TRAVEL AND TOURISM
PULAU JEFMAN, KEINDAHAN ALAM SISA KEJAYAAN PENERBANGAN
Text and Photo’s : Dhanang Dhave
S
aya tidak membayangkan bagaimana jika saya berdiri di landas pacu pesawat sebelum tahun 2004. Pasti saat itu saya akan ditangkap oleh petugas bandara, tetapi kali ini saya bebas mau apa saja di landas pacu pesawat sepanjang 1,8 km. Benar, saya sedang berada di pulau Jefman, distrik Salawati, Kabupaten Raja Ampat. Pulau ini menjadi saksi akan sebuah kejayaan karena menjadi bandara pertama di Papua bagian Barat. Bandara Jefman terakhir beroperasi pada tahun 2004 dan setelah itu pindah di Bandara Dominik Eduard Osok di Sorong. Tak hanya cerita landasan bandaranya saja, tetapi pesona alam dan dunia bawah airnya begitu memincut saya untuk berlama-lama disana. Pulau Jefman berjarak 16,7 km jika ditarik garis lurus dari pelabuhan Sorong. Akses menuju Pulau Jefman dengan menggunakan kapal motor dengan mesin 40Pk dengan waktu tempuh sekitar 1 jam pelayaran. Ada 2 kali jadwal penyebrangan, yakni pukul 8 pagi dari Jefman dan 2 siang dari Sorong. Sekali
74
65|2021
menyebrang dikenakan tiket sebesar Rp50.000. Jika terlambat maka bisa men-carter 1 unit kapal motor dengan harga antara Rp300-500 ribu sekali jalan. Pelayaran menuju Jefman akan melewati 2 buah pulau yakni, pulau Doom dan Soom yang keduanya secara administratif masuk Kota Sorong. Senja itu saya berdiri duduk di sebuah bekas dermaga yang sudah tidak terpakai. Pulau Jefman sisi Barat memberikan pesona dikala sang Surya akan beranjak menuju peraduannya. Debur ombak mengalun pelan yang saat itu laut sedang dalam keadaan pasang. Semilir angin laut menambah suasana semakin hangat seiring rona merah yang semakin merekah. Nampak siluet nelayan yang mulai berangkat menuju sero untuk melihat atau mengambil hasil tangkapan ikan. Di bawah pohon ketapang saya harap-harap cemas untuk menyaksikan terbenamnya matahari. Saat-saat yang dinanti oleh para pejalan yang sedari tadi menyiagakan kamera dengan