strategis Bisnis (RSB) RS Mata Cicendo tahun 2020-2024. Salah satu strategi adalah koordinasi dan kolaborasi dengan psikolog, namun hingga akhir 2020 belum berjalan optimal


Gagasan Penyelesaian Isu

Penyusunan panduan pelayanan psikologis pada pasien low vision


Pelaksanaan Aktualisasi


Kegiatan 1 Penyampaian gagasan terkait perencanaan pelaksanaan optimalisasi pelayanan psikologis pada pasien low vision

1

Bertemu dengan Ka. Instalasi Rawat Jalan dan Dokter PJ Poli low vision untuk menyampaikan gagasan optimalisasi pelayanan pendampingan psikologis pada pasien low vision dan meminta izin melaksanakan kegiatan dengan sopan santun (akuntabilitas dan etika publik)

2

Menjelaskan permasalahan yang terjadi secara jujur sesuai dengan kondisi

Pertemuan dengan Ka IRJ

Notulensi Pertemuan dengan Ka IRJ

Pertemuan dengan KSM Poli Low Vision

Notulensi Pertemuan dengan KSM Poli Low Vision

yang ada (Anti Korupsi) dan mengungkapkan gagasan penyelesaian

masalah dari kendala tersebut untuk memperbaiki kualitas pelayanan psikolog klinis (Komitmen Mutu) dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik (Nasionalisme).

3 Atasan memberikan saran terkait kegiatan yang selanjutnya ditindak lanjuti untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan diberikan (penerapan nilai komitmen mutu).

Tanggal 3-4 Juni 2021 Penerapan nilai Akuntabilitas, etika publik, nasionalisme, anti korupsi, komitmen mutu


Kegiatan 1 Penyampaian gagasan terkait perencanaan pelaksanaan optimalisasi pelayanan psikologis pada pasien low vision

Analisis Dampak Penerapan Nilai ANEKA • Ditemukan isu masalah dan gagasan pemecahan masalah • Proses koordinasi yang berjalan baik. Kontribusi Terhadap Unit kerja dan Organisasi • Atasan dan poli low vision mengetahui terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan dan terciptanya koordinasi dengan poli low vision. • Mendapatkan saran untuk pengembangan pelayanan psikologis pada pasien low vision dan mendapatkan izin untuk melanjutkan kegiatan optimalisasi pelayanan. • Penguatan tata nilai organisasi: • Integritas • Proaktif • Inovatif • Visioner • Istiqomah • Profesional


Kegiatan 2 Menyusun panduan pelaksanaan pelayanan psikologis pada pasien low vision

1 Melakukan studi literatur terkait pelaksanaan pelayanan psikologis pada pasien low vision, sebagai dasar penyusunan panduan pelayanan psikologis bagi pasien low vision

untuk meningkatkan kualitas pelayanan psikologis

Penerapan nilai komitmen mutu

Studi literatur

Tanggal 7-11 Juni 2021


Kegiatan 2 Menyusun panduan pelaksanaan pelayanan psikologis pada pasien low vision

2 Penyusunan panduan pelayanan psikologis ini disusun sesuai dengan kebutuhan pasien low vision yang memiliki karakteristik khusus (nasionalisme) dan tetap berpegang pada kode etik profesi psikolog (etika publik)

Penyusunan panduan pelayanan psikologis

Penyusunan alur layanan pelayanan psikologis

Penyusunan kriteria rujukan pasien low vision pada psikolog

Tanggal 7-11 Juni 2021

Penerapan nilai nasionalisme dan nilai etika publik.

Penyusunan prosedur asesmen

Penyusunan prosedur pendampingan psikologis pasien low vision


Kegiatan 2 Menyusun panduan pelaksanaan pelayanan psikologis pada pasien low vision 3 • Hasil panduan pelayanan yang telah disusun lalu dilaporkan pada atasan untuk

mendapat masukan dan agar atas mengetahui progress kegiatan aktualisasi yang telah dilakukan (akuntabilitas)

• Revisi berdasarkan saran atasan untuk meningkatkan kualitas panduan pelayanan yang akan diberikan (komitmen mutu) • Rangkaian kegiatan penyusunan panduan dilaksanakan secara disiplin sesuai jadwal (anti korupsi)

Penerapan nilai akuntabilitas, komitment mutu, anti korupsi

Diskusi dengan atasan terkait panduan pelayanan yang telah disusun

Notulensi diskusi dengan atasan

Tanggal 9&14 Juni 2021


Kegiatan 2 Menyusun panduan pelaksanaan pelayanan psikologis pada pasien low vision

Analisis Dampak Penerapan Nilai ANEKA Tersusunnya panduan pelayanan yang efektif, efisien, dan berorientasi pelayanan pada masyarakat

