4 minute read

• Refleksi Perlindungan Warisan Budaya Lokal di Situs Bonggan

Perhutani secara konsisten berkomitmen untuk menjaga kearifan budaya lokal. Wujudnya antara lain dengan tetap memertahankan keberadaan situs-situs budaya yang terdapat di dalam wilayah kerja Perhutani. Hal itu juga direfleksikan dari aktivitas pemeliharaan Situs Bonggan. Sebagai warisan budaya masa lalu, Perhutani memertahankan keaslian situs yang berada di wilayah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan tepatnya di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kalinanas.

Penegasan tentang komitmen Perhutani memelihara situs Bonggan sebagai warisan budaya itu disampaikan Wakil Administratur

Advertisement

Perhutani KPH Mantingan,

Dwi Anggoro Kasih, mewakili

Administratur Perhutani KPH

Mantingan. Dwi membenarkan bahwa saat ini situs Bonggan yang ada di BKPH Kalinanas itu tetap dilestarikan untuk melindungi warisan budaya masa lampau. Situs Bonggan sendiri tepatnya berada di Petak 19 c, BKPH

Kalinanas, KPH Mantingan. Menurut

Dwi, situs budaya seluas 0,91 hektare itu merupakan warisan budaya masa lampau yang dipertahankan Perhutani untuk menjaga kearifan budaya lokal. Kebijakan pengelolaan kawasan tersebut dimaksudkan untuk memertahankan dan menjaga kearifan lokal.

“Pada lokasi situs, Perhutani sudah memasang plang dan papan nama. Di dalam prasyarat Pengelolaan Hutan Lestari Produksi (PHPL) situs-situs yang ada dalam kawasan hutan diarahkan untuk dikhususkan dan dikelola sebagai sumber budaya lokal. Pada area tersebut, tidak dibenarkan untuk menebang pohon demi memertahankan dan menjaga kearifan lokal,” ujar Dwi.

Menanggapi hal itu, Kepala Desa Kalinanas, Jani, mengapresiasi Perhutani yang telah melakukan langkah-langkah memertahankan situs-situs yang ada di Desa Kalinanas maupun di kawasan hutan untuk dijaga dan dipelihara dengan baik. “Karena ini adalah warisan budaya masa lalu yang kita pertahankan keasliannya. Hal itu sesuai dengan UndangUndang nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya, mengganti Undang-Undang nomor 5 Tahun 1992 yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat,” ulasnya.

Sementara itu, Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sumber Rejeki yang juga mantan Kepala Desa Kedungbacin, Salikin,

Foto : Sigit/Kompersh KPH Mantingan

menambahkan, pihaknya akan tetap ikut menjaga kearifan lokal yang perlu untuk tetap dilestarikan keberadaannya. Termasuk Situs Bonggan.

Pesugihan dan Pasar Lelembut

Situs Bonggan memang sangat terkait dengan budaya dan kepercayaan masyarakat lokal. Bahkan situs itu sangat erat berkaitan dengan keberadaan leluhur masyarakat lokal. Hal itu ditegaskan oleh Mbah Kesi yang merupakan sesepuh Desa Kalinanas. Menurut dia, berdasarkan cerita leluhurnya, Alas Bonggan merupakan kota gaib yang dipercayai warga sebagai pasar lelembut. Situs Bonggan juga dipercaya masyarakat setempat sebagai tempat untuk mendapatkan keberuntungan atau pesugihan.

Situs Bonggan secara administratif berada di wilayah Desa Kedungbacin, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Berdasarkan cerita yang disampaikan masyarakat secara turun-temurun, Bonggan memang dikenal sebagai lokasi pasarnya lelembut (makhluk gaib, red). Masyarakat yang tahu mengenai dunia lain, bahkan menyebut Bonggan sebagai “kota gaib” atau “kota lelembut”.

Beragam cerita mistis pun pernah terkuak di media massa tentang Situs Bonggan. Misalnya cerita tentang Bus Pahala Kencana yang pernah tersesat ke dalam hutan serta ada truk pengangkut material yang juga pernah masuk ke alam lelembut di dimensi lain pada 25 Juli 2012.

Sampai saat ini, Situs Bonggan saat ini masih terasa mistis. Khususnya bagi orang yang sebelumnya belum pernah menginjakkan kaki di Hutan Kalinanas. “Beberapa tokoh masyarakat di sekitar Situs Bonggan yang ada di Petak 19C menceritakan bahwa orangorang masih sering mendatangi Situs Bonggan ingin mencari keberuntungan dan pesugihan,” kata Mbah Kesi.

Foto : Sigit/Kompersh KPH Mantingan

Aroma Mistis

Seusai rapat keamanan dengan Danru dan Asper, Jumat 12 Maret 2021, Wakil Administratur Perhutani KPH Mantingan, Dwi Anggoro Kasih, membenarkan bahwa Situs Bonggan itu tetap dilestarikan untuk melindungi warisan budaya masa lampau. “Dalam Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL), situs-situs yang ada dalam kawasan hutan untuk dikhususkan dan dikelola sebagai sumber budaya lokal dan tetap dikelola, tidak ditebang pohon-pohon sekitarnya, dan tetap mempertahankan dan menjaga kearifan lokal,” jelas Dwi Anggoro.

Tak bisa diingkari, aroma mistis memang sangat terasa di Situs Bonggan. Menurut Lasiman, salah satu warga Dukuh Gagan, Desa Kalinanas, bahkan akhir-akhir ini sudah tidak banyak lagi orang yang memasuki Situs Bonggan. Konon hal itu karena ada cerita bahwa jika orang selain warga setempat masuk ke Situs Bonggan, maka warga sekitar akan mengalami kesulitan dalam mencari rezeki atau nafkah. Jadi, ada kecenderungan masyarakat lokal mencegah orang dari luar masuk ke kawasan Situs Bonggan.

“Karena itu, masyarakat Dukuh Gagan masih memercayainya. Sehingga, jika ada orang yang bukan penduduk setempat masuk Situs Bonggan, mereka melarangnya,” ujar Lasiman.

Cerita itu pun bergulir hingga kini dan tetap dipercaya oleh masyarakat Dukuh Gagan. Entah siapa orang pertama yang menyebarkan cerita itu. Sampai sekarang tidak ada yang tahu. Tetapi, cerita itu diyakini kebenarannya oleh masyarakat lokal.

Harus Dipertahankan

Cerita-cerita mistis yang berkembang di masyarakat itu tetap ada. Bahkan, keberadaan cerita-cerita mistis itu justru membantu upaya menjaga kelestariannya. Sebab, dengan masyarakat percaya akan ceritacerita mistis itu, masyarakat akan takut untuk merusak kelestariannya.

Ketua LMDH Sumber Rejeki Salikin, yang juga mantan kepala Desa Kedungbacin menambahkan, Situs Bonggan yang sampai sekarang masih dipercaya masyarakat setempat sebagai tempat untuk mencari kelancaran rezeki dan juga masuk cagar budaya. “Kami akan tetap menjaga kearifan lokal, yang perlu untuk tetap dilestarikan keberadaannya,” tandas Salikin.

Pelestarian situs budaya itu memang hal yang perlu. Selain sebagai refleksi kearifan budaya lokal, juga bermanfaat untuk menggerakkan masyarakat lokal agar turut menjaga kelestarian alam dan hutan yang ada di sekitarnya. Begitu pula yang terjadi di Situs Bonggan.• DR/Mnt/Sgt

This article is from: