6 minute read

LAPORAN UTAMA

Next Article
OPINI MAHASISWA

OPINI MAHASISWA

Menilik Dunia Investasi Indonesia di Masa Pandemi

Oleh : Putri, Diah, Yasmin

Advertisement

Dok. thecronutproject.com

Pandemi global Coronavirus Disease (Covid-19) yang mulai menyebar di China pada Desember 2019 lalu merupakan virus yang menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan manusia, infeksi paru-paru berat, hingga kematian. Dampak dari pandemi Covid-19 ini selain menyebabkan permasalahan kesehatan juga menyebabkan permasalahan ekonomi karena pada dasarnya kesehatan merupakan syarat utama dari berlangsungnya segala kegiatan ekonomi. Pandemi Covid-19 mengakibatkan terhambatnya kegiatan ekonomi di seluruh negara di dunia tanpa terkecuali Indonesia. Terhitung sampai September 2021 ini, pandemi Covid-19 telah lebih dari satu tahun menghantam dunia.

Dampak pandemi Covid-19 sangatlah besar terhadap perekonomian, tercatat pada tahun 2020 Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi negatif 2,9% yang menandakan Indonesia pada tahun tersebut sedang dilanda masa resesi ekonomi. Hal tersebut dikarenakan banyaknya sektor-sektor ekonomi yang terguncang akibat adanya pandemi Covid-19 seperti sektor kesehatan, industri, dan pasar saham. Shock besar yang terjadi pada awal adanya pandemi mengakibatkan lesunya permintaan masyarakat dan pertumbuhan output barang dan jasa. Hal tersebut sangat berdampak pada kondisi pasar saham, di mana menyebabkan para investor menjadi kurang yakin untuk menanamkan modalnya di pasar saham Indonesia. Akibatnya, laju pertumbuhan investasi Indonesia pun turut lesu.

Bangkitnya Perekonomian Indonesia

Di tengah ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir, kondisi ekonomi Indonesia mulai membaik. Pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun 2021 sebesar 7,7% dibanding kuartal II tahun 2020 (year on year). Nugroho Sumarjiyanto Benedictus Maria, salah satu akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) menuturkan bahwa faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan Indonesia meningkat adalah adanya berbagai bantuan sosial dari pemerintah sehingga konsumsi rumah tangga bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa peningkatan

Nugroho Sumarjiyanto Benedictus Maria

Akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

Dok. pribadi

perekonomian tersebut bukanlah dikarenakan kegiatan investasi yang semestinya mempunyai mulitiplier effect yang lebih tinggi.

Dampak Pandemi terhadap Investasi

Dampak dari pandemi berpengaruh pada masuknya pemodal asing karena krisis ekonomi selama pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan investasi pada awal pandemi mengalami penurunan. Tidak hanya sektor fi nancial tetapi segala sektor lain juga mengalami penurunan karena imbas pandemi ini. Menurut Nugroho, penurunan ini juga imbas dari adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). “Sektor industri manufaktur dan sektor perdagangan ritel memang yang paling terpukul karena adanya pembatasan jam buka dan karyawan yang boleh masuk selama PPKM. Tapi, perkembangan terakhir banyak daerah sudah menurun level PPKM nya,” terang Nugroho. Nugroho, juga menambahkan, “Ada beberapa bidang investasi yang di masa pandemi justru bisa bertahan dan bahkan menikmati kenaikan dalam usahanya, antara lain: sektor pangan, sektor pengiriman barang (logistik), sektor kesehatan, dan sektor digital atau telekomunikasi. Serta kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi kreatif yang bisa dilakukan tanpa kontak langsung dengan konsumennya.” Jika dilihat dari kebijakan-kebijakan pemerintah dengan pemberlakuan kantor dan sekolah melakukan Work from Home dan School from Home, penggunaan akses internet memang sangat dibutuhkan pada saat pandemi ini. Sehingga, tidak heran jika investor tertarik untuk berinvestasi di sektor telekomunikasi.

Investasi Indonesia Mulai Pulih

Kegiatan investasi di pasar saham Indonesia saat ini juga sudah mulai membaik, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi langsung (direct investment) selama Januari-Juni 2021 atau semester I 2021 mencapai Rp442,8 triliun atau telah mencapai 49,2% dari target investasi 2021 sebesar Rp900 triliun. Nilai investasi tersebut naik 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut Nugroho, faktor pendorong meningkatnya nilai investasi tersebut adalah optimisme para investor mengenai kondisi pandemi yang mulai membaik akibat makin meningkatnya jumlah penduduk yang divaksinasi. Faktor lainnya adalah adalah adanya layanan Online Single Submission (OSS) untuk perijinan yang mempermudah investor melakukan investasi. Mengutip laman resmi Kementerian Investasi/BKPM, Sistem OSS merupakan sistem perizinan berbasis teknologi informasi yang mengintegrasikan perizinan di daerah dan pusat dalam rangka mempermudah kegiatan usaha di dalam negeri. Adanya sistem OSS tersebut membuat pelaku usaha tidak lagi harus mendatangi berbagai kementerian/lembaga (K/L) atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pada pemerintah daerah untuk mengurus perizinan usaha. Singkatnya, pelaku usaha tidak lagi harus berhadapan dengan administrasi yang terbilang rumit dan berlapis-lapis karena harus diperoleh secara bertahap. Kehadiran sistem baru ini dapat lebih efektif dan sederhana karena tidak seluruh kegiatan usaha wajib memiliki izin. Selain itu, konsep ini membuat kegiatan pengawasan lebih terstruktur baik dari periode maupun substansi yang harus dilakukan pengawasan.

Kebijakan Pemerintah Indonesia untuk Mendorong Investasi

Berbagai kebijakan ditetapkan pemerintah untuk memulihkan perekonomian nasional, investasi merupakan salah satu prioritas kebijakan pemerintahan Jokowi untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi. Target pertumbuhan ekonomi tahun 2021 adalah 4,5-5,5 persen, meski realisasi Triwulan I-2021, masih terkontraksi negatif 0,74 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Perekonomian menyebutkan bahwa terdapat tiga kunci pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yaitu konsumsi, investasi, dan ekspor. Berbagai kebijakan untuk mendorong investasi di masa pandemi yang dilakukan pemerintah Indonesia antara lain dengan mengesahkan Undang-Undang Cipta kerja atau omnibus law, keringanan pajak atau penundaan pajak, subsidi gaji karyawan, dan lain-lain.

Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Suahasil Nazara mengatakan bahwa peran kebijakan fi skal, salah satunya mendukung iklim investasi yang baik di Indonesia. Dalam mendukung program pemulihan ekonomi nasional, APBN memberikan berbagai kebijakan fi skal, seperti insentif perpajakan untuk dunia usaha. Insentif ini juga berlaku untuk perusahaan yang bergerak di sektor minyak dan gas. Pemberian insentif akan terus dilakukan pemerintah hingga tahun depan. Pemberian insentif tersebut ditujukan agar perusahaan bisa menekan tingkat kerugian akibat dampak pandemi Covid-19. Selanjutnya perusahaan mampu menyehatkan kondisi keuangan untuk mempertahankan usahanya dalam situasi pandemi Covid-19. Mulai tahun lalu pemerintah juga memberikan insentif pajak yang berbeda. Ini dimaksudkan untuk mengurangi beban, terutama beban arus kas perusahaan. Adanya pengurangan PPh pasal 21, pasal 22, dan pasal 25 juga diharapkan dapat memberikan ruang gerak bagi perusahaan sektor migas untuk melewati pandemi ini.

Tren Investasi Bagi Kaum Muda

Kaum muda saat ini juga menjadi kalangan potensial untuk melakukan investasi. Di masa pandemi saat ini, tren menunjukkan adanya peningkatan jumlah investor dari kalangan milenial. Nugroho menuturkan terdapat beberapa bidang investasi yang cocok bagi kaum muda. “Investasi yang cocok untuk kaum muda yaitu bidang bisnis yang digitalisasi serta bidang-bidang kegiatan ekonomi kreatif seperti content creator, design product, dan seni yang lain,” terangnya.

Bidang ekonomi kreatif sangat digemari pada saat ini dikarenakan di tengah pandemi seperti sekarang, khususnya para remaja perlu ruang atau media sebagai penghilang rasa jenuh dan salah satunya disalurkan ke hal yang positif seperti memanfaatkan media sosial sebagai wadah penyaluran kreativitas. Banyaknya waktu luang yang dimiliki oleh milenial saat pandemilah yang membuat mereka suka mencari berbagai informasi. Hal ini didukung juga oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, yang mengajak pelaku usaha ekonomi kreatif untuk berinovasi dengan membuat konten kreatif pada platform digital guna memasarkan produknya. Konten kreatif diyakini dapat menjadi sarana promosi strategis untuk meningkatkan penjualan sekaligus memasarkan berbagai produk ekonomi kreatif. Pandemi Covid-19 turut berandil besar dalam perkembangan ekonomi kreatif nasional, khususnya e-commerce. Berdasarkan data Focus Economy Outlook 2020, ekonomi kreatif justru menyumbang sebesar Rp1.100 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sepanjang 2020.

Harapan Bagi Masa Depan Investasi di Indonesia

Dengan berbagai upaya dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, diharapkan Indonesia bisa mengatasi dampak pandemi dalam perekonomian dan tahun 2021 tidak akan terjadi resesi ekonomi lagi. Pemerintah berharap outlook perekonomian Indonesia pada 2021 akan bergerak positif dan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 7 persen. Hal tersebut dikarenakan saat ini Indonesia berada pada jalur yang tepat dalam menangani resesi dampak wabah Covid-19. Saat ditanya mengenai harapannya bagi dunia investasi Indonesia, Nugroho menjawab “Semoga para investor sudah mulai bergerak lagi dan optimis kondisi ekonomi Indonesia akan segera pulih. Juga investor perlu kreatif untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru di masa pandemi karena meskipun pandemi sudah berlalu sepertinya kebiasaan baru akan tetap terus berjalan,” pungkasnya. (lth)

This article is from: