Laporan RTTLP- Wahyu Wijayanti

Page 1

LAPORAN PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT PELAKSANAAN DIKLAT CALON PENGAWAS SEKOLAH Laporan Akhir Kegiatan Diklat Calon Pengawas Sekolah Provinsi Banten Periode: 2 November – 30 Desember 2021

Disusun Oleh: Nama

: WAHYU WIJAYANTI, S.Pd, M.Pd.

NIP

: 196609221990032003

Unit Kerja

: SMA Negeri 15 Kota Tangerang

DIKLAT CALON PENGAWAS SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2021


PENGESAHAN

Pada hari ini, Jumat tanggal dua puluh empat bulan Desember tahun dua ribu dua puluh satu telah disahkan Laporan Pelaksanaan Diklat Calon Pengawas Sekolah dengan identitas sebagai berikut NAMA

: WAHYU WIJAYANTI, S.Pd, M.Pd.

NIP

: 196609221990032003

Unit Kerja

: SMA Negeri 15 Kota Tangerang

Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Wilayah Kota Tangerang dan Tangerang Selatan

H. SURYADI, S.Pd, M.Pd NIP 19720808199603100

i


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil pelaksanaan Rencana Tindak Lanjut Program Pengawasan (RTLPP) Pendidikan dan Latihan (Diklat) Calon Pengawas Sekolah (CPS) dapat diselesaikan tepat waktu. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Agama Islam, ilmu dan keteladanan yang dapat menjadi bekal hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat kelak. Laporan hasil pelaksanaan RTLPP diklat CPS ini berisikan lima pokok kegiatan, yaitu: (1) pembinaan guru melalui Supervisi Akademik, (2) Penilaian Kinerja

Kepala

Sekolah (PKKS)

Penilaian Kinerja

Guru (PKG), (3)

pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah, (4) penyusunan proposal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), dan (5) peningkatan kompetensi CPS berdasarkan hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK). Pelaksanaan RTLPP dalam kegiatan On the Job Training II (OJT II) Diklat CPS, dilaksanakan di dua sekolah yaitu, SMAN 15 Kota Tangerang (sekolah asal) dan di SMAN 8 Kota Tangerang (sekolah magang). Selesainya tugas OJT II tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.

Bapak Dr. H. Tabrani, M.Pd. selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti serangkaian kegiatan Diklat Calon Pengawas Sekolah.

2.

Bapak Ismail, M.Si. Kepala Bidang Ketenagaan dan Kelembagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten yang telah memfasilitasi Calon Pengawas Sekolah persiapan Diklat.

ii

Provinsi Banten dalam


3.

Bapak Hargio Santoso, M.Pd. selaku Pengajar Diklat yang telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis sehingga terus bersemangat dalam menggali pengetahuan dan pengalaman tentang kepengawasan.

4.

Ibu Imas Fatimah, M.Pd. selaku Mentor yang penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam mengerjakan tugas-tugas diklat hingga terselesaikan dengan baik.

5.

Bapak H. Suryadi, S.Pd, M.Pd., Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Wilayah Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan bantuan administrasi dan motivasi kepada Calon Pengawas Sekolah untuk tetap bersemangat dalam melaksanakan serangkaian kegiatan Diklat.

6.

Bapak Drs. Roni Yunardi, M.Ikom., Kepala SMAN 15 Kota Tangerang yang telah mendukung terselenggaranya berbagai kegiatan di sekolah asal.

7.

Bapak Mashudi, M.Pd., Kepala SMAN 8 Kota Tangerang, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk magang dalam rangka berlatih lebih banyak tentang pengembangan kompetensi supervisi, manajerial dan kegiatan Bimlat.

8.

Guru-guru SMAN 15 Kota Tangerang yang sudah banyak membantu saya dalam melaksanakan tugas-tugas OJT-2.

9.

Guru-guru SMAN 8 Kota Tangerang

yang telah membantu

memberikan informasi, data, dan bahan-bahan pendukung laporan. 10. Semua pihak yang telah banyak membantu pelaksanaan tugas diklat ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis sadar bahwa dalam laporan pelaksanaan RTLPP ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.

iii


Semoga hasil laporan pelaksanaan RTLPP ini bermanfaat dan memberikan kontribusi di bidang pendidikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam mengelola sekolah secara efektif serta efisien. Selain itu laporan ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan bagi para CPS dalam meningkatkan komitmen kepengawasan. Karena tugas kepengawasan dalam penjaminan mutu pendidikan sangatlah kompleks. Sehingga perlu didasari rasa tanggung jawab, dedikasi tinggi dan dalam menjalankan tugas bisa dilaksanakan dengan sepenuh hati.

Penulis

Wahyu Wijayanti, S.Pd, M.Pd. NIP. 196609221990032003

iv


DAFTAR ISI

PENGESAHAN ...................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ...........................................................................................................v DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ................................................................ vii DAFTAR TABEL............................................................................................... viii DAFTAR FOTO LAMPIRAN ............................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang .................................................................................................... 1 B. Dasar Hukum ...................................................................................................... 2 C. Tujuan ................................................................................................................. 3 D. Hasil yang Diharapkan ........................................................................................ 4 E. Ruang Lingkup Pelaksanaan RTLPP .................................................................. 4 F. Visi, Misi, dan Tujuan Pengawasan .................................................................... 6

BAB II DESKRIPSI KONDISI SEKOLAH ........................................................9 A. Kondisi Sekolah Tempat Calon Pengawas Bertugas ........................................... 9 B. Kondisi Sekolah Tempat Calon Pengawas Magang .......................................... 16

BAB III PELAKSANAAN RTLPP ...................................................................24 A. Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Guru Melalui Supervisi Akademik ............. 24

B. Penilaian Kinerja ......................................................................................39 C. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PKG) ............................................48 D. Pelaksanaan Bimbingan dan Pelatihan (Bimlat .......................................56 E. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ......................63 F. Peningkatan Kompetensi Calon Pengawas Sekolah Berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) ...................106 BAB IV PENUTUP ............................................................................................111 Lampiran Foto – foto Kegiatan Pelaksanaan RTLPP ....................................112 Pembinaan Guru .........................................................................................112 Kegiatan PKKS di SMAN 8 Kota Tangerang ............................................117

v


Kegiatan PKG di SMAN 15 Kota Tangerang ............................................118 LAMPIRAN – LAMPIRAN LAIN ...................................................................120

vi


DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Figure 1: Jumlah Siswa SMA N 15 Kota Tangerang Tiga Tahun Terakhir ..........11 Figure 2: Lulusan SMA N 15 Kota Tangerang yang Melanjutkan ke Perguruan Tinggi Tiga Tahun Terakhir ...................................................................................11 Figure 3: Radar PMP 2018 SMAN 15 Kota Tangerang ........................................14 Figure 4: Gedung SMAN 15 Kota Tangerang .......................................................15 Figure 5: Data Jumlah Siswa SMAN 8 Kota Tangerang Tiga Tahun Terakhir .....19 Figure 6: Lulusan SMAN 8 Kota Tangerang yang Melanjutkan Kuliah Tiga Tahun Terakhir .......................................................................................................19 Figure 7: Radar PMP 2019 SMAN 8 Kota Tangerang ..........................................23 Figure 8: Gedung SMAN 8 Kota Tangerang ........................................................23 Figure 9: Perbandingan Hasil Telaah Penyusunan RPP Supervisi Akademik pada Siklus I dan Siklus II ..............................................................................................33 Figure 10: Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Supervisi Kelas Siklus I dan Siklus II ....................................................................................35 Figure 11: Pembinaan guru pra-observasi CPS melakukan pengecekan RPP .......38 Figure 12: Pembinaan guru model saat mengajar di kelas .....................................38 Figure 13: Pembinaan guru model pasca observasi dalam bentuk diskusi ............39 Figure 14: Sosialisasi dan koordinasi CPS dengan kepala SMAN 8 Kota Tangerang...............................................................................................................46 Figure 15: Wawancara CPS dengan para Wakasek SMAN 8 Kota Tangerang .....47 Figure 16: Penandatangan PKKS oleh Kepala Sekolah dan CPS ..........................47 Figure 17: Penyerahan hasil PKKS kepada Kepala Sekolah .................................48 Figure 18: Kegiatan CPS menganalisis hasil Penilaian Kinerja Guru ...................55 Figure 19: Kegiatan CPS melaksanakan tindak lanjut bersama guru yang dinilai 55 Figure 20: Kegiatan IHT di SMAN 15 hari ke-1, penyampaian materi pembelajaran berdiferensiasi oleh CPS ..................................................................60 Figure 21: Kegiatan IHT di SMAN 15 Hari ke-2, presentasi RPP Pembelajaran Berdiferensiasi oleh Guru Model ...........................................................................61 Figure 22: Kegiatan IHT di SMAN 15 Hari ke-3, Kegiatan Peer Teaching Pembelajaran Berdiferensiasi oleh Guru Model ....................................................61 Figure 23: Kegiatan Workshop di SMAN 8 Tangerang, berupa penyampaian materi Pembelajaran Berdiferensiasi oleh CPS......................................................62 Figure 24: Pelaksanaan Tindakan dalam Dua Siklus ...........................................100

vii


DAFTAR TABEL

Table 1: Prestasi siswa SMAN 15 Kota Tangerang dalam Bidang Akademik dan Non-Akademik .......................................................................................................12 Table 2: Skor Standar Nasional Pendidikan pada Rapor Mutu SMAN 15 Kota Tangerang Tahun 2018 ..........................................................................................13 Table 3: Prestasi Siswa SMAN 8 Kota Tangerang Dalam Bidang Akademik dan Non-Akademik .......................................................................................................20 Table 4: Skor Standar Nasional Pendidikan pada Rapor Mutu SMA N 8 Kota Tangerang...............................................................................................................21 Table 5: Data lengkap sasaran pembinaan guru .....................................................29 Table 6: Hasil Telaah RPP Supervisi Akademik Siklus I ......................................31 Table 7: Hasil Telaah RPP/ Supervisi Akademik Siklus II....................................32 Table 8: Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Supervisi Akademik Siklus I ................................................................................................................................34 Table 9: Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Supervisi Akademik Siklus II .............................................................................................................................34 Table 10: Hasil PKKS SMA Negeri 8 Kota Tangerang ........................................42 Table 11: Rekap Penilaian Kinerja Guru Mapel (Penilaian Atasan) .....................51 Table 12: Rekap Penilaian Kinerja Guru BK (Penilaian Atasan) ..........................52 Table 13: Jadwal Kegiatan Penelitian ....................................................................95 Table 14: Daftar Sampel Penelitian Tindakan .......................................................96 Table 15: Indikator Kinerja Penelitian ...................................................................98

viii


DAFTAR FOTO LAMPIRAN

Foto Lampiran 1: CPS melakukan telaah RPP tiga guru model .........................112 Foto Lampiran 2: Supervisi Kelas guru Sosiologi (Putri Anggraini, S.Pd.) ........112 Foto Lampiran 3: Supervisi Kelas guru Bahasa Inggris (Hani Khoirunnisa, S.Pd.) ..............................................................................................................................113 Foto Lampiran 4: Wawancara dengan guru Sosiologi (Putri Anggraini, S.Pd.) ..113 Foto Lampiran 5: Wawancara dengan guru BK (Alimah, S.Pd.) ........................114 Foto Lampiran 6: Sambutan dan pembukaan acara IHT Perancangan Pembelajaran Berdiferensiasi di SMA N 15 Kota Tangerang .............................114 Foto Lampiran 7: Pelaksanaan IHT hari ke-1 Tujuan dan perancangan pembelajaran berdiferensiasi ................................................................................114 Foto Lampiran 8: Pelaksanaan IHT hari ke- 2 Penyusunan RPP Berdiferensiasi ..............................................................................................................................115 Foto Lampiran 9: Pelaksanaan IHT hari ke- 3 Peer teaching pembelajaran berdiferensiasi ......................................................................................................115 Foto Lampiran 10: Sambutan dan pembukaan acara IHT Perancangan Pembelajaran Berdiferensiasi di sekolah magang SMA Negeri 8 Kota Tangerang ..............................................................................................................................116 Foto Lampiran 11: Kegiatan Workshop di SMAN 8 Tangerang, berupa penyampaian materi Pembelajaran Berdiferensiasi oleh CPS ...........................117 Foto Lampiran 12: Wawancara CPS dengan para wakasek SMN 8 Kota Tangerang.............................................................................................................117 Foto Lampiran 13: Penyerahan hasil PKKS kepada Kepala Sekolah ..................118 Foto Lampiran 14: Pembinaan guru pra-observasi CPS melakukan pengecekan RPP.......................................................................................................................118 Foto Lampiran 15: Pembinaan guru model saat mengajar di kelas .....................119 Foto Lampiran 16: Pembinaan guru model pasca observasi dalam bentuk diskusi ..............................................................................................................................119

ix


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Rapor Mutu SMA N 15 Kota Tangerang ........................................120 Lampiran 2: Rapor Mutu SMA N 8 Kota Tangerang ..........................................121 Lampiran 3: Instrumen Perencanaan Pembelajaran Berdiferensiasi ....................121 Lampiran 4: RPP Pembelajaran Berdiferensiasi ..................................................121 Lampiran 5: Penliaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) .....................................121 Lampiran 6: Penilaian Kinerja Guru (PKG) ........................................................121 Lampiran 7: IHT ..................................................................................................121 Lampiran 8: Materi Pembelajaran Berdiferensiasi (PPT) ....................................121 Lampiran 9: Peningkatan Kompetensi Berdasarkan AKPK ................................121 Lampiran 10: Daftar Hadir Kegiatan ...................................................................121 Lampiran 11: Jadwal Rencana Tindak Lanjut Program Kepengawasan (Final) ..121

x


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pengawas Sekolah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan. Berdasar Permen PAN dan RB Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya menyatakan Pengawas Sekolah juga mempunyai peran yang sangat besar untuk mendorong sekolah-sekolah binaannya bisa mencapai kualitas yang diharapkan, mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Yakni, standar kelulusan, standar isi, standar penilaian, standar proses, standar pendidik dan tenaga pendidik, standar pengelolaan, standar pembiayaan juga standar sarana dan prasarana. Sedangkan menurut Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah/ Madrasah diuraikan bahwa kompetensi pengawas sekolah ada enam yaitu kompetensi kepribadian, supervisi manajerial,

supervisi

akademik,

evaluasi

pendidikan,

penelitian

dan

pengembangan, dan kompetensi sosial. Melihat begitu pentingnya peran pengawas dalam penjaminan mutu pendidikan. Maka perekrutan pengawas sekolah menjadi jalan pembuka yang harus dipersiapkan dengan baik agar terwujud pengawas sekolah yang profesional, jujur dan berkompeten. Hal itu tentunya harus berbanding lurus dengan proses rekrutmennya harus dilakukan dengan profesional, jujur dan ditangani oleh pihak-pihak yang berkompeten juga bertanggung jawab. Berdasar Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 143 tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Pada pasal 31 dinyatakan bahwa seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk dapat diangkat dalam jabatan sebagai pengawas sekolah harus memenuhi

1


2

beberapa persyaratan. Salah satunya telah mengikuti pendidikan dan pelatihan funsional calon pengawas sekolah dan memiliki Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP). Untuk mendapatkan STTPP ada beberapa tahapan yang harus diikuti yaitu seleksi administrasi, seleksi substansi, dan diklat calon pengawas sekolah. Selanjutnya, dalam diklat calon pengawas sekolah tahun 2021 dilakukan penggemblengan melalui 4 tahapan, yaitu tahap On-the Job Training 1 (OJT-1), In Service Training 1 (IST-1), On-the Job Training 2 (OJT-2), dan In Service Training 2 (IST-2). Tahap penyampaian konsep dilakukan pada saat OJT-1 dengan moda daring, praktik penerapan konsep dilakukan pada saat kegiatan IST-1 dengan moda luring dan praktik menjalankan tugas kepengawasan di sekolah sendiri maupun sekolah magang dijalankan pada kegiatan OJT-2. Tahap pelaporan dilaksanakan pada IST2 dengan moda luring. Dalam kegiatan OJT-2 Calon Pengawas Sekolah harus melaksanakan tugastugas pengawasan yang dikemas dalam RTLPP (Rencana Tindak Lanjut Program Pengawasan). Berdasar skema tugas di atas, Laporan Rencana Tindak Lanjut Program

Pengawasan

(RTLPP)

ini

disusun

selain

sebagai

bentuk

pertanggungjawaban peserta Diklat Calon Pengawas Sekolah, juga sebagai salah satu upaya meningkatkan kompetensi agar saat bertugas nanti bisa menjadi pengawas yang profesional, jujur dan berkompeten, yang mampu menjadi penjamin mutu di sekolah binaanya sesuai tugas dan tanggung jawabnya. B. Dasar Hukum Dasar hukum kegiatan pelaksanaan Rencana Tindak Lanjut (RTLPP) Diklat CPS adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;


3

3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil; 4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru; 6. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2016; 7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah; 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah.

C. Tujuan Laporan pelaksanaan Rencana Tindak Lanjut Program Pengawasan (RTLPP) ini disusun dengan tujuan: 1.

Meningkatkan pemahaman calon pengawas sekolah mengenai peran, tugas pokok, dan fungsi yang harus dijalankan dalam penjaminan mutu sekolah.

2.

Memberikan pengalaman nyata kepada calon pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial di satuan pendidikan.

3.

Membuka wawasan calon pengawas sekolah terhadap berbagai permasalahan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dan berusaha mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif untk menjawab permasalahan tersebut.


4

D. Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan melalui pelaksanaan Rencana Tindak Lanjut Program Pengawasan (RTLPP) secara umum adalah: 4. Meningkatnya pemahaman calon pengawas sekolah mengenai peran, tugas pokok, dan fungsi yang harus dijalankan dalam penjamin mutu sekolah. 5. Diperolehnya pengalaman nyata oleh calon pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial di sekolah sendiri maupun sekolah magang. 6. Terbukanya wawasan calon pengawas terhadap berbagai permasalahan peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan berkembangnya pemikiran yang kreatif dan inovatif untk menjawab permasalahan tersebut. 7. Sedangkan tujuan khususnya mampu melaksanakan tugas kepengawasan seperti: (1) Pembinaan guru melalui Supervisi Akademik, (2) Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG), (3) Pembimbingan dan Pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah, (4) Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), dan (5) Peningkatan kompetensi CPS berdasarkan hasil AKPK.

E. Ruang Lingkup Pelaksanaan RTLPP Adapun ruang lingkup pelaksanaan RTLPP meliputi hal-hal berikut ini: 1. Pembinaan Guru Melalui Supervisi Akademik Pembinaan

guru

memfokuskan pada

berpedoman tugas

guru

pada

supervisi

dalam

akademik

mengelola

yang

pembelajaran

berdiferensi di kelas. Hal ini bertujuan: (1) dengan penerapan perancangan

pembelajaran

berdiferensiasi

di

kelas,

guru

bisa

memfasilitasi semua siswa yang beragam karakteristik dan gaya belajar, sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.


5

2. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG) Penilaian enam komponen PKKS meliputi: a. kepribadian dan sosial, b. kepemimpinan pembelajaran, c. pengembangan sekolah, d. manajemen Sumber Daya (SDM), e. kewirausahaan, dan f. supervisi pembelajaran. Adapun ruang lingkup PKG meliputi: (1) a. kompetensi pedagogik, b. kompetensi kepribadian, c. kompetensi sosial, dan d. kompetensi profesional.

3. Pembimbingan dan Pelatihan (Bimlat) Profesional Guru dan Kepala Sekolah Pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah yang dilaksanakan adalah untuk guru. Ruang lingkup kegiatan ini dalam rangka meningkatkan kompetensi guru Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk menyusun Rencana Proses Pembelajaran (RPP) berdiferensiasi. 4. Penyusunan proposal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) Penyusunan proposal PTS meliputi: pendahuluan, kajian pustaka, dan metode

penelitian

sesuai

dengan

permasalah

pembelajaran

berdiferensiasi. 5. Peningkatan Kompetensi Calon Pengawas Sekolah (CPS) berdasarkan hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) Ruang lingkup peningkatan kompetensi berdasarkan hasil AKPK terendah yang diperoleh CPS yaitu kompetensi supervisi akademik.


6

F. Visi, Misi, dan Tujuan Pengawasan Rumusan visi, misi, dan tujuan pengawasan di satuan Pendidikan SMA adalah sebagai berikut: 1. Visi Pengawas Sekolah: “Terselenggaranya pengawasan sekolah yang profesional, akuntabel dan berkelanjutan.“ 1. Misi Pengawas Sekolah: a. Melaksanakan pembinaan, pemantuan, dan penilaian terhadap sekolah, kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan dalam penerapan 8 Standar Nasional Pendidikan. b. Meningkatkan mutu pendidikan melalui efektivitas pelaksanaan pengawasan yang berorientasi pada akuntabilitas dan objektivitas. c. Mendorong terwujudnya manajemen sekolah yang efektif dan efisien. d. Meningkatkan profesional kinerja kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan agar berimbas pada peningkatan kompetensi siswa. e. Menegakkan etika dan moral pengelolaan dan pelaksana pendidikan. f. Meningkatkan

kompetensi

pengawas

melalui

pelatihan

dan

pengembangan profesi.

G. Sasaran Kepengawasan Adapun yang menjadi sasaran kepengawasan adalah sumber daya pendukung yang dapat meningkatkan mutu lulusan dan mutu pendidikan pada sekolah binaan. Peningkatan yang dicapai dapat diwujudkan karena faktor dan dukungan sumber daya berikut ini: 1. Kepala Sekolah a. Pengelolaan dan administrasi sekolah; b. Pelaksanaan delapan Standar Nasional Pendidikan (8 SNP); c. Penciptaan suasana belajar yang kondusif; d. Organisasi sekolah dalam persiapan menghadapi akreditasi sekolah;


7

e. Penerapan berbagai inovasi pendidikan/pembelajaran; f. Lingkungan sekolah; g. Pelaksanaan penerimaan siswa baru; dan h. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. 2. Guru/Tenaga Pendidik a. Pencapaian pembelajaran yang efektif dan inovatif berdasarkan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar penilaian diantaranya adalah peningkatan kompetensi dalam metode dan strategi pembelajaran, peningkatan sistem administrasi pembelajaran, b. Peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan bahan ajar dalam penilaian proses dan hasil belajar peserta didik, dan c. Pengembangan bahan ajar untuk setiap mata pelajaran. 3. Tenaga Kependidikan/Tenaga Administrasi Sekolah a. Pengembangan sarana dan jaringan informasi dan komunikasi untuk kegiatan

pembelajaran,

administrasi

sekolah,

dan

komunikasi

internal/eksternal. b. Pelaksanaan Tugas pokok dan fungsi. 4. Pustakawan Pengembangan perpustakaan yang representatif menuju electronic library. 5. Laboran Pengembangan Laboratorium aman dan bersih sebagai sarana penunjang pembelajaran. Pada kegiatan supervisi dan pembinaan diharapkan berdampak terhadap: a. Pengelolaan sekolah yang berintegritas, transparan dan akuntabel. b. Meningkatnya motivasi guru dan kepala sekolah untuk memecahkan permasalahan praktis dan nyata dalam pekerjaan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan kinerja sekolah dalam mewujudkan peningkatan mutu lulusan.


8

c. Meningkatnya frekuensi layanan bimbingan kepada guru dan kepala sekolah dalam mengembangkan kolaborasi dalam kelompok untuk meningkatkan target kinerja. d. Meningkatnya kemampuan profesional guru dan kepala sekolah sebagai dampak penilaian kinerja secara berkelanjutan. e. Meningkatnya efektivitas pengembangan kurikulum satuan pendidikan yang lebih efektif dalam menjawab tantangan kebutuhan belajar siswa. f. Meningkatnya efektivitas sekolah dalam mengembangkan program pengelolaan secara berkelanjutan berbasis hasil evaluasi diri.


BAB II DESKRIPSI KONDISI SEKOLAH

A. Kondisi Sekolah Tempat Calon Pengawas Bertugas

1. Selintas Sejarah Sekolah SMA Negeri 15 Kota Tangerang didirikan sejak tahun pelajaran 2007-2008, tepatnya pada 24 September 2007 dengan SK pendirian sekolah dengan nomor 421.3/Kep 178-TU/P&K/2007. SMAN 15 merupakan SMA termuda di Kota Tangerang yang beralamat di Jalan Villa Tangerang Regensi, Kelurahan Periuk, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang. Kepala Sekolah yang pernah bertugas di SMA Negeri 15 Kota Tangerang secara berturut-turut adalah sebagai berikut: a. Tahun 2007 – 2009

: Drs. Sutrisno (Plt)

b. Tahun 2009 – 2016

: Drs. Romli S., M.Si.

c. Tahun 2016 – sekarang

: Drs. Roni Yunardi, M.Ikom.

2. Visi dan Misi Sekolah a. Visi SMA Negeri 15 Kota Tangerang Unggul Dalam Prestasi Berwawasan IPTEK, Seni dan Budaya yang Berakhlak mulia. 1) Unggul dalam prestasi akademik dan nonakademik. 2) Kreatif, inovatif dan berkarya mengikuti perkembangan teknologi. 3) Sopan santun dalam bertutur dan bersikap. 4) Melestarikan seni dan budaya bangsa. 5) Berperilaku jujur, sopan, disiplin dan tanggung jawab. 6) Tekun beribadah sesuai dengan ajaran agamanya.

9


10

b. Misi Sekolah 1) Melaksanakan proses pembelajaran secara efektif sehingga siswa berkembang secara optimal untuk meraih prestasi terbaik. 2) Mengembangkan potensi siswa sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki agar meraih prestasi optimal. 3) Mengembangkan kegiatan yang mendorong siswa berpikir kreatif dan mampu berkarya inovatif. 4) Menumbuhkan sikap santun dalam bertutur kata dan berperilaku. 5) Meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan agar mampu melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya. 6) Menanamkan sikap jujur pada setiap individu dan tekun.

3. Kondisi Siswa SMA Negeri 15 Kota Tangerang a. Jumlah Siswa Jumlah siswa SMA N 15 Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2021-2022 adalah 1.391 siswa, yang terbagi dalam 33 rombongan belajar (rombel). Kelas XII ada 10 rombel, kelas XI ada 11 rombel dan kelas X ada 12 rombel. Ada 2 program peminatan di semua jenjang kelas, yaitu peminatan MIPA (16 rombel), IPS (17 rombel). b. Prestasi Siswa dalam Bidang Akademik,

Non-Akademik dan

Kegiatan Ekstrakurikuler Prestasi siswa SMAN 15 Kota Tangerang dalam bidang akademik dan nonAkademik sudah banyak sekali. Namun prestasi yang lebih unggul adalah prestasi non-Akademik. Walaupun pandemik covid 19 prestasi siswa masih cukup bagus tiga tahun terakhir ini. Lomba-lomba yang mereka ikuti dalam masa pandemi ini rata-rata lomba yang diselenggarakan secara virtual. Sehingga ruang gerak mereka yang terbatas masih menghasilkan prestasi juga. Prestasi non-Akademik yang paling banyak menyumbang piala dari ekskul paskib dan atletik. Jumlah ekskul di SMAN 15 Kota Tangerang ada 23 macam yaitu: Pramuka, PMR, Paskib, Voli, basket, futsal, sepak bola, taekwondo, pencak silat, atletik,


11

Tari Saman, modern dance, Tari Tradisional, padus, band, KIR, English club, Japan club, Rohis, Keputrian, Teater, marawis, majalah sekolah, sanggar sastra. Data jumlah siswa masing-masing jenjang peminatan dan data lulusan yang melanjutkan ke pertguruan tinggi selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut. Figure 1: Jumlah Siswa SMA N 15 Kota Tangerang Tiga Tahun Terakhir

GRAFIK JUMLAH SISWA SMAN 15 KOTA TANGERANG TIGA TAHUN TERAKHIR 800 700 600

665

500

581

561

676

715

596

400 300 200 100

0 2019-2020

2020-2021 IPA

2021-2022

IPS

Figure 2: Lulusan SMA N 15 Kota Tangerang yang Melanjutkan ke Perguruan Tinggi Tiga Tahun Terakhir

LULUSAN SMAN 15 KOTA TANGERANG YANG MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI

116 104 93

91 69

62

2018-2019

2019-2020 PTN

PTS

2020-2021


12

Sedangkan data prestasi akademik dan non-akademik SMAN 15 Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut. Table 1: Prestasi siswa SMAN 15 Kota Tangerang dalam Bidang Akademik dan Non-Akademik

Prestasi Akademik

Prestasi Non-Akademik

No

Tahun Perolehan

Nasional

Provinsi

Kota

Nasional

Provinsi

Kota

1

2018 – 2019

1

-

4

7

4

8

2

2019 - 2020

-

1

2

4

2

5

3

2020 - 2021

-

-

5

2

2

4

*Prestasi siswa yang tercatat di tabel tersebut hanya juara 1-3 tingkat nasional, provinsi maupun kota

4. Keadaan Guru dam Tenaga Kependidikan Jumlah Guru 64 orang dan Tenaga Kependidikan 17 orang. Guru PNS sebanyak 32 orang, dan Guru non-PNS sebanyak 32 orang. Tenaga kependidikan PNS ada 3 orang, dan tenaga kependidikan non-PNS sebanyak 14 orang. Dilihat dari kualifikasi pendidikan, jumlah guru lulusan Sarjana (S1) sebanyak 38 orang, dan lulusan Magister (S2) sebanyak 26 orang. Sedangkan tenaga kependidikan yang berijazah Sarjana (S1) sebanyak 3 orang, yang berpendidikan Magister (S2) ada 1 orang. 5. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 15 Kota Tangerang dibangun di atas lahan seluas 11.000 m². Yang berada di Zona Pendidikan Kecamatan Periuk. Tepatnya berada di Jalan Villa Rengensi Tangerang, Kelurahan Periuk, Kecamatan Periuk Kota Tangerang. Sekolah ini memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap, sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Secara ringkas, kondisi sarana dan prasaran sekolah dipaparkan sebagai berikut. a) Ruang Kelas Sesuai dengan jumlah rombel, ruang kelas yang ada berjumlah 32 ruang, dengan fasilitas AC, LCD projektor.


13

b) Ruang Laboratoriun Ada 1 laboratorium IPA, 1 lab Bahasa, dan 2 laboratorium komputer c) Ruang Manajemen Sekolah Ada 4 ruang manajemen sekolah yang meliputi, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, dan ruang rapat. d) Gedung dan Ruang Pendukung Beberapa gedung dan ruang pendukung pembelajaran dimiliki sekolah, yaitu gedung aula kecil, kantin sekolah, masjid, ruang BK, UKS dan koperasi siswa. e) Toilet dan WC Ada 25 toilet dan WC yang diperuntukkan bagi siswa, guru, dan karyawan, berada di lantai atas dan bawah. f) Ruang Kegiatan Siswa Meliputi ruang OSIS, ruang Pramuka, ruang PMR, dan ruang Seni. g) Ruang Terbuka Terdapat ruang terbuka, yaitu ruang kegiatan semi in door di halaman dalam sekolah, ada lapangan basket dan lapangan bola voli, lapangan atletik, tempat parkir siswa dan guru.

6. Rapor Mutu Capaian rapor mutu SMA Negeri 15 Kota Tangerang berdasarkan rata-rata skor 8 Standar Nasional Pendidikan adalah atau masuk dalam kategori menuju Standar Nasional Pendidikan (SNP). Persebaran skor pada tiap standar ada pada tabel berikut. Table 2: Skor Standar Nasional Pendidikan pada Rapor Mutu SMAN 15 Kota Tangerang Tahun 2018

No

Standar Nasional Pendidikan

Capaian Tahun 2018

1

Standar Kompetensi Lulusan

6,62

2

Standar Isi

5,25

3

Standar Proses

6,50

4

Standar Penilaian Pendidikan

5,96


14

5

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

3,90

6

Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan

3,39

7

Standar Pengelolaan Pendidikan

5,76

8

Standar Pembiayaan

5,44

Rata-rata

5,35

Capaian standar nasional pendidikan SMA Negeri 15 Kota Tangerang pada rapor mutu pada tahun 2018 jika digambarkan dalam grafik radar PMP akan terlihat seperti berikut ini. Dari radar rapor mutu terlihat bahwa nilai tertinggi 6,62 ada pada standar kompetensi lulusan. Sedangkan skor terendah ada pada standar sarana dan prasarana pendidikan dengan skor 3,39. Hal ini bisa dipahami mengingat SMA Negeri 15 Kota Tangerang baru berdiri pada tahun 2007. Sehingga masih memerlukan berbagai sarana dan prasarana guna menenuhi kebutuhan pendidikan. Apalagi dengan kondisi tanahnya yang labil, bangunan yang sudah berdiri pun banyak yang retak-retak sehingga perlu adanya renovasi. Figure 3: Radar PMP 2018 SMAN 15 Kota Tangerang

Radar PMP 2018 Standar Kompetensi Lulusan 8

Standar Pembiayaan

Standar Pengelolaan Pendidikan

6 4

Standar Isi

2 0

Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan

Standar Proses

Standar Penilaian Pendidikan

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Capaian 2018 Kota Tangerang 2018 Prop. Banten 2018

Nasional 2018


15

Figure 4: Gedung SMAN 15 Kota Tangerang


16

B. Kondisi Sekolah Tempat Calon Pengawas Magang

1. Selintas Sejarah Sekolah Magang SMA Negeri 8 Kota Tangerang didirikan pada tahun 2003 dengan SK No. 420/Kep.74 A-P&K/2003 yang dikeluarkan oleh Walikota Tangerang, Drs. H.Mochammad Thamrin. Sekolah yang terletak di Jalan Besi Raya Perumnas II No.1, RT.001/RW.015, Cibodas Baru, Kec. Cibodas, Kota Tangerang. SMA Negeri 8 Tangerang ini termasuk sekolah favorit, karena prestasi yang sudah diraih antara lain: a.

Tahun 2008 Sekolah RSBI;

b.

Tahun 2013 Sekolah Standar Nasional;

c.

Tahun 2015 Sekolah Rujukan;

d.

Tahun 2017 Sekolah Model.

Kepala sekolah yang pernah bertugas di SMA Negeri 8 Kota Tangerang adalah: a.

Drs. Empik Sukmadadi. (2003-2005);

b.

Tatang Sutardy, M.Pd (2005-2006);

c.

Bpk. H. Hikmat, S.Pd., MM (2006-2013);

d.

Bapak Dudung Idrus (2013-2013);

e.

Drs. Arsil, M.M. (2013-2020);

f.

Mashudi M.Pd (2020- Sekarang).

2. Visi dan Misi a. Visi Sekolah Mewujudkan Pelayanan Pendidikan Paripurna Dalam Menyiapkan Generasi Unggul, Religius dan Mandiri. 1) Unggul dalam prestasi akademik dan non-akademik;


17

2) Kreatif dan inovatif dalam pembelajaran; 3) Berprestasi di Tingkat Nasional dan Internasional; 4) Menjalankan ajaran agama dengan baik; 5) Berperilaku mandiri dan berdaya saing tinggi. b. Misi Sekolah a) Melaksanakan pembiasaan bertindak sesuai dengan nilai luhur bangsa yang berasal dari ajaran agama yang dianut dan nilai sosial budaya. b) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. c) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah. d) Menyelenggarakan

pembelajaran

untuk

menumbuhkembangkan

kemampuan berpikir kritis, kreatif dan aktif dalam memecahkan masalah. e) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal. f)

Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah (stakeholders).

g) Menyelenggarakan pembelajaran berbasis IT. h) Menjunjung tinggi asas transparansi, akuntabilitas, berkeadilan dan kemandirian dalam pengelolaan anggaran pendidikkan menuju konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah).

3. Kondisi Siswa a. Jumlah Siswa SMA Negeri 8 Kota Tangerang Jumlah siswa SMA N 8 Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2021-2022 adalah 967 siswa, yang terbagi dalam 27 rombongan belajar (rombel). Kelas XII ada 9 rombel, kelas XI ada 9 rombel dan kelas X ada 9 rombel. Ada 2


18

program peminatan di semua jenjang kelas, yaitu peminatan MIPA (18 rombel), IPS (9 rombel). b. Prestasi Siswa dalam Bidang Akademik,

Non-Akademik, dan Kegiatan

Ekstrakurikuler Prestasi siswa SMAN 8 Kota Tangerang dalam bidang akademik dan nonakademik sudah banyak sekali. Namun tiga tahun terakhir prestasi mereka agak menurun karena ada pandemi COVID-19. Lomba-lomba jarang diadakan, ruang gerak mereka juga sangat dibatasi. Lomba yang diikuti tiga tahun terakhir ini kebanyakan lomba dalam bentuk online. Prestasi nonakademik dari perwakilan ekskul lebih banyak dibandingkan lomba akademik. Jumlah ekskul di SMAN 8 Kota Tangerang ada 28 macam yaitu: Pramuka, PMR, Paskib, Voly, basket, futsal, taekwondo, pencak silat, Tari Saman, modern dance, padus/voice club, band, KIR, English club, Japan club, klub debat, klub matematika, klub IT, klub Fisika, klub Kimia, klub Astronomi, Rohis, Keputrian, marawis, teater, fotografi, desain grafis, membatik. Ekskul yang sering memenangkan lomba adalah, padus/voice club, Tari Saman, fotografi. debat dan club IT. Siswa kelas XII pada tahun pelajaran 2020-202 1berjumlah 324 dan dinyatakan lulus 100 %. Walaupun kondisi pandemi tapi antusias siswa untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta masih baik, walaupun mengalami sedikit penurunan. Data jumlah siswa masing-masing jenjang peminatan dan data lulusan yang melanjutkan ke pertguruan tinggi selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut.


19

Figure 5: Data Jumlah Siswa SMAN 8 Kota Tangerang Tiga Tahun Terakhir

DATA JUMLAH SISWA SMAN 8 KOTA TANGERANG TIGA TAHUN TERAKHIR 800 700 678

600

643

642

500 400 300

324

322

284

200 100 0

2019-2020

2020-2021

IPA

2021-2022

IPS

Figure 6: Lulusan SMAN 8 Kota Tangerang yang Melanjutkan Kuliah Tiga Tahun Terakhir

LULUSAN SMAN 8 KOTA TANGERANG YANG MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI

157

104

2018-2019

141 89

134 79

2019-2020 PTN

PTS

2020-2021


20

Sedangkan data prestasi akademik dan non-akademik SMAN 15 Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut. Table 3: Prestasi Siswa SMAN 8 Kota Tangerang Dalam Bidang Akademik dan Non-Akademik

Prestasi Akademik

Prestasi Non-Akademik

No

Tahun Perolehan

Nasional

Provinsi

Kota

Internasional

Nasional

Provinsi

Kota

1

2018 – 2019

2

5

6

1

-

4

6

2

2019 - 2020

1

3

3

1

-

2

4

3

2020 - 2021

2

2

2

-

-

2

4

*Prestasi siswa yang tercatat di tabel tersebut hanya juara 1-3 untuk tingkat internasional, nasional, provinsi dan kota

4. Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan Jumlah semua guru dan karyawan di SMA Negeri 8 Kota Tangerang ada 66 orang. Jumlah guru 52 orang dan jumlah karyawan ada 14 orang. Dari 52 guru, dirinci sebanyak 35 guru PNS, 17 guru tidak tetap. Jumlah karyawan 14 orang terdiri atas 0 orang PNS, 7 tenaga administrasi , 1 pustakawan, 3 tenaga kebersihan, dan 3 tenaga keamanan. 5. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 8 Kota Tangerang berdiri di atas 5.685 m² dengan luas bangunan kurang lebih 3.450 m². Beralamat di Jalan Besi Raya Perumnas II No.1, RT 001/RW 015, Cibodas Baru, Kec. Cibodas, Kota Tangerang. Sekolah ini memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Secara ringkas, kondisi sarana dan prasaran sekolah dipaparkan sebagai berikut. a. Ruang Kelas Sesuai dengan jumlah rombel, ruang kelas yang ada berjumlah 27 ruang, dengan fasilitas AC, LCD projektor. b. Ruang Laboratoriun Ada 3 laboratorium IPA, yaitu Biologi, Kimia, dan Fisika. Sedangkan laboratorium komputer ada 3 ruang.


21

c. Ruang Manajemen Sekolah Ada 4 ruang manajemen sekolah yang meliputi, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, dan ruang rapat. d. Gedung dan Ruang Pendukung Beberapa gedung dan ruang pendukung pembelajaran dimiliki sekolah, yaitu gedung aula kecil, kantin sekolah, masjid, ruang BK, UKS dan koperasi siswa. e. Toilet dan WC Ada 21 toilet dan WC yang diperuntukkan bagi siswa, guru, dan karyawan, berada di lantai atas dan bawah. f. Ruang Kegiatan Siswa Meliputi ruang OSIS, ruang Pramuka, ruang PMR. g. Ruang Terbuka Terdapat ruang terbuka, yaitu ruang kegiatan semi in door di halaman dalam sekolah, ada lapangan basket, lapangan bola voli, taman baca, dan tempat parkir guru.

6. Rapor Mutu Nilai rapor mutu SMA Negeri 8 Kota Tangerang adalah 5,97 dengan kategori menuju SNP. Nilai ini diperoleh dari rata-rata capaian 8 SNP, yang meliputi Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penialaian, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Parasaran, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan. Gambaran skor tiap standar dijelaskan dalam tabel berikut. Table 4: Skor Standar Nasional Pendidikan pada Rapor Mutu SMA N 8 Kota Tangerang

No

Standar Nasional Pendidikan

Capaian Tahun 2019

1

Standar Kompetensi Lulusan

6,99

2

Standar Isi

6,99

3

Standar Proses

6,98


22

4

Standar Penilaian Pendidikan

6,99

5

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

6,37

6

Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan

5,72

7

Standar Pengelolaan Pendidikan

6,92

8

Standar Pembiayaan

6,99

Rata-rata

6,74

Capaian standar nasional pendidikan SMA Negeri 8 Kota Tangerang pada rapor mutu pada tahun 2020 jika digambarkan dalam grafik radar PMP akan terlihat seperti berikut ini. Dari radar rapor mutu terlihat bahwa nilai tertinggi 6,99 ada pada standar kompetensi lulusan, stndar isi, standar penilaian pendidikan, standar pembiayaan. Sedangkan skor terendah ada pada standar sarana dan prasarana pendidikan dengan skor 5,72. Hal ini bisa dipahami mengingat SMA Negeri 8 Kota Tangerang baru berdiri pada tahun 2003, sehingga masih memerlukann berbagai sarana dan prasarana guna menenuhi kebutuhan pendidikan.


23

Radar PMP 2019

Standar Kompetensi Lulusan 8 6 Standar Pembiayaan Standar Isi 4 2 Standar Pengelolaan Standar Proses 0 Pendidikan Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan

Standar Penilaian Pendidikan

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Capaian 2020 Kota Tangerang 2020 Prov. Banten 2020

Nasional 2020

Figure 7: Radar PMP 2019 SMAN 8 Kota Tangerang

Figure 8: Gedung SMAN 8 Kota Tangerang


BAB III PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT PROGRAM PENGAWASAN (RTLPP)

Pelaksanaan Rencana Tindak Lanjut Program Pengawasan (RTLPP) terdiri dari lima (5) kegiatan utama, yaitu: (1) pembinaan guru; (2) penilaian kinerja terdiri dari dua kegiatan, yaitu melaksanakan praktik Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG); (3) pembimbingan dan pelatihan guru profesional, (4) menyusun proposal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), dan (5) peningkatan kompetensi Calon Pengawas Sekolah (CPS) hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK). Secara rinci dijelaskan seperti berikut.

A. Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Guru Melalui Supervisi Akademik

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembinaan Guru Berdasarkan hasil kepengawasan dengan melihat nilai rapor mutu sekolah dan hasil telaah PK Guru tahun 2020 di SMA Negeri 15 Kota Tangerang, mendapatkan kondisi sebagai berikut: a. perencanaan pembelajaran guru belum sepenuhnya dikembangkan sesuai dengan standar proses dan masih menitikberatkan pada kepentingan administratif, b. guru dalam rencana pembelajaran belum mampu menyajikan pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21, pengembangan literasi, inovatif, menyenangkan dan memotivasi peserta didik untuk terlibat secara aktif, c. metode pembelajaran kurang dapat merangsang siswa untuk menjadi subjek belajar,

24


25

d. prosedur dan teknik penilaian masih belum bervariasi, e. penguasaan substansi materi masih kurang, f. kegiatan remedial dan pengayaan belum sepenuhnya terlaksana, g. guru belum memiliki bahan ajar yang sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik, h. guru belum ada yang menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa. Permasalahan-permasalahan di atas menunjukkan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran masih perlu dibenahi atau ditingkatkan. Maka perlu diadakan pembinaan guru secara berkelanjutan dengan IHT, terutama permasalahan yang terakhir, guru belum ada yang menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa.

2. Teknik Pembinaan Guru a. Pertemuan Pra-pengamatan (Pra Observasi) Pada tahap ini supervisor menjelaskan kepada guru tentang tujuan melaksanakan supervisi akademik. Supervisor dan guru berbincang untuk membangun saling pengertian dan kemudahan komunikasi guna menciptakan kerjasama yang baik. Dialog antara supervisor dan guru membicarakan tentang hal-hal sebagai berikut: 1) Kompetensi dasar yang akan diajarkan; 2) RPP yang akan digunakan dalam pembelajaran; 3) Sumber belajar atau media yang akan digunakan; 4) Rencana tahapan pembelajaran yang akan dilaksanakan; 5) Persiapan tertulis yang dibuat; 6) Perkiraan materi yang dianggap sulit oleh siswa; 7) Kompetensi yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran; 8) Hal yang perlu mendapat perhatian khusus pada pembelajaran. Selain hal-hal tersebut, supervisor juga menyampaikan tentang instrumen supervisi yang akan digunakan, menjelaskan teknik supervisi yang dilakukan supervisor.


