5 minute read

• Di Pasuruan, Perhutani Kelola “De Picnic” Bersama Investor dan LMDH

Di Pasuruan, Perhutani Kelola “De Picnic”

Bersama Investor dan LMDH

Advertisement

Masyarakat sudah kian menganggap aktivitas wisata sebagai sebuah kebutuhan. Hal itu menggembirakan sekaligus memberikan tantangan. Sebab, kian bagusnya minat masyarakat terhadap obyek wisata menuntut pengelolaan lokasi wisata harus lebih serius dan profesional. Perhutani sadar penuh akan hal itu. Maka, di banyak tempat wisata, Perhutani menggandeng investor dan LMDH untuk mengelola tempat wisata alam di wilayahnya. Salah satunya dilakukan Perhutani KPH Pasuruan di lokasi wisata alam “De Picnic” Prigen, Pasuruan.

Bertempat di lokasi wisata alam ‘De Picnic’ Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pasuruan menandatangani perjanjian kerja sama secara tripartit bersama CV Botanika

Nusantara dan Lembaga Masyarakat

Desa Hutan (LMDH) Alam Barokah,

Rabu, 17 Maret 2021. Kerja Sama tersebut tentang pemanfaatan jasa lingkungan yang obyeknya adalah pengelolaan wisata alam “De Picnic”

Prigen, Pasuruan. Perjanjian Kerja Sama tersebut ditandatangani oleh Administratur

Perhutani KPH Pasuruan, Candra

Musi, selaku Pihak Pertama;

Direktur CV Botanika Nusantara,

Harto Subroto Yuwono, sebagai

Pihak Kedua; dan Ketua LMDH

Alam Barokah, Cipto Roso, selaku

Pihak Ketiga. Lokasi wisata alam pihak yaitu investor dan LMDH membangun kekuatan untuk saling menguntungkan. Saya berharap, Pasuruan dapat menjadikan sentral sebagai wahana raya yang dapat kita dikembangkan, dimana pada suatu saat bisa di-launching kembali dengan harapan dapat tumbuh dan berkembang, sehingga bermanfaat bagi kita semua,” kata Candra.

Direktur CV Botanika Nusantara, Harto Subroto Yuwono, menambahkan, dalam situasi pandemi Covid-19 pihaknya harus tetap berusaha agar bisa maju dan berkembang, dengan bermitra bersama Perhutani untuk mengembangkan usaha pengelolaan wisata keluarga. Lewat kerja sama itu, masyarakat di sekitar hutan juga diharapkan akan terangkat taraf ekonominya.

“Kami juga akan mengajak masyarakat desa sekitar untuk

“De Picnic” itu sendiri terletak di kawasan hutan Petak 58a, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Prigen, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lawang Barat, KPH Pasuruan. Secara administratif pemerintahan, kawasan itu termasuk Desa Lumbangrejo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Di sela-sela proses penandatanganan perjanjian kerja sama itu, Candra Musi mengatakan, dengan adanya kolaborasi bersama para pihak untuk pengembangan obyek wisata alam di hutan Perhutani, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa di sekitar hutan. Juga dapat meningkatkan nilai tambah untuk Perhutani KPH Pasuruan.

“Oleh karena itu, kita bersinergi bersama para

Foto: Dedi Chrisnadi/Kompersh KPH Pasuruan

bekerja sama dengan menjual hasil bumi daerah setempat. Secara tidak langsung mereka akan mendapatkan keuntungan dan penghasilan,” katanya.

Tambah Penghasilan Masyarakat

Menanggapi kerja sama yang terjalin di hari itu, Ketua LMDH Alam Barokah, Cipto Roso, menyampaikan terima kasih kepada Perum Perhutani maupun CV Botanika Nusantara. Menurut dia, dengan adanya kerja sama pengelolaan obyek wisata di pangkuan Desa Lumbangrejo, secara tidak langsung akan menambah penghasilan masyarakat setempat.

“Desa Lumbangrejo sangat berpotensi untuk dijadikan tempat wisata alam karena memiliki panorama indah yang berada di lereng pegunungan,” katanya.

Potensi besar yang dikandung kawasan tersebut dari sektor wisata alam juga akan membantu masyarakat desa di sekitar hutan untuk mengembangkan produk olahan mereka. Tentu, hal itu juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Dengan adanya pertumbuhan wisata, masyarakat desa dapat menjual produk-produk desa setempat, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Kami berharap, dalam hal ini Desa Lumbangrejo akan bisa berkembang juga menjadi icon wisata Kabupaten Pasuruan,” tambah Cipto.

Angkat Nama Daerah

Pengembangan lokasi wisata alam De Picnic juga diharapkan dapat mengangkat nama daerah, khususnya Prigen. Saat ini, mungkin nama daerah Prigen masih kurang akrab di telinga pecinta wisata. Tetapi, Prigen punya banyak destinasi wisata alam yang berpotensi menjadi unggulan. Dan “De Picnic” diharapkan menjadi salah satu unggulan itu.

Prigen adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan Prigen berjarak sekitar 17 kilometer dari ibukota kabupaten Pasuruan ke arah barat. Pusat pemerintahannya berada di Kelurahan Prigen. Prigen sendiri dikenal sebagai daerah tujuan wisata di Jawa Timur.

Kecamatan Prigen yang masuk wilayah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, itu sebenarnya tidak jauh dari Kota Surabaya ataupun Kota Malang. Tetapi, dibandingkan daerah tetangganya itu, Prigen memang belum terlalu populer. Prigen membawahi 11 desa dan 3 kelurahan. Salah satu desa itu adalah Lumbang Rejo.

Desa Lumbangrejo berada di dataran tinggi yang Sejuk. Lumbang Rejo merupakan desa terbesar kedua di Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Yang menarik, Lumbang Rejo merupakan desa paling asri dan paling makmur di Kecamatan Prigen. Warganya memiliki sifat yang ramah tamah dan punya sopan santun yang baik terhadap pendatang. Hal itu tentu menjadi nilai tambah bagi kawasan yang akan dikembangkan

Foto: Dedi Chrisnadi/Kompersh KPH Pasuruan

“Desa Lumbangrejo sangat berpotensi untuk dijadikan tempat wisata alam karena memiliki panorama indah yang berada di lereng pegunungan. Dengan adanya pertumbuhan wisata, masyarakat desa dapat menjual produk-produk desa setempat, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Kami berharap, dalam hal ini Desa Lumbangrejo akan bisa berkembang juga menjadi icon wisata Kabupaten Pasuruan,” tambah Cipto.

menjadi daerah wisata. Apalagi, desa ini juga memiliki kekayaan alam yang melimpah.

Bisnis Ekowisata

Saat ini, sektor ekowisata sudah menjadi salah satu bisnis utama dari Perum Perhutani selain produksi kayu dan getah. Tren tersebut berkembang, karena peran ekowisata mulai signifikan dalam core-economy di Indonesia. Apalagi, selain berperan penting sebagai penyumbang devisa negara, ekowisata juga menjadi elemen penting dalam kampanye nasional pariwisata Wonderful Indonesia.

Ekowisata atau ecotourism saat ini berkembang menjadi tema menarik yang sedang berkembang pesat. Isu-isu konservasi lingkungan yang selalu dibenturkan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat dapat ditengahi melalui upaya-upaya pengelolaan sumber daya hayati yang berkelanjutan. Salah satu wujudnya adalah ecotourism.

Ekowisata atau ecotourism selalu berpegang pada tiga prinsip, yaitu nature friendly, community friendly, dan tourist friendly. Hal ini diterjemahkan dalam beberapa poin penting, semisal pengelolaan berbasis dampak, baik dampak lingkungan, sosial, maupun dampak ekonomi). Kesadaran dan kepekaan terhadap situasi sosial di sekitar obyek wisata juga selalu dilakukan dengan memertimbangkan pengalaman positif pengunjung dan pengelolaan keuntungan finansial yang baik.

Di dalam konteks yang lebih sederhana, pelibatan masyarakat lokal menjadi penting dalam pengelolaan ekowisata. Seperti dua sisi mata uang, ekowisata dapat menjadi sumber ekonomi masyarakat lokal, sehingga masyarakat dapat turut aktif berpartisipasi dalam konservasi sumber daya alam yang dijadikan obyek ekowisata. Kemudian, komitmen bersama untuk berbagi peran, waktu, ruang, dan hasil, menjadi acuan bersama dalam mengelola kawasan ekowisata tersebut.

Faktor-faktor tersebut mengemuka dalam perjanjian kerja sama pengelolaan wisata alam “De Picnic”. Kembangkan potensi menjadi unggulan. • DR/Psu/Dd

Foto: Dedi Chrisnadi/Kompersh KPH Pasuruan

This article is from: