RGSM
WALKING THE SECOND MILE *)Iswara Rintis Purwantara
Dalam khotbah-Nya di atas bukit, Yesus berkata, “Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” (Mat 5:41). Apa maksud Yesus? Tentu kita tidak boleh memaknai kata-kata Yesus ini secara literal, kecuali kita mau tiba pada kesimpulan bahwa Yesus adalah seorang psikopat, atau penyiksa yang sadis. Bagaimana tidak? Di ayat-ayat sebelumnya Dia berkata, “…jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu…,” dan “…jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu….” (Mat 5:29-30). Pasti sudah dari dulu-dulu kedua mata kita buta dan kedua tangan kita buntung! Lalu, bagaimana seharusnya kita menafsirkan kata-kata Yesus di atas? Pemahaman akan historical background akan sangat membantu kita. Latar Belakang Sejarah Pada zaman Yesus, ada sebuah hukum Kerajaan Roma yang berlaku di seluruh wilayah negaranegara jajahannya, termasuk Palestina. Hukum itu disebut ‘the law of requisition’. Hukum yang berasal dari Bangsa Persia ini dibuat untuk melindungi hakhak dan wewenang tentara Roma. Isinya adalah seorang serdadu Romawi diizinkan untuk memaksa penduduk sipil (orang jajahan) yang ia jumpai, siapapun itu, untuk berjalan mengangkut barangbarang bawaannya sejauh satu mil. Bagi yang tidak mau, atau menolak, akan dihukum (bandingkan otoritas tentara Romawi ini dengan wewenang Federal Bureau Investigation atau FBI, yang biasa Anda saksikan di film-film Amerika. Dalam keadaan darurat, seorang agen FBI, sambil menunjukkan kartu identitasnya, diperbolehkan meminta seseorang yang ia jumpai untuk menyerahkan kendaraannya untuk ia pakai mengejar pelaku kriminal yang melarikan diri). Lalu, apakah itu artinya Yesus menghendaki kita untuk berdiri di tepi jalan, menunggu seorang tentara datang memaksa kita membawakan peralatan-peralatan perangnya sejauh satu mil? Tentu tidak. Hanya satu orang yang menggenapi secara harfiah kata-kata Yesus di atas yang tercatat di dalam Perjanjian Baru, yaitu Simon dari Kirene. Ketika Yesus sudah tidak sanggup lagi memanggul salib-Nya, para serdadu Romawi memaksa Simon
untuk menggantikan Yesus memikul salib-Nya di sisa perjalanan menuju tempat eksekusi (Luk. 23:26). Jadi, apa arti dan signifikansi dari kata-kata Yesus itu bagi kita? Prinsipnya bagi Kita Perhatikan: hukum itu hanya mewajibkan seseorang untuk berjalan sejauh satu mil. Tidak lebih. Bisa Anda tebak, apa yang akan dilakukan oleh seorang penduduk sipil Palestina setelah ia berjalan memikul perlengkapan-perlengkapan bawaan seorang serdadu Roma sejauh satu mil? Ya, persis setelah satu mil, ia akan segera menaruh barang-barang itu ke tanah (mungkin dengan agak sedikit membantingnya) sambil berkata dengan kesal, “Nih.., ambil barang-barangmu!” lalu bergegas pergi. Mungkin juga sambil mengumpat di dalam hatinya: “Dasar, Romawi jahat!” (dan, bayangkan kalau penduduk sipil itu ternyata adalah seorang anggota partai Zelot, sekelompok orang Yahudi yang sangat radikal dalam perlawanannya terhadap penjajahan Roma!). Kenapa penduduk sipil itu berbuat seperti itu? Ya, karena dia pikir dia sudah memenuhi apa yang dituntut atau dipersyaratkan oleh hukum (hanya sejauh satu mil, tidak lebih). Ia sudah melaksanakannya dan tak seorang tentara Romawi pun yang bisa menghukum atau menganiaya dia. Coba Anda renungkan. Bukankah ini adalah tendensi kita semua? Kita cenderung mau melakukan segala sesuatu hanya sejauh apa yang dipersyaratkan atau dituntut. Namun, dari pada menyuruh para pendengar-Nya untuk berjalan sejauh satu mil, Yesus meminta mereka untuk berjalan sejauh dua mil. Yesus menggandakannya. Jadi, apa yang Yesus kehendaki dari kita? Aplikasinya bagi Kita Kita harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan baik kita melampaui apa yang diperintahkan, dituntut atau dipersyaratkan, entah oleh hukum atau peraturan. Kita harus melakukan melampaui apa yang diminta atau harapkan oleh orang lain. Sementara tendensi kebanyakan kita adalah melakukan yang minimum
RGSM
27