26

b. Pengamatan (Observasi) Pada tahap pengamatan ini, supervisor melakukan kunjungan kelas atau mengamati serangkaian proses pembelajaran yang terdiri atas 3 tahap, yaitu; 1) kegiatan pendahuluan, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan penutup. Adapun hal-hal yang diamati meliputi: 1) Kegiatan Pendahuluan a) Kegiatan awal pembelajaran (salam, doa, presensi, kebersihan kelas); b) Penyampaian apersepsi; c) Memotivasi siswa; d) Menyampaikan informasi dan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti a) Menyajikan materi pembelajaran secara terstruktur; b) Menggunakan metode pembelajaran berdiferensiasi; c) Menggunakan alat bantu/media pembelajaran; d) Menyajikan kegiatan pembelajaran dalam urutan yang logis; e) Menggunakan waktu pembelajaran secara efisien; f) Menguasai materi pembelajaran; g) Mengorganisasikan siswa secara efektif; h) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif; i) Memfasilitasi siswa berinteraksi dengan guru dan temannya; j) Menunjukkan

sikap

terbuka

terhadap

pendapat

siswa

mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat; k) Menggunakan bahasa yang baik, benar, dan efektif; l) Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran berlangsung. 3) Kegiatan Penutup a) Menyimpulkan pelajaran; b) Melaksanakan penilaian, umpan balik, refleksi, dan rencana pertemuan berikutnya;


27

c) Merencanakan tindak lanjut dengan memberikan penugasan terstruktur, kegiatan mandiri tidak terstruktur, remidi, dan pengayaan.

Data-data yang dianalisis meliputi pengamatan terhadap: (1) rencana pembelajaran/ RPP, (2) kegiatan awal pembelajaran, (3) kegiatan inti pembelajaran, (4) kegiatan akhir pembelajaran. Berdasarkan analisisnya, maka supervisor selanjutnya mengidentifikasi perilaku pembelajaran yang positif, yang harus dipertahankan dan perilaku negatif yang harus diperbaiki, agar dapat menyelesaikan masalah pembelajaran.

c. Pertemuan Setelah Pengamatan (Pasca Observasi) Setelah pengamatan pembelajaran dilaksanakan, supervisor mengadakan pertemuan dengan guru. Pada pertemuan tersebut dilakukan beberapa kegitan: 1) melakukan konfirmasi hasil penilaian diri; 2) melakukan klarifikasi temuan/catatan khusus selama observasi berdasarkan pengamatan maupun informasi dari peserta didik.

Kegiatan supervisi akademik di SMA Negeri 15 Kota Tangerang yang dilakukan calon pengawas terbagi dalam 2 siklus dengan rincian sebagai berikut: 

Siklus I 1) Tahap awal calon pengawas sekolah menilai kinerja 3 guru. PK guru tahun 2020 dilakukan pada 2 guru mata pelajaran dan 1 guru BK. Setelah itu calon pengawas menganalisis nilai PK guru, calon pengawas menemukan bukti guru-guru kurang variatif dalam memilih motode pembelajaran. Bahkan belum ada guru yang menggunakan model pembelajaran berdasar karakteristik siswa/gaya belajar siswa.

Berdasar pada temuan tersebut

calon pengawas mengusulkan pada kepala sekolah untuk diadakan Bimlat model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa/gaya belajar siswa yaitu pembelajaran berdiferensiasi. 2) Tahap berikutnya pengawas sekolah menyusun instrumen dan sosialisasi


28

kepada guru-guru terkait program pembinaan guru dan Bimlat dalam bentuk IHT tentang Perancangan Pembelajaran Berdiferensiasi berdasar gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik. 3) Selanjutnya calon pengawas melaksanakan IHT sekaligus melaksanakan pembinaan guru. Calon pengawas melakukan kegiatan pra observasi, atau telaah RPP berdiferensiasi dilakukan saat kegiatan IHT hari kedua, tanggal 22 November 2021. 4) Langkah pembinaan melalui observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I dilaksanakan saat guru melakukan peer teaching daalam kegiatan IHT hari ketiga tanggal 23 November 2021 dengan rincian sebagai berikut: a) Observasi pelaksanaan pembelajaran melalui peer teaching yang dilakukan Putri Anggraini, S.Pd. selaku guru Sosiologi kelas XII-IPS; b) Observasi pelaksanaan pembelajaran melalui

peer teaching yang

dilakukan Hani Khoirunnisa, S.Pd. selaku guru Bahasa Ingris kelas XII-IPA; c) Observasi

pelaksanakan

bimbingan

klasikal

dengan

model

berdiferensiasi melalui Google Meet di kelas XI pada hari Senin, tanggal 29 November 2021. 5) Tahap kelima pengawas sekolah melaksanakan wawancara pada ketiga guru dalam kegiatan pasca observasi setelah pelaksanaan pembelajaran/ bimbingan. Menyampaikan hal-hal positif yang harus dipertahankan dan hal-hal negatif yang perlu diperbaiki untuk pembelajaran berikutnya. 

Siklus II 1) Kegiatan pra observasi dengan mengecek RPP berdiferensiasi yang akan digunakan utuk mengajar di kelas XII-IPA 1 dilaksanakan hari Rabu, 24 November 2021. 2) Langkah pembinaan melalui observasi pembelajaran di kelas dengan rincian sebagai berikut: a) Observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas saat Putri Anggraini, S.Pd. selaku guru Sosiologi, mengajar di kelas XII-IPS2 hari Kamis,


29

25 November 2021, pukul 13.00-14.00 WIB. b) Observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas saat Hani Khoirunnisa, S.Pd. selaku guru Bahasa Ingris mengajar di kelas XII-IPA1 pada hari Jumat, 26 November 2021, pukul 13.00-14.00 c) Observasi pelaksanakan bimbingan konseling siswa kelas XI-IPA pada hari Selasa, 30 November 2021, pukul.08.30-09.30 WIB, melalui Google meet. 3) Pada kegiatan evaluasi dan refleksi dilakukan pada Pasca observasi. Pada tahap ini CPS melaksanakan wawancara dengan ketiga guru secara bergantian, untuk menyampaikan hasil pembelajaran, hal-hal positif yang sudah dilakukan harus dipertahankan dan hal-hal negatif perlu diperbaiki.

3. Sasaran Pembinaan Pembinaan kepada guru dilaksanakan di SMA Negeri 15 Kota Tangerang. Sasaran pembinaan adalah 2 guru mata pelajaran dan 1 guru BK, adapun data guru-guru sebagai berikut: Table 5: Data lengkap sasaran pembinaan guru

No. 1

2

3

Nama Guru PUTRI ANGGRAINI, S.Pd. HANI KHAIRUNNISA, S.Pd.

ALIMAH, S.Pd.

NIP -

197908262006042009

197009022008012005

Mapel yang diampu/kelas Sosiologi (XII) Bahasa Inggris (XII) Bimbingan dan Konseling (XI)

4. Waktu dan Pelaksanaan Waktu dan pelaksanaan supervisi terdiri dalam 2 Siklus. Waktu pelaksanaan supervisi pada siklus 1 dilaksaanakan saat peer teaching IHT hari kedua tanggal


30

22 dan 29 November 2021 tempat di SMA Negeri 15 Kota Tangerang. Siklus II dilaksanakan tanggal 24, 25 dan 30 November 2021, di kelas XII-IPS 2, XII-IPA1 dan XI-IPA1 SMA Negeri 15 Kota Tangerang.

5. Pendekatan dan Metode Berdasarkan identifikasi permasalahan di bagian pendahauluan, maka dilakukan pemecahan masalah dengan melaksanakan tindak lanjut supervisi secara intensif. Kegiatan dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik supervisi diantaranya kunjungan kelas. Oleh karena itu, calon pengawas menggunakan pendekatan, metode dan teknik sesuai dengan karakteristik, permasalahan, keterampilan yang akan digunaakan untuk pembinaan guru di SMA N 15 Kota Tangerang. Dalam hal ini calon pengawas menggunakan pendekatan direktif dan non direktif serta kolaboratif. Sedangkan metodenya bisa individual atau kelompok. Serta teknik yang digunakan adalah kunjungan kelas, observasi kelas, dan pertemuan individual. Bisa juga dengan teknik kelompok, kerja kelompok guru / MGMP dan Bimlat.

6. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Pembinaan Guru Hasil pelaksanaan pembinaan guru ini akan dibahas sesuai dengan kondisi yang ditemui di sekolah, kendala, faktor pendukung dan upaya pemecahan serta tindak lanjut untuk pencapaian target yang diharapkan. Dalam bidang akademik, pemahaman dan kreativitas guru perlu ditingkatkan dalam hal melaksanakan tugas pokoknya dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran. Komponen perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP berdiferensiasi berdasar gaya belajar siswa perlu dikembangkan bukan disusun hanya sekadar untuk dokumen admininistrasi pembelajaran dengan cara copypaste. RPP berdiferensiasi yang baik merupakan rancangan pembelajaran yang inovatif dan efektif disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Pelaksanaan pembelajaran bukan lagi dominasi aktivitas guru. Dalam RPP berdifersiasi Guru diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar yang inovatif, menantang, menyenangkan dan bermakna. Guru juga harus dapat memotivasi peserta didik


31

untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk itulah perlunya pemahaman dan implikasi pembelajaran berfikir kritis. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam perancangan pembelajaran berdiferensiasi berdasar gaya belajar siswa, melalui pendekatan saintifik perlu diperhatikan oleh semua guru. Pengintegrasian bukan hanya sebatas teori tapi juga harus

diwujudkan

dalam

perangkat

pembelajaran

yang

mudah

untuk

diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar yang nyata menyenangkan dan bisa memfasilisasi kebutuhan belajar siswa. Dalam hal penilaian, guru juga perlu meningkatkan kemampuan menyusun instrumen dan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan standar penilaian. Guru tidak hanya menilai siswa saat mengerjakan tugas, tapi keaktifan siswa di kelas

juga

harus

mendapat

penilaian.

Ada

kecenderungan

kurangnya

kesinambungan antara perumusan indikator, tujuan pembelajaran dengan bentuk dan jenis penilaian yang digunakan. Table 6: Hasil Telaah RPP Supervisi Akademik Siklus I

GURU/ SKOR NO. 1

KEGIATAN Tujuan Pembelajaran

Putri

Hani

Alimah

84

80

82

85

86

80

90

84

88

84

82

82

90

88

80

90

90

88

Berdiferensiasi 2 3

Materi Ajar Metode Pembelajaran Berdiferensiasi

4 5

Alokasi Waktu Langkah-langkah Pembelajaran Berdiferensiasi

6

Sumber Belajar berdasar gaya belajar siswa visual, auditori daan


32

kinestetik

7

Penilaian berdasar

84

80

84

86,71

84,29

83,43

gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik Rata-rata

Table 7: Hasil Telaah RPP/ Supervisi Akademik Siklus II

GURU/ SKOR NO. 1

KEGIATAN Tujuan Pembelajaran

Putri

Hani

Alimah

100

98

100

96

94

94

100

98

98

90

88

88

95

90

94

100

96

96

88

84

86

94,70

92,57

93,70

Berdiferensiasi 2 3

Materi Ajar Metode Pembelajaran Berdiferensiasi

4 5

Alokasi Waktu Langkah-langkah Pembelajaran Berdiferensiasi

6

Sumber Belajar berdasar gaya belajar siswa visual, auditori daan kinestetik

7

Penilaian berdasar gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik Rata-rata


33

Dari supervisi akademik pada komponen penyusunan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) terhadap 3 guru tersebut dari siklus I ke siklus II diperoleh hasil cukup bervariasi. Analisis hasil penilaian tersebut sebagai berikut: 1) Rata-rata nilai penyusunan RPP ketiga guru tersebut pada siklus II sudah lebih baik dari siklus I. Pada siklus II rata-rata nilai guru dengan kategori sangat baik. 2) Hasil tertinggi ketiga guru tersebut ada pada perumusan tujuan pembelajaran, metode pembelajran berdiferensiasi dan sumber belajar berdasar gaya belajar siswa. 3) Hasil terendah ketiga guru tersebut ada pada penetapan alokasi waktu dan penilaian berdasar gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik. Figure 9: Perbandingan Hasil Telaah Penyusunan RPP Supervisi Akademik pada Siklus I dan Siklus II

95

90

85 Siklus 1 Siklus 2

80

75

70 Putri Anggraeni

Hani Khairunnisa

Alimah

Dalam grafik tersebut terlihat bahwa (1) Putri Anggraaini, S.Pd. (Guru Sosiologi) mendapatkan penilaian tertinggi baik pada siklus I maupun siklus II (2) Hani Khoirrunisa, S.Pd. (Guru Bahasa Inggris) walaupun pada siklus II mengalami peningkatan nilai tapi mendapatkan penilaian terendah. (3) Alimah, S.Pd., pada siklus I mendapat penilaian terendah tapi pada siklus II


34

mengalami peningkatan nilai yang signifikan sehingga bisa menduduki peringkat kedua, menggeser Hani Khoirunnisa, S.Pd. Namun demikian, semua guru yang disupervisi pada siklus II mendapatkan penilaian sangat baik. Dengan demikian, hasil supervisi akademik pada telaah RPP menunjukkan bahwa semua guru yang menjadi sasaran supervisi akademik sudah menunjukkan kemampuannya yang sangat baik dalam penyusunan RPP Berdiferensiasi. Berikutnya

hasil

supervisi

akademik

tekait

dengan

pelaksanaan

pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini. Table 8: Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Supervisi Akademik Siklus I

NO

KEGIATAN

GURU/ SKOR Putri

Hani

Pendahuluan

80

76

78

2

Kegiatan Inti

82

80

80

3

Kegiatan

80

78

78

80,6

78.0

78,6

1

Alimah

Kegiatan

Penutup Rata-rata

Table 9: Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Supervisi Akademik Siklus II

NO

KEGIATAN

GURU/ SKOR Putri

Hani

Pendahuluan

94

91

94

2

Kegiatan Inti

95

88

92

3

Kegiatan

90

84

88

93,0

87,6

91,3

1

Alimah

Kegiatan

Penutup Rata-rata


35

Dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dalam supervisi akademik terhadap 3 guru dalam siklus I dan II tersebut diperoleh gambaran bahwa nilai rata-rata pelaksanaan pembelajaran adalah 90,63 dengan predikat sangat baik. Dari ketiga tahapan pembelajaran, pada siklus I nilai terendah pada kegiatan pendahuluan sedangkan pada siklus II justru kegiatan pendahuluan yang mendapatkan nilai tertinggi. Sedangkan untuk kegiatan inti dan kegiatan penutup pada siklus I maupun siklus II nilainya konstan. Secara keseluruhan, perbandingan hasil pelaksanaan pembelajaran dari siklus I dan II ketiga guru yang menjadi sasaran pengamatan pembelajaran dalam supervisi akademik bisa dilihat dalam grafik berikut. Figure 10: Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Supervisi Kelas Siklus I dan Siklus II

95

90

85 Siklus 1 Siklus 2

80

75

70 Putri Anggraeni

Hani Khaerunnisa

Alimah

Dalam grafik tersebut terlihat bahwa Putri Anggraaini, S.Pd. (Guru Sosiologi) mendapatkan penilaian tertinggi, sedangkan Hani Khoirrunisa, S.Pd. (Guru Bahasa Inggris) mendapatkan penilaian terendah. Namun demikian, semua guru yang disupervisi pada siklus II mendapatkan penilaian sangat baik. Dengan demikian, hasil supervisi akademik pada pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa semua guru yang menjadi sasaran supervisi akademik sudah menunjukkan kemampuannya yang sangat baik dalam kegiatan pembelajaran berdiferensiasi.


36

7. Tindak Lanjut a. Rencana Tindak Lanjut Supervisi Akademik untuk Putri Anggraini, S.Pd. Guru perlu mereview RPP berdiferensiasi komponen rumusan tujuan pembelajaran mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan

keterampilan

dan

perlu melihat Langkah-langkah pembelajaran. Terutama untuk pembagian alokasi waktu dari pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Penyampaian refleksi di akhir pembelajaran seharusnya tidak terlalu panjang sehingga tidak terkesan mengulang penyampaian materi. b. Rencana Tindak Lanjut Supervisi Akademik Hani Khoirunnisa, S.Pd Guru perlu mereview RPP Rumusan tujuan pembelajaran menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan

keterampilan

dan

perlu

merumuskan kegiatan

pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik. Sumber belajar yang digunakan kurang beragam untuk melayani siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik dibandingkan kelompok siswa auditori. c. Rencana Tindak Lanjut Supervisi Akademik Alimah, S.Pd Pembentukan kelompok berdasar gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik. seharusnya dilakukan sebelum pembimbingan dilakukan. Bimbingan klasikal dengan model diferensiasi berdaasar gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik secara tatap muka bisa lebih optimal apabila dilakukan dengan waktu yang cukup. Dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) perlu merumuskan kegiatan bimbingan sesuai dengan gaya belajar dan media pembelajaran yang digunakan. Guru juga sebaiknya memformulasikan tujuan bimbingan dengan kelompok belajar siswa visual, auditori dan kinestetik.

Dengan rencana tindak lanjut kepada 2 guru mata pelajaran dan 1 guru BK di atas, maka secara umum dapat dijelaskan bahwa: a. Pembinaan guru secara berkelanjutan melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS) di sekolah masing-masing, pemberian contoh dan ditindaklanjuti diharapkan efektif.


37

b. Pembinaan

secara

berkelanjutan

melalui

MGMPS

dengan

mengondisikan kunjungan antar kelas. c. Melaksanakan bimbingan berkelanjutan dalam MGMPS, bimbingan praktik pelaksanaan penilaian dengan teknologi informasi dan komunikasi serta workshop/bimlat lanjutan.

8. Simpulan Berdasarkan hasil pembinaan guru SMAN 15 Kota Tangerang dapat disimpulkan dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Supervisi akademik telah dilaksanakan dengan lancar dan diikuti oleh 3 guru di SMAN 15 Kota Tangerang dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Kelima guru tersebut sudah melaksanakan perencanaan pembelajaran dengan hasil rata-rata sangat baik. 3. Ketiga guru yang disupervisi menunjukkan kelebihannya dalam mengelola kelas terutama dalam membangun interaksi siswa sehingga pembelajaran menjadi dinamis. 4. Kelemahan utama pengelolaan pembelajaran yang dilakukan kelima guru tersebut dalam hal pemanfaatan media pembelajaran dan alokasi waktu yang belum optimal. 5. Kelima

guru

tersebut

berkomitmen

untuk

meningkatkan

mutu

pembelajaran melalui pemanfaatan media pembelajaran yang relevan dan menunjang pencapaian kompetensi pembelajaran.

9. Rekomendasi Berdasarkan proses dari hasil pembinaan guru dapat diberikan saran atau rekomendasi sebagai berikut: a. Pengawas sekolah dan kepala sekolah agar mengintensifkan supervisi akademik/kunjungan kelas untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru sebagai bentuk implementasi penyusunan RPP dan menindaklanjuti hasil supervisi. Khususnya persiapan dan penerapan


38

pembelajaran berdiferensiasi berdasar gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. b. guru sebaiknya membekali diri untuk melakukan peningkatan keprofesian baik melalui workshop, diklat, seminar atau sejenisnya dan bekerja sama dengan rekan seprofesi untuk meningkatkan kompetensinya demi terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Figure 11: Pembinaan guru pra-observasi CPS melakukan pengecekan RPP

Figure 12: Pembinaan guru model saat mengajar di kelas


39

Figure 13: Pembinaan guru model pasca observasi dalam bentuk diskusi

B. Penilaian Kinerja

1. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) Penilaian kinerja kepala sekolah adalah proses pengumpulan, pengelolaan, analisis, dan interprestasi data tentang kualitas pekerjaan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokoknya. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/ Madrasah, pada Pasal 12 dijelaskan bahwa: (1) Penilaian kinerja kepala sekolah/ madrasah dilakukan secara berkala setiap tahun dan secara kumulatif setiap empat tahun;

(2)

Penilaian

kinerja

tahunan

dilaksanakan

oleh

pengawas

sekolah/madrasah; (3) Penilaian kinerja empat tahunan dilaksanakan oleh atasan langsung dengan mempertimbangkan penilaian kinerja oleh tim penilai yang terdiri dari pengawas sekolah/madrasah, pendidik, tenaga kependidikan, dan komite sekolah/madrasah dari tempatnya bertugas; (4) Hasil penilaian kinerja dikategorikan dalam tingkatan amat baik, baik, cukup, sedang atau kurang. Dalam melaksanakan simulasi PKKS di sekolah magang, Calon Pengawas berkolaborasi dengan Tim Manajemen Sekolah khususnya wakasek SMAN 8 Kota Tangerang. Langkah-langkah persiapan yang dilakukan adalah: a) Melaksanakan koordinasi dengan wakasek di sekolah magang. Persiapan PKKS yang dilaksanakan oleh CPS bersama dengan para


40

wakasek di sekolah magang dimaksudkan untuk melaksanakan sosialisasi tentang rencana kegiatan simulasi PKKS. Selain itu, koordinasi juga dimaksudkan untuk melaksanakan pembagian tugas penyiapan dokumen yang akan dinilai dan penyiapan personil yang akan mendampingi calon pengawas dalam pelaksanaan PKKS. b) Wakasek mengumpulkan dokumen yang akan dinilai. Dokumen-dokumen yang akan ditelaah dan dinilai oleh CPS. Dokumen yang disiapkan tersebut terdiri atas 6 bagian atau subkompetensi, yaitu (1) subkompetensi kepribadian dan sosial, (2) subkompetensi kepemimpinan pembelajaran, (3) subkompetensi pengembangan sekolah, (4) subkompetensi manajemen sumber daya, (5) subkompetensi kewirausahaan, dan (6) subkompetensi supervisi pembelajaran. c) Calon pengawas selaku penilai menyiapkan instrument penilaian Sebelum melakukan penilaian, calon pengawas terlebih dahulu menyipakan instrument penilaian yang terdiri atas: (1) pedoman PKKS, (2) instrumen PKKS berupa pertanyaan dan alternatif jawaban, (2) angket untuk guru, TU, siswa, dan berita acara, (4) aplikasi PKKS berbasis excel. d) Wakasek melakukan penataan dokumen di ruangan khusus. Setelah semua dokumen terkumpul, selanjutnya dilakukan penataan di ruang wakasek. yang akan digunakan sebagai tempat pelaksanaan penilaian. Dokumen dan hasil wawancara dengan para wakasek merupakan jawaban atas pertanyaan dalam instrument PKKS yang sudah disiapkan. e) Pelaksanaan simulasi PKKS oleh calon pengawas bersama para wakasek di sekolah magang. Pada saat calon pengawas melakukan penilaian melalui telaah dokumen, pendamping memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh penilai (calon pengawas). Selain


41

melakukan telaah dokumen, penilai juga melakukan observasi di lingkungan sekolah, melakukan wawancara dengan guru, karyawan, dan siswa. Setelah melakukan penilaian, calon pengawas melakukan rekapitulasi penilaian dan menetapkan penilaian akhir.

a. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah dilaksanakan pada Senin, 6 Desember 2021 pada pukul 08.00 – 14.00. Pelaksanaan PKKS di sekolah magang, yaitu di SMA Negeri 8 Kota Tangerang, bertempat di ruang wakil kepala sekolah. b. Sasaran Penilaian Kinerja Yang menjadi sasaran subjek PKKS adalah Kepala SMA Negeri 8 Kota Tangerang pada tahun 2021. Adapun sasaran penilaian PKKS adalah komponen penilaian terdiri atas 4 kelompok, yaitu (1) Kompetensi Kepribadian dan Sosial, (2) Kompetensi Kepemimpinan Pembelajaran, (3) Kompetensi Pengembangan Sekolah, (4) Kompetensi Manajemen Sumber Daya, (5) Kompetensi Kewirausahaan, dan (6) Kompetensi Supervisi Pembelajaran. c. Pendekatan dan Metode Pendekatan yang digunakan dalam simulasi PKKS adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu calon pengawas sebagai individu aktif membangun pengetahuan sendiri. Dengan dasar, itu pembelajaran dalam pelatihan harus dikemas menjadi proses “menkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, peserta pelatihan membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pelatihan. Metode yang digunakan dalam simulasi PKKS adalah telaah dokumen, wawancara, dan observasi. d. Hasil Penilaian Kinerja Setelah melakukan penilaian melalui telaah dokumen, wawancara, dan observasi, calon pengawas sekolah memasukkan skor penilaian ke dalam aplikasi PKKS berbasis excel yang sudah tersedia. Aplikasi ini diperoleh


42

calon pengawas sekolah dari Pengawas Pembina Satuan Pendidikan. Datadata yang dibutuhkan dalam penilaian meliputi: 1)

Data 7 komponen yang ada dalam instrument PKKS, yaitu (1) kepribadian dan sosial, (2) kepemimpinan pembelajaran, (3) pengembangan

sekolah,

(4)

manajemen

sumber

daya,

(5)

kewirausahaan, (6) supervisi pembelajaran, dan (7) prestasi pribadi, siswa, PTS, dan sekolah. 2)

Hasil penilaian kinerja kepala sekolah dari responden guru, peserta didik, dan staf tata usaha.

