5 minute read

• Langkah-langkah Wisata Perhutani Berbenah

Wabah pandemi Covid-19 masih perlu diwaspadai. Protokol kesehatan masih harus dilaksanakan dengan konsekuen. Tetapi, seiring dengan itu, kehidupan juga tetap harus berjalan. Maka, seiring dengan angka penularan Covid-19 yang telah melandai dan menunjukkan penurunan, lokasi-lokasi wisata dibuka kembali. Begitu pula lokasi-lokasi wana wisata di kawasan Perhutani. Seluruhnya berbenah dan berusaha meningkatkan lagi angka kunjungan wisatawan. Banyak wahana baru pun dikembangkan. Semua itu juga dalam rangka implementasi kebijakan Rebranding Wisata Perhutani yang sudah diluncurkan.

Ada wahana baru di wana wisata Kawah Putih, Ciwidey, Jawa Barat. Namanya Jembatan Apung. Perhutani Kelola Bisnis Mandiri (KBM) Wisata Divisi Regional (Divre) Jawa Barat dan Banten (Janten) melakukan Soft Opening Jembatan Apung Kawah Putih itu di lokasi wisata Pusat Kawah Putih, pada Sabtu, 18 Desember 2021. Peresmian Jembatan Apung itu dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kawah Putih.

Advertisement

Selain itu, kehadiran Jembatan Apung sebagai wahana baru di wana wisata Kawah Putih sekaligus menjadi bukti kesungguhan Perhutani mewujudkan program Rebranding Wisata. Acara Soft Opening Jembatan Apung dihadiri Kepala Departemen Produksi dan Ekowisata Divre Janten, Dadan Wachju Wardana; General Manager KBM Ekowisata Divre Janten, Agus Mashudi, beserta jajaran; dan Ketua Primer Koperasi Karyawan (PRIMKOPAR) Divre Janten, Eman Sulaeman, beserta jajaran.

Menurut Dadan Wachju Wardana, koperasi sebagai mitra telah memenuhi salah satu syarat untuk bekerja sama dengan Perhutani. Dan adanya perubahan peraturan terkait Pedoman Kerjasama Pemanfaatan Hutan, dapat memerkuat pengelolaan hutan secara bersamasama dengan mitra koperasi, khususnya di bidang wisata.

“Harapannya, dengan adanya Jembatan Apung ini bisa menambah daya tarik wisata di Kawah Putih. Jembatan Apung ini merupakan salah satu bukti dari implementasi 5 poin Rebranding Wisata Perhutani yang sudah diluncurkan, yaitu salah satunya adalah Inovasi Produk, serta dapat dijadikan contoh yang bisa dilakukan di destinasi wisata lain Perhutani, baik KBM maupun KPH,” katanya.

Sementara itu, Agus Mashudi mengaku terkesan dengan terjalinnya kerja sama antara PRIMKOPAR dan KBM Ekowisata untuk menambah daya tarik pengunjung. “Pengunjung tidak hanya bisa menikmati pemandangan, tetapi kini sudah ada wahana lain yang bisa dijadikan spot selfie dan dapat dinikmati oleh wisatawan, baik wisatawan Nusantara maupun wisatawan mancanegara,” ujarnya.

DI tempat yang sama, Eman Sulaeman juga berharap, dengan adanya Jembatan Apung itu akan mampu menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Kawah Putih. Sehingga, keberadaannya dapat meningkatkan penghasilan KBM Ekowisata Jawa Barat secara keseluruhan. Selain itu, dapat meningkatkan pula kesejahteraan bagi para anggota koperasi.

Foto: Kompersh Divre Janten

Foto: Kompersh KPH Kedu Utara

Zipeline Gantole Telomoyo

Langkah berbenah juga dilakukan di wisata alam Gunung Telomoyo. Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara bekerjasama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Pandean dalam mengelola wisata alam Gunung Telomoyo yang berada di Desa Pandean, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kerja sama itu terlihat nyata pada Rabu, 8 Desember 2021.

Mulai saat itu area wisata alam Gunung Telomoyo telah dilengkapi wahana bernama Zipeline Gantole. Wahana baru itu berada di kawasan puncak Gunung Telomoyo yang berada di ketinggian 1.894 meter di atas permukaan laut (mdpl). Zipeline Gantole adalah wahana semacam flying fox, tetapi orang yang menaiki wahana itu akan meluncur dengan posisi seperti naik gantole. Sehingga, mereka akan merasakan sensasi seperti sedang terbang di langit.

Pengelola lokal Inggil Park Telomoyo, Tri Kandung A., menjelaskan, para pengunjung yang ingin naik Zipeline Gantole harus memenuhi beberapa persyaratan. Di antaranya adalah tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, tidak takut ketinggian, dan harus menaati tata tertib, termasuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap dari pihak pengelola.

“Tarif sekali terbang atau meluncur adalah Rp 50.000. Namun, saat ini masih berlaku diskon 50 persen,” terangnya.

Saat ditemui di ruang kerjanya, Administratur Perhutani KPH Kedu Utara, Damanhuri, menyampaikan apresiasi kepada stakeholder yang telah berperan aktif dalam pengembangan Wisata Alam Gunung Telomoyo. Peran aktif itulah yang membuat mereka mampu menarik para wisatawan untuk berkunjung.

“Dalam pengelolaanya, Wisata Alam Gunung Telomoyo dikerjasamakan Perhutani KPH Kedu Utara dengan LMDH Pandean, yang bertujuan untuk pemberdayaan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan,” ucapnya.

Tri Kandung A. melanjutkan, pada mulanya pihaknya ingin mengangkat gantole sebagai ikon Gunung Telomoyo. Sebab, setiap tahun di sana selalu ada event kejuaraan olah raga dirgantara terbang gantole, baik skala nasional maupun internasional, meskipun selama masa pandemi acara tersebut belum pernah dilaksanakan lagi. Maka, keberadaan Zipelin Gantole itu pun diharapkan selanjutnya bisa terangkat menjadi ikon Gunung Telomoyo. Ujungujungnya, tentu saja sebagai wujud implementasi program rebranding wisata alam Perhutani, akan meningkatkan pendapatan perusahaan.

Zipeline Gantole adalah wahana semacam flying fox, tetapi orang yang menaiki wahana itu akan meluncur dengan posisi seperti naik gantole. Sehingga, mereka akan merasakan sensasi seperti sedang terbang di langit.

Djati Forest Tambah Wahana

Langkah berbenah juga dilakukan di Majalengka, Jawa Barat. Guna meningkatkan kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata “Djati Forest”, Perhutani KPH Majalengka menambah atraksi wahana olah raga panahan dan wahana motor ATV. Dua wahana itu mulai dibuka pada Rabu, 8 Desember 2021.

“Djati Forest” sendiri merupakan obyek wisata alam yang menampilkan keindahan alam berupa hamparan hutan dengan barisan pohon Jati yang berderet rapi, sehingga mempunyai daya tarik pemandangan indah dan suasana asri untuk dinikmati pengunjung. Lokasinya berada di lahan seluas 3,00 hektare di Petak 25b, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Sukajaya, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Cibenda, KPH Majalengka. Kawasan itu termasuk wilayah Administratif Desa Mekarmulya, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Lokasi Wana Wisata Djati Forest tersebut dapat diakses dengan mudah oleh kendaraan bermotor roda empat maupun roda dua. Jaraknya kira-kira 3 km ke arah barat dari Bandara Internasional Kertajati. Fasilitas lainnya yang sebelumnya sudah tersedia adalah Mushola, toilet, spot selfie, area camping, warung jajanan, serta arena bermain anak-anak dan dewasa.

Diwakili oleh Asisten Perhutani (Asper) BKPH Cibenda, Warkani, Administratur Perhutani KPH Majalengka menyampaikan, di dalam pengelolaan Wisata “Djati Forest” tersebut, Perhutani bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Tanjung Wiru dan Bumdes Juara Desa Mekarmulya. Ia juga menyampaikan, wisata “Djati Forest” bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi dan manfaat kawasan hutan serta menjaga kelestarian hutan Jati.

“Dengan adanya kerja sama tersebut, diharapkan dapat meningkatkan peluang usaha dan kesejahteraan masyarakat desa sekitar hutan,” katanya.

Sementara Ketua LMDH Tanjung Wiru, Dadang Iskandar, menyampaikan, kerja sama antara Perhutani dengan LMDH Tanjung Wiru dan Bumdes Juara Desa Mekarmulya yang sudah berjalan ini semakin solid dan terus bersinergi. Ia pun mengapresiasi jalinan kerja sama tersebut.

Sedangkan Ketua Bumdes Juara, Rosadi, menyampaikan terima kasih kepada Perhutani KPH Majalengka, yang telah mengizinkan pihaknya untuk bekerja sama dalam mengelola kawasan hutan sebagai wana wisata “Djati Forest”, sehingga dapat bermanfaat untuk kepentingan bersama. “Dengan adanya kerja sama ini, LMDH dan Bumdes selaku pelaku usaha di lokasi Wisata Djati Forest dapat membantu meningkatkan laju perekonomiaan masyarakat desa sekitar hutan. Hal itu akan membantu mewujudkan masyarakat yang lebih maju dan sejahtera,” pungkasnya.

Jadi, langkah sudah terayun. Wisata Perhutani pun terus berbenah. Meningkatkan terus kualitas dan daya tarik. Agar wisatawan tergelitik, melirik, dan tertarik berkunjung. Ujungujungnya tentu untuk mewujudkan kepuasan publik terhadap wisata Perhutani dan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. • DR/KBM EKO/

Foto: Kompersh KPH Majalengka/Fransisca Wangga

Erm/Kdu/Eko/Mjl/RYK

This article is from: