J
eolo T a l e d en
gi
APAKAH “KEMERDEKAAN DI DALAM KRISTUS” ITU? Sumber: https://unsplash.com/
Di Pelabuhan New York berdiri sebuah patung tembaga raksasa setinggi kurang lebih 46 meter. Patung tersebut didirikan di atas landasan setebal sekitar 46 meter, di puncaknya ditempatkan obor “Lady Liberty,” demikian orang-orang menyebutnya. Dari dasar alas hingga bagian obornya, patung tersebut memiliki ketinggian lebih dari 90 meter dari permukaan tanah. “Patung Liberty” ini dihadiahkan kepada Amerika Serikat dari Perancis pada tahun 1876, menandai 100 tahun sejak Deklarasi Kemerdekaan. Patung tersebut diresmikan sepuluh tahun kemudian pada tahun 1886, dan menjadi simbol yang mendunia dari kemerdekaan dan kebebasan, selama lebih dari 130 tahun. Tetapi mungkin kita bertanya, kemerdekaan dari apa? Ide mengenai kebebasan, kemerdekaan, telah dimaknai sangat luas dalam dunia modern, dan kita menjadi sangat mudah untuk kehilangan konteks dari istilah ini. Kemerdekaan dari apa dan untuk apa? Para bapak pendiri Amerika Serikat memikirkan satu nama penjajah dalam pikiran mereka ketika menyerukan kebebasan, yaitu Inggris. Lebih spesifik lagi bagi mereka, kemerdekaan berarti pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah, bukan otoritas raja. Namun, dalam perjuangan meraih kemerdekaan dari penjajahan Inggris, para pendiri negara ini tidak takut untuk berbicara tentang kemerdekaan dalam istilah-istilah yang agung:
Kami meyakini bahwa kebenarankebenaran ini jelas adanya, bahwa semua manusia diciptakan setara, bahwa semua manusia dianugerahi oleh Sang Pencipta dengan hak-hak tertentu yang tidak dapat dicabut, di antaranya hak untuk Hidup, hak akan Kebebasan, dan hak untuk mengejar Kebahagiaan. Suara kebebasan di telinga manusia seperti tonik yang kuat, terkadang bisa menyembuhkan penyakit yang memang diderita, namun di lain waktu bisa menjadi racun. Teriakan kebebasan dapat menghasilkan pemilihan umum yang damai atau malah kerusuhan massal. Apa yang tadinya diawali dengan perjuangan untuk kebebasan nasional dari kekuasaan asing dapat dengan cepat berubah menjadi teriakan kebebasan dari pemerintah yang justru kita pilih sendiri ketika ternyata ada hal-hal yang tidak kita sukai dari mereka. Seruan untuk kemerdekaan, jika tidak terkendali, akan segera berubah menjadi tuntutan untuk “kebebasan” dari segala jenis “otoritas” dari luar, baik yang bersifat manusiawi maupun Ilahi. Pada tahun 1992, Hakim Mahkamah Agung, Anthony Kennedy menuliskan dalam Kasus Planned Parenthood versus Casey, “Inti dari kebebasan adalah hak untuk mendefinisikan konsep diri sendiri mengenai eksistensi, makna, alam semesta, dan
JENDELA TEOLOGI
21