3)

Data rekapitulasi kehadiran dan ketidakhadiran kepala sekolah di sekolah selama satu tahun.

Setelah semua skor penilaian dimasukkan ke dalam aplikasi PKKS secara otomatis akan didapatkan hasil berupa skor rerata hasil penilaian sebagaimana dalam tabel berikut. Table 10: Hasil PKKS SMA Negeri 8 Kota Tangerang

NO I

URAIAN

JUMLAH SKOR

SEBUTAN

BOBOT

NILAI

50,25

SASARAN KERJA a.2 Tugas Pokok 1.1. Manajerial a. Perencanaan

86,88

B

b. Pengelolaan SNP

96,82

SB

c. Pengawasan danEvaluasi

76,30

B

d. Kepemimpinan sekolah

82,58

B

e. Sistem informasi Manajemen

84,64

B

83,76

1.2. Kewirausahaan

73,61

C

60%

1.3. Supervisi

75,00

C

a.3 Tugas Tambahan

87,50

B

a.4 Pengembangan Keprofesian

83,33

B

90,91

B

Berkelanjutan a.5 Kegiatan Penunjang


43

PERILAKU KERJA II

1.

Orientasi Layanan

108,33

SB

2.

Integritas

103,36

SB

105,61

3.

Komitmen

104,82

SB

40%

4.

Disiplin

107,72

SB

5.

Kerjasama

103,84

SB

42,25

JUMLAH NILAI KINERJA KEPALA III

SEKOLAH

92,50

JUMLAH PERSENTASE KEHADIRAN IV

KEPALA SEKOLAH

99,63

NILAI AKHIR KINERJA KEPALA V

SEKOLAH

VI

SEBUTAN NILAI KINERJA

92,13

SB

Keterangan : SB

: Sangat Baik

B

: Baik

C

: Cukup

Berdasarkan analisis terhadap hasil penilaian PKKS tersebut dapat dijelaskan kondisi masing-masing komponen sebagai berikut: 1. Kepribadian dan Sosial Satu indikator yang belum meraih skor maksimal mendapatkan skor maksimal harus dilakukan pemenuhan bukti fisik, yaitu indikator: Mengembangkan dan mengelola hubungan sekolah dengan pihak lain di luar sekolah dalam rangka mendapatkan dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah. Dokumen pemanfaatan sumber daya yang bersumber dari lembaga pemerintah, swasta, masyarakat yang belum dimiliki sekolah harus segera diupayakan.


44

2. Kepemimpinan Pembelajaran Tiga indikator dalam komponen ini, yang memperoleh nilai maksimal, yaitu: (1) Melaksanakan kepemimpinan yang inspiratif, harus dilengkapi dengan laporan hasil tindak lanjut analisis SWOT, (2) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang efektif, harus dilengkapi bukti fisik dokumen tindak lanjut hasil pelatihan dan (3) Mengelola peserta didik dalam rangka pengembangan kapasitasnya secara optimal, harus dipenuhi bukti fisik dokumen tindak lanjut hasil evaluasi pelaksanaan PPDB. 3. Pengembangan Sekolah Ada 2 indikator yang perlu dikembangkan agar mendapatkan skor maksimal, yaitu: Melaksanakan penelitian tindakan sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah, dan Melaksanakan pengembangan sekolah sesuai dengan rencana jangka panjang. menengah, dan jangka pendek sekolah menuju tercapainya visi, misi, dan tujuan sekolah. Kekurangan bukti fisik yang harus dipenuhi adalah perlu dibuatkan dokumen program tindak lanjut RKS (indikator 1), dan kepala sekolah harus menyusun PTS untuk pengembangan sekolah (indikator 2). 4. Manajemen Sumberdaya Satu indikator yang harus ditingkatkan karena mendapatkan skor (3), yaitu Mengelola dan mendayagunakan pendidik dan tenaga kependidikan secara optimal. Kelemahannya belum ada daftar/buku konsultasi/klinik perbaikan tendik, sehingga bukti fisik tersebut harus diupayakan. 5. Kewirausahaan Ada 6 indikator yang ada dalam komponen kewirausahaan. Empat indikator mendapat nilai 3 yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan evaluasi program kewirausahaan. Nilai terendah 2 ada pada komponen, kepala sekolah belum optimal melaksanakan program


45

pengembangan jiwa kewirausahaan dan pengembangan unit produksi 6. Supervisi Pembelajaran Beberapa kelemahan dalam komponen ini adalah kekurangan bukti fisik berupa belum adanya surat tugas supervisi, aplikasi PKG belum disosialisasikan pada guru, kinerja tim PKG juga belum maksimal. Walaupun sudah dilaksanakan supervisi namun secara administrasi bukti belum tersimpan dengan baik. Menyusun program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru mendapatkan nilai maksimal karena kegiatan itu sudah rutin dilaksanakan.

2. Simpulan Berdasarkan hasil PKKS yang dilakukan CPS, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1.Kepala sekolah bersama Tim Manajemen Sekolah/ wakil kepala sekolah memberi informasi dengan baik pada CPS pada saat kegiatan wawancara untuk mengumpulkan informasi sebelum dilaksanakan PKKS. 2.Selama melaksanakan kegiatan observasi untuk mengamati lingkungan sekolah Wakasek sarana mendampingi sehingga CPS dengan mudah bisa menanyakan hal-hal yang belum diketahui. 3.Hasil penilaian yang diperoleh dalam PKKS adalah nilai 92,50 dengan predikat amat baik, harus menjadi pemacu kepala sekolah, tim manajemen, dan warga sekolah untuk terus berupaya meningkatkan kinerja agar hasil yang diperoleh juga meningkat pada tahun depan. 4.Beberapa kelemahan yang ditemukan sehingga menjadikan indikator yang tidak dapat meraih skor maksimal ternyata hanya kekurangan bukti fisik administratif.


46

3. Rekomendasi Beberapa hal yang dapat direkomendasikan terkait dengan hasil PKKS adalah sebagai berikut: a. Kepala sekolah bersama Tim Manajemen Sekolah harus mempersiapkan kegiatan PKKS lebih awal dan lebih baik, agar hasil penilaian meningkat. b.Kegiatan yang terlaksana namun tidak dapat diperlihatkan bukti fisiknya menjadi kurang bermakna, sehingga sekolah harus menanamkan kebiasaan untuk mencatat dan menyimpan semua arsip atau dokumen sebagai bukti fisik pelaksanaan kegiatan. c. Sekolah perlu menyiapkan tempat pengarsipan dengan petugas arsip yang mumpuni agar semua kegiatan terencana, tercatat, dan tersimpan segala dokumen sebagai bukti fisik kegiatan.

4. Lampiran Bukti Keterlaksanaan Kegiatan 

Foto Dokumentasi Kegiatan PKKS

Figure 14: Sosialisasi dan koordinasi CPS dengan kepala SMAN 8 Kota Tangerang


47

Figure 15: Wawancara CPS dengan para Wakasek SMAN 8 Kota Tangerang

Figure 16: Penandatangan PKKS oleh Kepala Sekolah dan CPS


48

Figure 17: Penyerahan hasil PKKS kepada Kepala Sekolah

C. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PKG)

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, Penilaian Kinerja Guru (PKG) adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan peserta

didik,

dan

pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi

sekolah/madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas tambahan tersebut. Sistem PKG adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan


49

guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya. Penilaian Kinerja Guru (PKG) merupakan salah satu upaya dalam menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku untuk menjamin terjadinya proses pembelajaran

yang

berkualitas.

Pelaksanaan

PKG

dimaksudkan

untuk

mewujudkan guru yang profesional, karena sesungguhnya harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi yang bermutu. Hasil PKG dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai input dalam penyusunan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Hasil PKG juga merupakan dasar penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karier guru. Mengingat pentingnya PKG sebagai salah satu bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan, maka menjadi keharusan bagi Pengawas Sekolah untuk menguasai kompetensi penilaian kinerja guru tersebut. Untuk meningkatkan pehamanan dan kemampuan dalam PKG, setelah dilakukan penilaian dilanjutkan dengan analisis hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) oleh pengawas sekkolah.

a. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Analisis Penilaian Kinerja Guru (PKG) dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 29-30 November 2021. Tempat pelaksanaannya di SMA N 15 Kota Tagerang.

b. Sasaran Penilaian Kinerja Guru-guru yang menjadi sasaran penilaian kinerja adalah 2 guru mapel dan 1 guru BK, yakni : 1. Putri Anggraini, S.Pd., Guru Sosiologi. Guru honorer yang baru lolos seleksi guru P3K. 2. Hani Khoirunnisa, S.Pd. Guru Bahasa Inggris, NIP 19, Pangkat Pembina, IV/a, TMT 1 April 2013.


50

3. Alimah, S.Pd., Guru BK, NIP 197, Pangkat Pembina Tk.I, III/d, TMT 1 Oktober 2018.

Pemilihan 3 guru sebagai sampel penilaian dan analisis PKG dengan pertimbangan ketiga guru tersebut sudah pernah disupervisi oleh calon pengawas.

c. Pendekatan dan Metode Dalam melakukan analisis PKG, Calon Pengawas Sekolah (CPS) menggunakan pendekatan dan metode sebagai berikut: 1) Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam analisis PKG adalah pendekatan perbandingan (comparative approach), yaitu perbandingan yang melibatkan beberapa individu dengan individu lainnya dengan standar tunggal untuk menentukan kecenderungan yang muncul, atau siapa yang lebih baik atau kurang baik. 2) Metode Metode yang dilakukan dalam menganalisis hasil PKG adalah metode observasi dan telaah dokumen. Observasi karena CPS pernah melakukan observasi kelas pada ketiga guru tersebut. Telaah dokumen dilakukan ketika melakukan analisis PKG melalui berkas PKG yang telah dinilai.

d. Hasil Penilaian Kinerja Hasil PKG dari 3 guru yang dianalisis oleh calon pengawas adalah PKG dalam DUPAK Tahunan periode penilaian 1 Januari 2021 s.d. 31 Desember 2021. Adapun hasil penilaian tersebut beserta analisisnya ada pada bagan, grafik, dan deskripsi sebagai berikut.


51

Table 11: Rekap Penilaian Kinerja Guru Mapel (Penilaian Atasan)

NAMA/ NILAI NO

KOMPETENSI Putri Hani Anggraini Khoirunnisa

1 2

Menguasai karakteristik peserta didik

4

3

Menguasi teori belajar dan prinsipprinsippembelajaran yang mendidik

3

4

3

Pengembangan kurikulum

3

3

4 5

Kegiatan pembelajaran yang mendidik

3

4

Pengembangan potensi anak didik

3

4

Komunikasi dengan peserta didik

4

3

Penilaian dan evaluasi

3

4

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional

4

4

Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan

4

4

Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru

4

3

Bersikap inklusif, bertindak objektif, dan tidak deskriminatif

4

3

Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan , orang tua, peserta didik, dan masyarakat

4

4

Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

4

4

Mengembangkan keprofesian melalui Tindakan yang reflektif Jumlah (Hasil penilaian kinerja guru)

4

3

51

50

Konversi Total Nilai Kinerja Guru ke Skala 100 (Permen PAN dan RB No.16 Tahun 2009 Pasal 15)

91,071

89,286

Amat Baik

Baik

6 7 8 9 10 11 12

13

14

Kategori Nilai Kinerja Guru


52

Table 12: Rekap Penilaian Kinerja Guru BK (Penilaian Atasan)

NAMA/ NILAI

NO KOMPETENSI

Alimah

1 2

Menguasai teori dan praksis pendidikan

4

Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli

4

3

Menguasai esensi pelajayanan BK dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan

2

4 5

Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

4

Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan , individualitas, dan kebebasan memilih

4

Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat

4

Menampilkan kinerja berkualitas tinggi

4

Mengimplementasikan kolaborasi internal di tempat bekerja

4

Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi BK

4

Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi

4

Menguasai konsep dan praksis penilaian (asesmen) untuk memahami kondisi, kebutuhan dan masalah konseli

3

Menguasai kerangka teoretik dan praksis BK

3

Merancang program BK

4

Mengimplementasikan program BK yang komprehensif

4

Menilai proses dan hasil bimbingan dan konseling

4

Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika professional

3

Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam BK

3

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Jumlah (Hasil penilaian kinerja guru) Konversi Total Nilai Kinerja Guru ke Skala 100 (Permen PAN dan RB No.16 Tahun 2009 Pasal 15

62 91,176


53

Kategori Nilai Kinerja Guru

Amat Baik

Dari data tersebut dapat dilakukan analisis hasil penilaian ketiga guru sebagai berikut: 1) Putri Anggraini, S.Pd. Dari 14 Kompetensi yang mendapat nilai 4 ada 9 kompetensi dan yang mendapat nilai 3 ada 5 kompetensi. 2) Hani Khoirunnisa, S.Pd. Dari 14 kompetensi yang mendapat nilai 4 ada 8 kompetensi dan yang mendapat nilai 3 ada 6 kompetensi. 3) Alimah, S.Pd. Dari 17 kompetensi yang mendapat nilai 4 ada 12 kompetensi, yang mendapat nilai 3 ada 6 kompetensi dan yang mendapat nilai 2 ada 1 kompetensi.

Nilai tertinggi dari ketiga guru tersebut adalah Alimah, S.Pd.,

nilai

91,176 dengan predikat amat baik. 

Nilai terendah dari ketiga guru tersebut adalah Hani Khoirunnisa, S.Pd. mendapat nilai 89,286 dengan predikat baik. Walaupun predikatnya baik tapi nilai yang diperoleh selisihnya tidak terlalu besar dibandingkan dua guru yang predikatnya amat baik.

e. Tindak Lanjut Hasil analisis penilaian kinerja guru (PKG yang sudah dilaksanakan CPS ditindaklanjuti dengan langkah sebagai berikut: 1) CPS menyampaikan penilaian dan hasil analisis tersebut kepada kepala SMA N 15 Kota Tangerang sebagai laporan. 2) CPS menyampaikan hasil

analisis

tersebut

kepada

guru

yang


54

bersangkutan untuk mendapatkan informasi tentang PKG yang telah dinilai agar dapat dijadikan motivasi untuk peningkatan nilai selanjutnya.

f. Simpulan Dari hasil penilaian dan analisis PKG yang dilakukan calon pengawas sekolah dapat disampaikan simpulan sebagai berikut: 1) Prosedur penilaian dan analisis PKG di SMA Negeri 15 Kota telah berjalan dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2) Hasil kinerja 3 guru berdasarkan penilaian dan analisis PKG, kompetensi kepribadian, profesional dan sosial sangat baik, kompetensi pedagogik ada satu guru yang nilainya baik. Hasil akhir yang diperoleh adalah 2 guru mendapat nilai sangat baik, dan 1 guru mendapat nilai baik. 3) Berdasarkan telaah dan observasi CPS, terdapat relevansi antara nilai PKG yang dimiliki guru dengan hasil supervisi akademik yang dilaksanakan di kelas sangat relevan.

g. Rekomendasi Berdasarkan data nilai PKG, analisis, dan simpulan yang telah dilakukan CPS dapat disampaikan rekomendasi sebagai berikut: 1) Tim penilai PKG di SMA Negeri 15 Kota Tangerang sudah melaksanakan tugas dengan baik dan harus dipertahankan bahkan diupayakan untuk ditingkatkan agar semakin baik. 2) Guru-guru di SMA Negeri 15 kota Tangerang sudah menjalankan tugas dengan baik, tapi perlu ditingkatkan. Ada Sebagian guru mempunyai kompetensi baik tapi motivasinya harus ditingkatkan (Sebaiknya dilakukan pembinaan). Ada juga guru yang motivasinya sudah baik tapi kompetensinya perlu ditingkatkan (perlu diikutkan Bimlat lanjutan)


55

h. Foto Kegiatan PKG

Figure 18: Kegiatan CPS menganalisis hasil Penilaian Kinerja Guru

Figure 19: Kegiatan CPS melaksanakan tindak lanjut bersama guru yang dinilai


56

D. Pelaksanaan Bimbingan dan Pelatihan (Bimlat 1. Deskripsi tentang Bimlat Bimlat pembelajaran dapat dilakukan untuk melaksanakan pembinaan guru secara kelompok. Kegiatan ini adalah penyampaian informasi tentang pendekatan, metode, model, teknik atau hal-hal lain yang terkait dengan masalah pembelajaran. Tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat melaksanakan pengawasan. Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Bimbingan teknis dimaksudkan untuk membekali guru. 2) IHT/Workshop diadakan sesuai kebutuhan sekolah binaan. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dilaksanakan dan diperuntukkan bagi guru di sekolah asal dan sekolah magang. Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan yaitu: menyusun proposal/rencana kegiatan IHT, menyiapkan materi, PPT bimlat, instrument bimlat, telaah RPP. Selain itu calon pengawas sekolah juga menyiapkan contoh RPP berdiferensiasi dan perlengkapan administrasi bimlat lainnya seperti SK Panitia, surat undangan, jadwal IHT, susunan acara IHT, dan daftar hadir peserta. 2. Waktu dan Tempat Kegiatan IHT profesional guru dilaksanakan di SMAN 15 Kota Tangerang pada tanggal 19, 22 dan 23 November 2021. Sedangkan Workshop di Sekolah magang, SMAN 8 Kota Tangerang dilaksanakan pada tanggal 26 November 2021. 3. Sasaran Pembimbingan dan Pelatihan Sasaran pembimbingan dan pelatihan/IHT sedianya seluruh guru SMAN 15 Kota Tangerang. Namun, karena ada 2 CPS dari SMAN 15 Kota Tangerang maka peserta dibagi dua sehingga peserta IHT hanya 30 guru, perwakilan dari mata pelajaran. Adapun peserta Workshop di sekolah magang, SMAN 8 Kota Tangerang adalah semua guru. Namun CPS hanya diberi waktu 1 hari, walaupun workshop di sekolah magang dilaksanakan 2 hari.


57

4. Pendekatan dan Metode Pelaksanaan pembimbingan dan pelatihan dilaksanakan melalui kegiatan tatap muka dengan protokol kesehatan. Hari pertama disampaikan materi IHT tentang landasan teori pembelajaran berdiferensiasi dan perancangan pembelajaran berdiferensiasi. Hari kedua, penyusunan RPP berdiferensiasi dan presentasi RPP berdiferensiasi. Hari ketiga pelaksanaan peer teaching tentang pembelajaran berdiferensiasi. Adapun tugasnya adalah menyusun RPP berdiferensiasi berdasar gaya belajar siswa visual, auitori dan kinestetik. Secara urut langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Persiapan a. Menyiapkan materi IHT, b. Menyiapkan administrasi IHT (susunan acara, daftar hadir, jadwal IHT), c. Menyiapkan contoh RPP berdiferensiasi, instrumen telaah RPP berdiferensiasi. 2) Pelaksanan hari kesatu a. Kepala sekolah membuka kegiatan IHT, b. Brain

storming/curah

gagasan/pendapat

tentang

pembelajaran

berdiferensiasi difasilitasi oleh Calon Pengawas Sekolah, c. Presentasi /penyajian materi model pembelajaran berdiferensiasi dan langkah-langkah pembelajaran berdiferensiasi, d. Diskusi tentang pembelajaran berdiferensiasi, e. Refleksi kegiatan berdiferensiasi. 3) Pelaksanaan IHT hari kedua a. Pemberian latihan penyusunan RPP berdiferensiasi secara terbimbing, b. Penyusunan RPP berdiferensiasi secara mandiri, c. Presentasi hasil penyusunan RPP berdiferensiasi (perwakilan dari 3 guru), d. Validasi RPP berdiferensiasi oleh Narasumber IHT, e. Refleksi kegiatan.


58

4) Pelaksanaan IHT hari ketiga Kegiatan peer teaching tentang pembelajaran berdiferensiasi, diwakili oleh 3 guru mata pelajaran (guru Sosiologi, Bahasa Inggris, Matematika) dan 1 guru BK. Target keberhasilan/capaian adalah 30 guru peserta IHT di SMAN 15 Kota Tangerang dapat memahami perancangan pembelajaran berdiferensiasi. Dan dapat Menyusun RPP berdiferensiasi berdasar gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik di SMAN 15 Kota Tangerang. 5. Hasil Pelaksanaan Pembimbingan dan Pelatihan Pembimbingan dan pelatihan yang dikemas dalam kegiatan IHT Pembelajaran Berdiferensiasi berdasar gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik, yang diikuti oleh 30 guru dari SMAN 15 Kota Tangerang. Dari pengisian instrument yang disiapkan oleh CPS, untuk penyusunaan RPP berdiferensiasi hasilnya 70 % baik dan 30 % amat baik. Sedangkan untuk perancangan pembelajaran berdiferensiasi contoh 2 guru mata pelajaran yakni Putri Anggraini, S,Pd. guru Sosiologi hasilnya amat baik dan Hani Khoirunnusa, S.Pd. hasilnya baik. Sedangkan 1 guru BK, Alimah, S.Pd. hasil Rancangan Pelayanan Bimbingan (RPL) berdiferensiasi hasilnya amat baik. Berdasarkan data di atas dapat dianalisis hal-hal terkait hasil RPP berdiferensiasi yang disusun 3 guru setelah pembimbingan dan pelatihan sebagai berikut : a) RPP telah memuat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. B) guru telah merencanakan kegiatan pendahuluan yang memuat pengkondisian peserta didik penguatan karakter, apersepsi, penyampaian tujuan pembelajaran, kegiatan dan penilaian yang akan dilakukan. Adapun kegiatan inti dari tiga guru tersebut diperoleh hasil rata-rata amat baik. Guru telah merancang pembelajaran aktif, menggunakan metode pembelajaran berdiferensiasi dengan sumber belajar yang lebih bervariasi untuk memfasilitasi siswa dengan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik.


59

Guru telah menyesuaikan rencana pembelajarannya dengan model dan/atau metode pembelajaran yang digunakan. Guru telah menggambarkan tahapan kegiatan yang runut dan sistematik dalam rencana pembelajarannya. Sebanyak 86% guru telah menggambarkan kegiatan berliterasi dalam rencana pembelajarannya. Hal ini sudah sangat baik karena berliterasi tidak hanya penting untuk menghadapi asessment nasional tetapi juga sangat penting untuk mendukung dalam pengambilan keputusan di saat kapanpun juga. Sebanyak 86% guru telah menggambarkan proses pembelajaran yang menimbulkan interaksi multi-arah, antar peserta didik, interaksi peserta didik dengan guru, dan interaksi dengan bahan/alat/lingkungan belajar. Sebanyak 86% guru telah menggambarkan proses pembelajaran yang menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik. 6. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan Pembimbingan dan Pelatihan profesional guru yang berupa IHT berhasil dengan sangat baik, baik dari segi pelaksanaan maupun hasilnya. Keberhasilan dari RPP berdeferensiasi berdasar gaya belajar siswa yang dibuat guru dapat diketahui dari capaian nilai rerata capaian hasil karya RPP guru juga amat baik. 7. Tindak Lanjut Berdasarkan uraian di atas, maka tindak lanjut diperuntukkan a) bagi peserta bimlat yang belum dapat mengumpulkan RPP berdeferensiasi yaitu dengan melakukan komunikasi lebih lanjut akan kesulitan yang dialami dan CPS akan memberikan bimbingan melalui media digital (WA) sampai hari ke-3 IHT. b) bagi guru yang melaksanakan peer teaching dan belum maksimal dalam perancangan pembelajaran berdiferensiasi berdasar gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik bisa memperbaikinya untuk pembelajaran berikutnya pada siklus 2 sesuai dengan masukan CPS.


60

8. Rekomendasi RPP berdeferensiasi yang telah disusun oleh guru dijadikan pedoman dan diimplementasikan pada pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran peningkatan kecakapan abad 21 dapat dicapai. Adapun bukti fisik pelaksanaan Pembimbingan Dan Pelatihan (Bimlat) dalam kegiatan IHT Perancangan Pembelajaran Berdiferensiasi Berdasar Gaya Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik untuk kelengkapan laporan.  Foto-foto Kegiatan Bimlat dalam bentuk IHT

Figure 20: Kegiatan IHT di SMAN 15 hari ke-1, penyampaian materi pembelajaran berdiferensiasi oleh CPS


61

Figure 21: Kegiatan IHT di SMAN 15 Hari ke-2, presentasi RPP Pembelajaran Berdiferensiasi oleh Guru Model

Figure 22: Kegiatan IHT di SMAN 15 Hari ke-3, Kegiatan Peer Teaching Pembelajaran Berdiferensiasi oleh Guru Model


62

Figure 23: Kegiatan Workshop di SMAN 8 Tangerang, berupa penyampaian materi Pembelajaran Berdiferensiasi oleh CPS


63

E. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM PERANCANGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI MELALUI IHT DAN SUPERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK K.A.S.I.H. DI SMAN 15 KOTA TANGERANG

Disusun Oleh:

Nama

: WAHYU WIJAYANTI, M.Pd.

NIP

: 196609221990032003

Unit Kerja

: SMA Negeri 15 Kota Tangerang

DIKLAT CALON PENGAWAS SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI BANTEN

TAHUN 2021


64

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dunia yang kompleks, mencakup berbagai aspek yang saling berkaitan seperti tujuan, peserta didik, pendidik, sumber belajar, sarana prasarana pendidikan, metode dan media pembelajaran, sistem penilaian. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila persoalan penyelenggaraan pendidikan harus dirancang dengan sistematis agar dapat mencapai hasil yang diinginkan. Pembelaajaran di kelas harus bisa diselenggarakan guru dengan inovatif dan siswa aktif. Pemilihan metode yang bisa melayani kebutuhan dan gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik perlu diterapkan juga. Dengan pemilihan metode, model dan teknik yang tepat peserta didik akan mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna. Maka dalam proposal PTS ini penulis menyampaikan metode pembelajaran berdifersiasi. Dalam penjelasan Tomlinson (2001:1), pada pembelajaran berdiferensiasi yang mengandung makna bahwa mencampurkan semua perbedaan untuk mendapatkan suatu informasi, membuat ide dan mengekspresikan apa yang mereka pelajari. Dengan kata lain bahwa pembelajaran berdiferensiasi merupakan pelayanan guru untuk peserta didik yang beragam agar memperoleh kesempatan untuk meraih konten, memproses suatu ide dan meningkatkan hasil belajar. Sehingga peserta didik bisa mengikuti pembelajaran lebih efektif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam pembelajaran berdiferensiasi seorang guru harus konsisten dan proaktif dalam mencari jalan untuk membantu peserta didik belajar dalam mencapai atau meraih proses pembelajaran di kelas sehingga sesuai kebutuhnya. Sebagai contoh, apabila guru memberikan tugas membaca kepada peserta didik, guru harus mengetahui tingkat level kemampuan membaca peserta didik, sehingga memberikan tugas membaca sesuai dengan tingkat level


65

membaca peserta didik tersebut dan juga bisa mengaitkannya dengan ketertarikan dari peserta didik tersebut. Sejalan Pendapat Hollads (2005: 3) bahwa pembelajaran berdiferensiasi tidak menambah beban peserta didik dalam belajar tetapi justru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan merangsang anak untuk terus belajar sehingga akan membantu anak dalam mencapai kesuksesan dalam belajar. Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran sebagai implementasi pendidikan bukan sekedar proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik atau sumber belajar pada lingkungan tertentu, melainkan sebagai proses kognisi dan internalisasi sehingga peserta didik memperoleh tambahan wawasan dan pengetahuan serta mampu mengembangkan sikap dan perilaku yang benar dan baik. Karenanya, penyelenggaraan pendidikan harus dilaksanakan dengan tata kelola yang tepat sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Tata kelola yang tepat memungkinkan potensi dan sumber daya pendidikan dapat dielaborasi secara efektif dan efisien dengan pembelajaran berdiferensiasi. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pasal tersebut secara tegas mengedepankan kepentingan peserta didik sebagai bagian penting dari komponen pendidikan. Dalam kajian filosofisnya, peserta didik dipandang sebagai manusia seutuhnya yang unik, dimana mereka dipandang sebagai manusia yang memiliki hak dan kewajiban. Dalam pendidikan, hak-hak peserta didik haruslah lebih dikedepankan daripada kepentingan lainnya. Peserta didik sebagai individu yang unik memiliki bakat, minat, kemampuan, dan gaya belajar yang berbeda. Setiap peserta didik harus mendapatkan layanan pendidikan masal untuk peserta didik secara individual (mass education of individual) bukan pendidikan individual bagi peserta didik masal (individual education of the mass)


66

agar dapat berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing. Teori tentang metode pembelajaran dengan pelayanan siswa berdasar gaya belajar mereka. Berdasarkan pemikiran di atas, maka Pembelajaran Berdiferensiasi bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Kepedulian guru terhadap peserta didik dalam memperhatikan kekuatan dan kebutuhan peserta didik yang pada dasarnya menjadi fokus yang perlu diperhatikan dalam Pembelajaran Berdiferensiasi. Profil pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik. Pembelajaran Berdiferensiasi mengharuskan pendidik mencurahkan perhatian dan memberikan tindakan untuk memenuhi kebutuhan khusus peserta didik. Pembelajaran Berdiferensiasi memungkinkan guru melihat pembelajaran dari berbagai perspektif. Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan proses siklus mencari tahu tentang peserta didik dan merespons belajarnya berdasarkan perbedaan. Ketika guru terus belajar tentang keberagaman peserta didik, maka pembelajaran yang profesional, efesien, dan efektif akan terwujud. Memahami peserta didiksecara terus menerus membangun kesadaran tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik, mengamati, menilai kesiapan, minat, dan preferensi belajar. Menggunakan semua preferensi tentang bagaimana peserta didik mendemonstrasikan preferensi belajarnya (isi, proses, produk dan lingkungan belajar). Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan penyesuaian terhadap minat, preferensi belajar, kesiapan peserta didik agar tercapai peningkatan hasil belajar. Pembelajaran Berdiferensiasi bukanlah pembelajaran yang individual. Namun, lebih cenderung kepada pembelajaran yang mengakomodir kekuatan dan kebutuhan belajar peserta didik dengan strategi pembelajaran yang independen. Saat

guru

merespon

kebutuhan

belajar

peserta

didik,

berarti

guru

mendiferensiasikan pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi pada hakikatnya pembelajaran yang memandang bahwa siswa itu berbeda/beragam dan dinamis. Oleh karena itu, sekolah harus memiliki perencanaan tentang pemberajaran berdiferensiasi, antara lain: (1)


67

mengkaji kurikulum saat ini yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan Peserta didik; (2) Merancang perencanaan dan strategi sekolah yang sesuai dengan kurikulum dan metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik; (3) menjelaskan bentuk dukungan guru dalam memenuhi kebutuhan peserta didik; (4) mengkaji dan menilai pencapaian rencana sekolah secara berkala. Sejalan dengan pendapat Tomlinson dan Eidson (2003) menyatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi pada jenjang sekolah dasar dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang secara proaktif melibatkan peserta didik selama prosesnya, serta memandang kelas-kelas sekolah dasar sebagai kelas yang memadukan berbagai kesiapan, minat, dan bakat belajar siswa. Sedangkan konsep pembelajaran berdiferensiasi, tomlinson (2000) menyatakan terdapat empat karakteristik utama pembelajaran berdiferensiasi yang efektif, yaitu: (1) pembelajaran merupakan konsep dan prinsip memberilkan dorongan; (2) penilaian berkelanjutan terhadap kesiapan dan perkembangan belajar peserta didik dipadukan ke dalam kurikulum; (3) digunakannya pengelompokan atau klasifikasi secara fleksibel berdasar gaya belajar siswa visual, akhirnya peserta didik secara aktif bereksplorasi di bawah bimbingan dan arahan guru. Setiap siswa memiliki karakteristik gaya belajar masing-masing menurut De Poter dalam bukunya Tutik Rachmawati dan Daryanto yang berjudul Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik terdapat 3 modalitas (tipe) dalam gaya belajar, yaitu Visual, Auditori dan Kinestetik. Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat. Auditori belajar dengan cara mendengar dan kinestetik belajar lewat gerak dan menyentuh. Dalam kenyataannya, setiap orang memiliki ketiga gaya belajar tersebut, tetapi kebanyakan orang cenderung hanya menggunakan salah satu dari ketiga gaya tersebut yang lebih mendominasi. Berdasarkan karakteristik pembelajaran berdiferensiasi di atas, pembelajaran literasi hendaknya dilaksanakan berdasarkan kondisi awal peseerta didik, bukan berdasarkan apa yang harus dicapai peserta didik. Dalam merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, guru harus memahami secara mendalam peserta


68

didik, baik dalam hal kesiapan belajar, minat, maupun gaya belajar atau profil belajarnya. Setelah diadakan IHT tentang pembelajaran berdiferensiasi untuk Guru

SMA N 15 Kota Tangerang diharapkan guru bisa melaksanakan

perancangan pembelajaran berdiferensiasi berdasar gaya belajar siswa visual, auditori dan kiestetik. Selanjutnya kegiatan supervisi akademik bisa dilakukan dengan Teknik K.A.S.I.H. (Kooperatif, Aktif, Sistematis, Inovatif dan Humanis). Adapun tujuan dari supervisi akademik menurut Alfonso, Firth, dan Neville (1981) Supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu berfungsi mencapai multi tujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memperhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya. B. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dunia yang kompleks, mencakup berbagai aspek yang saling berkaitan seperti tujuan, peserta didik, pendidik, sumber belajar, sarana prasarana pendidikan, metode dan media pembelajaran, sistem penilaian. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila persoalan penyelenggaraan pendidikan harus dirancang dengan sistematis agar dapat mencapai hasil yang diinginkan. Pembelaajaran di kelas harus bisa diselenggarakan guru dengan inovatif dan siswa aktif. Pemilihan metode yang bisa melayani kebutuhan dan gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik perlu diterapkan juga. Dengan pemilihan metode, model dan teknik yang tepat peserta didik akan mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna. Maka dalam proposal PTS ini penulis menyampaikan metode pembelajaran berdifersiasi. Dalam penjelasan Tomlinson (2001:1), pada pembelajaran berdiferensiasi yang mengandung makna bahwa mencampurkan semua perbedaan untuk mendapatkan suatu informasi, membuat ide dan mengekspresikan apa yang mereka pelajari. Dengan kata lain bahwa pembelajaran berdiferensiasi merupakan pelayanan guru untuk peserta didik yang beragam agar memperoleh kesempatan untuk meraih


69

konten, memproses suatu ide dan meningkatkan hasil belajar. Sehingga peserta didik bisa mengikuti pembelajaran lebih efektif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam pembelajaran berdiferensiasi seorang guru harus konsisten dan proaktif dalam mencari jalan untuk membantu peserta didik belajar dalam mencapai atau meraih proses pembelajaran di kelas sehingga sesuai kebutuhnya. Sebagai contoh, apabila guru memberikan tugas membaca kepada peserta didik, guru harus mengetahui tingkat level kemampuan membaca peserta didik, sehingga memberikan tugas membaca sesuai dengan tingkat level membaca peserta didik tersebut dan juga bisa mengaitkannya dengan ketertarikan dari peserta didik tersebut. Sejalan Pendapat Hollads (2005: 3) bahwa pembelajaran berdiferensiasi tidak menambah beban peserta didik dalam belajar tetapi justru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan merangsang anak untuk terus belajar sehingga akan membantu anak dalam mencapai kesuksesan dalam belajar. C. Rumusan Masalah dan Pemecahannya Penelitian ini untuk menganalisis sejauh mana terdapat “Peningkatan Pengelolaan Pembelajaran melalui IHT Pembelajaran Berdifernsiasi dan Supervisi Akademik dengan Teknik K.A.S.I.H. Dalam melaksanakan Pembelajaran Berdiferensiasi (PB) melalui Supervisi Teknik K.A.S.I.H.(Kooperatif, Aktif, Sistematis, Inovatif, Humanis) dapat meningkatkan prestasi peserta didik dan melayani peserta didik sesuai gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik dengan kebutuhannya sehingga guru mampu meningkatkan kompentensi pengelolaan pembelajar berdiferensiasi dengan baik dan benar. Oleh karena itu, guru di tuntut untuk inovatif baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Berkaitan dengan hal tersebut maka lebih lanjut dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana

kompentensi

pengelolaan

guru

dalam

pembelajaran

berdiferensiasi melalui Bimlat dan supervisi akademik dengan teknik K.A.S.I.H. ?


70

2. Bagaimana prestasi peserta didik dengan pembelajaran berdiferensiasi melalui Bimlat dan supervisi akademik dengan teknik K.A.S.I.H. ?

Pembelajaran berdiferensiasi (PB) dari sudut pandang perbedaan kelas tradisional dengan kelas berdiferensiasi disikapi sebagai dasar perencanaan dan penilaian yang dilakukan di akhir pembelajaran dalam rangka mengetahui siapa yang menguasai materi sehingga penilaian dapat dilakukan secara terus menerus, dan asesmen dilakukan untuk memahami bagaimana merancang pembelajaran agar lebih responsif. Pembelajaran Berdiferensiasi dengan tujuan memfasilitasi gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik lebih menonjolkan kecerdasan kelompok daripada kecerdasan klasikal. Guru yang dapat membantu memecahkan masalah peserta didik merupakan guru yang dapat berinteraksi kepada peserta didik dan sebaliknya. Sejalan dengan hal ini dibutuhkan guru yang inovatif di sekolah. Adapaun penilaian PB dalam komponen pembelajaran berdiferensiasi, yaitu: (1) isi, meliputi apa yang dipelajari peserta didik; (2) proses, (3) produk, dan (4) lingkungan belajar. D. Tujuan Adapun tujuan IHT Pembelajaran Berdiferensiasi dan Supervisi Akademik dengan Teknik K.A.S.I.H. adalah sebagai berikut: (1) penyelenggaraan dan pengelolaan pembelajaran berdiferensiasi dapat melayani peserta didik secara utuh sesuai dengan karakter, gaya belajar dan potensi/kemampuan belajar; (2) mengakomodasi kemajemukan potensi peserta didik penyelenggara dengan pembelajaran berdiferensiasi secara efektif dan bermakna; (3) supervisi teknik “Kooperatif, Aktif Sistematis, Inovatif, Humanis (KASIH)” terhadap guru dapat meningkatkan kemampuan pengelolaan guru dalam pembelajaran berdiferensiasi sehingga peserta didik terlayani secara utuh dari kemajemukan potensi peserta didik; dan (4) peningkatan kemampuan Guru membuat metode pembelajaran yang bervariasi.


71

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini secara teoritis, diharapkan dapat menghasilkan sintesis tentang kompentensi pengelolaan guru dalam pembelajaran khususnya Pembelajaran Berdifernsiasi (PB) dan dengan supervisi akademik teknik K.A.S.I.H. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini secara praktis, memiliki manfaat bagi beberapa instansi terkait, yakni: a. Untuk Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri di Kota Tangerang, hasil penelitian di harapkan dapat digunakan sebagai dasar peningkatan mutu pendidikan berdasarkan klasifikasinya belajar cepat, sedang dan lambat dalam rangka menentukan faktor internal dan eksternal. b.

Bagi guru-guru SMA Negeri di Kota Tangerang, hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai dasar mengembangkan keprofesionalan dalam pelaksanaan tugas.

c. Pengawas Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional kepala sekolah dan guru.

F. Hipotesis Tindakan Beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi sebagai berikut: 1) Berpusat pada peserta didik, artinya, pembelajaran direncanakan dengan cermat dan strategis dengan berdasar pada upaya memahami siswa secara utuh, serta menempatkan gaya, intelegensi, kemampuan awal, dan berbagai cara belajar siswa sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran (Gregory dan Chapman, 2002: 35).


72

2) Berpusat pada kurikulum, artinya tidak mengubah konsep dan tujuan kurikulum dan menekankan kreativitas dalam menyelaraskan perangkat pembelajaran. 3) Diferensiasi materi pembelajaran, artinya materi pembelajaran yang diberikan tidak bersifat sama rata untuk semua peserta didik. Disesuaikan dengan gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik. 4) Walaupun materinya beragam tapi tiga hal yang terkait dengan konten, tentang apa yang dipelajari, proses bagaimana siswa mendapatkan informasi mengenai apa yang dipelajari produk bagaimana siswa mendapatkan hasil belajar harus sama pada masing-masing siswa. Contoh perancangan pembelajaran berdiferensiasi mata pelajaran Sosiologi kelas XII, materi Perubahan Sosial dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Langkah-langkahnya : 1) Guru mengelompokkan siswa berdasarkan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. 2) Guru menyampaikan materi secara umum tentang Perubahan sosial di masyarakat. 3) Guru memberikan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan dasar yang dimiliki masing-masing siswa, terkait materi tersebut. 4) Selanjutnya guru memberikan sumber belajar untuk masing-masing kelompok siswa melalui: a) Memberikan materi ajar dalam bentuk slide presentasi powerpoint yang berisi gambar-gambar perubahan sosial di masyarakat, bagi siswa dengan gaya belajar visual. b) Memberikan bahan ajar berupa video yang berisi narasi tentang perubahan sosial di masyarakat bagi siswa dengan gaya belajar auditori. c) Memberikan bahan ajar berupa game tentang perubahan sosial di masyarakat pada siswa dengan gaya belajar kinestetik.


73

d) Mengizinkan

siswa

untuk

mengunjukkerjakan

berbagai

jenis

kemampuan belajar. e) Memberikan lebih banyak waktu bagi peserta didik untuk berpikir ketika mempelajari sesuatu. f) Menggunakan peta konsep selama pembelajaran. g) Membimbing peserta didik agar mereka mampu mendalami suatu topik. h) Mendiferensiasi proses/aktivitas pembelajaran, guru dapat melihat cara-cara alternatif dan bermakna untuk menyediakan pijakan belajar bagi siswa. i) Menggunakan banyak tugas untuk beberapa peserta didik dan membiarkan proses belajar tetap terbuka untuk beberapa siswa lain. j) Menggunakan berbagai cara yang dapat digunakan siswa untuk mendemonstrasikan aktivitas belajarnya.


74

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori Differentiated Instruction (Pembelajaran Berdiferensiasi/PB) dalam penjelasan Tomlinson (2001:1), merupakan pembelajaran beragam atau variatif untuk menciptakan suatu kelas yang beragam dengan memberikan kesempatan dalam meraih konten, memproses suatu ide dan meningkatkan hasil setiap peserta didik, sehingga murid-murid akan bisa lebih belajar dengan efektif. Hal ini senada dengan pendapat (Arends, 2008:123) bahwa guru akan memulai mengajar berdasarkan kebutuhan, kesiapan (di mana posisi peserta didik), minat dan kemudian menggunakan banyak model mengajar dan penataan instruksional untuk memastikan bahwa peserta didik meraih prestasinya. Hal tersebut bisa juga dengan mengubah isi dari kurikulum dan strategi pembelajaran yang diberikan guru kepada peserta didik atau disebut sebagai Differentiated of instruction dan juga menggunakan metode student- center (metode pengajaran berpusat pada anak dan sesuai dengan kebutuhan anak) sejalan dengan pendapat (McLeskey dan Waldron, 2000:150). Dalam penjelasan Tomlinson (2001:1), pada pembelajaran diferensiasi berarti mencampurkan semua perbedaan

untuk

mendapatkan

suatu

informasi,

membuat

ide

dan

mengekspresikan apa yang mereka pelajari. Differentiated of instruction adalah modifikasi kurikulum di mana semua anak bisa belajar dalam satu kelas dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Pendekatan ini dilakukan dalam proses belajar-mengajar di dalam kelas dengan berbagai kemampuan anak yang berbeda dalam kelas tersebut. Maksud dari differentiated itu sendiri adalah setiap anak mempunyai standar kurikulum yang berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhannya. Hal ini dimaksudkan bahwa guru harus memodifikasi isi, proses/cara berpikir (the thinking process) dan produk yang harus dikerjakan sebagai evaluasi, berdasarkan karakteristik anak, tingkat


75

kesiapan anak, interest atau kesukaan anak, kecerdasan majemuk (mulltiple intelegences), pemberian instruksi dan pembelajaran atau materi yang berbedabeda sesuai dengan tingkat kemampuan anak, memperdalam pemahaman, dan melibatkan kerja kelompok. (Hollas, 2005:2). Menurut Gregory dan Chapman (2007:2) mengungkapkan hal-hal yang mendukung pandangan atau filosofi mengenai pembelajaran diferensiasi adalah sebagai berikut: (1) semua peserta didik pada dasarnya memiliki kekuatan dalam bidang-bidang tertentu; (2) semua peserta didik memiliki bidang yang butuh untuk dikuatkan; (3) setiap otak peserta didik adalah unik seperti suatu sidik jari (fingerprint); (4) tidak ada kata terlambat untuk belajar; (5) ketika memulai suatu topik yang baru, peserta didik membawa dasar pengetahuan mereka sebelumnya dan pengalaman dalam belajar; (6) emosi, perasaan, dan sikap berpengaruh pada belajar; (7) semua peserta didik dapat belajar dengan cara yang berbeda-beda pada waktu yang berbeda-beda pula. Banyak guru yang belum bisa membayangkan bagaimana pendekatan pembelajaran diferensiasi ini dikarenakan sudah bertahun-tahun lamanya melakukan suatu proses pembelajaran satu arah dan berpusat hanya pada guru. Dengan menggunakan strategi diferensiasi dan memberikan kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dilihat dari kesiapan, minat dan gaya belajar peserta didik maka diharapkan kebutuhan peserta didik akan terpenuhi, peserta didik akan bisa belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Model pembelajaran diferensiasi ini bukan suatu model pembelajaran yang baru. Model pembelajaran ini diperlukan suatu kesadaran dan juga kerja keras yang sungguh-sungguh dalam menganalisis data informasi yang didapat dari peserta didik di kelas, kemudian data tersebut digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik yang akan disesuaikan dengan kemampuan serta digunakan dalam mengubah sesuatu yang perlu diubah juga memberikan hal-hal yang lebih diperlukan bagi peserta didik masingmasing.


76

Pembelajaran diferensiasi bukanlah pembelajaran individual Seperti halnya yang terjadi pada perkembangan pendidikan pada tahun 70an, bahwa jika ada murid yang memiliki tingkat perbedaan kemampuan dalam kelas, maka dalam belajar sesuai dengan kemampuannya, anak tersebut akan ditarik dari kelas dia berada dan akan diberikan pembelajaran individual sesuai dengan kemampuannya yang berada di ruangan lain atau terpisah dari kelasnya tersebut. Berbeda dengan pembelajaran diferensiasi, bahwa anak- anak yang memiliki perbedaan kemampuan tersebut, akan diberikan kesempatan untuk belajar, tidak dipisahkan oleh karena level kemampuannya tetapi berfokus pada makna belajar itu sendiri dan juga kekuatan dari setiap peserta didik. Model pembelajaran dalam mengajar, terkadang guru akan mengajar pada “whole class” atau kelompok besar, terkadang kelompok kecil dan terkadang secara individual dalam satu kelas. “Differentiated Instruction”: Solusi Pembelajaran 343 pembelajaran diferensiasi, akan ahli dalam memeimpin kelas dan dengan cepat menanggulangi masalah ini. Dibandingkan dengan guru yang menggunakan pendekatan satu center (guru menjadi pusat pembelajaran), pada guru yang menerapkan pembelajaran diferensiasi akan mengatur dan memonitor kelas. Pada Pembelajaran diferensiasi kelompok tidak homogen tetapi bersifat fleksibel (Flexible Grouping) pada kelas yang menerapkan pembelajaran diferensiasi, kelompok yang dibentuk akan bersifat fleksibel, di mana murid yang memiliki kekuatan dalam bidang tertentu akan bergabung dengan teman yang lain dan bekerjasama dengan teman-temannya. Murid yang kuat dalam hal tertentu belum tentu memiliki kekuatan yang sama dalam bidang lain. Misalnya, mungkin murid tersebut akan memiliki kekuatan dalam memahami suatu bacaan, belum tentu dalam memulis, ia akan bisa menulis dengan ejaan yang benar atau menuliskan kalimat dengan tepat, atau dalam hal matematika, mungkin murid tersebut akan mengalami kelemahan dalam berhitung dan lain-lain. Dalam kelompok yang bersifat fleksibel tersebut, guru akan pahambahwa mungkin ada beberapa murid yang dalam mengerjakan tugas baru kerjanya lambat dan kemudian akan diberikan penjelasan untuk mempercepat kerjanya sambil


77

yang lain belajar tetapi dilakukan dengan perlahan-lahan. Dalam pembelajaran diferensiasi, kelompok akan selalu diubah-ubah berdasarkan kebutuhan dan pengalaman belajar murid. Pembelajaran berdiferensiasi adalah proaktif dan berdasar pada asesmen Pada kelas yang menerapkan pembelajaran diferensiasi, kita harus berpikir bahwa murid- murid memiliki kebutuhan belajar yang beragam dan berbeda satu dengan yang lainnya. Guru harus proaktif menemukan dan melakukan perencanaan dengan berbagai cara untuk bisa mengekspresikan bagaimana murid- muridnya bisa belajar. Dalam kelas diferensiasi, guru akan memperhatikan 3 elemen penting dalam pembelajaran berdiferensiasi di kelas yaitu (1) Content (input) yaitu mengenai apa yang murid pelajari, (2) Proses yaitu bagaimana murid akan mendapatkan informasi dan membuat ide mengenai hal yang dipelajarinya, product (output), bagaimana murid akan mendemonstrasikan apa yang sudah mereka pelajari. Ketiga elemen tersebut di atas akan dilakukan modifikasi dan adaptasi berdasarkan asesmen yang dilakukan sesuai dengan tingkat kesiapan murid, ketertarikan (interest) dan learning profile. Terdapat 3 elemen penting yang akan dilakukan diferensiasi, antara lain sebagai berikut: 1. Content/Konten berhubungan dengan apa yang akan murid-muird ketahui, pahami dan yang akan dipelajari. Dalam hal ini guru akan memodifikasi bagaimana setiap murid akan mempelajari suatu topik pembelajaran. Misalnya, guru akan mengajarkan matematikan yang mana tujuan objektifnya adalah murid-murid bisa membaca waktu. Bagi anakanak yang tingkat kesiapannya sudah siap dan mengerti akan konten yang akan dipelajarinya, hal ini tidak menjadikan masalah bagi murid untuk belajar hal yang sama sesuai dengan konten yang sudah ditentukan. Bagi tingkat kesiapannya belum memahami mengenai konten tersebut, guru perlu melakukan modifikasi dan adaptasi berdasarkan tingkat kesiapan murid tersebut. 2. Process/proses merupakan cara murid mendapatkan informasi atau bagaimana ia belajar. Dalam arti lain adalah aktivitas murid dalam


78

mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan berdasarkan konten yang akan dipelajari. Aktivitas akan dikatakan efektif apabila berdasarkan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan murid. Murid akan bisa mengerjakan dengan sendirinya dan berguna bagi diri mereka sendiri. 3. Product/produk merupakan bukti apa yang sudah mereka pelajari dan pahami. Murid-murid akan mendemostrasikan atau mengaplikasikan mengenai apa yang sudah mereka pahami. Produk akan merubah murid dari “consumers of knowledge to producer with knowledge”.

Pembelajaran diferensiasi adalah model pembelajaran yang berpusat pada murid Dasar pemikiran pembelajaran diferensiasi adalah bahwa murid- murid adalah berbeda dan pengalaman belajar akan lebih efektif apabila belajar itu menyenangkan, relevan (sesuai dengan kondisi) dan menarik (interesting). Guru dalam kelas yang diferensiasi akan memahami kebutuhan dari masing-masing muridnya

untuk

membantu

murid

meningkatkan

tanggungjawab

pada

perkembangan mereka sendiri. Dalam kelas diferensiasi, peserta didik harus aktif dan mengevaluasi keputusan yang mereka lakukan serta melatih peserta didik dalam bertanggung jawab juga berbagi dengan teman lain pada saat mereka bekerja kelompok dengan berbagai variasi kelompok. Dalam hal ini juga mengajarkan mereka untuk menyiapkan kehidupan mereka sendiri. Sedangkan hakekat kemampuan pembelajaran menurut Gagne, Briggs, & Wager (1992: p. 11) pembelajaran (instruction), 1992: p. 11) merupakan seperangkat peristiwa eksternal yang diatur dan dirancang secara sengaja untuk mendukung proses belajar internal. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran perlu dipertimbangkan sejumlah tahapan belajar (events of learning) yang mesti dilewati agar bisa mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Secara umum mereka membagi pembelajaran atas beberapa tahapan yakni: (1) menarik perhatian peserta didik melalui rangsangan tertentu, (2) menginformasikan tujuantujuan pembelajaran, (3) mengingatkan kembali materi yang sudah dipelajari, (4) menyajikan materi secara jelas, (5) memberikan panduan belajar, (6) meminta


79

diperlihatkan kinerja, (7) menyediakan umpan balik tentang ketepatan kinerja, (8) menilai kinerja belajar, (9) meningkatkan retensi dan transfer. Yusufhadi Miarso (2004: p. 528) menjelaskan bahwa pembelajaran atau kegiatan instruksional adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu. Ini berarti pembelajaran sebenarnya lebih banyak terkait dengan pendayagunaan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga dapat membuat peserta didik bisa belajar. Pendapat ini mengisyaratkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang lebih bersifat motivasional terhadap individu-individu pebelajar. Sedangkan pembelajaran menurut Romiszowski (1990: p. 14) adalah suatu proses yang terarah kepada tujuan (goal-oriented) yang kurang lebih sudah direncanakan sebelumnya. Ini berarti kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang terencana, disengaja, dan senantiasa memiliki tujuan tertentu. Menurut Reigeluth (1983: p. 14), pembelajaran sebagai suatu ilmu atau kiat memiliki tiga komponen utama dalam teori pembelajaran yakni metode, kondisi, dan hasil. Metode pembelajaran adalah berbagai cara-cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil yang berbeda-beda di bawah kondisi yang berbeda pula. Kondisi pembelajaran adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efek dari metode. Inovasi dalam konteks pendidikan dan pembelajaran berhubungan dengan pengetahuanpengetahuan baru yang berhubungan dengan suatu mata pelajaran tertentu, metode atau strategi pembelajaran baru, strategi mengorganisasikan bahan pelajaran, strategi penyampaian, dsb. Semua itu merupakan bentuk-bentuk inovasi dalam pembelajaran yang terkait langsung dengan profesi guru. Para guru dalam menyikapi suatu inovasi nampaknya beragam, ada yang langsung menerimanya, ada yang meneliti lebih dahulu dan memutuskan untuk menerimanya untuk dirinya sendiri, ada yang berinteraksi dengan sistem terlebih dahulu kemudian mempertimbangkan untuk menerima inovasi tersebut, namun tidak sedikit pula yang menolak inovasi tersebut. Proses keputusan inovatif menurut Rogers (1995: p. 16) melewati lima tahap yaitu: (1) tahap pengetahuan,


80

(2) tahap persuasi, (3) tahap keputusan, (4) tahap implementasi, dan (5) tahap konfirmasi. Keinovatifan berkaitan erat dengan cepat atau lambatnya seseorang dalam mengadopsi suatu inovasi tertentu. Kecepatan seseorang untuk menerima inovasi sangat berbeda-beda dari satu individu dengan individu lainnya. Misalnya para guru dalam suatu sekolah bisa menerima inovasi strategi pembelajaran yang berbeda-beda.

Guru

yang

satu

mungkin

akan

segera

menerima

dan

mengimplementasikan inovasi tersebut segera setelah inovasi itu diperkenalkan. Sementara guru yang lainnya barangkali agak lambat dalam menerimanya karena masih mempertimbangkan banyak hal. Perkembangan teknologi pendidikan yang begitu pesat, khususnya yang berkaitan dengan temuan-temuan baru dalam strategistrategi

pembelajaran

mutakhir,

media

pembelajaran

mutakhir

(multimedia), cara-cara belajar yang lebih efektif, dan sebagainya telah menantang para guru untuk menentukan sikapnya, apakah segera menerima dan memperbahaharui strategi-strategi pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini, atau harus tetap mempertahankan pola-pola lama yang dianggap lebih baik. Sebagai pengelola pembelajaran yang baik guru hendaknya tidak boleh ketinggalan zaman dengan berbagai temuan baru tersebut. Ia harus bisa mengadopsi dan mengintegrasikan temuan-temuan tersebut dalam prakteknya. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, guru dianggap sebagai pemuka pendapat (opinion leader) karena dianggap mengetahui hal-hal baru lebih awal dibandingkan

dengan

masyarakat

kebanyakan

dan

pikiran-pikiran

atau

pendapatnya tentang sesuatu yang baru sering dirujuk oleh masyarakat sebagai hal yang baik. Dalam kaitan dengan itu maka semakin inovatif seorang guru terhadap temuan-temuan baru, harusnya ia menjadi semakin kreatif dalam mengelola kegiatan pembelajarannya. Semakin kreatif ia mengelola pembelajarannya maka dapat dipastikan bahwa semakin efektif pula hasil yang diperolehnya. Oleh karena itu, diduga ada keterkaitan antara tingkat keinovatifan guru, yaitu derajat penerimaan guru terhadap suatu inovasi dengan kemampuan mengelola pembelajarannya. Hakikat kemampuan pembelajaran menurut Gagne, Briggs, &


81

Wager (1992: p. 11) pembelajaran (instruction), 1992: p. 11) berarti sebagai seperangkat peristiwa eksternal yang diatur dan dirancang secara sengaja untuk mendukung proses belajar internal. Dengan demikian, dalam

kegiatan

pembelajaran perlu dipertimbangkan sejumlah tahapan belajar (events of learning) yang mesti dilewati agar bisa mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Secara umum mereka membagi pembelajaran atas beberapa tahapan yakni: (1) menarik perhatian siswa melalui rangsangan tertentu, (2) menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, (3) mengingatkan kembali materi yang sudah dipelajari, (4) menyajikan materi secara jelas, (5) memberikan panduan belajar, 6) meminta diperlihatkan kinerja, 7) menyediakan umpan balik tentang ketepatan kinerja, (8) menilai kinerja belajar, (9) meningkatkan retensi dan transfer. Guna lebih memahami konsep pembelajaran berdiferensiasi, tomlinson (2000) menyatakan ada empat karakteristik utama pembelajaran berdiferensiasi yang efektif, yaitu: (1) pembelajaran merupakan konsep dan prinsip memberilkan dorongan, (2) penilaian berkelanjutan terhadap kesiapan dan perkembangan belajar siswa dipadukan ke dalam kurikulum, (3) digunakannya pengelompokan secara fleksibel dan konsisten, dan (4) peserta didik secara aktif bereksplorasi di bawah bimbingan dan arahan guru. Berdasarkan karakteristik pembelajaran berdiferensiasi di atas, pembelajaran literasi hendaknya dilaksanakan berdasarkan kondisi awal peserta didik, bukan berdasarkan apa yang harus dicapai peserta didik. Dalam merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, guru harus memahami secara mendalam peserta didik, baik dalam hal kesiapan belajar, minat, maupun gaya atau profil belajarnya. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi sebagai berikut: 1. Berpusat pada peserta didik Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajarn yang berpusat pada siswa. Artinya, pembelajaran direncanakan dengan cermat dan strategis dengan berdasar pada upaya memahami siswa secara utuh, serta menempatkan gaya, intelegensi, kemampuan awal, dan berbagai cara


82

belajar siswa sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran (Gregory dan Chapman, 2002: 35). 2. Berpusat pada kurikulum Pembelajaran berdiferensiasi tidak mengubah konsep

dan tujuan

kurikulum. Pembelajaran ini lebih menekankan kreativitas dalam menyelaraskan perangkat pembelajaran. 3. Diferensiasi materi pembelajaran Diferensiasi materi pembelajaran berarti materi pembelajaran yang diberikan tidak bersifat sama rata untuk semua peserta didik. Oleh sebab itu, guru harus mampu menyeleksi materi pembelajaran sesuai dengan minat, pengetahuan awal, dan gaya belajar peserta didik. Sedangkan upaya mendiferensiasi materi pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut: a. menggunakan sumber belajar yang beragam berdasar gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik. b. menyediakan waktu untuk berbicara secara kelompok, c. mengizinkan siswa untuk mengunjukkerjakan berbagai jenis kemampuan belajar, d. melakukan pembelajaran berdasar kerja kelompok, e. memberikan lebih banyak waktu bagi siswa untuk berpikir ketika mempelajari sesuatu, f. menggunakan peta konsep selama pembelajaran, g. mengizinkan siswa mengikuti pembelajaran berdasar gaya belajar siswa, h. membimbing peserta didik agar mereka mampu mendalami suatu topik, i. memulai dan mendesain pembelajaran berdasarkan apa yang ingin peserta didik ketahui, j. menargetkan beragam gaya belajar dan multipelintelegensi, dan k. diferensiasi pendekatan pembelajaran.


83

Adapun mendiferensiasi proses/aktivitas pembelajaran, guru dapat melihat cara-cara alternatif dan bermakna untuk menyediakan pijakan belajar bagi siswa. Oleh sebab itu, cara-cara dibawah ini dapat digunakan guru untuk mendiferensiasi pendekatan pembelajaran yaitu: a. mengembangkan tugas dalam beberapa cara berdasar gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik, tetapi tetap memiliki satu tujuan yang sama; b. mengelompokan siswa dengan berbagai cara; c. menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi; d. menciptakan pelayanan berdasar kelompok gaya belajar siswa; e. memberikan tugas yang bervariasi dan membiarkan proses belajar selalu terbuka untuk semua siswa; f. mengizinkan siswa untuk menciptakan tugasnya sendiri; g. menggunakan berbagai cara yang dapat digunakan siswa untuk mendemonstrasikan aktivitas belajarnya; h. menciptakan tugas yang kaya dan disesuaikan dengan gaya siswa visual, auditori dan kinestetik; Dalam rangka menciptakan produk dan forma yang berdiferensiasi, berikut beberapa cara yang digunakan: a. Menggunakan tugas dan materi sesuai dengan gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik. b. Menciptakan dan menggunakan rubrik untuk menilai pembelajaran. c. Mengizinkan peserta didik menggunakan berbagai cara untuk mendemonstrasikan capaian belajarnya. d. Mengelompokkan siswa berdasar gaya belajar siswa visual, auditori dan kinestetik. e. Mengizinkan peserta didik untuk menentukan dan menciptakan sendiri kegiatan investigasinya, f. Menyediakan keesempatan bagi peserta didik untuk menyelesaikan tugas secara mandiri ataupun dalam kelompok,


84

g. Menyediakan tugas yang beragam, namun tetap memiliki kesamaan target akhir, h. Menggunakan kecerdasan majemuk yang dimiliki peserta didik, i. Diferensiasi strategi dan sumber-sumber belajar, j. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang secara alamiah bersifat inklusi. Artinya, pembelajaran ini senantiasa menggunakan beragam strategi pembelajaran yang secara intensif mengembangkan seluruh kemampuan peserta didik. Pembelajaran eksplisit merupakan pembelajaran yang menyatakan pengetahuan, keterampilan, dan strategi yang hendak dicapainya secara jelas, langsung, dan bertujuan.

Yusufhadi Miarso (2004: p. 528) mengatakan bahwa pembelajaran atau kegiatan instruksional adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu. Ini berarti pembelajaran sebenarnya lebih banyak terkait dengan pendayagunaan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga dapat membuat siswa bisa belajar. Pendapat ini mengisyaratkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang lebih bersifat

motivasional

terhadap

individu-individu

pembelajar.

Sedangkan

pembelajaran menurut Romiszowski (1990: p. 14) adalah suatu proses yang terarah kepada tujuan (goal-oriented) yang kurang lebih sudah direncanakan sebelumnya. Ini berarti kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang terencana, disengaja, dan senantiasa memiliki tujuan tertentu. Tujuan-tujuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran bisa dibuat oleh siswa sendiri, atau oleh pihak luar seperti guru, sekolah, atau pengembang kurikulum dan menjadi acuan bagi kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sistematis dan terstruktur. Menurut Reigeluth (1983: p. 14), pembelajaran sebagai suatu ilmu atau kiat memiliki tiga komponen utama dalam teori pembelajaran yakni metode, kondisi, dan hasil. Metode pembelajaran adalah berbagai cara-cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil yang berbeda-beda di bawah kondisi yang berbeda pula.


85

Pengklasifikasian dapat meningkatkan kemampuan guru dalam berinovatif di sekolah yang pada akhirnya peserta didik terlayani dengan utuh sesuai kebutuhan peserta didik. Sejalan pendapat di atas maka perlu adalah evaluasi terhadap pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas agar peningkatan mutu dapat terkontrol dengan baik. Dalam rangaka membantu guru mengembangakan kemampuannya memcapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi peserta didik sehingga kualitas akademik yang dilakuan oleh guru semakin meningkat. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka perlu adanya supervisi terhadap guru yang mempunyai makna secara etimologi supervisi berasal dari ata super dan vision yang masing-masing kata itu berarti kepemimpinan dan potret. Jadi secara etimologis, supervisi berarti protret dari kepemimpinan dalam hal ini kepala sekolah. Model pembelajaran Visual, Auditori, Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran Visual, Auditori Kinestetik (VAK) adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar siswa akan terpenuhi. Model pembelajaran visual auditory kinesthetic (VAK) merupakan model pembelajaran yang mengoptimalkan tiga gaya belajar yang berupa visual, auditori, dan kinestetik. VAK merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh setiap manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang dapat menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (Shoimin, 2014: 226). Russel (2011: 40) menjelaskan model pembelajaran V.A.K yaitu suatu model pembelajaran dengan memanfaatkan potensi/gaya belajar yang dimiliki dengan cara melatih dan mengembangkan secara optimal gaya belajar agar hasil belajar meningkat. Adapun potensi yang harus dikembangkan sebagai berikut: 1. Visual (Belajar dengan cara melihat)


86

Gaya belajar ini mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat misalnya warna, hubungan ruang, potret, mental, dan gambar menonjol. Belajar menggunakan indra mata melalui, mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Seorang siswa lebih suka melihat gambar atau diagram, suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video. Bagi siswa yang bergaya visual, yang memegang peranan penting adalah mata atau penglihatan. Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak dititik beratkan pada peragaan atau media, ajak siswa ke objekobjek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut atau dengan cara menunjukkan

alat

peraganya

langsung

pada

siswa

atau

menggambarkannya dipapan tulis. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar visual misalnya lirikan mata ke atas bila berbicara dan berbicara dengan cepat. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerrti materi pelajaran. Siswa cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Siswa berfikir menggunakan gambar-gambar di otak dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi. 2. Auditori (belajar dengan cara mendengar) Auditori merupakan gaya belajar melalui cara mendengar,menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat,gagasan, menanggapai, dan berargumentasi. Seorang siswa lebih suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat, dan instruksi (perintah) verbal. Alat perekam sangat membantu pembelajaran pelajar tipe auditori. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditori misalnya lirikan mata ke arah kiri atau kanan, mendatar bila berbicara dan sedang-


87

sedang saja. Untuk itu, guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori mencerna makna yang disampaikan melalui tone, suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara, dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori. Anak-anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset. Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri pembelajar, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Suruh mereka menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara. Mintalah mereka membaca keras-keras secara dramatis jika mereka mau. Ajak mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri. 3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Kinestetik merupakan gaya belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Seorang siswa lebih suka menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan atau mengalami sendiri gerakan tubuh (aktivitas fisik). Bagi sisiwa kinestetik belajar itu haruslah mengalami dan melakukan. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar kinestetik misalnya lirikan mata ke bawah bila berbicara dan berbicara lebih lambat. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.


88

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Visual, Auditory, Kinesthetic (VAK) adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan pada tiga gaya belajar yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Menurut Pidarta (2009) supervisi merupakan bantuan dari para pimpinan sekolah, yang tertujuan kepada perkembangan keprofesional guru terhadap sekolah lainnya dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Satori (2004) supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Sedangkan pendapat (Suhertian, 2000) menjelaskan bahwa supervisi merupakan kunci akhir dalam memberikan layanan dan bantuan. Sejalan beberapa pendapat di atas supervisi dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan layanan dan pembinaan yang direncanakan oleh pengawas sekolah yang dilakukan secara sistematis untuk membantu para guru dan pegawai baik secara individu atau kelompok dalam usaha memperbaiki pembelajaran atau melakukan tugasnya secara efektif. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu

guru

mengembangkan

kemampuannya

mengelola

proses

pembelajaranuntuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi. Tujuan supervisi akademik adalah (1) membantu guru mengembangkan kompetensinya, (2) mengembangkan kurikulum, dan (3) mengembangkan kelompok kerja guru. Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah. Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru. Kemampuan mengajar guru menjadi jaminan tinggi rendahnya kualitas layanan belajar.


89

Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama para guru, kemampuan supevisor membantu guru-guru tercerimin pada kemampuannya memberikan bantuannya kepada guru. Sehingga terjadi perubahan perilaku akademik pada muridnya yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu hasil belajarnya. Kegiatan supervisi di sekolah dilaksanakan secara menyeluruh meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kurikulum, sarana, prasarana, dan hubungan sekolah dengan masyarakat. Mengingat begitu luas dan rumitnya kegiatan supervisi maka perlu disusun norma pelaksanaannya karena bagaimanapun lengkap sarana, alat-alat, dan guru, bila tidak ada pengadministrasian dan supervisi yang baik tentu tidak akan tercapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam rangka mewujudkan kemampuan guru maka perlu Bimlat, dalam kegiatan IHT secara efektif dan efisien. Adapun pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah dapat berupa kunjungan kelas, pertemuan pribadi dan rapat rutin. Kunjungan kelas secara terancana dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru. Pertemuan pribadi pada waktu yang telah disepakati anatara sekolah dengan guru untuk memecahkan masalah yang bersifat khusus di laksanakan dengan cara berdialog langsung dengan guru. Sedangkan rapat rutin dimaksudkan untuk membari bantuan secara umum melalui pertemuan secara berkala. Pelaksanaan supervisor di sekolah terhadap Ibu/Bapak guru oleh kepala sekolah seharusnya berlandaskan kepada prinsip-prinsip supervisi. Adapun prinsip-prinsip supervisi yang harus diperhatikan pelakasanaan supervisi pendidikan perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Dengan cara memahami dan menguasai dengan seksama tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga pendidikan profesional yang harus melaksanakan kegiatan pengajaran dan pendidikan. Jika sikap supervisor memaksakan kehendak, menakut-nakuti, perilaku negatif lainnya, maka akan menutup kreativitas bagi guru. Jika sikap supervisor hanya seperti itu, maka ia belum mengetahui tugas pokok fungsi sebagai seorang seorang supervisor. Proses pelaksanaan supervisi memiliki beberapa prinsip, diantaranya (Dodd, 1972):


90

1. praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah; 2. sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran; 3. objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen; 4. realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya; 5. antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi; 6. konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran; 7. kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran; 8. kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran; 9. demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik; 10. aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi; 11. humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor; 12. berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah); 13. terpadu, artinya menyatu dengan program pendidikan; 14. komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas. Sejalan dengan prinsip-prinsip di atas dalam rangka rencana mengembangkan sekolah di SMA Negeri 15 Kota Tagerang menggunakan supervisi teknik K.A.S.I.H. B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian Iskandar (2008) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan pembelajaran dengan keinovatifan guru dengan kontribusi relatif sebesar 20,12%. Hubungan ini juga bersifat linear sehingga dapat diprediksi bahwa, maka makin baik pula kemampuan mengelola


91

pembelajarannya. Hal ini makin tinggi tingkat keinovatifan guru mengandung makna bahwa guru dituntut untuk inovatif dalam proses pembelajaran dan memberikan pelayanan secara utuh yaitu belajar tuntas sesuai dengan kebutuh peserta didik serta minat dan bakatnya. Hal ini pula guru harus paham dengan keaneka ragaman perserta didik dan menyadari bahwa peserta didik memiliki keunikan dan keragaman dalam menerima pebelajaran di kelas maupun di luar kelas. Mujito (2020) menjelaskan tingkat kebutuhan peserta didik tidak sama antara satu dengan yang lainnya, apabila dilihat dari perkembangan usia sehingga kebutuhan perkembangan peserta didik dapat terpenuhi dengan baik. Hal ini berkaitan erat dengan perkembangan religius yang dimiliki oleh peserta didik. Apabila perilaku keagaman dilakukan secara terus menerus dan penuh minat akan membentuk suatu rutinitas perilaku yang sulit untuk ditinggalkan. Berbagai penelitian di berbagai fakultas oleh Mayes dan Marison dalam Jeffrey bahwa banyak guru tertarik dengan pembelajaran online namun Bates dan Sangra menambahkan begitu pula sebaliknyaan pembelajaran online sangat butuh pembelajaran langsung unutk memberikan feedback antara guru dengan peserta didik. Pembelajaran dengan pengembangan teknologi dengan kombinasi pembelajaran tatap muka maka dapat dihasilkan suatu pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Pembelajaran ini seimbang antara tatap muka dengan pembelajaran online yaitu dengan menggunakan multimedia yang dimuat dalam komputer, handphone, konfeksi video dan media tekonologi yang lainnya. Tenaga pengajar dengan peserta didik dapat melakukan komunikasi sekalipun dengan jarak dan tempat yang berbeda dan juga peserta didik dapat dilengkapi dengan pembelajaran tatap muka yang memungkingkan terdapat permasalahan dalam materi pembelajaran online. Konsep Blended Learning merupakan konsep pembelajaran hybrid yang memadukan pembelajaran tatap muka, online dan offline namun akhir ini berubah menjadi blended learning. Blended artinya campuran atau kombinasi sedangkan learning adalah pembelajaran. Pendapat pula dinyatakan oleh Graham


92

bahwasannya blended learning merupakan perpaduan atau kombinasi dari berbagai pembelajaran yaitu mengkombinasikan pembelajaran tatap muka (face to face) dengan konsep pembelajaran tradisional yang sering dilakukan oleh praktisi pendidikan dengan melalui penyampaian materi langsung pada siswa dengan pembelajaran online dan offline yang menekankan pada pemanfaatan teknologi. Mulbar (2017) menjelaskan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan seperti meningkatnya perhatian peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Peserta didik menjadi lebih aktif untuk bertanya kepada guru atau menganggapi pertanyaan dari guru, peserta didik lebih aktif berdiskusi dalam kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan, dan meningkatnya keaktifan peserta didik untuk mengumpulkan informasi terkait materi pada pembelajaran. Keaktifan guru dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan dibandingkan ketika guru menerapkan model pembelajaran sebelum penelitian. Interaksi antara guru dan peserta didik mengalami peningkatan karena guru

dituntut

untuk

mengarahkan

peserta

didik

dalam

menyelesaikan

permasalahan serta lebih memperhatikan peserta didik yang memerlukan perlakuan khusus dalam belajar agar peserta didik tersebut ikut aktif terlibat dalam belajar. Hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dimana rata-rata hasil belajar peserta didik mencapai ketuntasan individu yaitu memenuhi KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah dan ketuntasan klasikal tercapai yang ditandai dengan minimal 80% peserta didik memenuhi KKM, yaitu 70. Hal tersebut tercapai pada Siklus II dengan rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 81,5 dengan ketuntasan klasikal 86,67%. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya

sebaiknya

berfokus

pada

heterogenitas

peserta

didik

denganmenerapkan strategi pembelajaran diferensiasi. Heterogenitas peserta didik adalah masalah yang kurang mendapatkan perhatian oleh guru. Banyak permasalahan-permasalahan yang dialami oleh peserta didik selama ini tidak mendapatkan perhatian sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik.


93

C. Kerangka Pikir Determinasi kemampuan guru dalam proses pembelajaran berdifernsiasi melalui IHT dan Supervisi Akademik K.A.S.I.H. mengalami peningkatan seperti meningkatnya perhatian kemampuan guru dalam mengikuti proses pembelajaran berdiferensiasi sehingga mengakibatkan peserta didik menjadi lebih aktif untuk bertanya kepada guru atau menganggapi pertanyaan dari guru. Siswa lebih aktif berdiskusi dalam kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan, dan meningkatnya keaktifan siswa untuk mengumpulkan informasi terkait materi pada pembelajaran.

Determinasi

kemampuan

guru

dalam

IHT

Pembelajaran

Berdiferensiasi melalui Supervisi akademik dengan Teknik K.A.S.I.H. mengalami peningkatan dibandingkan ketika guru menerapkan model pembelajaran sebelum penelitian. Interaksi antara guru dan siswa mengalami peningkatan karena guru dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan serta lebih memperhatikan siswa yang memerlukan perlakuan khusus berdasarkan klasifikasi dalam belajar agar siswa tersebut ikut aktif terlibat dalam belajar dan mengalami peningkatan hasil belajar.


94

BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian Penelitian dirancang akan dilakukan pada guru pada SMA Negeri 15 Kota Tangerang dengan setting supervisi akademis pada proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi. Terhadap guru tersebut pada awalnya dilakukan kunjungan kelas untuk melihat pembelajaran berdifernsiasi guru pada kondisi awal penelitian yang ditindaklanjuti dengan pembinaan berupa tanya jawab dan diskusi antara peneliti dengan guru, setting ini untuk membuat perencanaan kebutuhan pendampingan. Peneliti akan mengarahkan tema diskusi pada perlunya mengembangkan Bimlat dalam pembelajaran berdifernsiasi. Dari hasil diskusi pada tiap guru inovatif di sekolah maka akan diadakan Bimlat lanjutan yang difasilitasi oleh peneliti. Pada pembinaan tersebut, temuan-temuan di lapangan dan hasil diskusi kelompok dibahas, keterampilan mengembangkan IHT Pembelajaran Berdiferensiasi melalui Supervisi Akademik dengan teknik K.A.S.I.H. melalui rancangan pembelajaran berdifernsiasi yang disepakati. Hasil rancangan pembelajaran berdifernsiasi tersebut kemudian dilaksanakan di kelas mereka dengan diamati oleh guru-guru lain. Hasil pengamatan kemudian didiskusikan, dibahas kelebihan dan kekurangan, bagaimana

mengatasi

kekurangan

dan

menguatkan

kelebihan,

refleksi

pembelajaran berdifernsiasi dibuat untuk selanjutnya dan sebagai dasar rancangan perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Peneliti berperan sebagai nara sumber dan aktif mendampingi para guru untuk memastikan para guru melakukan kegiatan pembinaan profesi. IHT Pembelajaran Berdiferensiasi melalui Supervisi Akademik K.A.S.I.H. yang merupakan ajang untuk mengasah keterampilan mengembangkan kemampuan guru.


95

B. Tempat Penelitian Peneliti dilaksanakan di SMA Negeri 15 Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2021/2022 yang beralamat di Jalan Villa Tangerang Regensi-Periuk. C. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada Semester II antara bulan Maret sampai Juli 2022. Rancangan Program Pembelajaran disiapkan sesuai dengan silabus. Secara umum tahap-tahap kegiatan penelitian sebagai berikut: 1. Bulan Maret 2022 peneliti mulai menyusun rencana seluruh rangkaian kegiatan, dimulai pembuatan proposal sampai dengan pengajuan ijin penelitian. Proposal tersebut digunakan oleh peneliti sebagai kerangka atau garis besar jalannya penelitian. 2. Bulan Maret – April 2022 peneliti menyusun kelengkapan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian. 3. Bulan April – Mei 2022 digunakan untuk mengumpulkan data dengan melakukan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2. 4. Bulan Mei – Juni 2022 digunakan untuk menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yang diteruskan dengan refleksi. 5. Bulan Juli 2022 digunakan peneliti untuk pembahasan hasil penelitian dan melaksanakan penyelesaian penyusunan laporan penelitian. Table 13: Jadwal Kegiatan Penelitian

No.

Bulan

Uraian Kegiatan Maret

1.

Persiapan penelitian

2.

Penyusunan instrumen penelitian

April

Mei

Juni

Juli


96

3.

Pengumpulan data dengan melakukan tindakan siklus 1 dan siklus 2

4.

Analisa data

5.

Pembahasan

6.

Penyusunan laporan

D. Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada guru SMA Negeri 15 Kota Tangerang yang telah disupervisi berjumlah tiga orang. Table 14: Daftar Sampel Penelitian Tindakan

No

Nama Guru

1

Putri Anggraini, S.Pd.

2

Hani Khoirunnisa, S.Pd.

3

Alimah, S.Pd.

E. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan kemampuan guru dalam pembelajaran berdifernsiasi yang meliputi tampilan RPP serta pelaksanaan pembelajaran berdifernsiasi di kelas dan keaktifan guru saat mengikuti pendampingan IHT Pembelajaran Berdiferensiasi melalui Supervisi akademik K.A.S.I.H, kedua sumber data ini langsung dikumpulkan oleh peneliti saat pembimbingan dilaksanakan. Sumber data lainnya adalah hasil laporan guru terhadap ketuntasan belajar peserta didik berdasarkan klasifikasi belajar (cepat, sedang, lambat).


97

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini meliputi:

1. Pengamatan (observasi) pada: a. Kunjungan kelas awal penelitian untuk melihat performa kemampuan awal

guru

dalam

mengembangkan

Kemampuan

guru

dalam

pembelajaran berdiferensiasi. b. Keaktifan partisipasi IHT Pembelajaran Berdiferensiasi. c. Kunjungan kelas akhir penelitian untuk melihat performa kemampuan akhir guru dalam mengembangkan kemampuan guru dalam Bimlat PB melalui Supermik teknik K.A.S.I.H. 2. Dokumentasi meliputi: a. Dokumen perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pembelajaran. b. Dokumentasi kegiatan Bimlat. c. Dokumen hasil belajar peserta didik. Instrumen penelitian yang digunakan adalah: 1) Lembar

penilaian

kemampuan

guru

dalam

mengembangkan

Pembelajaran Berdiferensiasi melalui supermik teknik K.A.S.I.H. 2) Lembar penilaian keaktifan guru dalam Bimlat.

G. Validasi Data Menurut sifat data pada penelitian ini maka validasi data menggunakan uji kredibilitas yang dalam hal ini menggunakan triangulasi dan uji konfirmability pada kemampuan guru baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi dengan menelaah hasil pada instrumen dikonfirmasikan dengan penilaian sehingga menghasilkan suatu simpulan sebagai hasil akhir dari pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

H. Analisis Data Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data


98

kuantitatif yang meliputi data keaktifan guru dalam melakukan Bimlat dan data kemampuan guru dalam mengembangkan komunikasi matematik dalam pembelajaran. Data kualitatif dikuantitatifkan untuk dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis akan menunjukkan perbandingan kemampuan awal guru dalam mengembangkan komunikasi matematik dalam pembelajaran dengan kemampuan setelah siklus 1 dan siklus 2. Hasil tersebut akan dikaitkan dengan keaktifan guru dalam pembinaan melalui pendampingan pada tiap siklus. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif yang dilanjutkan refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan data kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2, baik untuk penilaian kemampuan guru dalam komunikasi matematik di kelas. Membandingkan data dengan cara mendeskripsikan kemudian melakukan refleksi atau menarik simpulan yang berdasarkan hasil deskriptif komparatif dan selanjutnya memberikan ulasan serta langkah tindak lanjut.

I. Indikator Kinerja Indikator kinerja dan sub indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2 berikut. Table 15: Indikator Kinerja Penelitian

No

Indikator Kinerja

Sub Indikator

1

Semakin meningkatnya kemampuan

a. Aktif dalam kegiatan Plan

guru dalam pendampingan IHT

b. Aktif dalam kegiatan Do

Pembelajaran Berdiferensiasi melalui c. Aktif dalam kegiatan See Supervisi akademik K.A.S.I.H. 2

Semakin terampil dalam

a. Terampil menyiapkan dan

merencanakan Pembelajaran

mengadministrasi guru dalam

Berdiferensiasi yang

Pembelajaran Berdiferensiasi

mengembangkan IHT melalui

dan mengembangkan

Supervisi akademik teknik

supervise akademik dengan

K.A.S.I.H.

Teknik K.A.S.I.H.


99

b. Merencanakan

penilaian

yang menuntut kemampuan guru dalam Perancangan Pembelajaran Berdiferensiasi. a. Memulai pembelajaran 3

Semakin terampil dalam mengelola

dengan konteks yang

dan Mengembangkan IHT

memunculkan guru dan PB.

Perancangan Pembelajaran

b. Menguasai materi PB yang

Berdiferensiasi melalui Supervisi

terdiri dari: (1) Isi, (2) Proses,

akademik K.A.S.I.H.

dan Produk. c. Memfasilitasi peserta didik dalam PB melalui supervisi teknik K.A.S.I.H. dalam kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi).

4

Semakin meningkatnya hasil belajar Semakin meningkatnya Peserta didik

ketuntasan belajar individual.

J. Prosedur Penelitian Tindakan Prosedur tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). PTS merupakan suatu prosedur penelitian yang diadaptasi dari Penelitian Tindakan Kelas, (Ghani, 2014: 25). Penelitian Tindakan Sekolah merupakan: (1). Penelitian partisipatoris yang menekankan pada tindakan dan refleksi berdasarkan pertimbangan rasional dan logis untuk melakukan perbaikan terhadap suatu kondisi nyata, (2). Memperdalam pemahaman terhadap tindakan

yang

dilakukan,

(3).

Memperbaiki

situasi

dan

kondisi

sekolah/pembelajaran secara praktis, (Depdiknas, 2008: 11-12). Hal ini diperkuat oleh Madya (2006: 4) yang menyatakan bahwa PTS merupakan jenis penelitian kualitatif yang menekankan proses yang dirancang secara sistematis untuk


100

mencapai perbaikan praktik dalam situasi yang nyaman. Tindakan dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini berupa pendampingan dengan pendekatan Bimlat PB melalui supervisi Teknik K.A.S.I.H. menggunakan dua siklus. Prosedur tindakan pada Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini adalah sebagai berikut: 1. Menyusun perencanaan tindakan (Planning). 2. Melaksanakan tindakan sesuai yang direncanakan (Acting). 3. Melakukan pengamatan terhadap tindakan yang telah dilakukan (Observing). 4. Melakukan analisis deskriptif komparatif (Reflecting).

Siklus ini dimulai dengan serangkaian langkah yang dilakukan untuk menyusun perencanaan yang meliputi: refleksi awal kondisi guru, identifikasi masalah, pengumpulan data, hipotesis tindakan dan perencanaan tindakan (awal). Pelaksanaan tindakan meliputi: pelaksanaan, observasi dan pengumpulan data serta review dan umpan balik. Selanjutnya adalah refleksi kritis yang merupakan tahap analisis untuk mengetahui kualitas perubahan dari perilaku aktual yang dihasilkan dari langkah-langkah tindakan. Dan terakhir adalah review sebagai tahap untuk melakukan peninjauan atas keseluruhan proses, apakah perubahan yang dihasilkan sudah memadai ataukah perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Pelaksanaan tindakan dalam dua siklus terlihat dalam gambar sebagai berikut:

Figure 24: Pelaksanaan Tindakan dalam Dua Siklus


101

 Prosedur Tindakan Siklus 1 a. Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan hal-hal sebagai berikut: (1). Menyiapkan bahan, inventarisasi kebutuhan dan inventarisasi masalah/kesulitan guru dalam mengelola PB, (2). Kunjungan kelas dan mengamati guru dalam mengelola Pembelajaran Berdiferensiasi reguler dengan memfokuskan pada keterampilan mengembangkan guru sesuai kebutuhan peserta, (3). Melakukan diskusi terkait kepuasan mengajar dan pengelolaan Pembelajaran Berdifersiasi, (4). Melakukan kesepakatan kesepakatan dalam upaya peningkatan perbaikan mutu

pengelolaan

mengembangkan

Pembelajaran Guru,

(5).

Berdiferensiasi Menyiapkan

terkait jadwal

kemampuan pelaksanaan

pembinaan/pendampingan pada setiap guru disesuaikan dengan kesiapan setiap guru, dan 6). Menyiapkan bahan, daya dukung dan alat yang dibutuhkan dalam pembinaan.

b. Pelaksanaan Tindakan (Action) Pada tahap ini dilaksanakan pembinaan dengan pendampingan pada kelompok guru Matematika sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, yaitu pembinaan terhadap guru oleh peneliti sebagai Pengawas dalam bentuk IHT Pembelajaran Berdiferensiasi melalui supervisinTeknik K.A.S.I.H. untuk: (1) merefleksi pembelajaran kemampuan mengembangkan guru selama ini, (2) menginventarisasi masalah-masalah yang terkait dengan hambatan dalam mengembangkan Guru dalam Pembelajaran Berdifersiasi, (3). melakukan pendampingan dengan membina, memberi contoh kemampuan- kemampuan profesional yang harus dikuasai dalam mengembangkan guru dalam Pembelajaran Berdiferensiasi melalui Supervisi Teknik K.AS.I.H. dalam pembelajaran, (4). menggali prosedur-prosedur Supervisi Teknik K.A.S.I.H. yang mengembangkan Bimlat Pembelajaran Berdiferensiasi mulai dari perencanaan, pengamatan sampai pelaporan, (5). merancang

instrumen-instrumen

yang

diperlukan

dan

(6).

melakukan

Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Bimlat melalui Supervisi Teknik K.A.S.I.H.


102

sebagai tindak lanjut pendampingan dari peneliti sebagai Pengawas. Hasil pembinaan/pendampingan dengan pendekatan IHT Pembelajaran Berdiferensiasi melalui Supervisi dengan Teknik K.A.S.I.H. ini dibuatkan refleksi dan perencanaan siklus berikutnya.

c. Pengamatan (Observation) Pengamatan dilakukan pada setiap tahap penelitian, mulai dari tahap perencaaan dan pelaksanaan tindakan, kejadian dan hal-hal yang terjadi dalam pendampingan saat Bimlat Pembelajaran Berdiferensiasi melalui supervisi teknik K.A.S.I.H.

direkam

dalam

bentuk

catatan-catatan

hasil

observasi,

dan

didokumentasikan sebagai data-data penelitian. Pengamatan juga dilakukan terhadap instrumen-instrumen yang mereka gunakan serta prosedur-prosedur yang telah dilakukan.

d. Refleksi (Reflection) Pada akhir tiap akhir pendampingan saat IHT Pembelajaran Berdiferensiasi melalui supervisi teknik K.A.S.I.H. selalu diadakan refleksi berdasarkan data observasi dan hasil diskusi, refleksi pada diskusi diarahkan pada upaya peningkatan mengembangkan komunikasi Matematika dalam pembelajaran, refleksi juga mencakup upaya peningkatan mutu proses dan keaktifan serta keefektifan pendampingan sebagai model pembinaan kepengawasan akademik dan peningkatan pelaksanaan IHT Pembelajaran Berdifersiasi melalui supervisi teknik K.A.S.I.H. sebagai upaya pengembangan kemampuan profesi guru. Refleksi ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat apakah tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan komunikasi matematik dalam pembelajaran mereka, kendala-kendala apa yang menghambat, faktor apa saja yang menjadi pendorong, dan alternatif apa sebagai solusinya. Hasil refleksi dijadikan dasar perbaikan bagi rencana tindakan pada siklus 2.


103

 Prosedur Tindakan Siklus 2 a. Perencanaan (Planning) Kegiatan penelitian pada siklus 2 dilakukan berdasar hasil refleksi siklus 1, saat perencanaan pada siklus ini peneliti tidak perlu lagi melakukan pengkondisian awal seperti saat siklus 1, perencanaan dilakukan berdasar kebutuhan menurut hasil refleksi pada siklus 1, Perbaikan pada perencanaan pembelajaran menekankan langkah-langkah pembelajaran dengan pengalaman belajar yang memfasilitasi komunikasi matematik. Peran pendamping saat IHT pembelajaran berdiferensiasi

melalui

supervisi

teknik

K.A.S.I.H.

ditingkatkan

untuk

mengupayakan peningkatan partisipasi para guru dalam setiap tahap kegiatan. Instrumen untuk mengamati partisipasi guru dan penerapan komunikasi matematik diperbaiki. Pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan hal-hal sebagai berikut: (1)

menyiapkan

bahan,

inventarisasi

kebutuhan

dan

inventarisasi

masalah/kesulitan guru dalam mengelola pembelajaran berdiferensiasi, (2) Kunjungan kelas dan mengamati guru dalam mengelola pembelajaran reguler dengan

memfokuskan

pada

keterampilan

mengembangkan

Pembelajaran

Berdiferensiasi melalui supervisi teknik K.A.S.I.H., (3) melakukan diskusi terkait kepuasan mengajar dan pengelolaan pembelajaran, (4) melakukan kesepakatan kesepakatan dalam upaya peningkatan perbaikan mutu pengelolaan pembelajaran terkatit kemampuan mengembangkan komunikasi matematik, (5) menyiapkan jadwal pelaksanaan pembinaan/pendampingan pada setiap guru disesuaikan dengan kesiapan setiap guru, dan (6) menyiapkan bahan, daya dukung dan alat yang dibutuhkan dalam pembinaan.

b. Pelaksanaan Tindakan (Action) Pada tahap ini dilaksanakan pembinaan dengan pendampingan pada kelompok guru Matematika sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, yaitu pembinaan terhadap guru oleh peneliti sebagai Kepala Sekolah dalam bentuk IHT Pembelajaran Berdiferensiasi melalui supervisi teknik K.A.S.I.H. untuk: (1) merefleksi

pembelajaran

kemampuan

mengembangkan

komunikasi,

(2)


104

menginventarisasi masalah-masalah yang terkait dengan hambatan dalam mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi, 3). Melakukan pendampingan dengan membina, memberi contoh kemampuan-kemampuan profesional yang harus dikuasai dalam mengembangkan Pembelajaran Berdifersiasi dalam supervisi teknik

K.A.S.I.H.

(4)

menggali

prosedur-prosedur

pembelajaran

yang

mengembangkan komunikasi matematik mulai dari perencanaan, pengamatan sampai pelaporan, (5) merancang instrumen-instrumen yang diperlukan dan (6) melakukan IHT Pembelajaran Berdiferensiasi melalui supervisi teknik K.A.S.I.H. sebagai tindak lanjut pendampingan dari peneliti sebagai Pengawas. Hasil hasil pembinaan/pendampingan dengan pendekatan IHT Pembelajaran Berdiferensiasi melalui supervisi teknik K.A.S.I.H. ini dibuatkan refleksi dan perencanaan siklus berikutnya.

c. Pengamatan (Observation) Pengamatan dilakukan pada setiap tahap penelitian, mulai dari tahap perencaaan dan pelaksanaan tindakan, kejadian dan hal-hal yang terjadi dalam pendampingan saat IHT Pembelajar Berdiferensiasi melalui supervisi teknik K.A.S.I.H.

direkam

dalam

bentuk

catatan-catatan

hasil

observasi,

dan

didokumentasikan sebagai data-data penelitian. Pengamatan juga dilakukan terhadap instrumen-instrumen yang mereka gunakan serta prosedur-prosedur yang telah dilakukan.

d. Refleksi (Reflection) Pada akhir tiap akhir pendampingan saat IHT Pembelajaran Berdiferensiasi melalui supervisi teknik K.A.S.I.H. selalu diadakan refleksi berdasarkan data observasi dan hasil diskusi, refleksi pada diskusi diarahkan pada upaya peningkatan mengembangkan komunikasi Matematika dalam pembelajaran, refleksi juga mencakup upaya peningkatan mutu proses dan keaktifan serta keefektifan pendampingan sebagai model pembinaan kepengawasan akademik dan peningkatan pelaksanaan IHT Pembelajaran Berdiferensiasi melalui supervisi


105

teknik K.A.S.I.H. sebagai upaya pengembangan kemampuan profesi guru. Refleksi ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat apakah tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan komunikasi matematik dalam pembelajaran mereka, kendala-kendala apa yang menghambat, faktor apa saja yang menjadi pendorong, dan alternatif apa sebagai solusinya serta menganalisis hasil tindakan siklus 2 dan penarikan kesimpulan terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus.


106

F. Peningkatan Kompetensi Calon Pengawas Sekolah Berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK)

1. Persiapan Calon pengawas sekolah menerima hasil AKPK atas penilaian sendiri dari pengajar diklat. Kemudian melaksanakan analisis hasil AKPK tersebut. Setelah diketahui kompetensi terendah, maka calon pengawas sekolah melakukan tindakan merefleksi diri. Setelah merefleksi diri dan menetapkan kompetensi yang kurang, maka disusunlah kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi calon pengawas tersebut. Setelah itu, membuat instrumen penilaian peningkatan kompetensi calon pengawas sekolah. Responden kegiatan ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru dari sekolah magang.

2. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini, calon pengawas sekolah melakukan praktik-praktik baik untuk meningkatkan kompetensi yang lemah terutama di sekolah magang. Data seluruh responden dianalisis ketercapaiannya. Semakin banyak responden yang mengisi instrumen maka semakin valid data yang diperoleh. Semakin tinggi capaian juga semakin valid pula kenaikan kompetensi tersebut.

3. Hasil Responden Hasil responden terhadap kenaikan kompetensi dapat dilihat dari instrumen berikut:  Instrumen Peningkatan Kompetensi Calon Pengawas Sekolah Berdasarkan Hasil AKPK Instrumen Kompetensi Supervisi, Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) adalah sebagai berikut:  Petunjuk: Bacalah Instrumen AKPK secara seksama kemudian pilihlah jawaban dengan memberikan tanda (V) sesuai dengan kondisi dan pengalaman saudara. Instrumen AKPK ini bukanlah sebuah test, kejujuran dalam


107

menjawab akan menghasilkan peta kompetensi yang saudara miliki, sehingga dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan kompetensi yang saudara miliki dengan tepat.  Keterangan Jawaban: A. : Tidak Mampu Menunjukkan B. : Kurang Mampu Menunjukkan C. : Cukup Mampu Menunjukkan D. : Sangat Mampu Menunjukkan Penilaian skala 1 s.d. 4 dari kiri ke kanan.

1. Saya menunjukkan pemahaman saya tentang konsep umum supervisi kelas dengan benar. 4

2. Saya menunjukkan pemahaman cara melakukan supervisi dengan metode, dan teknik yang tepat. . 4

3. Saya menunjukkan pemahaman cara pemberian umpan balik secara efektif, sesuai dengan karakteristik orang yang disupervisi . 4

4. Saya menunjukkan pemahaman saya tentang cara sebagai perbaikan program tindak lanjut pengawasan akademik berdasarkan observasi kelas, untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. 4

5. Saya telah mampu menggunakan Teknik supervise akademik yang lebih efektif, dalam pembimbingan pada guru. 4


108

6. Saya menunjukkan pemahaman saya tentang cara melakukan pembinaan dan pembimbingan pada guru dalam perancangan pembelajaran. 4

7. Saya menunjukkan pemahaman dan kemampuan saya tentang cara memotivasi guru untuk merefleksi diri, serta evaluasi terhadap hasil- hasil pelaksanaan pembelajaran di kelas. 4

8. Saya menunjukkan pemahaman saya tentang cara memberi penghagaan atau reward pada guru yang sungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya 4

Hasil

Analisis

Kebutuhan

Pengembangan

Keprofesionalan

(AKPK)

kompentensi akademik calon pengawas yang bernama Wahyu Wijayanti, M.Pd di sekolah magang, SMA Negeri 8 Kota Tangerang yang semula nilainya 91,18 menjadi 100. Adapun penjelasannya sebagai berikut : 1) Calon pengawas sekolah memahami konsep umum supervisi dengan benar; 2) Calon pengawas sekolah memahami cara melakukan supervisi dengan metode, teknik dan prinsip yang tepat; 3) Calon pengawas sekolah memahami langkah-langkah pelaksanaan supervisi akademik; 4) Calon pengawas sekolah memahami program tindak lanjut pengawasan akademik berdasarkan observasi kelas, untuk perbaikan pembelajaran berikutnya; 5) Calon pengawas sekolah memahami cara pemberian umpan balik secara efektif, sesuai dengan karakteristik orang yang disupervisi;


109

6) Calon pengawas sekolah memahami cara melakukan pembinaan dan pembimbingan pada guru dalam perancangan pembelajaran; 7) Calon pengawas sekolah memahami cara memotivasi guru untuk merefleksi diri, serta evaluasi terhadap hasil- hasil pelaksanaan pembelajaran di kelas; 8) Calon pengawas sekolah memahami cara memberi penghagaan atau reward pada guru yang sungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya.


110

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 2008. Classroom Instruction And Management. New York: McGrawHill Companies. Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan. Kualitatif). Jakarta: GP Press. Miarso, Yusuf Hadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenoda Media. Mujito, Wawan Eko. 2020. Konsep Belajar Menurut Ki Hajar Dewantoro dan Relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. XI, No. 1 Hlm: 65-67. Mulbar, U. 2017. Deskripsi Tingkat Berpikir Visual dalam Memahami Definisi Formal Barisan Bilangan Real Berdasarkan Gaya Kognitif Mahasiswa Makassar. Issues in Mathematics Education, I (2), 127-135. Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak. Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rogers, E. M. 1995. Diffusion of Innovations. Third Edition. New York: The FreePress. Russel, Lou. 2011. The Accelerated Learning Fieldbook. Bandung: Nusa Media. Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan dalamRangka Mengembangkan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Shoimin, Aris. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Satori, Djam‟an Satori. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sergiovanni. 1987. Educational Governance and Administration. New Jersey: Prentice. Hall Inc. Tomlinson, B. 2011. Access-Self Materials. Cambridge: Cambridge University Press.


BAB IV PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada BAB III Pelaksanaan Rencana Tindak Lanjut Program Pengawasan (RTLPP) dapat disimpulkan: 1. Praktik pembinaan guru melalui supervisi akademik dapat terlaksana dengan sangat baik. 2. Praktik melaksanakan penilaian kinerja kepala sekolah (PKKS) dapat terlaksana dengan sangat baik. 3. Praktik penilaian dan menganalisis hasil penilaian kinerja guru berjalan dengan sangat baik. 4. Praktik melaksanakan pembimbingan dan latihan profesional guru berjalan dengan sangat baik. 5. Praktik menyusun proposal penelitian tindakan sekolah (PTS) terlaksana dengan sangat baik. 6. Praktik melaksanakan peningkatan kompetensi calon pengawas sekolah berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan keprofesian (AKPK) terlaksana dengan sangat baik.

B. Saran dan Rekomendasi Kegiatan diklat calon pengawas sekolah sudah sangat baik. Baik lama waktu pelaksanaan maupun isi materinya. Pengajar diklat dan mentor sangat mumpuni dan peduli. Adapun saran dan rekomendasi ini lebih bagi diri penulis maupun pembaca, diharapkan semua ilmu dapat diimplementasikan dengan lebih baik di pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pengawas sehari-hari. Rencana (proposal PTS) sebaiknya dilanjutkan menjadi PTS, sehingga menjadi karya yang lebih bermanfaat.

111


112

Lampiran Foto – foto Kegiatan Pelaksanaan RTLPP Pembinaan Guru Lampiran foto : Pra-Observasi

Foto Lampiran 1: CPS melakukan telaah RPP tiga guru model

Lampiran foto : Observasi kelas/ mengamati guru mengajar di kelas

Foto Lampiran 2: Supervisi Kelas guru Sosiologi (Putri Anggraini, S.Pd.)


113

Foto Lampiran 3: Supervisi Kelas guru Bahasa Inggris (Hani Khoirunnisa, S.Pd.)

Lampiran foto : Pasca-Observasi

Foto Lampiran 4: Wawancara dengan guru Sosiologi (Putri Anggraini, S.Pd.)


114

Foto Lampiran 5: Wawancara dengan guru BK (Alimah, S.Pd.)

Foto Lampiran 6: Sambutan dan pembukaan acara IHT Perancangan Pembelajaran Berdiferensiasi di SMA N 15 Kota Tangerang

Foto Lampiran 7: Pelaksanaan IHT hari ke-1 Tujuan dan perancangan pembelajaran berdiferensiasi


115

Foto Lampiran 8: Pelaksanaan IHT hari ke- 2 Penyusunan RPP Berdiferensiasi

Foto Lampiran 9: Pelaksanaan IHT hari ke- 3 Peer teaching pembelajaran berdiferensiasi


116

Foto Lampiran 10: Sambutan dan pembukaan acara IHT Perancangan Pembelajaran Berdiferensiasi di sekolah magang SMA Negeri 8 Kota Tangerang


117

Foto Lampiran 11: Kegiatan Workshop di SMAN 8 Tangerang, berupa penyampaian materi Pembelajaran Berdiferensiasi oleh CPS

Kegiatan PKKS di SMAN 8 Kota Tangerang

Foto Lampiran 12: Wawancara CPS dengan para wakasek SMN 8 Kota Tangerang


118

Foto Lampiran 13: Penyerahan hasil PKKS kepada Kepala Sekolah

Kegiatan PKG di SMAN 15 Kota Tangerang

Foto Lampiran 14: Pembinaan guru pra-observasi CPS melakukan pengecekan RPP


119

Foto Lampiran 15: Pembinaan guru model saat mengajar di kelas

Foto Lampiran 16: Pembinaan guru model pasca observasi dalam bentuk diskusi


120

LAMPIRAN – LAMPIRAN LAIN Lampiran 1: Rapor Mutu SMA N 15 Kota Tangerang


121


122


123


124


125


Lampiran 2: Rapor Mutu SMA N 8 Kota Tangerang

126


127


128


129


130


131


132


133


134


135

Lampiran 3: Instrumen Perencanaan Pembelajaran Berdiferensiasi


136


137


138


139


140

Lampiran 4: RPP Pembelajaran Berdiferensiasi


141


142


143


144


145


146


147

Lampiran 5: Penliaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS)


148


149


150


151


152


153


154


155


156


157


158


159


160


161


162


163


164


165


166

Lampiran 6: Penilaian Kinerja Guru (PKG)


167


168


169


170


171


172


173


174


175


176


177


178

Lampiran 7: IHT


179


Lampiran 8: Materi Pembelajaran Berdiferensiasi (PPT)

180


181


182


183


184


185


186


187


188


189


Lampiran 9: Peningkatan Kompetensi Berdasarkan AKPK

190


191


192


193

Contoh Kuis Pembelajaran Berdiferensiasi Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan keadaan diri Anda dengan menyilang huruf A, B, atau C ! 1. Jika akan menghadapi ulangan / ujian apa yang akan Anda lakukan ? A. Membaca catatan yang telah dibuat, membaca text book serta memperhatikan diagram atau gambar yang berkaitan dengan materi yang diujikan B. Meminta orang lain untuk memberi pertanyaan tentang materi yang dipelajari C. Membuat ringkasan berupa diagram atau gambar (misalnya mindmapping) 2. Jika Anda mendengar musik yang Anda sukai, biasanya Anda akan … A. Menghayati lagu yang Anda dengar (memejamkan mata, melamun, dsb) B. Bergumam mengikuti lagu C. Bergoyang mengikuti irama lagu 3. Jika menghadapi banyak tugas, maka Anda akan … A. Membuat daftar tugas dan menentukan prioritas mana yang akan Anda kerjakan terlebih dahulu B. Membicarakan dengan orang lain / teman apa yang sebaiknya akan Anda lakukan C. Membuat daftar tugas kemudian menuliskan cara-cara dimana Anda akan menyelesaikan tugas-tugas tersebut 4. Apa bacaan favorit Anda ? A. Komik atau buku cerita yang banyak gambarnya B. Buku-buku misteri dengan banyak percakapan di dalamnya C. Buku apa saaja yang menarik hati Anda, terutama jika isi buku itu adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang Anda cari (misalnya buku bagaimana memenangkan game online) 5. Mobil remote Anda rusak, maka Anda akan melakukan … A. Membaca buku petunjuk untuk memperbaiki B. Mendatangi teman Anda untuk memperbaiki bersama-sama C. Membongkarnya dan berusaha memperbaiki sendiri 6. Kegiatan ekstra kurikuler yang Anda sukai … A. Menggambar, membuat prakarya B. Musik


194

C. Olahraga 7. Apa reaksi Anda saat Anda merasa bahagia ? A. Santai dan hanya tersenyum lebar B. Berteriak kegirangan C. Melompat-lompat senang 8. Jika Anda ditanya suasana di kelas di hari pertama Anda masuk sekolah, kirakira apa jawaban Anda ? A. Menggambarkan apa saja yang ada di kelas, berapa orang yang ada di dalamnya, namun Anda tidak mampu menyebutkan nama meskipun seseorang baru duduk di sebelah Anda B. Anda menggambarkan suasana dengan baik, namun ceritanyaa lebih terfokus kepada siapa saja teman baru Anda dan seperti apah dia C. Hanya bercerita keadaan dan perasaan tentang diri Anda saja 9. Jika mendapat tugas untuk bercerita tentang pengalaman liburan Anda, maka Anda akan … A. Menuliskan dengan lengkap dan detail B. Menawar atau berkata, “Langsung aku ceritakan saja ya ?” C. Fokus ceritanya lebih kepada apa yang Anda lakukan selama liburan 10. Hal apakah yang dapat mengganggu konsentrasi Anda ? A. Gambar atau apa saja yang melintas di depan Anda B. Aneka suara C. Perasaan seperti lapar, haus, cemas, dsb.

CATATAN : Jika jawaban lebih banyak opsi A, maka Anda cenderung memiliki gaya belajar visual Jika jawaban lebih banyak opsi B, maka Anda cenderung memiliki gaya belajar auditori Jika jawaban lebih banyak opsi C, maka Anda cenderung memiliki gaya belajar kinestetik


195

INSTRUMEN KOMPETENSI SUPERVISI AKADEMIK Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK)

Supervisi Akademik Petunjuk: Bacalah Instrumen AKPK secara seksama kemudian pilihlah jawaban dengan memberikan tanda (V) sesuai dengan kondisi dan pengalaman saudara. Instrumen AKPK ini bukanlah sebuah test, kejujuran dalam menjawab akan menghasilkan peta kompetensi yang saudara miliki, sehingga dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan kompetensi yang saudara miliki dengan tepat.

Keterangan Jawaban: A.

: Tidak Mampu Menunjukkan

B.

: Kurang Mampu Menunjukkan

C.

: Cukup Mampu Menunjukkan

D. :Sangat

Mampu

Menunjukkan Penilaian skala 1 s.d. 4 dari kiri ke kanan:

1. Saya menunjukkan pemahaman saya tentang konsep umum supervisi kelas dengan benar. 4

2. Saya menunjukkan pemahaman cara melakukan supervisi dengan metode, dan teknik yang tepat. . 4


196

3. Saya menunjukkan pemahaman cara pemberian umpan balik secara efektif, sesuai dengan karakteristik orang yang disupervisi . 4

4. Saya menunjukkan pemahaman saya tentang cara sebagai perbaikan program tindak lanjut pengawasan akademik berdasarkan observasi kelas, untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. 4

5. Saya telah mampu menggunakan teknik supervisi akademik yang lebih efektif, dalam pembimbingan pada guru. 4

6. Saya menunjukkan pemahaman saya tentang cara melakukan pembinaan dan pembimbingan pada guru dalam perancangan pembelajaran. 4

7. Saya menunjukkan pemahaman dan kemampuan saya tentang cara memotivasi guru untuk merefleksi diri, serta evaluasi terhadap hasil- hasil pelaksanaan pembelajaran di kelas. 4

8. Saya menunjukkan pemahaman saya tentang cara memberi penghagaan atau reward pada guru yang sungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya 4


197

Hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesionalan (AKPK) kompentensi akademik calon pengawas yang bernama Wahyu Wijayanti, M.Pd di sekolah magang, SMA Negeri 8 Kota Tangerang yang semula nilainya 91,18 menjadi 100. Adapun

penjelasannya sebagai berikut : 1) Calon pengawas sekolah memahami konsep umum supervisi dengan benar; 2) Calon pengawas sekolah memahami cara melakukan supervisi dengan metode, teknik dan prinsip yang tepat; 3) Calon pengawas sekolah memahami langkah-langkah pelaksanaan supervisi akademik; 4) Calon pengawas sekolah memahami program tindak lanjut pengawasan akademik berdasarkan observasi kelas, untuk perbaikan pembelajaran berikutnya; 5) Calon pengawas sekolah memahami cara pemberian umpan balik secara efektif, sesuai dengan karakteristik orang yang disupervisi; 6) Calon pengawas sekolah memahami cara melakukan pembinaan dan pembimbingan pada guru dalam perancangan pembelajaran; 7) Calon pengawas sekolah memahami cara memotivasi guru untuk merefleksi diri, serta evaluasi terhadap hasil-hasil pelaksanaan pembelajaran di kelas; 8) Calon pengawas sekolah memahami cara memberi penghagaan atau reward pada guru yang sungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya.


198

Lampiran 10: Daftar Hadir Kegiatan


199


200


201


202


203


204


205


206


207


208

Lampiran 11: Jadwal Rencana Tindak Lanjut Program Kepengawasan (Final)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.