Ali Tranghanda
C E O Indonesia Property Watch
MURAH TIDAK MENJAMIN LARIS “Harga murah tidak selalu laris dan harga mahal tidak selalu susah untuk dijual.”
M
emasarkan properti itu gampang-gampang susah. Tapi saya yakin tidak ada properti yang tidak bisa dijual. Semua bisa dijual jika waktunya tepat, harganya sesuai, dan tahu pasarnya dimana. Harga murah tidak selalu laris dan harga mahal tidak selalu susah untuk dijual. Ada pengalaman menarik dari kebiasaan makan siang di sekitar tempat kerja saya. Disana terdapat deretan tempat makan dari sekelas warteg sampai rumah makan. Pastinya kelas warteg harganya sedikit lebih rendah dari rumah makan. Beberapa kali saya amati. Harga makanan di warteg pastinya relatif lebih murah dibandingkan yang lain, namun tidak menjamin jumlah pengunjung yang juga banyak. Meskipun mungkin tidak terlalu berbeda jauh, namun yang datang ke rumah makan pun ternyata tidak kalah banyaknya. Saya pun berusaha mengamati dan mencari tahu apa yang menyebabkan rumah makan ini bisa dikunjungi cukup banyak
4
61|2021
pengunjung. Menu yang disajikan ternyata tidak hanya sekedar masakan warteg tempe, tahu, sayur, telur, dan lainnya yang biasa ada di warteg. Selain masakan pada umumnya, mereka juga menyiapkan telur dadar dengan rasa yang berbeda, udang dan cumi dengan bumbu yang khas, ada kepala ikan kakap, sampai sop iga. Jelas harganya pasti lebih mahal. Dan mereka berani memberikan sesuatu yang berbeda meskipun hasilnya menjadi lebih mahal. Dan yang terpenting ternyata pasarnya memang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga murah belum tentu lebih laris, apalagi berada di lingkungan dengan pasar di segmen menengah atas. Harga murah akan lebih sesuai bila ditempatkan di pasar yang juga berada di segmen menengah bawah. Tapi yang terpenting dari itu semua, pastikan bahwa apa yang kita buat haruslah mempunyai pasar. Benar demikian? Karenanya studi pasar akan sangat penting untuk dapat memberikan gambaran yang tepat dalam menentukan harga sebuah properti dalam satu kawasan pasar tertentu. Banyaknya pengembang yang mengabaikan studi pasar tentunya akan meningkatkan risiko dari produk itu sendiri untuk dijual. Belum lagi ketika kita bicara selera, gaya hidup, psikologi konsumen, dan perilaku konsumen yang berubah sangat dinamis saat ini. ●