5 minute read
di Kebumen
Wadas Malang
Destinasi Wisata Unggul Baru di Kebumen
Advertisement
Wisatawan khususnya para penikmat wisata alam punya destinasi baru yang berpotensi untuk menjadi lokasi tujuan wisata unggulan. Letaknya pun tak terlalu jauh dari Jakarta. Tepatnya di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Lokasi ini juga tampaknya sudah cukup dikenal masyarakat di Jawa Tengah, apalagi yang tinggal di jalur Gombong – Kenteng – Mandiraja – Banjarnegara. Nama destinasi wisata unggulan baru itu adalah Wadas Malang. Apa saja nilai unggul dari tempat wisata yang berada di wilayah kerja Perhutani KPH Kedu Selatan itu?
Bagi Anda yang berencana untuk berlibur dan ingin tujuan liburan yang belum pernah dikunjungi, tak ada salahnya memasukkan wisata Wadas Malang ke dalam daftar destinasi liburan keluarga.
Ya, Wadas Malang ini memang lokasi wisata baru. Tetapi ia punya daya tarik tersendiri yang tak kalah menarik dibandingkan lokasi wisata lain yang sudah dikenal banyak orang sebelumnya. Wadas Malang adalah obyek wisata alam yang resmi dibuka oleh
Perhutani Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) Kedu Selatan pada 11
September 2020. Lokasinya terletak di Desa Semali, Kecamatan Sempor,
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Berada tepat di jalur Gombong –
Kenteng – Mandiraja – Banjarnegara,
Wadas Malang menjadi tempat wisata dengan bentang alam yang indah dan asri yang layak direkomendasikan.
Saat memberikan penjelasan tentang destinasi wisata baru itu, Administratur Perhutani KPH Kedu Selatan, Yudha Suswardhanto, menyampaikan, pihaknya melakukan pengembangan lokasi wisata Wadas Malang yang diproyeksikan akan menjadi destinasi wisata unggulan. Menurut Yudha, pengembangan wisata Wadas Malang tersebut merupakan hasil kerja sama yang harmonis yang terjalin di antara Perhutani, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Ngudi Makmur, Masyarakat Desa Semali, serta Karang Taruna Desa Semali.
Lebih lanjut, Yudha mengatakan, di tengah masa berjangkitnya pandemi, jadwal operasional wisata Wadas Malang mengacu pada kebijakan pemerintah kabupaten setempat. Selain itu, pengunjung Wadas Malang tetap harus mematuhi protokol kesehatan.
“Mudah-mudahan Wadas Malang bisa menjadi alternatif tujuan wisata di tahun 2021 terutama jika pandemi ini sudah berakhir. Antusiasme masyarakat untuk berkunjung meningkat, sehingga nantinya dapat mendongkrak penghasilan masyarakat sekitar dan Perhutani,” ujar Yudha.
Sementara itu, Ketua LMDH Ngudi Makmur, Madgardi, menyampaikan terima kasih kepada Perhutani KPH Kedu Selatan yang telah bersama-sama mengupayakan pengembangan wisata Wadas Malang sehingga lebih baik dan semakin baik dari tahun ke tahun. Saat ini, untuk dapat menikmati Wadas Malang, pengunjung cukup membayar Rp 5.000 per orang untuk tiket masuk.
Foto : Y. Niken Anggraini/Kompersh KPH Kedu Selatan
“Sejuknya hutan pinus dan gemericik air bendungan membuat suasana Wadas Malang semakin syahdu,” ujarnya.
Wisata Hutan Pinus
Wadas Malang memiliki wahana yang akan membuat pengunjung betah. Di sana, yang utama adalah para pengunjung dapat menikmati wisata hutan Pinus yang asri. Sebab, seluruh wahana dan fasilitas di Wadas Malang memang menghampar di antara rimbunnya pepohonan pinus.
Yang menarik, pohon-pohon pinus di sana merupakan pohonpohon pinus bocor getah yang produktif. Sehingga, pengunjung dapat juga melihat proses pengambilan getah pinus yang merupakan bahan dasar pembuatan gondorukem dan terpentin. Juga dapat melihat, betapa proses pengambilan getah itu dilakukan tanpa merusak kelestarian hutan pinus tersebut.
Di antara kesejukan dan keasrian hutan pinus, pengunjung juga dapat menikmati gemericik aliran sungai nan asri. Sungai yang airnya mengalir alami itu seakan mengundang para pengunjung untuk turun ke tepian sungai, sekadar untuk bermain air. Di sana juga bendungan air yang menyajikan pesona tersendiri.
Di tengah aktivitas jalan-jalan di medan yang berkontur alami, pengunjung dapat beristirahat di gazebo-gazebo yang tersedia di dalam area wisata. Dan yang tentu tak bisa dilepaskan dari tempat wisata masa kini adalah keberadaan spot foto yang instagramable. Untuk sampai ke titik spot foto
itu, pengunjung akan merasakan dulu sensasi berjalan di jembatan anyaman bambu dan kayu. Untuk melewati jembatan itu, sebelumnya pengunjung perlu melewati jalan setapak yang menurun. Semua itu menghadirkan suasana alami yang menarik.
Wisata Kuliner
Wadas Malang juga menghadirkan wahana luas untuk berolah raga. Juga ada area untuk berkemah. Dan juga trek untuk bersepeda gunung bagi para penyukanya.
Tetapi Wadas Malang tak hanya menyajikan fasilitas memadai dan pemandangan alam yang indah. Wadas Malang juga menyajikan menu makanan khas lokal, yaitu nasi tiwul, mendoan, tumpeng mini, dan lain-lain. Penganan-penganan khas tersebut dijajakan oleh masyarakat sekitar.
Nasi tiwul (thiwul, red) adalah makanan pengganti nasi beras yang terbuat dari ketela pohon atau
Foto : Y. Niken Anggraini/Kompersh KPH Kedu Selatan
Dan yang tentu tak bisa dilepaskan dari tempat wisata masa kini adalah keberadaan spot foto yang instagramable. Untuk sampai ke titik spot foto itu, pengunjung akan merasakan dulu sensasi berjalan di jembatan anyaman bambu dan kayu.
Foto : Y. Niken Anggraini/Kompersh KPH Kedu Selatan
singkong. Tiwul dibuat dari gaplek. Di sebagian masyarakat Jawa Timur, saat ini masih ada yang menjadikan nasi tiwul sebagai makanan pokok. Sebagai makanan pokok, kandungan kalorinya lebih rendah daripada nasi beras, namun cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras.
Sebenarnya, di daerah Kebumen, Banyumas, dan Cilacap, dikenal juga penganan serupa yang disebut oyek. Meskipun sama-sama dibuat dari gaplek, proses pembuatan kedua jenis makanan ini berbeda. Sehingga, rasanya pun sedikit berbeda.
Tiwul pernah digunakan untuk makanan pokok oleh sebagian penduduk Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Kini, memang sudah jarang ada anggota masyarakat yang mengonsumsi tiwul sebagai makanan sehari-hari. Namun, mengonsumsi tiwul di tengah hutan pinus yang asri tentu cukup nikmat, apalagi juga sebagai pengingat sejarah masa penjajahan Jepang sekaligus tetap melestarikan makanan khas masyarakat Indonesia.
Mendoan adalah makanan sejenis gorengan yang berasal dari wilayah yang dulu termasuk Karesidenan Banyumas, Jawa Tengah. Kata “mendoan” berasal dari Bahasa Banyumasan, yaitu mendo, yang berarti setengah matang atau lembek. “Mendoan” sendiri kemudian diartikan sebagai “makanan yang dimasak dengan minyak panas yang banyak dengan cepat sehingga masakan tidak benar-benar matang”. Bahan makanan yang paling sering dibuat menjadi berbagai menu mendoan adalah tempe dan tahu.
Itu adalah sebagian menu dalam wisata kuliner di Wadas Malang. Ada sejumlah menu lain yang tersaji. Semuanya layak menjadi pilihan bagi para pengunjung yang menyukai wisata kuliner.
Intinya, semua wahana dan fasilitas di Wadas Malang menyajikan pesona wisata yang menarik. Tetapi nilai lebih yang terutama dari wana wisata Wadas Malang adalah pemandangan alam yang asri dan menyejukkan mata serta hati, yang tersaji di sejauh mata memandang, saat berada di Wadas Malang. Hmm... • DR/Kds/Rwi