Kontribusi Terhadap Unit kerja dan Organisasi • Pelayanan yang lebih efektif dan efisien serta terstruktur pada pasien low vision. • Meningkatkan mutu pelayanan yang merupakan bagian dari visi misi rumah sakit. • Kontribusi terhadap penguatan tata nilai organisasi: • Proaktif • Inovatif • Visioner • Profesional


Kegiatan 3 Uji coba pelayanan psikologis berdasarkan panduan pelayanan pasien yang telah disusun 1 • Dalam rangka uji coba, pemberian pelayanan psikologis pada

pasien low vision diberikan sesuai dengan tugas jabatan sebagai psikolog klinis (akuntabilitas) • Pasien diperlakukan secara adil, tanpa diskriminasi dan

pelayanan yang diberikan menyesuaikan kebutuhan psikologis masing-masing pasien (nasionalisme) • Pasien dilayani secara cermat dan bertanggung jawab dengan

Penerapan Panduan Pelayanan

Tanggal 14-24 Juni 2021

sikap hormat dan sopan, dan informasi pasien juga dijaga kerahasiaannya (etika publik) • Pelayanan diberikan secara adil tanpa membeda-bedakan (nasionalisme)

Penerapan nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, anti korupsi Logbook Praktek penerapan Panduan Pelayanan


Kegiatan 3 Uji coba pelayanan psikologis berdasarkan panduan pelayanan pasien yang telah disusun

2 Tanggal 14-25 Juni 2021 • Dilakukan proses evaluasi hambatan dilakukan secara jujur (anti korupsi)

• Revisi panduan pelayanan berdasarkan hasil evaluasi guna meningkatkan kualitas mutu (komitmen mutu)

Foto Notulensi Kendala penerapan Panduan Pelayanan

Penerapan nilai Komitmen mutu, Anti korupsi Revisi Panduan Pelayanan berdasarkan Kendala


Kegiatan 3 Uji coba pelayanan psikologis berdasarkan panduan pelayanan pasien yang telah disusun Analisis Dampak Penerapan Nilai ANEKA

Peningkatan kualitas mutu pelayanan pasien sebagai hasil evaluasi perbaikan kualitas penerapan panduan pelayanan Kontribusi Terhadap Unit kerja dan Organisasi • Ditemukannya kendala penerapan panduan pelayanan yang dapat menjadi dasar perbaikan kualitas panduan pelayanan pasien. • Kontribusi penguatan tata nilai organisasi: • Proaktif • Inovatif • Visioner • Istiqomah • Profesional • Integritas


Kegiatan 4 Usulan pengesahan dokumen panduan pelayanan

1 • Melengkapi dokumen persyaratan pengesahan panduan pelayanan, berupa dokumen konsep verbal dan hard copy dokumen Panduan Pelayanan. • Proses pelaporan pada atasan melalui permohonan pengesahan dokumen merupakan bentuk tanggung jawab kepada atasan terhadap proses pelayanan yang akan diberikan kepada pasien

Penerapan nilai akuntabilitas

Dokumen syarat pengesahan dokumen

Tanggal 28 Juni 2021


Kegiatan 4 Usulan pengesahan dokumen panduan pelayanan

2 • Dokumen diserahkan kepada tim pengendalian dokumen. • Proses revisi lalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas Panduan Pelayanan sesuai dengan standar yang berlaku (komitmen mutu) • Proses koordinasi dilakukan dengan sopan santun (etika publik) Koordinasi dengan pihak Pengendalian Dokumen

Hasi koordinasi dengan pihak Pengendalian Dokumen

Penerapan nilai Komitmen mutu & etika publik Tanggal 1 Juli 2021


Kegiatan 4 Usulan pengesahan dokumen panduan pelayanan

3 • Dokumen diberikan kepada Sekretaris Direktur untuk selanjutnya ditandatangani oleh Direktur Utama RS Mata Cicendo Bandung. • Proses dilakukan sesuai dengan alur pengesahan yang ditentukan (anti korupsi) • Pengesahan dokumen adalah bentuk tanggung jawab sebagai pelayan masyarakat untuk memberikan pelayanan yang bertanggung jawab kepada pasien (nasionalisme) Penyerahan dokumen pada Sekretaris Direktur Utama

Penerapan nilai anti korupsi dan nasionalisme

Dokumen panduan pelayanan yang telah disahkan

Tanggal 2 Juli 2021


Kegiatan 4 Usulan pengesahan dokumen panduan pelayanan Analisis Dampak Penerapan Nilai ANEKA

Peningkatan kualitas mutu pelayanan pasien sebagai hasil diterapkannya panduan pelayanan yang telah disahkan. Kontribusi Terhadap Unit kerja dan Organisasi • Pelayanan psikologis yang lebih efektif dan efisien pada pasien low vision. • Memberikan informasi pada poli low vision terkait alur pelayanan pasien dan dampak pelayanan psikologis • Memberikan jaminan kualitas mutu layanan pada pasien • Kontribusi kegiatan terhadap penguatan tata nilai organisasi: • Integritas • Proaktif • Profesional


Capaian Penyelesaian isu Terdapat panduan terstruktur yang menjadi arahan bagi psikolog dan poli low vision untuk menangani pasien

Teridentifikasinya pasien yang memiliki masalah psikologis

Memberikan arahan terkait alur pelayanan psikologis pada pasien low vision, kriteria rujukan pasien, prosedur asesmen kondisi psikologis pasien low vision, dan panduan pendampingan psikologis pada pasien low vision.

Pelayanan psikologis yang diberikan pada pasien low vision juga dapat lebih efektif dan efisien.

Meningkatnya mutu kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien dibandingkan sebelum disusunnya panduan pelayanan psikologis.


Kendala Pelaksanaan Aktualisasi No. 1

Kendala

Solusi

Diperlukan waktu untuk memberi pertanyaan Diperlukan adanya penyusunan panduan interview pada pasien berdasarkan panduan asesmen

untuk asesmen pasien agar pertanyaan kepada pasien lebih terstruktur dan waktu pelayanan lebih efisien

2

Proses evaluasi panduan kurang maksimal Diperlukan evaluasi dari psikolog lain yang menerapkan karena petugas psikolog yang bertugas di poli panduan pelayanan psikologis pada pasien low vision Low Vision hanya satu orang

3

Kondisi psikologis yang belum stabil pada Lembar catatan psikoedukasi dapat diberikan kepada pasien atau caregiver menghambat proses caregiver sebagai pengingat hal yang sudah dibahas penerimaan informasi terkait kondisi psikologis selama sesi berlangsung dan membantu caregiver

pasien saat sesi berlangsung

dalam mempraktekan hal tersebut


Kesimpulan • Melalui panduan pelayanan ini, proses pelayanan dapat terlaksana lebih efektif, efisien, dan terstruktur. • Berkontribusi terhadap peningkatan mutu pelayanan dan kepuasan pasien sesuai dengan visi dan misi RS Mata Cicendo Bandung.

Saran (bagi Psikolog) • Secara berkala melakukan evaluasi terhadap panduan yang telah disusun. • Mempertahankan kualitas koordinasi dengan poli low vision • Penyusunan panduan pelayanan psikologis pada poli lain yang memiliki karakteristik pasien khusus


Referensi • Falvo, D. (2005). Medical and Psychosocial Aspects of Chronic Illness and Disability Third Edition. Mississauga: Jones and Bartlett Publishers. • Halford, J., & Brown, T. (2009). Cognitive–behavioural therapy as an adjunctive treatment in chronic physical illness. Advances in psychiatric treatment, 306-317. • Idris, I., Suwarno, Y., Purwana, B. H., Dendi, K. S., Imran, S., Nusa, B., & Sejati, T. (2019). Analisis Isu Kontemporer. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. • Lembaga Administrasi Negara. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Manajemen Aparatur Sipil Negara • Lembaga Administrasi Negara. 2017. Akuntabilitas: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. • Lembaga Administrasi Negara. 2017. Nasionalisme: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta.Lembaga Administrasi Negara. • Lembaga Administrasi Negara. 2017. EtikaPublik: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. • Lembaga Administrasi Negara. 2017. KomitmenMutu: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. • Lembaga Administrasi Negara. 2017. Anti Korupsi: Modul Diklat Prajabatan. Lembaga Administrasi Negara. • Lembaga Administrasi Negara. 2017. Manajemen ASN: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. • Lembaga Administrasi Negara. 2017. Whole of Goverment: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. • Lembaga Administrasi Negara. 2017. PelayananPublik: Modul Diklat Prajabatan. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. • Nakade, A., Rohatgi, J., Bhatia, M. S., & Dhaliwal, U. (2017). Adjustment to acquired vision loss in adults presenting for visual disability certification. Indian Journal of Ophthamology, 228-232. • RS Mata Cicendo. (2021, Mei). Selayang Pandang. Retrieved from https://www.cicendoeyehospital.org/: https://www.cicendoeyehospital.org/index.php/info/info-layanan/selayang-pandang • Senra, H., Barbosa, F., Ferreira, P., Vieira, C., Perrin, P. B., Rogers, H., . . . Leal, I. (2015). Psychologic Adjustment to Irreversible Vision: A Systematic Review. American Academy of Ophthalmology, 851-861


Terima Terima Kasih Kasih


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.