4 minute read

LAPORAN UTAMA

Next Article
RANCAK BUDAYA

RANCAK BUDAYA

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

Geliat MBKM di Kampus Pendidikan

Advertisement

ULatar Belakang Penerapan MBKM

Awal mula kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) telah digaungkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada awal 2020 lalu. Kebijakan MBKM disusun dalam rangka menyiapkan mahasiswa menghadapi perubahan sosial, budaya, dunia kerja, dan kemajuan yang sangat pesat serta memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar di luar perguruan tinggi. Melalui program ini, terbuka kesempatan yang sangat luas kepada mahasiswa untuk meningkatkan soft skill dan hard skill mereka agar lebih siap lagi untuk terjun ke masyarakat.

Penerapan MBKM sendiri sejalan dengan delapan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menjadi tolak ukur kinerja perguruan tinggi, terutama pada poin kedua yang berbunyi “Mahasiswa mendapatkan pengalaman di luar kampus.” Dengan diterapkannya kebijakan MBKM, perguruan tinggi akan mengakselerasi tranformasi pendidikan tinggi sehingga menjadi katalisator tranformasi ekonomi yang memenangkan pertarungan global di era digital.

Potret Pelaksanaan MBKM di Universitas Negeri Malang (UM)

Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) memiliki delapan bentuk kegiatan yang dapat dipilih mahasiswa, yakni pertukaran mahasiswa, magang atau praktik kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, kegiatan kewirausahaan, proyek kemanusiaan, studi atau proyek independen, membangun desa atau kuliah kerja nyata tematik, dan penelitian atau riset. Menurut Prof. Dr. Suyono, M.Pd selaku Staf Ahli Wakil Rektor I UM dalam praktiknya bentuk kegiatan MBKM ada yang

dibiayai oleh kementerian (contohnya program Kampus Mengajar dan Pertukaran Mahasiswa Merdeka) serta ada yang dibiayai secara mandiri oleh mahasiswa.

Dalam mendukung pelaksanaan MBKM, terdapat syarat yang harus dipenuhi setiap mahasiswa atau perguruan tinggi, yakni mahasiswa harus berada dalam perguruan tinggi yang terakreditasi dan terdaftar dalam Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti). Mahasiswa juga diberi beberapa pilihan skema untuk kegiatan belajar di luar kampus. Misalnya untuk program pertukaran pelajar, mahasiswa dapat 1) Belajar di program studi (prodi) berbeda dalam kampus sendiri; 2) Belajar di prodi yang sama di kampus berbeda; 3) Belajar di prodi berbeda di kampus yang berbeda pula. Sebelum mengikuti kegiatan MBKM, mahasiswa harus berkonsultasi dengan pihak prodi mengenai kegiatan apa yang akan dilakukan di luar kampus. Konversi mata kuliah memang diserahkan sepenuhnya ke pihak prodi tetapi ada rambu-rambu bahwa kegiatan di luar kampus yang diikuti mahasiswa harus bermakna dan relevan dengan prodi asal.

Mahasiswa UM yang Sudah Terjaring Program MBKM

Terhitung mulai semester gasal tahun ajaran 2021/2022, jumlah mahasiswa UM yang mengikuti program MBKM mulai meningkat. Dalam pidato yang disampaikan Prof. Dr. H. AH. Rofi’uddin., M.Pd pada acara Pengukuhan Guru Besar (23/8), Rektor UM tersebut merinci jumlah mahasiswa yang berpartisipasi pada beberapa program MBKM. Sejumlah 450 mahasiswa dilepas untuk program membangun desa selama enam bulan, sementara 2.150 mahasiswa melakukan kegiatan asistensi mengajar dengan durasi waktu yang sama. Pertukaran mahasiswa antarperguruan tinggi baik dari dalam maupun luar negeri juga berjalan lancar.

Harapan Terkait Pelaksanaan MBKM

Suyono berharap bahwa semua pihak menyadari pentingnya penerapan MBKM secara tepat, baik mahasiswa maupun prodi terkait. “Mahasiswa diharapkan untuk memilih aktivitas yang bermakna di luar kampus serta memberi nilai tambah. Jangan asal belajar di luar kampus tanpa memberi manfaat. Prodi juga diharapkan mampu mengeksplor beragam kegiatan yang bisa dikonversi dengan mata kuliah yang relevan,” pesannya. Oleh karena pelaksanaan MBKM yang belum sepenuhnya maksimal, Suyono berharap semoga ke depannya perencanaan MBKM di UM semakin terstruktur dan tertata agar program MBKM benarbenar bermakna dan memiliki nilai tambah bagi calon lulusan.

Suara Mahasiswa Tentang MBKM

Aiga Elmahira adalah salah satu mahasiswi UM yang mengikuti program MBKM Kampus Mengajar. Mahasiswi prodi S1 Pendidikan Matematika ini tertarik akan pengalaman baru yang ditawarkan program MBKM. “Ternyata dapat pengalaman baru yang tidak bisa diperoleh di kegiatan lain, bisa bertemu teman-teman baru dari luar jurusan, juga bisa mengenal lebih dalam seluk-beluk sekolah,” Tuturnya. Aiga yang pada semester sebelumnya mengikuti kegiatan pertukaran mahasiswa juga membagi pengalaman uniknya ketika mengikuti program tersebut. “Saya sempat ikut pertukaran pelajar di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Seru sekali, saya jadi tahu ragam bahasa di daerah lain, khususnya dari teman-teman Bandung,” kenang mahasiswi berhijab itu.

Tak hanya Aiga, pengalaman baru ketika mengikuti program pertukaran pelajar juga dirasakan Maria Fransisca Romana, mahasiswi prodi S1 Biologi yang tengah mengikuti pertukaran pelajar di Universitas Jember (UNEJ). “Kebetulan di salah satu mata kuliah yang saya ikuti di UNEJ, ada dosen praktisi dari luar negeri. Jadi, bisa sekaligus melatih komunikasi dalam bahasa Inggris,” Tuturnya. Baik Aiga maupun Maria sangat merekomendasikan program MBKM bagi mahasiswa yang ingin menambah wawasan tentang kegiatan di luar kampus. “Pasti ada risikonya tetapi jangan takut mencoba karena banyak keuntungan yang bisa diperoleh,” Jelas Aiga. Maria menambahkan bahwa mengikuti MBKM merupakan bentuk dukungan mahasiswa terhadap program pemerintah serta membantu universitas supaya lebih berkembang. “Program yang kita ikuti saat ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi pihak universitas supaya dapat merancang program yang lebih baik. Selain itu, kita sendiri juga bisa memperoleh manfaat dari program tersebut,” tutup Maria. Izam

& Zahirah

This article is from: