5 minute read

• Tingkatkan Kewaspadaan, Antisipasi Bencana Alam

Tingkatkan Kewaspadaan, Antisipasi

Bencana Alam

Advertisement

Ketika musibah dan bencana alam melanda, upaya yang bisa dilakukan adalah meminimalkan dampaknya. Tetapi, ada hal yang dapat dilakukan sebelum bencana alam melanda. Yaitu melakukan upaya pencegahan dan langkah antisipasi. Hal itulah yang dilakukan Perhutani bersama para pemangku kepentingan yang lain. Bentuknya antara lain sosialisasi dan mitigasi bencana alam. Juga menyelenggarakan pelatihan penanggulangan bencana. Tujuannya tentu untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan dalam melaksanakan tugas perlindungan dan kelestarian hutan.

Salah satu potensi musibah yang kerap kali terjadi di dalam kawasan hutan Perhutani adalah tanah longsor. Maka, dalam rangka menyikapi dan mengantisipasi hal itu, Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Barat bersama Kepolisian Resor (Polres) Sirampog, melakukan sosialisasi dan mitigasi bencana alam tanah longsor pada wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Paguyangan, khususnya dataran tinggi luas 30.5 hektare di Petak 19k, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Igirklanceng. Kegiatan yang dilakukan di kawasan yang termasuk wilayah administratif Dukuh Igirgowok, Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, itu diadakan pada Selasa, 30 November 2021.

Kegiatan sosialisasi tersebut berfokus pada pencegahan dan mitigasi bencana alam tanah longsor. Lalu dilanjutkan dengan pemasangan spanduk dan banner peringatan bahaya bencana di 25 titik. Kepala BKPH Paguyangan, Sujono, menghadiri kegiatan tersebut bersama perwakilan Polres Sirampog, Iptu Widadi. Masingmasing hadir bersama jajaran.

Melalui Kepala BKPH Paguyangan, Sujono, Administratur Perhutani KPH Pekalongan Barat, Gunawan Catur HR, mengatakan, kegiatan ini adalah bagian dari upaya Perhutani untuk mencegah terjadinya bencana tanah longsor.

Foto: Kompersh KPH Pekalongan Barat

Sosialisasi tersebut juga akan terus dilakukan dengan melibatkan tokoh-tokoh agama setempat.

“Bencana alam biasanya terjadi karena adanya alih fungsi hutan akibat penggarapan liar. Namun, Perhutani sudah tidak hentihentinya melakukan sosialisasi dengan mendatangi warga dan melalui masjid-masjid, untuk tidak melakukan penggarapan liar, serta mengimbau kepada warga agar warga beralih ke tanaman non semusim, supaya bisa mencegah terjadinya bencana longsor dan banjir bandang,” katanya.

Di dalam kegiatan tersebut, Ipda Widadi mewakili Polsek Sirampog menyampaikan, curah hujan saat ini intensitasnya cukup tinggi. Hal itu membuat potensi bencana alam tanah longsor menjadi cukup besar. Maka, pihaknya menghimbau agar masyarakat menyadari akan hal itu dan bersiap siaga.

“Kami pun siap bersinergi dengan Perhutani, yang intinya saling mendukung agar seluruh hutan menjadi lestari dan aman, tidak terjadi tanah longsor ataupun banjir bandang,” tegasnya.

Gandeng BPBD dan CDK di Randublatung

Di Blora, aktivitas yang sama juga digelar. Perhutani KPH Randublatung bersama BPBD Kabupaten Blora, dan Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Wilayah I Blora, menyelenggarakan pelatihan penanggulangan bencana bagi

Foto: Kompersh KPH Randublatung/Soeharmanto Tiluk

petugas lapangan Perhutani dan masyarakat sekitar hutan. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Kantor BKPH Ngliron, yang secara administratif termasuk wilayah Desa Ngliron, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, pada Kamis, 18 November 2021.

Pelatihan tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petugas lapangan dan masyarakat dalam mewujudkan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, jika terjadi. Acara tersebut diikuti kurang lebih 50 orang. Mereka terdiri dari Petugas lapangan Perhutani, tokoh masyarakat desa sekitar hutan, Karang Taruna Desa Ngliron, dan perwakilan pengurus Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

Kegiatan itu juga dihadiri oleh sejumlah pemangku kepentingan. Di antaranya adalah Kepala CDK Wilayah I Blora, Gunawan; Wakil Administratur wilayah Randublatung Selatan, Kusmanto; Wakil Administratur wilayah Randublatung Utara, Agus Kusnandar; Koordinator Reaksi Cepat BPBD Kabupaten Blora, Agung Triyono; dan para pemateri dari BPBD Kabupaten Blora serta CDK.

Melalui Wakil Administratur Wilayah Randublatung Selatan, Kusmanto, Administratur Perhutani KPH Randublatung, Dewanto, berharap pelatihan ini dapat membangun pengetahuan dan pemahaman bagi petugas lapangan Perhutani dan masyarakat. Khususnya tentang bagaimana teknis penanganan bencana sebelum, saat, dan pasca bencana alam itu terjadi.

“Penanganan bencana bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita semua, termasuk Perhutani dan semua elemen serta masyarakat,” ujar Kusmanto.

Sementara itu, Koordinator Reaksi Cepat BPBD Blora, Agung Triyono, yang pada pelatihan ini juga menjadi pemateri, menyampaikan terima kasih kepada Perhutani yang telah menfasilitasi penyelenggaraan pelatihan tersebut. Ia berharap, semoga dengan adanya kegiatan ini para petugas Perhutani yang berada di lapangan, dan masyarakat umumnya, lebih bekerja sigap dalam pencegahan bencana, serta lebih tanggap dalam penanganan apabila terjadi bencana.

“Sinergisitas antara Perhutani dan BPBD terus kita bangun dalam rangka antisipasi meminimalkan terjadinya bencana dan penanganan apabila terjadi bencana,” katanya.

Bersama BPBD dan Polres Madiun

Kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya bencana alam juga digelar di Madiun. Perhutani KPH Saradan bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Polres Madiun, melakukan hal itu dengan menggelar latihan kesamaptaan dan kesiapsiagaan bencana alam

Foto: Kompersh KPH Saradan Suwarno

serta mitigasi. Kegiatan tersebut dilaksanakan di lokasi wisata Waduk Bening Saradan, pada Senin, 1 November 2021.

Kegiatan tersebut diikuti oleh 118 peserta. Mereka terdiri dari 68 Polisi Hutan (Polhut) sewilayah Perhutani KPH Saradan, 8 anggota Polisi Hutan Mobil (Polhutmob) KPH Saradan, dan 42 orang dari anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

Di kesempatan itu, Adminstratur Perhutani KPH Saradan, Rumhayati, mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan serta kemampuan Polhut dan Polhutmob dalam melaksanakan tugas perlindungan dan kelestarian hutan. Sehingga, kata dia, jika terjadi musibah bencana alam, kita telah siap untuk mengantisipasinya.

“Perhutani mempunyai tugas mulia, yaitu untuk mengelola kawasan hutan. Sehingga, pelatihan ini bisa menjadi life support system tidak hanya untuk lingkungan, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan,” tambah Rumhayati.

Di tempat yang sama, Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Madiun, Erfan, mengatakan, dalam upaya penanganan bencana alam, diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak, terutama Perhutani dan pihak-pihak terkait. Sehingga, jika terjadi musibah bencana alam, penanganan di lapangan bisa dilakukan dengan cepat. “kita perlu bersinergi dan melakukan mitigasi bencana alam secara bersamasama,” ujarnya.

Menurut dia, untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Di antaranya adalah melakukan reboisasi pada lahan gundul dengan menanami pohon dan akar wangi supaya bisa mengikat tanah, serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak membuang sampah di sungai, tidak melakukan penebangan pohon secara liar di hutan, dan lain sebagainya.

“Dengan demikian, lingkungan dan ekosistem tidak akan rusak, sehingga kita bisa terhindar dari musibah bencana alam,” tegas Erfan.

Mitigasi bencana adalah segala upaya untuk mengurangi risiko bencana. Program mitigasi bencana alam dapat dilakukan melalui pembangunan secara fisik maupun peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan bentuk pengurangan kerugian yang lebih besar akibat bencana yang sulit dideteksi kemunculannya secara tepat. Selain itu, mitigasi bencana alam juga dilakukan untuk menghindari maupun mencegah terjadinya bencana alam.

Jadi itulah yang harus dilakukan. Membangun sinergi, bersama-sama mengantisipasi terjadinya bencana alam, serta melakukan langkah penanganan jika musibah bencana alam itu benar-benar terjadi. Di dalam konteks itu, langkah-langkah Insan-insan Perhutani sudah tepat.•

DR/Pkb/Gwn/Srd/Swn/Rdb/Hmt

This article is from: