4 minute read

CERITA MEREKA

Next Article
SEPUTAR KAMPUS

SEPUTAR KAMPUS

Komunikasi dok.

Sadar Budaya, Mahasiswa UM Bedah Nilai Karakter Pagelaran Purnama Seruling Penataran

Advertisement

Keberhasilan Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) terhadap pelestarian cagar budaya tidak perlu diragukan lagi. Salah satunya mahasiswa Hukum dan Kewarganegaraan yakni Rika Safitri dan tim yang telah berhasil memetakan nilai karakter Purnama Seruling Penataran (PSP) yang hampir punah (19/9). Nilai karakter yang diperoleh dari PSP tersebut dikirim kepada Dewan Kesenian Kabupaten Blitar sebagai rekomendasi bahwa PSP sangat penting untuk dilestarikan. Purnama Seruling Penataran merupakan pagelaran budaya yang menampilan hasil kolaborasi kesenian lokal, nasional hingga internasional di bawah bulan purnama

Sebagai ketua tim, Rika Safitri menyatakan bahwa PSP terakhir digelar pada 2019 karena terhambat beberapa kondisi yang kurang mendukung. “PSP terakhir digelar pada 2019 lalu karena banyak kendala dan tidak tahu kapan bisa digelar kembali,” Ujar Rika. Lama tidak terlaksana, membuat PSP sebagai salah satu kebudayaan lokal ini terancam punah. Indikator kepunahan yang muncul misalnya penurunan pengetahuan generasi muda seputar kebudayaan lokal dan hilangnya kesadaran generasi muda dalam hal menginternalisasi dan mengimplementasikan nilai kearifan lokal yang menjadi jati diri bangsa.

Kesadaran akan pentingnya budaya lokal membuat Rika dan tim memutuskan untuk mengeksplorasi berbagai nilai karakter yang terkandung dalam PSP sebagai upaya mendorong implementasi Program Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal yang telah dirintis oleh pemerintah. Rika menyatakan bahwa hasil eksplorasi yang dilakukannya bersama tim menunjukkan adanya keterkaitan PSP dengan kebudayaan masa Kerajaan Majapahit. Hal ini didasarkan pada relief Candi Penataran dengan beberapa panel yang digunakan dalam membuat tarian PSP. Selain itu, PSP juga memiliki lima pilar yang diperuntukkan bagi pendidikan bangsa. “Hasil identifikasi yang kami capai berupa pengerucutan lima nilai utama yang menjadi fokus pengembangan pendidikan karakter oleh pemerintah, yakni religius, nasional, integritas, tanggung jawab, dan mandiri. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa kebudayaan lokal mengandung nilai karakter yang dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan agar menjadi pengetahuan sekaligus upaya menumbuhkan kesadaran pada generasi muda,” jelas Rika.

Di akhir wawancara, Rika menyatakan harapannya agar PSP dapat digelar kembali, guna pelestarian dan menumbuhkan kesadaran generasi ke generasi bahwa kebudayaan lokal merupakan sebuah hasil kecerdasan bangsa yang murni. Sebagai luaran, Rika Safitri dan tim menerbitkan buku khusus seputar Purnama Seruling Penataran untuk digunakan sebagai bahan edukasi. Riska dan tim juga mengirimkan policy brief kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Blitar. Policy brief ini berisi rekomendasi integrasi PSP ke dalam kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada semua jenjang pendidikan di Kabupaten Blitar sebagai upaya mendukung implementasi Program Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal.

Berlian

Komunikasi dok.

Undang Langsung Wakil Ketua MPR RI, FIS Bahas Empat Pilar MPR RI

Dewan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang (DMFIS UM) telah menyelenggarakan Webinar Legislatif bertema Sosialisasi Empat Pilar MPR RI pada Sabtu (11/9) lalu. Bahasan terkait Empat Pilar Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) disampaikan langsung oleh Wakil Ketua MPR RI, Dr. Ahmad Basarah. S.H. M.H. Di samping itu, Deny Wahyu Apriadi S.Ant. M.A selaku salah satu dosen Sosiologi UM juga turut berpartisipasi sebagai pemateri kedua. Sebelum acara dimulai, Prof. Dr. Hariyono, M.Pd selaku Wakil Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila memberikan pendahuluan. Peserta yang hadir berasal dari kalangan umum dengan jumlah peserta yang dibatasi sebanyak 220 partisipan.

“Bahasan mengenai Empat Pilar MPR RI menjadi suatu hal yang penting dalam rangka memperkokoh semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Empat pilar kebangsaan ini memberikan pembelajaran lebih akan nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika guna meningkatkan kesadaran peserta, khususnya tentang kehidupan berbangsa dan bernegara bersama masyarakat,” Ungkap Mikhael Zonasuki Simatupang selaku ketua pelaksana acara. Prof. Dr. Hariyono, M.Pd juga memberikan catatan pendahuluan bahwasanya, empat pilar tersebut penting untuk dibahas di tengah masyarakat yang masih ‘kabur’ dalam memaknai hal berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, penting memaknai keberagaman sebagai modal sosial yang bisa menjadikan seseorang bertindak bijak dan menjadi bangsa yang maju, adil serta makmur dengan prinsip-prinsip dari kelima sila Pancasila.

Wakil Ketua MPR RI, Dr. Ahmad Basarah S.H. M.H menjelaskan Empat Pilar MPR RI yang berisi kandungan antara lain: Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta Ketetapan MPR, NKRI sebagai bentuk negara dan Bhinneka Tungga Ika sebagai semboyan negara. Ahmad percaya bahwa sivitas akademika UM memiliki entitas intelektual yang akan terus mencerdaskan kehidupan bangsa dan melahirkan para intelektual pengemban setia bangsa Indonesia yang berjiwa Pancasila. “Saya percaya, setiap orang memiliki kesetiaan terhadap Pancasila sebagai dasar negara. Salah satu wujud dari kokohnya Pancasila adalah masyarakat yang dapat menjalankan kewajibannya sebagai umat beragama, sesuai dengan kepercayaannya masing-masing,” Tutur Ahmad.

Webinar Legislatif ditujukan bagi para pemuda sebagai generasi penerus bangsa untuk mengaktualisasikan diri melalui nilai-nilai Pancasila dengan berbagai bentuk pengamalannya. Baik Pancasila sebagai dasar negara maupun Pancasila sebagai ideologi negara untuk mewujudkan jati diri dalam membangun karakter bangsa. Hal itu disampaikan oleh Deny Wahyu Apriadi, S. Ant. M.A selaku pemateri kedua. Dia menyatakan bahwa pemuda yang memiliki pemahaman tinggi terhadap nilai-nilai dasar Pancasila, dapat memahami Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia serta dapat menangkap makna maupun fungsi kedudukan Pancasila dalam menumbuhkan kesadaran moral, khususnya pada generasi muda. Pancasila menjadi sistem nilai yang dihasilkan dari penggalian nilainilai luhur bangsa Indonesia yang telah ada, jauh sebelum Indonesia merdeka. Niken

This article is from: