5 minute read

Bersama Tangani Dampak Bencana Alam

Tak ada manusia yang tahu kapan musibah melanda. Tak ada manusia yang ingin terkena bencana alam. Tetapi jika musibah itu datang, tak ada manusia yang mampu menahan dan menolak. Bencana alam bisa datang tanpa diketahui sebelumnya. Yang bisa dilakukan manusia adalah mencoba meminimalkan dampak bencana alam yang sewaktu-waktu dapat melanda. Ketika bencana sudah melanda, yang bisa manusia lakukan adalah menangani dampak bencana itu. Dan itulah yang dilakukan Perhutani bersama stakeholder lainnya di sejumlah daerah.

Tanah longsor cukup besar terjadi di kaki Gunung Sawal Ciamis, Jawa Barat, Februari 2021. Longsor ini terjadi di kaki Gunung Sawal yang termasuk bagian Desa Mandalare, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis.

Advertisement

Menyikapi musibah longsor di Gunung Sawal, Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ciamis bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ciamis, Jumat, 19 Februari 2021, melakukan investigasi ke titik longsor Gunung Sawal. Investigasi itu tepatnya dilakukan di kaki Gunung Sawal, Desa Mandalare, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Kawasan tersebut masuk wilayah Perhutani Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Panjalu, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciamis, KPH Ciamis.

Administratur Perhutani KPH Ciamis, Sukidi, hadir dalam kegiatan tersebut bersama Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Ciamis, Aman. Mereka masingmasing hadir bersama jajaran.

Proses investigasi tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dampak longsor yang terjadi dan apakah masih ada ancaman bencana alam itu akan terjadi lagi. Setelah dilakukan investigasi dan assesment, diperoleh kesimpulan bahwa kejadian longsor tersebut kurang lebih terjadi di lahan seluas 0,1 hektare. Tanah yang longsor itu terdapat lebar kurang lebih 15 meter dan ketinggian atau panjang sekitar 75 meter. Longsor tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi masyarakat ataupun mengganggu aliran air, karena jarak dengan perkampungan lebih dari 2 km. Masyarakat pun diimbau untuk tidak khawatir.

Di kesempatan itu, Administratur Perhutani KPH Ciamis, Sukidi, menyatakan, seluruh jajaran Perum Perhutani berkomitmen untuk terus menjaga kawasan hutan dan lingkungan agar tetap lestari serta menjaga keutuhan alam. Ia pun menerangkan, di hutan produksi terdapat kawasan khusus perlindungan, antara lain Hutan Alam Sekunder (HAS) yang ditumbuhi pohon jenis rimba campur, yaitu Puspa, Kijangkat, dan lain-lain, yang

Foto: Eko Santoso/Kompersh KPH Lawu DS

di dalamnya tidak boleh ada kegiatan apa pun. Artinya, hutan tersebut benar-benar dibiarkan tumbuh secara alami. Ada pula Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) yang merupakan lokasi di sekitar mata air, daerah miring, sempadan sungai, yang juga tidak boleh diganggu kelestariannya dan sepatutnya dilakukan pengkayaan.

“Kami mengimbau masyarakat agar jangan menanam kopi di tempat terlarang, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Terkait longsor ini, masyarakat dimohon untuk tidak khawatir, namun tetap waspada terhadap segala kemungkinan,” katanya.

Sementara Kabid BPBD Kabupaten Ciamis, Aman, menuturkan, setelah bersama tim yang sudah melakukan pemantauan di lapangan, didapat kesimpulan bahwa longsor yang terjadi di dalam maupun di luar kawasan Perhutani KPH Ciamis disebabkan oleh curah hujan tinggi selama 3 hari berturutturut. Selain karena curah hujan tinggi, longsor juga diakibatkan oleh batu cadas yang ada di dalam bawah tanah.

“Selain curah hujan tinggi, jika ditinjau dari kondisi lapangan, kontur tanahnya memang rawan longsor karena kemiringan lebih dari 75 derajat. Untuk material longsoran berupa tanah, bebatuan, dan pohon, itu pun tidak akan menggangu aliran air,” jelasnya.

Sukidi menambahkan, selanjutnya area yang terkena longsoran ini nantinya akan ditanami lagi dengan tanaman jenis kaliandra, bambu, picung, dan lain-lain.

Atasi Pohon Tumbang

Aktivitas tanggap bencana juga terlihat di Ponorogo, pertengahan Februari 2021. Pada Jumat, 19 Februari 2021, Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu Ds bersama Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo, merespon cepat kejadian pohon yang tumbang di kawasan hutan. Lokasi pohon tumbang itu berada di Petak 64b wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Wilis Barat, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ngebel, KPH Lawu DS, yang secara administratif pemerintahan termasuk wilayah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo, Setyo Budiono, turut hadir di lokasi kejadian. Di kesempatan itu, Setyo mengatakan, pohon tumbang akibat hujan deras yang mengguyur disertai angin.

“Sejak kamis sore, kawasan wisata Ngebel diguyur hujan dan disertai angin sampai malam. Ada tiga titik pohon tumbang,” katanya.

Ia melanjutkan, pihaknya bersama Perhutani KPH Lawu DS segera menyikapi laporan pohon tumbang tersebut. “Tim dari BPBD dibantu dengan Petugas Perhutani KPH Lawu Ds serta relawan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Pletes Watudakon, Ngebel, wilayah 21 Ponorogo, langsung menyisir

Foto: Eko Santoso/Kompersh KPH Lawu DS

lokasi agar steril guna dilakukan pemotongan pohon yang roboh,” ujarnya.

Sedangkan Administratur Perhutani KPH Lawu Ds, Suratno, menyampaikan, pihaknya telah mengkonfirmasi kejadian pohon tumbang tersebut dan telah menugaskan jajarannya untuk membantu penanganannya bersama petugas dari BPBD Ponorogo, Anggota Rapi Ponorogo, serta jajaran Polsek Ngebel. “Saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah berperan, dan kami berharap koordinasi seperti ini dengan BPBD dan instansi terkait dalam penanganan bencana dapat berjalan dengan baik,” ujarnya.

Suratno pun menuturkan, pihaknya siap untuk melakukan penanganan kejadian serupa itu. “Kami juga mengimbau kepada masyarakat, bila menemukan pohon yang sudah lapuk, segera lapor kepada petugas Perhutani yang berada di kawasan hutan terdekat, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Kami mengimbau, bilamana terjadi hujan lebat disertai angin, harap hindari berteduh di bawah pohon,” imbuh Suratno.

Pelatihan Vertical Rescue

Guna menangani dampak bencana alam, perlu penyiapan para personelnya. Demi menyiapkan para personel itu, pelatihanpelatihan perlu dilakukan. Hal itulah yang terlihat tatkala Perhutani KPH Kedu Utara bersama Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyelenggarakan Pelatihan Pencarian dan Pertolongan di ketinggian (Vertical Rescue). Pelatihan Vertical Rescue tersebut ditujukan kepada Search And Rescue (SAR) Community Basecamp di wilayah Jawa Tengah.

Sebanyak 60 peserta dari SAR Community Basecamp terlibat dalam pelatihan tersebut. Kegiatan pelatihan vertical rescue ini dilaksanakan di lapangan Petak Banteng, Dieng, Kabupaten Wonosobo, Senin, 22 Februari 2021.

Administratur Perhutani KPH Kedu Utara, Damanhuri, menegaskan, meskipun dalam situasi pandemi, kegiatan pelatihan SAR ini sangat penting dilakukan. Pelatihan tersebut ditujukan untuk mengasah kemampuan dalam antisipasi penanganan bencana alam. Pelaksanaan pelatihan itu dilakukan dengan tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan selama kegiatan berlangsung.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Kantor SAR (Kakansar) Semarang, Yahya, menyampaikan, besarnya potensi bencana membutuhkan kesiapan serta keterampilan di bidang SAR, dalam hal ini ditujukan kepada para pengelola wisata dan komunitas di lokasi pendakian.

“Diharapkan, ke depan dengan diselenggarakannya kegiatan ini secara rutin akan menambah kemampuan peserta dalam hal penanganan di lapangan,“ tuturnya.•

Foto: Kompersh KPH Kedu Utara

Meskipun dalam situasi pandemi, kegiatan pelatihan SAR ini sangat penting dilakukan. Pelatihan tersebut ditujukan untuk mengasah kemampuan dalam antisipasi penanganan bencana alam. Pelaksanaan pelatihan itu dilakukan dengan tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan selama kegiatan berlangsung, tegas Administratur Perhutani KPH Kedu Utara, Damanhuri.

DR/Cms/Bun/Lwuds/Eko/Kdu/Eko

This article is from: