ta u p i L
n
Jalan Tak Rata Menempuh Dusun Terpencil
Perjalan tim SIL menuju Dusun Limat terhenti. Ujung aspal jalan menuju dusun itu menjadi titik terakhir tim diantar dengan kendaraan roda empat. “Sampai sinilah kita diantar mobil, setelah itu kita akan berjalan kaki,“ kata Willy Brodus koordinator tim SIL Bengkayang. Sore itu sudah pukul 16.00. Tim yang terdiri dari 6 orang harus siap-siap berjalan kaki sejauh kurang lebih 30 kilometer menembus hutan dan bukit. “Tapi tenang teman-teman, kita tidak jalan kaki karena ada yang menjemput kita dengan motor nanti,” katanya lagi sambil tertawa. Maka, mulailah kami menunggu penjemputan dari Dusun Limat. Sore mulai gelap, karena tim penjemput belum tiba, kami kembali ke kediaman Pak Oktranius di Dusun Sebujit Iyang. Sementara Willy bersama istrinya melanjutkan perjalanan untuk mengabari tim penjemput. Kami menunggu hingga pukul 18.00 yang kala itu mendung. “Kalau sudah gelap agak berisiko untuk meneruskan perjalanan ke Dusun Limat karena kondisi jalan yang bertanah dan menanjak,” kata Pak
Oktran pada kami. Sedikit cemas memang tim SIL namun kami sudah bulat untuk melanjutkan perjalanan sore jelang malam itu. Sekitar pukul 18.30 WIB langit memang sudah berganti malam, tim penjemputan dari Dusun Limat tiba. Masing-masing menggunakan motor bebek. Jangan dibayangkan motor penjemput mengkilap atau bagus, jauh dari itu. Tim penjemput yang berjumlah 4 orang semuanya boleh dibilang remaja. Namun skill mereka dalam mengendalikan motor jangan ditanya. “Pokoknya bersama mereka jangan khawatir,” kata Pak Oktran sambal tersenyum memberi semangat pada tim SIL. Maka, jadilah kami berangkat setelah memuat semua tas dan logistik tim untuk dibawa ke Dusun Limat. Jarak tempuh dari Dusun Sebujit Iyang ke Dusun Limat kurang lebih 2 jam. “Ya, itu kalau tidak hujan. Kalau hujan, ya tidak bisa dilewati jalannya,” kata Pak Oktran lagi. Akhirnya dalam gelap malam hutan di Desa Bengkawan, Kecamatan Seluas, Kabupaten
LIPUTAN
15