23 minute read

SEPUTAR KAMPUS

Next Article
PROFIL

PROFIL

Pribadi dok.

Hydroma: Penyanitasi Tangan dari Ampas Tebu

Advertisement

Seperti yang umum diketahui bahwa salah satu mencegah penyebaran virus Covid-19 adalah dengan mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, dan menggunakan hand sanitizer atau penyanitasi tangan. Pada awal terjadinya Covid-19 ini dirasa harga dari penyanitasi tangan kurang terjangkau untuk sebagian orang dengan ukurannya yang bervariasi. Untuk menangani maslah tersebut, salah satu tim dari mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) menyuguhkan sebuah ide yang cemerlang dengan memanfaat bahan limbah tebu menjadi penyanitasi tangan. “Hydroma merupakan salah satu produk hand sanitizer ramah lingkungan dan modern dengan berbahan bioetanol hasil dari fermentasi limbah ampas tebu melalui termal sebagai selusi inovatif dalam percepatan penanganan Covid-19 di Indonesia,” ujar Daffa’, selaku Ketua tim.

Selama ini limbah ampas tebu di Kota Malang kurang dikelola. Kebanyakan hasil limbah tebu ini berasal dari pengolahan oleh pabrik gula dan outlet sari tebu. Penyanitasi tangan yang beredar di pasaran mengandung etanol di mana kurang lebih 7% dari penduduk Indonesia intoleran dengan bahan etanol dan menyebabkan alergi setelah menggunakan bahan kimia penyanitasi tangan. “Kami memberikan solusi untuk orang yang alergi dengan bahan kimia seperti etanol dengan menggunakan hand sanitizer berbahan bioetanol dan memberikan solusi bagi pengolahan pabrik tebu dalam penanganan limbah ampas tebu,” ujar Aulia, salah satu anggota tim.

Pembuatan solusi inovatif ini tidak dilakukan sendirian, mereka memliki tim yang beranggotakan lima orang yang mumpuni di bidangnya dan satu dosen yang menjadi pendamping dalam pelaksanaan. Pelaksanaan ini didampingi oleh Ibu Daratu Eviana Kusuma Putri, S.Si., M.Sc. Tim ini beranggotakan Daffa’ Rizal Dzulfaqaar Alauddin (Biologi), Eka Nurkhayati (Biologi), Aulia Qisti (Kimia), Tiara Novia (Kimia), dan Thoriq Aziz (Akuntansi).

Proses yang dilakukan untuk mengolah ampas tebu menjadi penyanitasi tangan tidak terlalu rumit. Prosesnya dimulai dengan menyiapkan bahan baku dan peralatan. Kemudian ampas tebu digiling hingga berbentuk serbuk dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 70 derajat Celsius selama kurang lebih 1 jam. Setelahnya dilakukan proses hidrolasi termal menggunakan autoclave dengan suhu 121 derajat Celcius dan tekanan 15 psi selama 1,5 jam. Terakhir melakukan fermentasi dengan ragi tape selama 4 hari yang dapat menghasilkan bioetanol. Bioetanol tersebut kemudian dicampurkan aquades, hydrogen peroksida, dan gliserol untuk menjadi produk penyanitasi tangan.

Keunggulan Hydroma adalah berbahan dasar ramah lingkungan, tidak menimbulkan efek samping pada kulit, biaya produksinya rendah dan memiliki fitur create your reminder yang tidak dimiliki produk lain. Create your reminder berfungsi sebagai pengingat bagi konsumen dalam menggunakan penyanitasi tangan, dan Refill my Hydroma sebagai fitur pengingat untuk segera melakukan pemesanan isi ulang penyanitasi tangan.

Hydroma telah terjual sebanyak 443 produk yang telah tersebar di 29 Kota dan Kabupaten di seluruh Indonesia, yaitu Bengkulu, Jambi, Balikpapan, Murotai, Sukabumi, Depok, Bekasi, Jakarta, Yogyakarta, Kebumen, Karawang, Denpasar, Lombok, Bantaeng, Parepare, Madiun, Sidoarjo, Trenggalek, Surabaya, Kediri, Mojokerto, Lamongan, Jombang, Pasuruan, Banyuwangi, Malang, Batu, dan Palembang.Di sisi lain, tim juga telah melakukan ekspansi pasar ke 3 negara di Asia dan Eropa, yaitu Singapura, Turki dan Jerman. Tim ini juga meraih Golden Medal pada Ajang Youthpreneur in Action International Business Idea Competition 2021. Pada saat ini tim Hydroma sudah dinyatakan lolos menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional atau PIMNAS 2021.

Harga yang diberikan untuk produk Hydroma cukup ekonomis dengan 4 variasi yang ada pada 2 produk semprot dan 2 produk gel. Varian produk semprot dihargai Rp15.000 untuk ukuran 100 ml dan Rp10.000 untuk ukuran 20 ml, sedangkan varian produk gel dihargai Rp20.000 untuk ukuran handband dan Rp25.000 untuk ukuran 250 ml.

“Di masa pandemi seperti sudah seharunya kita sebagai generasi muda memberikan solusi inovatif kepada pemerintah dalam penanganan pemutusan rantai Covid-19 di Indonesia, sehingga dengan adanya produk Hydroma ini diharapkan dapat diterima di masyarakat serta mampu menekan penyebaran Covid-19 di Indonesia. Selain itu, diharapkan adanya inovasi lain dari produk ini berupa Disinfektan, Sanitizing Wipes berbahan dasar bioetanol sehingga ramah lingkungan,” tutup Daffa’. Zakaria

Kembangkan Generasi Qurani, Mahasiswa UM Ciptakan Aplikasi Hifdz

Pribadi dok.

Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) kembali sumbangkan inovasinya bagi generasi muda, khususnya bagi generasi qurani. Dengan beranggotakan lima mahasiswa unggul, yaitu Wafa Usy Syahadah (Psikologi, 2019), Farhan Fadhilah (Teknik Informatika, 2018), Ghifran Muhammad Baghiz (Desain Komunikasi Visual, 2020), Wahidiyat Nur Laduni (Sastra Arab, 2020), Fathimah Muthmainnah (Sastra Arab, 2020), Aplikasi Hifdz dapat diciptakan. Aplikasi Hifdz sendiri merupakan platform bagi penghafal Al-Quran dalam menemukan partner setoran hafalan Al-Quran, dilengkapi dengan skema menghafal AlQuran Ziyadah-Muroja’ah, berbasis tutor sebaya atau peer teaching.

Awal mulanya, aplikasi ini dikonsep pertama kali oleh dua anggota tim Hifdz yang merupakan alumni pesantren Terpadu Darul Quran Mulia Bogor. Keresahan yang samasama dirasakan yakni merasakan kesulitan dalam mencari partner setoran hafalan Al-Quran, sedangkan budaya yang biasa dulu dilakukan di pesantren untuk menjaga hafalan AlQuran dengan memperdengarkan hafalannya kepada rekan hafalan. Terciptalah ide untuk memecahkan masalah ini dan menjadi salah satu media yang mendukung pembelajaran bagi generasi qurani.

Tim Hifdz menjelaskan bahwa penggunaan aplikasi ini cukup mudah yaitu dengan mengisi jumlah hafalan yang nantinya akan terdata dalam halaman awal pengguna. Selanjutnya, pengguna dapat mencari partner dengan persyaratan harus memiliki jumlah hafalan di atasnya. Setelah itu, chat pribadi untuk menentukan jadwal bersama partner dan pengguna dapat menyetorkan hafalan via voice call. Partner nantinya akan memberikan penilaian dengan ketentuan penilaian yang disediakan dan memberikan catatan koreksi. Terakhir, pengguna dapat mengulang hafalannya. Selain itu, walaupun dengan keterbatasan pandemi Covid-19. Sejauh ini, mereka menjelaskan bahwa jangkauan pasar produk ini telah dilakukan melalui media digital dan diikutkan dalam berbagai ajang lomba keilmiahan, serta telah melakukan kerja sama dengan pihak Kemenag dan LPTQ Banten.

Di balik suksesnya produk ini, tentunya menyimpan keunggulan dibandingkan produk lainnya. Salah satu produk yang sebelumnya sudah ada seperti aplikasi Quran Memo yang dirancang Alkhawarizmi. Sayangnya, aplikasi ini masih menggunakan sistem voice note, sedangkan menurut expert di bidang Al-Quran, sistem setoran hafalan Al-Quran voice call jauh lebih baik karena dapat menerima feedback secara langsung dari penyimak. Oleh karena itu, dibuatlah aplikasi Hifdz yang mampu menyelesaikan problematika penghafal Al-Quran dengan metode hafalan Al-Quran Peer Teaching dengan berbagai fitur yang sudah divalidasi oleh 3 Expert di bidang Al-Quran dan 3 Expert di bidang aplikasi. Keunggulan lainnya yaitu digitalisasi jurnal hafalan Al-Quran. Di mana biasanya penghafal Al-Quran mencatat dalam kertas, maka dengan aplikasi Hifdz system akan secara otomatis mencatat dan memberi tahu pengguna harus melanjutkan hafalan dari mana. Selain itu, keunggulan lainnya yaitu pembeda gender pengguna. Di mana pengguna laki hanya bisa bertemu dengan pengguna laki, begitupun pengguna perempuan hanya bisa mencari partner setoran hafalan perempuan.

