March - May 2021
COMMENTARY
Maritime Voice Indonesia
25
KAPAL TETAP BERLAYAR
I
ndustri pengapalan adalah industri utama di dunia dan juga merupakan industri yang terabaikan. Banyak konsumen tidak dapat membayangkan apa yang kehidupan sehari-hari kita perlukan dari industri pengapalan dan tenaga kerjanya, dengan memastikan semua hal yang kita anggap remeh berjalan dengan lancar. Untuk memastikan kelancaran perdagangan dunia, industri pengapalan mengangkut sekitar 90% dari kebutuhan sehari-hari kita dan komoditas. Kita bisa dengan mudah membeli biji kopi di toko, mengisi bensin di pom bensin dan kita bahkan bisa memesan sepatu, dan tidak lama kemudian, secara ajaib pembelian kita muncul di depan pintu kita. Kita mungkin tidak dapat membayangkannya, namun pembelian kita mungkin telah berlayar separuh dunia. Kita hanya mengandalkan gagasan bahwa yang kita butuhkan diproduksi dan dikirimkan kepada kita saat kita memerlukannya. Karena pentingnya industri pengapalan bagi kelancaran perekonomian dunia, yang lebih penting adalah tenaga kerja yang seringkali tidak kelihatan di dalam industri tersebut; dengan 1,7 juta pelaut. Mereka bertanggung jawab untuk berbagai macam kargo dan operasional, mengarungi tujuh samudera dengan menavigasi kapal pengangkut kargo yang besar dan menghadapi badai, gelombang yang dashyat dan area yang rawan dengan perompak. Jauh dari rumah dan orang-orang yang mereka cintai, mereka mendedikasikan kehidupan mereka pada tantangan, kesepian, dan bahay di laut, seringkali berpergian sembilan hingga dua belas bulan. Tanpa layanan mereka, perekonomian dunia akan sangat terpengaruhi dan kita akan kekurangan kebutuhan pokok. Hampir semua yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari kita, secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh industri pengapalan. Bahkan selama pandemi COVID-19, industri pengapalan dan para pelaut tetap memastikan kebutuhan dunia terpenuhi, mengisi rak supermarket kita, persediaan medis di rumah sakit dan kini mereka bertanggung jawab untuk mengirimkan vaksin ke seluruh negara di dunia. Namun tahun 2020 sangatlah sulit. Terjebak di laut, para pelaut ini menghadapi krisis kemanusiaan. Cuti sangatlah jarang
karena larangan di negara-negara untuk menahan pandemi, sehingga mereka merasakan kelelahan fisik dan mental, kecemasan dan sakit penyakit di mana mereka terus berada di atas kapal dan tidak bisa melakukan penggantian awak di pelabuhan. Dalam beberapa insiden terbaru, pelaut tidak diberikan perawatan medis pada saat berlabuh dikarenakan larangan, tidak diperbolehkan meninggalkan kapal dan tidak dapat kembali ke keluarga mereka.
“Pekerjaan pelaut itu unik dan penting. Sama seperti pekerja kunci lainnya, pelaut berada di garis depan dalam pertarungan global ini. Mereka layak menerima ucapan terima kasih kita. Namun mereka juga mebutuhkan dan layak menerima aksi kemanusiaan yang cepat dan tegas dari pemerintah di mana pun, bukan hanya selama pandemi, tetapi setiap waktu”. Sekretaris Jenderal IMO, Kitack Lim. Kita perlu secara bersama-sama memastikan praktik yang terbaik terhadap mereka dan mengenali kalau pelaut merupakan pekerja kunci. Sama seperti pekerja kunci lainnya, pelaut juga berada di garis depan dalam pertarungan global ini. Mereka layak menerima ucapan terima kasih kita. Namun mereka juga membutuhkan – dan layak menerima – aksi kemanusiaan yang cepat dan tegas dari pemerintah di mana pun, bukan hanya selama pandemi, tetapi setiap waktu”. Ungkap Sekretaris Jenderal IMO Kitack Lim. Oleh karena itu, kita meningkatkan kesadaran tentang kehidupan pelaut, dan menyuarakan keselamatan dan kesejahteraan mereka. Lihatlah sekeliling, sekitar 90% dari apa yang anda miliki televisi, komputer, pakaian, mobil – kemungkinan besar dikirimkan melalui laut. Saat selesai membaca artikel ini, bayangkan bagaimana kehidupan anda tanpa kontribusi para pelaut.
www.indomarinenews.com