Dengan sasaran penghafal Al-Quran yang sudah baik dalam bacaan Al-Qurannya. Aplikasi ini bertujuan untuk memudahkan para penghafal Al-Quran dalam menemukan partner setoran hafalan Al-Quran, membuat semangat menghafal Al-Quran selalu terjaga di manapun berada dan memberikan tips dalam menjaga hafalan lewat sistem menghafal yang ditawarkan, yaitu ziyadah (menambah hafalan) dan muroja’ah (mengulang hafalan). Dengan demikian, tim Hifdz berharap semoga dengan adanya aplikasi ini dapat membantu para penghafal Al-Quran di manapun berada sehingga tidak lagi merasa sendiri dan enggan untuk menyetorkan hafalan Al-Qurannya. Semua orang punya kesempatan yang sama dalam menghafal Al-Quran, tidak terbatas hanya di rumah tahfidz saja, tetapi secara mandiri pun Al-Quran adalah pedoman yang umat muslim jaga sepanjang hayatnya. Nuriyatul

Ikan Sengkaring di Telaga Rambut Monte

Lestarikan Ikan Dewa Lewat Folklor M

ahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Univeritas Negeri Malang (UM) Melaksanakan riset yang berjudul “Resiliensi Danyang Telaga Rambut Monte: Studi Historiografi Terhadap Kelestarian Ikan Sengkaring” (19/07). Penelitian tersebut di ketuai oleh Melina Nur Hafiizah dan tim terkait rekontruksi keberadaan ikan dewa telaga Rambut Monte Desa Krisik, Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar berdasarkan folklor yang berkembang di masyarakat. Cerita foklor atau mitos yang berkembang di masyarakat terbukti ampuh dalam melestarikan kebudayaan yang hampir punah.

Melina menyatakan bahwa letak telaga yang masih rindang dan rimbun, menciptakan suasana mistis yang menyelimuti sekitar telaga. Air telaga yang jenih dengan warna toska di bagian tengah telaga mendominasi mata air yang meletup dari dasar tanah. Keindahan warna telaga tergambarkan dalam dua warna mengisyaratkan kedalaman telaga. Semakin dalam, warna airnya semakin biru. Kejernihan air di dalamnya terlihat seperti kaca yang memantulkan keindahan di sekitar Telaga dengan penghuni utama ikan sengkaring atau yang biasa dikenal oleh masyarakat dengan nama ikan dewa. Keberadaanya yang langka dan terancam punah menjadikan ikan ini juga dikenal sebagai ikan purba. “Keindahan yang muncul karena adanya dwi warna yang saling menyatu di dalam telaga menunjukkan tingkat kedalaman,” ujar Melina.

Masyarakat mengganggap bahwa ikan sengkaring merupakan ikan keramat yang mendiami telaga Rambut Monte. Ikan ini tidak boleh diambil dengan kepercayaan akan mendatangkan kesialan berupa kematian. Menurut cerita dari masyarakat, ikan tersebut pernah diambil oleh salah seorang warga dari luar Desa Krisik. Meskipun ia mengetahui kesakralan ikan tersebut, tetap saja ia mengambilnya. Akibatnya, orang tersebut tiba-tiba meninggal dalam perjalanan pulang. Ikan berwarna abuabu tua tersebut memang unik dan ajaib. Ikan tersebut mirip dengan spesies ikan lele tetapi ukurannya lebih besar sekitar ukuran betis orang dewasa. Uniknya, ikan sengkaring ini hanya mau memakan makanan manusia pada umumnya. Oleh karena itu, pengunjung boleh memberinya makan tetapi tidak boleh mengambil ikan tersebut.

Melina menceritakan bahwa keberadaan ikan yang dikeramatkan tersebut dipercaya memiliki jumlah yang sama tidak kurang atau lebih sejak ratusan tahun. Kesakralan ikan sengkaring dipercaya dari perwujudan jelmaan prajurit kerajaan Majapahit. Mbah Monte selaku guru mengutuk para muridnya karena ketidakpatuhan mereka dan melakukan peperangan. Ketakutan akan hal tersebutlah yang menjadikan masyarakat tidak berani mengganggu ikan purba di Desa Krisik ini. “Kepercayaan secara turun-temurun akan keberadaan ikan keramat menjadikan masyarakat dan penjaga selalu mengingatkan kepada pendatang yang berkunjung agar tidak melakukan pantangan. Kejadian nyata yang dialami beberapa orang yang tidak mempercayai cerita ini ketika mereka mengambil ikan sengkaring dan memasaknya, semua daging ikan tersebut berubah menjadi minyak,” jelas Melina.

Kepercayaan akan kesakralan terhadap area telaga Rambut Monte–utamanya ikan sengkaring–dilakukan oleh masyarakat Desa Krisik secara turun-temurun melalui cerita atau tradisi lisan. Tradisi tersebut menjadi identitas kearifan lokal dalam suatu kelompok masyarakat. Kearifan lokal dalam kajian antropologi dikenal sebagai bentuk identitas budaya berupa kepribadian dalam diri. Keyakinan inilah yang membuat masyarakat Desa krisik terus berusaha menjaga keseimbangan alam semesta dengan keharmonisan antara manusia, makluk hidup lainnya, dan roh.

Kepercayaan masyarakat terhadap danyang inilah yang diyakini mendasari dilaksanakanya ritual rutin berupa bersih desa. Ritual rutin ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan alam semesta dengan keharmonisan antara manusia, makluk hidup lainnya, dan roh. Berdasarkan kajian sejarah, danyang telaga Rambut Monte menjelma menjadi sistem pengendali norma-norma sosial, sebagai kontrol sosial, alat pendidikan, dan sistem proyeksi yang diwariskan secara turun-menurun dan mengikat keberadaan ikan sengkaring di dalamnya. Kepercayaan masyarakat tersebut menyebabkan lingkungan sekitar area dan Desa Krisik tetap lestari. Berliann

Dongkrak Potensi Desa Lewat Platform petamu.id

Pribadi dok.

J

urusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang (UM) berhasil membentuk terobosan untuk membantu pelaksanaan pembangunan desa dengan meningkatkan eksplorasi potensi wilayahnya. Terobosan ini diberi nama petamu.id yang diketuai oleh Frandika Haris Nando sebagai CEO, Muhammad Rizieq Fahmi sebagai CDO, David Maulana sebagai COO, Andien sebagai CTO, dan Nuroh sebagai CFO.

Pembangunan desa merupakan fokus pemerintah Indonesia saat ini. Upaya-upaya pembangunan desa telah dilaksanakan dengan melihat potensi pada setiap desa. Namun, terkadang potensi desa masih belum disadari oleh penduduk desa itu sendiri. Hal inilah yang melatarbelakangi Frandika Haris dan tim dalam membuat Petamu.id. Solusi yang ditawarkan adalah pemanfaatan peta tematik sebagai representasi potensi desa dalam bentuk spasial.

Implementasi peta tematik dalam eksplorasi potensi desa masih belum maksimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan eksplorasi potensi desa adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) di desa tersebut. Mayoritas SDM di desa masih belum menguasai teknologi Geography Information System (GIS) sehingga mereka masih belum bisa menginterpretasi citra dan menganalisisnya, khususnya pada peta tematik.

Melihat kondisi tersebut, diperlukannya wadah bagi pemerintah desa yang ingin membuat peta tematik untuk kebutuhan perencanaan pembangunan berbasis potensi desa. Wadah tersebut adalah jasa konsultan pemetaan GIS. Namun, sejauh ini jasa konsultan pemetaan GIS konvensional masih memiliki beberapa keterbatasan. Mulai dari lokasinya yang relatif berpusat di daerah perkotaan hingga biayanya yang terbilang mahal. Oleh karena itu, kelompok mahasiswa UM yang tergabung dalam sebuah tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UM mengusulkan inovasi berupa pembuatan platform penyedia jasa pemetaan wilayah yang diberi nama “Petamu.id”.

Petamu.id memiliki keunggulan yang berbeda dengan konsultan pemetaan konvensional lainnya. Pertama, jasa konsultan pemetaan khusus desa berbasis aplikasi website pertama di Indonesia. Kedua, tarif pemetaan yang terjangkau yakni Rp1.000.000,00 setiap peta. Ketiga, tim konsultan yang andal dan kompeten di bidang geospasial. Keempat, website mudah diakses berbagai perangkat gawai atau komputer oleh klien sehingga efektif, efisien, dan fleksibel. Kelima, tim konsultan Petamu.id memberikan pemaparan kebijakan pembangunan kepada desa.

Dengan adanya inovasi ini, diharapkan dapat memudahkan pemerintah desa utamanya yang ada di Kabupaten Malang dalam memetakan potensi wilayahnya yang mana hasil dari pemetaan tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan percepatan pembangunan desa. Berlian

Go Internasional UM Lewat Program KNB dan ISS

Komunikasi dok. Komunikasi dok.

Program Kemitraan Negara Berkembang (KNB) dan International Student Scholarship (ISS) diselenggarakan di Universitas Negeri Malang (UM). Program ini berlangsung selama 4 bulan (9/6-12/7). Program ini dilaksanakan secara daring selama pandemi. Program KNB dan ISS merupakan program beasiswa yang merupakan agenda tahunan. KNB sendiri merupakan program pemerintah, sedangkan program ISS merupakan program pembelajaran Bahasa Indonesia dari dan diselenggarakan langsung oleh UM. Program KNB dan ISS dilaksanakan secara daring yakni dilaksanakan di negara masing-masing peserta. “Program KNB dan ISS dilaksanakan secara daring karena belum memungkinkan dilakukan secara tatap muka sehingga pembelajaran KNB dan ISS tahun ini dilakukan di negaranya masing-masing. Konsekuensi pembelajaran daring, kita melakukan pembelajaran yang zona waktunya disesuaikan dengan negara mereka sehingga dilakukan dari pagi sampai malam,” ujar Dr. Gatut Susanto, M.M., M.Pd. Program KNB dan ISS memiliki karakteristik yangaberbeda. Pembelajaran bahasa dan budaya didesain untuk membekali kemampuan bahasa Indonesia mahasiswa asing supaya mereka bisa mengikuti perkuliahan program Degree, S1, S2, maupun S3. Jadi, program Bahasa Indonesia akademik disiapkan khusus untuk membekali kemampuan berbahasa mahasiswa asing agar nantinya mereka bisa mengikuti perkuliahan yang sebagian besar dilakukan dengan menggunakana Bahasa Indonesia. Selain di dalam kelas, proses pembelajaran dapat dilakukan di luar kelas. Pembelajaran bersama tutor untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan 18 | Komunikasi Edisi 336selama dua kali dalam satu minggu dengan durasi belajar satu jam. Selain itu, materi pembelajaran dalam kelas juga disesuaikan dengan tingkatan peserta dalam memahami bahasa Indonesia.

Peserta program KNB yakni tercatat sebanyak 15 peserta dari berbagai negara seperti Filipina, Afghanistan, dan Mesir. Adapun peserta program ISS tercatat sebanyak 32 orang untuk jenjang S1, sebanyak 15 orang untuk jenjang S2, dan sebanyak 10 orang untuk jenjang S3. “Peserta program ini dilaksanakan secara profesional, terstruktur, tertata, dan ada juga cerita lucu lain seperti kesulitan jaringan, belum terbiasa dengan pembelajaran online terutama dari negaranegara berkembang. Salah satu contoh mahasiswa yang berasal dari Afghanistan dan Sudan sehingga mahasiwamahasiswa dari negara tersebut kurang optimal (mengikuti pembelajaran, red),” imbuh direktur program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) UM ini.

“Harapannya pembelajaran Bahasa ini dapat mengatarkan mereka dengan baik dan dengan banyaknya mahasiswa program KNB dan ISS, kita harapkan (bisa, red) berkontribusi baik terhadap UM sebagai kampus world class university karena salah satu indikator world class university adalah adanya mahasiswa internasional di kampus tersebut. Adanya program KNB dan ISS kampus UM menunjukan bahwa kampus UM dapat dijadikan kampus rujukan oleh mahasiswa internasional. Semoga pandemi wabah Covid ini segera berakhir sehingga pembelajaran KNB dan ISS bisa dilakukan secara tatap muka karena bagaimanapun pembelajaran tatap muka jauh lebih efektif terutama dari sisi pemerolehan budaya,” tandas dosen Sastra Indonesia ini.

Nurul

Komunikasi dok.

Mahasiswa UM Lestarikan Potensi Budaya Ngapak di Jawa Tengah

Dampak pandemi Covid-19 yang menggunakan sistem belajar daring menggerakkan mahasiswa sebagai agent of change dalam melestarikan budaya lokal di daerahnya. Salah satunya adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang tergabung dalam Tim Ngapak. Tim ini beranggotakan lima mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UM yang melakukan pengabdian masyarakat ke Desa Kedunggede, Kabupaten Banyumas. Kelima mahasiswa ini tergabung dalam kegiatan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), yang terdiri atas Karina Ayuningtyas, Yongki Teguh Setiaji, Siti Mariah, Diana Yohanes, dan Aulia Makhzun. Selain itu, budaya Ngapak sendiri merupakan salah satu budaya di Jawa Tengah yang tepatnya pada wilayah Kabupaten Banyumas, Banjar Negara, Cilacap dan Kebumen.

Sebagai salah satu desa yang memiliki potensi besar dalam mengembangkan budaya Ngapak, Desa Kedunggede dipilih sebab memiliki potensi yang cukup banyak. Salah satunya dalam sektor budaya. Namun, adanya pengaruh modernisasi menyebabkan minat generasi milenial mulai turun dalam melestarikan budaya Banyumasan. Di sisi lain, peranan generasi milenial di Desa Kedunggede masih terbilang pasif dalam mendukung pelestarian budaya yang nantinya akan berpengaruh pada eksistensi kebudayaan. Peranan pemerintah juga dirasa masih belum optimal guna mendukung pelestarian kebudayaan ini. Berdasarkan permasalahan desa mitra yang dipaparkan, pemerintah Desa Kedunggede menyampaikan pentingnya program edukasi mengenai penguatan potensi lokal berbasis budaya dan sistem pengelolaan organisasi yang baik. Untuk itu, tim Ngapak UM mendukung peranan generasi milenial dalam melanjutkan estafet pelestarian kebudayaan berdasarkan pemaparan desa mitra melalui program pelatihan kebudayaan dan ekonomi kreatif.

Terdapat berebarapa program yang disusun dalam berjalannya pengembangan potensi budaya daerah ini antara lain, pelatihan kebudayaan dan pelatihan ekonomi kreatif yang dilaksanakan oleh semua anggota Tim Ngapak. Dengan adanya program pelatihan ini dapat membantu komunitas kebudayaan seperti Lengger, Ebeg, Karawitan, dan Kenthongan untuk melakukan regenerasi anggota. Selain itu, adanya pelatihan ekonomi kreatif yang terbagi lagi menjadi pelatihan desain website dan tata kelola dapat membantu karang taruna untuk menyusun berbagai rencana program kerja, tata kelola, serta sinergitas dengan pemerintah desa guna mewujudkan desa wisata. Hadirnya program ini tentunya direspon dengan baik oleh Kepala Desa Kedunggede yang menanggapi bahwa program yang dibawakan mahasiswa UM dan ditujukan kepada desa merupakan salah satu cara mengatasi permasalahan dan akan menjadi cikal bakal terwujudnya visi misi sebagai desa wisata.

Kegiatan pelatihan kebudayaan ini tentunya juga didukung oleh berbagai pihak, salah satunya adalah dengan kehadiran beberapa genarasi milenial desa Kedunggede yang sudah tergabung dalam komunitas kebudayaan. Selain itu, kegiatan yang dibimbing oleh dosen Jurusan Akuntansi UM, Miranti Puspaningtyas S.Pd., M.Akun ini, mendapat dukungan lain dari berbagai pihak salah satunya tokoh kebudayaan dan masyarakat sekitar serta Karang Taruna Desa Kedunggede.

Kegiatan ini ditutup dengan acara malam puncak dan sharing session di Gedung Kesenian Baru Sabar Menanti, Desa Kedunggede, Banyumas (30/6). Kegiatan malam puncak dan sharing session adalah bentuk apresiasi yang diperuntukkan kepada peserta pelatihan dan pemberian pemahaman kebudayaan oleh tokoh kebudayaan, Ki Slamet. Dengan adanya kegiatan ini, tim Ngapak mengharapkan dapat menumbuhkan kembali semangat para masyarakat Desa Kedunggede untuk mengoptimalkan potensi budaya dan potensi lainnya yang ada di Desa Kedunggede. Tim Ngapak berharap ke depannya potensi budaya dan alam yang ada di Desa Kedunggede dapat berkembang optimal dengan bantuan karang taruna dan pemerintah desa. Hal tersebut supaya bisa sesuai dengan visi misi pemerintah desa yang ingin menjadikan Desa Kedunggede sebagai desa wisata. Nuriyatul

repro internet

Kisah Gilang, Dari Malang ke Aceh P

Pandemi tidak menghentikan langkah kaki dan semangat salah satu mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaaan, Riset, dan Teknologi. (Kemendikbud). Mahasiswa itu bernama Gilang Purwoaji yang akrab disapa Gilang. Ia merupakan salah satu mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, program studi S1 Pendidikan Sastra Bahasa Indonesia dan Daerah angkatan 2018. Meskipun tergolong mahasiswa semester akhir atau semester 7, tidak menyurutkan semangatnya untuk melanjutkan mengikuti program pertukaran mahasiswa (PMM).

Bermula dari keinginan dan hobinya dalam berpetulang, Gilang tertarik untuk mencoba mendaftar pada program PMM ini. “Sebagai pribadi yang sangat senang jalan-jalan dan belajar hal baru, saya memutuskan untuk mendaftar program ini,” ujar Gilang. Langkah awal yang ditempuh oleh Gilang, yakni mulai mendaftarkan diri pada laman kampus merdeka dan memilih program pertukaran mahasiswa (PMM) ini. Kemudian, ia mulai menyiapkan berbagai berkas yang diperlukan pada laman tersebut secara lengkap. Setelah ia menyiapkan berkas secara lengkap, ia mulai memilih mata kuliah yang akan ditempuh dan memilih provinsi tempat ia melaksanakan program tersebut. “Sebenarnya saya tidak memilih Universitas Syiah Kuala. Sebab, saat pendaftaran mahasiswa hanya bisa memilih pulau saja. Jadi, lokasi penempatan saat ini ditentukan dari panitia pusat dan tidak dapat diubah. Tentunya Universitas Syiah Kuala adalah salah satu perguruan tinggi terbaik di Sumatra,” ungkapnya.

Setelah proses pendaftaran dan seleksi administrasi, Gilang dinyatakan lolos sebagai salah satu mahasiswa UM yang berkesempatan mencicipi suasana baru di kampus mitra. Selain itu, Ia seperti mendapatkan berlian jatuh karena ia berhasil mendapatkan salah satu Universitas Syiah Kuala Aceh yang merupakan salah satu kampus terbaik di Sumatra. Setelah dinyatakan lolos, Ia mulai mengikuti sistem perkuliahan di kampus tersebut. Meski pandemic tetap ada,

dok. pribadi

suasana belajar terbilang seru dan menyenangkan. Ditambah, Gilang memiliki kenalan teman-teman baru yang berasal dari Aceh. Berbeda dengan UM, saat pandemi perkuliah berjalan secara normal bahkan di kampus tersebut memiliki kegiatan yang bernama “Modul Nusantara”. Kegiatan ini bertujuan menambah wawasan budaya dan apapun yang berkaitan dengan Aceh. Sebagai mahasiswa yang berasal dari Jawa Timur, tentunya Gilang mendapatkan pengalaman berharga dari program ini. “Kegiatan ini dihargai sebesar 2 SKS. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mempelajari budaya lokal yang ada di Aceh, pariwisata, tradisi, adat, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan Aceh,” ujarnya.

Program pertukaran mahasiswa (PMM) ini Ia mengambil beberapa mata kuliah yang belum ia tempuh di UM di antaranya jurnalistik, adat dan budaya Aceh, komunikasi antarbudaya, dan manajemen perpustakaan serta mata kuliah dari program PMM, Modul Nusantara. Gilang sangat senang bisa belajar halhal baru di universitas tersebut. Pada awal mulanya, ia merasa takut untuk mengambil program PMM ini. “Jujur awalnya saya takut, karena benar-benar tidak memiliki kenalan sama sekali di Universitas Syiah Kuala. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, teman-teman di sana sangat baik dan ramah. Sehingga, mudah bagi saya untuk berbaur dan beradaptasi. Saya senang bisa memiliki teman baru dari luar daerah saya, terutama dalam hal ini yaitu Aceh. Saya juga senang bisa belajar ilmu-ilmu baru dan kebudayaan yang ada di Aceh. Mantap!” serunya.

Selain pengalaman yang begitu menyenangkan dan relasi baru, program ini juga menyediakan berbagai fasilitas bagi mahasiswa yang dinyatakan lolos mengikuti program ini, di antaranya bantuan UKT, biaya hidup, biaya akomodasi, dan biaya transportasi pulang-pergi dari domisili asal ke tempat tujuan. Kondisi pandemi saat ini, tidak memungkinkan untuk ia bisa diterbangkan ke provinsi tempat ia melaksanakan program PMM ini, maka selama perkulihan secara daring fasilitas tersebut masih belum dapat direalisasikan hanya biaya UKT dan biaya hidup yang dapat diambil pada saat program berlangsung secara daring. Namun ketika program PMM ini sudah dilaksanakan luring atau tatap muka langsung yang mengharuskan mahasiswa tersebut pergi ke provinsi tersebut, fasilitas tersebut dapat direalisasikan.

Di akhir perbincangan bersama kru Majalah Komunikasi UM, ia menyampaikan beberapa tips untuk para Komunikan khususnya mahasiswa dan mahasiswi UM yang sudah memasuki semester 5. “Sebenarnya tidak ada tips khusus sih. Sebab, kami hanya ada seleksi berkas saja. Nah, menurutku sih dimaksimalkan saja di berkas-berkas yang harus diunggah pada saat pendaftaran. Mungkin kalau dari aku, pengalaman organisasi itu bisa menjadi nilai tambah, selain IP harus bagus ya tentunya. Sertifikat-sertifikat prestasi juga bisa dilampirkan. Jadi, buat kalian yang tertarik ikut program ini, jangan lupa ikutan tahun depan! Pastinya bakal seru dan bermanfaat,” tandasnya. Nurul

pribadi dok.

PENGUKUHAN GURU BESAR UNIVERSITAS NEGERI MALANG

P

engukuhan Guru Besar Universitas Negeri Malang (UM) telah dilaksanakan pada Kamis (23/9) lalu. Acara dilaksanakan secara luring di Aula Graha Cakrawala UM dan disiarkan secara daring melalui live streaming akun Youtube UM. Para Guru Besar yang dikukuhkan di antaranya Prof. Dr. Achmad Rasyad, M.Pd; Prof. Dr. Lia Yuliati, M.Pd; Prof. Dr. Abdur Rahman As’ari, M.Pd, M.A; Prof. Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag., M.Fil.I; Prof. Dr. Endang Purwaningsih, M. Si; dan Prof. Dr. Parno, M.Si.

Acara pengukuhan diawali dengan Pembukaan Sidang Terbuka Senat UM oleh Ketua Senat yakni Prof. Dr. Suko Wiyono, S.H., M. Hum. Dilanjutkan dengan pembacaan ringkasan keputusan menteri kemudian sambutan Ketua Senat, pidato acara Pengukuhan Guru Besar UM, penyerahan naskah pidato kepada Ketua Komisi Guru Besar Senat UM, pengalungan gordon dan sambutan rektor, pembacaan doa, Penutupan Sidang Terbuka Senat UM, dan diakhiri dengan pemberian ucapan selamat serta ramah tamah.

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Suko Wiyono, S.H., M. Hum mengungkapkan rasa syukur karena saat ini jumlah Guru Besar UM mencapai kurang lebih 86 Guru Besar sedangkan dosen Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan NonPNS berjumlah 1.050 orang. Rasa syukur dan bahagia semakin bertambah karena dalam acara Pengukuhan Guru Besar UM terdapat agenda pengukuhan salah satu Guru Besar termuda, yakni Prof. Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag., M.Fil.I yang berusia 43 tahun. Menariknya lagi, saat ini terdapat Tim Percepatan Guru Besar dan pendanaan bagi setiap orang dengan jumlah mencapai 100 juta rupiah bagi penelitian yang luarannya berhasil menembus Jurnal Scopus. Tentu harapan setelah ini adalah semoga semua sivitas akademika termotivasi untuk menjadi Guru Besar. “Harapannya, semoga berbagai temuan para Guru Besar dapat dikembangkan dan dioptimalkan bagi masyarakat dan menjadi sebuah amanah serta meningkatkan prestasi UM di mata nasional maupun internasional,” Ungkapnya. Di samping itu, Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd selaku Rektor UM mengatakan bahwa demi mendorong Perguruan Tinggi berdaya saing dan memberikan kontribusi yang nyata bagi kehidupan masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah mengeluarkan aturan yang mengarah pada perubahan tatanan pendidikan Perguruan Tinggi yang dirangkum dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi. Tugas utama UM sebagai Perguruan Tinggi adalah meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, menguatkan mutu dosen dan tenaga kependidikan serta meningkatkan akses pendidikan. “Semoga produk yang diciptakan para Guru Besar maupun dosen, dapat memberikan kontribusi nyata bagi kehidupan masyarakat,” Tutup Rofi’uddin. Izam

CS Team Mempersembahkan Juara 3 LIDM 2021

dok. pribadi

P

restasi pada ajang Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) 2021 yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Puspresnas Kemdikbud-RI), kembali dituaikan oleh mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Tahun ini, Universitas Andalas (Unand) sebagai tuan rumahnya. Prestasi datang dari Jasmine Nurul Izza (FMIPA), Zahra Firdaus (FMIPA), Tubagus Nurulloh (FS), dan Moch. Dicky Novaldi (FS) yang dibimbing oleh Deny Setiawan, M.Pd. Keempat mahasiswa tersebut tergabung dalam satu tim yang bernama CS Team dan sukses menyabet Juara 3 Divisi Inovasi Materi Digital Pendidikan (IMDP) yang diumumkan pada Minggu (19/9).

LIDM tahun ini telah terselenggara untuk yang ketiga kalinya. LIDM pertama pada 2019 dan LIDM kedua pada 2020 dilaksanakan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Kegiatan LIDM dimaksudkan sebagai salah satu wahana dalam membentuk mahasiswa bertalenta di bidang inovasi digital, sekaligus mempersiapkan lulusan yang mampu memecahkan masalah melalui berbagai inovasi dan digitalisasi. LIDM melombakan lima divisi karya-karya inovasi dan kreasi, yaitu Divisi Inovasi Teknologi Digital Pendidikan, Divisi Inovasi Materi Digital Pendidikan, Divisi Video Digital Pendidikan, Divisi Poster Digital, dan Divisi Microteaching Digital.

CS Team menciptakan sebuah karya, yakni Cellspace: Cell Study Place Media Pembelajaran Triple Representatif Berbasis Website sebagai Langkah Digitalisasi Sistem Pembelajaran Biologi Sel Guna Menyukseskan Program Kampus Merdeka. Munculnya karya tersebut dilatarbelakangi oleh kegiatan pembelajaran yang mengalami berbagai masalah di tingkat perguruan tinggi, salah satunya pada mata kuliah biologi sel. Cellspace sendiri disusun menggunakan model Research and Development yakni Lee and Owens yang berupa e-flipbook berbasis website dan dapat menghubungkan mahasiswa dengan dosen se-Indonesia dalam ruang belajar biologi sel. “CS Team terdiri dari mahasiswa angkatan 2018. Menurut kami, ajang LIDM 2021 menjadi serupa dengan persembahan terakhir kami untuk UM karena setelah ini, kami akan fokus pada tugas akhir masing-masing,” jelas Zahra.

Zahra juga berharap untuk generasi muda, khususnya mahasiswa UM agar terus berkarya dan berinovasi. “Jangan takut untuk berkarya, jangan takut untuk memulai. Untuk masalah hasil pikirkan belakangan saja. Terutama bagi kalian yang menimba ilmu di jurusan kependidikan, teruslah berkarya pada perlombaan seperti LIDM dan buktikan jargon Excellence In Learning Inovation!” tutupnya. Wafiq

This article is from: