Tabloid Teknokra Edisi 166

Page 9

Edisi Juni 2023

KOMITMEN

AMUNISI

Sebagai posisi tertinggi di tingkat perguruan tinggi, rektor tentu menjadi jabatan yang menggiurkan dan didambakan. Baik bagi mereka si pengejar kekuasaan, atau mereka yang murni ingin membuat perubahan bagi kampus tercinta. Oleh karenanya, pemilihan rektor melalui tahapan yang cukup panjang untuk akhirnya menghasilkan nama yang dinilai layak duduk di kursi ini. Seperti halnya berperang, calon rektor perlu amunisi yang cukup dan matang sebelum bertarung melawan beberapa calon lainnya.

MELENGKINGKAN KEBEBASAN

On the road to freedom

We shall to be moved

Just like a tree that’s standing by the water side

Begitulah sepenggal lirik dari lagu milik The Seekers. Lagu ini dinyanyikan para demonstran di Universitas Columbia yang menentang perang Vietnam pada 1968. Lewat lagu tersebut, jalan menuju kebebasan digambarkan dengan banyaknya rintangan yang membelenggu. Akan tetapi, dengan kekukuhan seperti pohon yang berdiri di tepi sungai, walaupun terkena arus air yang deras bukan berarti ia harus pula terbawa arus itu.

Beberapa waktu lalu, nama Provinsi Lampung menjadi trending yang ramai dibincangkan di berbagai platform media sosial di tanah air. Bukan karena prestasi, melainkan buah kritik anak muda yang menjadi momok bagi para penguasa. Kritik itu disampaikan sebagai bentuk mengevaluasi atas kerja-kerja yang dinilai tidak sesuai dan merugikan masyarakat.

Melengkingkan kebebasan memang bermacam-macam cara. Dahulu, kebebasan berekspresi dan mengkritik sebuah lembaga

dinilai sebagai bentuk pengkhianatan, sehingga para aktivis bersuara melalui karya-karya yang mereka ciptakan. Karya tersebut dapat berbentuk tulisan-tulisan puisi, bermusik dengan lirik yang sarkasme atau jika dirasa sudah memenuhi puncaknya, mereka tak segan berdemo dengan membawa ribuan massa. Di tengah elitenya perkembangan jaman, tampaknya bersuara melalui media sosial adalah jalan ninja untuk melengkingkan kebebasan saat ini. Pemuda adalah sosok yang mempunyai kunci ajaib agar bisa menggunakan hak kebebasannya untuk menyuarakan hal-hal yang selama ini bungkam. Lewat cara dan gaya apapun pemuda akan melakukannya dengan gairah menggebu-gebu.

Sejak berdirinya Teknokra pada tahun 1977 hingga saat ini, kami tetap konsisten melengkingkan kebebasan melalui tulisan-tulisan. Karya-karya kecil yang kami harap berdampak besar itu dimuat melalui media dalam jaringan maupun cetak. Kebebasan yang kami maksud adalah menyangkut kehidupan seluruh sektor yang ada di lingkungan kampus tercinta, seyogyanya kami selalu menyajikan berita yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Lewat terbitan pertama kami pada kepengurusan 2023 dalam sajian Tabloid Edisi 166 ini, kami mewartakan berbagai lini permasalahan yang nyata adanya baik dalam kampus hingga isu nasional terkait sektor pendidikan khususnya perguruan tinggi. Pada kesempatan ini, kami memuat laporan utama terkait isu suara 35% menteri dalam proses pemilihan rektor. Suara tersebut dinilai mencederai demokrasi dalam kehidupan internal kampus.

Dari pojok PKM kami mengajak pembaca setia Teknokra untuk selalu berani melengkingkan kebebasan. Dengan adanya kebebasan berpendapat dan berekspresi dibutuhkan dalam penyelenggaraan lembaga yang baik dan demokratis. Masyarakat dalam hal ini diwakilkan oleh pemuda yang mempunyai peran sebagai agen perubahan (agent of change) berhak menyampaikan pendapat dan ekspresinya melalui kritik dan saran sebagai bentuk pengawasan terhadap kinerja suatu lembaga agar terciptanya perubahan-perubahan yang memerdekakan masyarakat.

Tetap Berpikir Merdeka!

Peraturan yang mengatur mengenai pembagian suara menteri dan senat dalam pemilihan rektor, dinilai menjadi salah satu celah untuk mengisi amunisi tersebut. Dalam peraturan yang mulai digunakan pada 2010 ini, disebutkan bahwa senat mengisi 65% dari total suara dalam pemilihan, dan 35% diberikan hak kepada menteri untuk turut memberikan suara kepada ‘jagoannya’. Beberapa akademisi-akademisi mengkritisi peraturan pembagian suara ini. Sang pembuat kebijakan berkelik, pembagian suara di pemilihan rektor adalah metode untuk menunjukkan eksistensi bahwa PTN merupakan bagian dari kementerian. Dengan ikutnya suara menteri, mereka mengharapkan rektor yang terpilih dapat selaras dan bekerja sama dengan baik.

Lain hal dari mereka yang tidak sepakat. Peraturan ini dianggap mencederai demokrasi kampus, karena porsi yang diberikan untuk ‘pihak luar’ terlalu mendominasi. Pembagian suara dianggap tidak proporsional. Suara dari menteri dianggap akan memberikan dukungan yang mujarab. Mereka yang mendapat suara menteri, berpeluang besar menduduki posisi rektor. Beberapa calon rektor akan berlomba-lomba mengisi amunisi dukungan suara mereka.

Walaupun nama kementerian dan pemegang kuasa silih berganti, peraturan ini tampaknya tetap enggan diubah. Protes, kritik, dan saran baik dari akademisi ataupun tokoh publik sudah berhamburan menyirami peraturan ini. Ada baiknya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meninjau peraturan yang digunakan saat ini. Beberapa hal yang disebutkan di atas merupakan hal yang dikhawatirkan dapat menjadi peluang besar timbulnya penyelewengan dalam pemilihan rektor.

Judul: Porsi Sakti Dalam Suksesi Ide:

Antuk Nugrahaning Pangeran Desain: Neza Puspita Tarigan

PELINDUNG Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., I.P.M., PENASEHAT Dr. Anna Gustina Zainal, S.Sos., M.Si. DEWAN PEMBINA Prof. Dr. Eddy Rifa’i, S.H., M.H. ANGGOTA DEWAN PEMBINA Dr. M. Thoha B. Sampurna Jaya, M.S., Prof. Dr. Yuswanto, S.H.,M.Hum., Dr. Maulana Mukhlis, S.Sos., M.IP., Asrian Hendi Caya, SE.,ME, Dr. Yoke Moelgini, M. Si., Irsan Dalimurte, SE., M. Si., MA., Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., Dr. H. Sulton Djasmi., M.Si.,Tony Wijaya, S.Sos., MA.

PEMIMPIN UMUM Syendi Arjuna PEMIMPIN REDAKSI CETAK

Antuk Nugrahaning Pangeran REDAKTUR BERITA CETAK Revina

Azzahra PEMIMPIN REDAKSI DARING Arif Sanjaya REDAKTUR

BERITA DALAM JARINGAN Sepbrina Larasati REDAKTUR ARTISTIK

Neza Puspita Tarigan PRODUCER Afeby Ade Habibansyah, Azhar

Azkiya EDITOR Melsa Amrina FOTOGRAFER - REPORTER Sintia

Enola Tambunan, Ratu Ayu Junjung Biru STAF ARTISTIK Ruhan

Amrina KAMERAWAN Sintia Enola Tambunan, Ratu Ayu Junjung

Biru PODCASTER - PEMIMPIN USAHA Muhammad Rifqi Mundayin

MANAGER OPERASIONAL Rara Maharani Bintang Lampung, Sandra

Puspita STAF IKLAN DAN PEMASARAN Cindy Putri Jussyca Sari STAF

KEUANGAN Cindy Putri Jussyca Sari KEPALA PUSAT PENELITIAN

DAN PENGEMBANGAN Syendi Arjuna STAF PUSLITBANG Dede

Maesin, Revina Azzahra KEPALA KESEKRETARIATAN Muhammad

Rifqi Mundayin STAF KESEKRETARIATAN Aldi Afreza MAGANG

Putra Alam A., Ummul Padillah, Vinka Khoirul P., Muthia Rahma

H., Titin Mustika, Muthia Azilla, Riska Hasanatun J., Rara Ayudhia

A., Rahmad Nur Karim, Faridh Atha A., Nabila Putri A., Josefa

M. Sibuea, Chika Ayu S., Meita Indriani, Nurfia Deswita, Aisyah

Maharani S., Safitri Pandan W., Yolanda Tamba, dan Della Amelia P.

2 No. 166 XXIII Bulanan Edisi Juni 2023
Ilustrasi : Revina Azzahra
Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35411 Email: teknokratv@gmail.com Website: www.teknokra.co
MAJALAH TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasisawa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung. Alamat Gerha Kemahasiswaan Lt.1
Jl.

Unila-Tek: Proyek pembangunan Laboratorium Pendidikan Karakter (Masjid Al-Wasi’i) Universitas Lampung (Unila) hingga kini belum dinyatakan selesai. Pada tahun 2017, terdapat renovasi terhadap masjid ini yaitu perluasan pada bagian utara. Namun, kemudian terhenti akibat minimnya pendanaan.

Pekerjaan kembali dilanjutkan pada Juli 2022 dan ditargetkan selesai pada Desember 2022.

Namun, hingga saat ini belum juga tampak wujud dari Laboratorium Pendidikan Karakter Masjid Al-Wasi’i tersebut. Sepantauan Teknokra, terhitung dari

Bulan Desember 2022 hingga saat ini, wajah masjid Al-Wasi’i masih berbentuk struktur bangunan.

Bagian bangunan masih berupa tiang-tiang penyangga bangunan serta kubah utama masjid.

Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan, Rudy menjelaskan bahwa pembangunan tersebut dijeda karena masih dalam tahap pemeliharaan.

“Gak tertunda, ada proses-proses administrasinya, pemilihan penyediaan dan juga pelaksanaannya. Setelah tahap struktur pada tahun pertama itu ada pemeliharaan ketika kita nanti ada masalah itu kita bisa komplain. Jeda-jeda itulah kadang dianggap orang proyek terlantar,” jelas Rudy saat diwawancarai di ruangannya, pada (3/5).

Pembangunan Masjid Al-Wasi’i Tak Kunjung Selesai

Amril ma’ruf Siregar, Dosen Teknik Sipil yang juga turut mengawasi proyek pembangunan LPK Al-Wasi’i menjelaskan bahwa pembangunan sudah dimulai kembali. Ia juga menuturkan proses pembangunan akan berlanjut ketika tahapan pemeliharaan selesai.

“Pembangunan sudah kembali dilaksanakan dan saat ini masih seleksi siapa yang berkompeten membangun kita cek dulu. Karena ada masa pemeliharaan (garansi), jadi selama enam bulan setelah selesai bulan Desember mereka bertanggung jawab kalau ada kerusakan sampai nanti proses pemeliharaan selesai baru kita lanjut,” tuturnya.

Amril juga menambahkan pada proses pembangunan terdapat pertimbangan struktur untuk mengukur usia bangunan. Dalam hal tersebut ia menyampaikan ada tahapan proses pengujian hingga penentuan waktu pengerjaan.

“Karena ada usia bangunan, makanya jadi benar pengujian dan dicek dulu betonnya udah sesuai belum, teknis-teknisnya dari sipil, kualitasnya, waktu pelaksanaannya kita atur supaya tidak telat,” jelasnya.

Sementara untuk saat ini, aktivitas ibadah jamaah Masjid AlWasi’i masih berpusat di Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) Unila. Ariyanto selaku Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) Masjid Al-Wasi’i mengung-

kapkan keluhan yang dirasakan oleh jemaah.

“Salat wajib dan salat Jum’at berada di lantai empat dan beberapa kali lift tidak diaktifkan karena ada problem di teknisi. Jadi jemaah naik tangga, karna naik tangga banyak jemaah yang kelelahan,” ungkapnya.

Salah satu jemaah yang juga Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Muhammad Nurwahudin mengeluhkan jarak yang cukup jauh untuk melakukan aktivitas ibadah di RSPTN. Ia juga berharap agar pembangunan Masjid Al-Wasi’i segera diselesaikan.

“Yang tadinya salat berjamaah dekat sekarang sudah jauh. Saya berharap Masjid Al-Wasi’i segera jadi dan selesai seratus persen secepatnya,” ujarnya.

Harapan yang sama pun disampaikan oleh Wardana (Ilmu Pemerintahan’22). Ia berharap pembangunan Masjid Al-Wasi’i dapat segera selesai untuk mempermudah mahasiswa melakukan aktivitas ibadah dan belajar.

“Kita kan mata kuliah agama ke Masjid yang ada di RSPTN, kalau lebih baiknya yang di sini cepat selesai pembangunannya agar mempermudah mahasiswa,” harap Wardana.

Selaras dengan keluhan yang telah disampaikan, Bima Sastria Pratama (Administrasi Negara’21) mengungkapkan kekecewaannya dengan pengerjaan pembangu-

nan Masjid Al-Wasi’i yang memakan waktu cukup lama.

“Merasa kecewa karena pembangunan Al-Wasi’i tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat karena melihat kebutuhan masyarakat sekitar Al-Wasi’i yang mana butuh banget pengadaan masjid tersebut,” ungkapnya.

Bima juga berpendapat penundaan proyek pembangunan tersebut menjadi kendala jamaah. Menurutnya Masjid Al-Wasi’i selain digunakan sebagai tempat ibadah juga digunakan sebagai tempat kegiatan keagamaan.

“Sebagai masyarakat yang memang jemaah yang sering salat

di Al-Wasi’i dan kami merasakan kendala aja gitu, karena memang untuk Al-Wasi’i selain dari tempat ibadah tentu juga bisa mengadakan kegiatan di sana seperti kegiatan keagamaan contohnya kajian,” ujarnya.

Bima juga berharap, pembangunan Masjid Al-Wasi’i segera diselesaikan. Ia juga berharap hasil yang ditampilkan dapat memuaskan sehingga bisa digunakan oleh masyarakat.

“Harapannya untuk pembangunan masjid Al-Wasi’i semoga segera rampung karena banyak sekali masyarakat yang membutuhkan untuk beribadah dan juga lebih mudah tempatnya,”

Keamanan. Seorang mahasiswa memberikan STNK kepada Satpam untuk dicek sebelum meninggalkan area parkiran, pada Senin (27/3). Pengecekan dilakukan untuk keamanan dan menghindari pencurian motor.

Mahasiswa Kampus Cabang Kesulitan Pengurusan Administrasi

Unila-Tek: Sulitnya proses pengurusan berkas administrasi di kampus cabang mendapat banyak keluhan dari mahasiswa. Seperti diketahui bahwa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) memiliki beberapa program studi yang letaknya terpisah dari kampus pusat. Program Studi Pendidikan Tari dan Pendidikan Musik berada di kampus A Panglima Polim, sedangkan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) berada di kampus B Kota Metro.

Keluhan tersebut dilontarkan lantaran proses pengurusan berkas administrasi harus dilakukan di kampus pusat, sehingga mahasiswa di kampus cabang perlu melakukan mobilitas yang lebih ketika akan mengurus administrasi. Hal tersebut disampaikan oleh Desta Riski Yuwanda (Pendidikan Seni Tari’20).

“Iya karena mungkin kendalanya ya, karena kalau misalkan administrasi kita pasti kaitannya sama kampus pusat. Nah itu kan perlu mobilitas dari Polim ke pusat kan lumayan. Nah mungkin dari beberapa teman-teman di Polim terkendalanya di situ,” ungkapnya saat diwawancarai pada Kamis, (23/02).

Selain itu, Desta juga mengeluh kesulitan saat mengurus perizinan peminjaman tempat atau gedung. Padahal tempat atau gedung yang dipinjam ini nantinya

akan digunakan untuk pementasan yang berkaitan dengan mata kuliah saat Ujian Akhir Semester (UAS).

“UAS kami kan selalu berupa penampilan, pertunjukan kaya festival gitu. Nah kegiatan kami ini dominannya malam dan kami sangat sulit untuk mendapatkan izin kegiatan malam sedangkan itu syarat mata kuliah kami. Pertunjukan kami gak bisa diadain siang hari, harus malam,” katanya.

Sama halnya dengan Desta, mahasiswa di kampus B Kota Metro pun mengeluhkan hal yang sama, hal ini diungkapkan Ferdyansyah (Pendidikan Guru Sekolah Dasar’20). Mahasiswa PGSD merasa kesulitan dan keberatan dengan adanya sistem administrasi yang mengharuskan para mahasiswa ke kampus pusat. Terlebih lagi, mahasiswa di kampus B didominasi oleh perempuan, sehingga ditakutkan banyak risiko yang harus ditanggung ketika melakukan perjalanan Metro-Bandarlampung.

“Notabenenya mahasiswa PGSD itu lebih banyak perempuan, lebih banyak risiko yang siap ditanggung gitu kalau balik Metro ke Balam misal hari ini masukin surat ataupun borang, transkrip dan sebagainya terus besok diambil itu artinya dua kali gitu bolak balik ke Metro-Balamnya itu,” katanya. Ferdy juga mengeluhkan

bahwa pengurusan administrasi di kampus pusat belum tentu selesai di hari yang sama. Tak hanya itu, ia juga menyampaikan kendalanya dari sisi transportasi. Menurutnya, mahasiswa di kampus B harus mengeluarkan ongkos transportasi yang lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang berada di kampus pusat.

“Kemudian kalau dari sisi mahasiswanya, tentu kendaraan yang tentunya kita bayar, mengeluarkan uang untuk transportasi yang lebih dari temanteman mahasiswa di pusat, yang di (Balam). Nah itu yang tentunya kan semuanya pasti mengalami hal itu. Dua kendala itu sih yang paling disorot dari kesulitan administrasi ini,” ujarnya.

Ferdy berharap sistem administrasi yang mengharuskan mahasiswa PGSD untuk ke kampus pusat bisa diminimalisasi dengan adanya penggunaan jasa kurir yang dipekerjaan untuk mengantar berkas administrasi para civitas academica di kampus B Metro.

“Ada transportasi atau kurir gitu yang bener-bener dikerjakan atau staf dari FKIP yang dia itu sifat kerjanya untuk mengantarkan administrasi baik untuk mahasiswa dan dosen, karena kalau hal ini terus dibiarkan khawatirnya risiko yang ditanggung akan lebih besar. Gak mungkin kita harus menunggu kejadian dulu baru bergegas

mengubah sistem administrasi,” harapnya.

Keluhan tersebut justru berbanding terbalik dengan yang disampaikan oleh Albet Maydiantoro selaku Wakil Dekan II Bidang Umum dan Keuangan FKIP. Terkait peminjaman tempat bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Tari, menurutnya pihak FKIP tidak pernah mempersulit perihal perizinan peminjaman gedung selagi gedung tersebut sedang tidak digunakan dan peminjamannya memenuhi Standar Operasional Prosedur (SOP).

“Kalau sampai di saya, sampai hari ini ya tidak ada yang bermasalah menurut saya. Kalau mau pinjam asal gedungnya itu gak digunakan silakan gitu, boleh. Jadi kalau sampai sekarang asal satu, di hari Senin-Sabtu kemudian kedua, ruangan itu memang tidak digunakan, ketiga mengajukan permohonan form peminjaman gedung atau ruangan yang ada di subbagian umum,” jelasnya.

Menurut Albet, pihaknya juga telah menanggapi aspirasi dan keluhan mahasiswa yang dihimpun dan disampaikan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP Unila. Sebelumnya pada November 2022 lalu, BEM FKIP Unila melakukan penjaringan aspirasi dan keluhan para mahasiswa FKIP. Dilansir dari akun istagram @bemfkipunila, aspirasi dan keluhan tersebut diaudiensikan langsung kepada Dekan terpilih,

Prof Sunyono. Salah satu aspirasi yang diajukan adalah dari para mahasiswa PGSD terkait sulitnya pengajuan administrasi.

Albet menanggapi bahwasanya pengurusan berkas administrasi untuk mahasiswa di kampus B Metro tidak lagi harus dilakukan di kampus pusat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengurusan administrasi dalam jangka pendek serta sebagai solusi atas keluhan mahasiswa di kampus B.

“Jadi mereka adik-adik mahasiswa itu cukup mengurus ke admin prodi melalui kaprodi juga, disampaikan ke kaprodi dan nanti setiap hari itu ada tim kita yang dari Metro membawa berkas itu, dari Metro ke kampus induk. Dari kampus induk itu nantinya sudah kembali ke sana dibawa oleh staf kita atau pegawai kita itu yang sudah jadi,” ungkapnya.

Menanggapi keluhan dari mahasiswa di kampus A dan B, ia mengatakan bahwa pihaknya sudah membuat suatu sistem administrasi berbasis digital yang ditargetkan akan rampung sebelum pertengahan semester depan.

“Kita punya target memang sebelum pertengahan semester depan sudah ada sistem yang bisa digunakan oleh adik-adik mahasiswa itu secara lebih mudah. Jadi poinnya adalah untuk memberikan layanan kemudahan kepada adik-adik semua sehingga tidak repot lagi gitu kan,” pungkasnya=

3 No. 166 XXIII Bulanan Edisi Juni 2023 KAMPUS IKAM
Oleh: Melsa Amrina Foto: Faridh Azka Alfathani Oleh: Putra Alam Apriliandi

Unila Revitalisasi Jaringan Internet

Oleh: Cindy Putri Jussyca Sari

Unila-Tek: Universitas Lampung (Unila) menjalin kerja sama dengan Alcantel-Lucent guna merevitalisasi jaringan internet. Alcantel-Lucent merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi asal Prancis. Unila memutus kontrak dengan perusahaan sebelumnya karena meningkatnya harga dari pihak tersebut.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Muhamad Komarudin. Menurutnya, pemilihan teknologi ini dikarenakan harganya yang lebih rendah, ditambah teknologinya yang dapat bersaing.

“Kalau dulu kita pakai teknologinya switch itu sekitar 20 miliar, teknologi ini habis kira-kira kalau tidak salah jauh dari seperempatnya, sekitar 7 miliar atau kurang dari itu,” ujarnya.

KAWASAN SEKITAR EMBUNG B KOTOR

Unila-Tek: Kawasan sekitar Embung B Rusunawa Universitas Lampung (Unila) sering kali tampak kotor dipenuhi sampah bungkus makanan. Salah satu pengunjung, Wanda Julia (Perikanan dan Kelautan’22) mengeluhkan kondisi sekitar embung yang kotor.

“Jujur enggak bersih sih, yang saya liat banyak sampah,” katanya.

Wanda menyebutkan keadaan sekitar embung masih kotor walaupun sudah disediakan beberapa tempat sampah. Menurutnya, petugas kebersihan harus rutin membersihkan tempat ini.

“Buat bagian kebersihan, jangan ditumpuk (sampahnya) harus cepat diambil,” ujarnya.

Bela Dwi Rahmadani (Kehutanan’19) mengatakan bahwa pengunjung perlu menanamkan kesadaran akan kebersihan.

Oleh: Dede Maesin

Selain itu, menurutnya peran petugas kebersihan juga lebih dibutuhkan.

“Semoga pengunjung di sini sadar kebersihan, sampah enggak ditinggal gitu aja. Langkah yang seharusnya diambil, mungkin ada petugas kebersihan kali ya, yang bisa bersihin sekitar embung sini semisalnya pengunjungnya kurang kesadaran,” katanya.

Kepala Subbagian Rumah Tangga, M Zumri Zaman mengaku pihaknya telah menyediakan banyak tempat sampah di sekitar embung.

“Jadi kita itu dari rumah tangga sudah memberikan tong-tong sampah itu sudah banyak, sudah hampir keliling di embung itu. Hanya saja memang kesadaran dari masyarakat sendiri yang masih kurang,” katanya.

Selain itu, Zumri juga

menambahkan bahwa sudah ada petugas kebersihan yang membersihkan kawasan embung. Menurutnya, di Unila terdapat total 30 orang petugas kebersihan yang dibagi tiga lokasi.

“Lokasi yang pertama bundaran air mancur, beringin sampai ke bawah FKIP. Dari seputaran beringin sampai bundaran rektorat dibagi ke kelompok kedua. Untuk kelompok ketiga dari bundaran depan rektorat sampai embung dan perpustakaan,” jelasnya.

Zumri juga berharap pengunjung yang datang ke embung dapat ikut menjaga kebersihan lingkungan dengan cara membuang sampah di kotak sampah yang telah disediakan.

“Jadi, saya berharap untuk adik-adik mahasiswa bisa ikut membersihkan sampah dengan membuang sampah pada tempatnya,” pungkasnya =

UKM Keluhkan Kondisi dan Lokasi Student Center yang Baru

Unila-Tek: Kabar pemindahan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) menuai keluhan dari berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat Universitas Lampung (Unila). PKM yang saat ini berada di belakang Gedung Rektorat, direncanakan akan dipindahkan ke gedung yang berada di belakang parkiran terpadu bernama Gedung Student Center

Walaupun belum rampung dibangun sejak 2018 lalu, berbagai keluhan telah muncul dari beberapa UKM lantaran ukuran ruangan di gedung tersebut yang terlihat lebih sempit. Ruangan tersebut dinilai tidak mencukupi kebutuhan barang inventaris para UKM. Hal ini disampaikan Ketua Umum Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala), Muhammad Fariz Assuja (Teknik Mesin’20) pada Selasa (11/4).

“Secara logika, untuk Mapala enggak cocok karena barang-barang mapala ini banyak dan penuh. Kalau emang mau pindah kami minta fasilitas yang memadai,” ujar Fariz.

Selaras dengan Fariz, Hani Dayanti (Teknologi Hasil Pertanian’19) selaku Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) pun berpendapat hal serupa. Menurutnya dengan fasilitas ruangan tersebut tidak dapat menampung barang-barang dari UKMBS yang cukup banyak.

“Kalau dari kita (UKMBS) enggak setuju kalau mau pindah kare-

Oleh: Della Amelia Putri

na di sana tuh kecil banget, ya itu tadi barang-barangnya enggak muat,” katanya.

Hani juga menambahkan keluhannya terkait lokasi gedung PKM baru. Menurutnya gedung tersebut berjarak cukup dekat dengan pemukiman warga. Ia mengkhawatirkan akan ada tindakan protes dari masyarakat, karena kegiatan UKM akrab dengan situasi dan kegiatan latihan yang berisik.

“Terus soal lokasi, kita kan sering latihan kan apalagi latihan teater jerit-jerit ya itu di sekitar kampung kan kita juga bingung sebetulnya gimana nanti diprotes warga,” tutur Hani.

Ketua Umum Koperasi Mahasiswa (Kopma), Syahril Fajri Pratama (Ilmu Komputer’20) menyayangkan perpindahan gedung PKM baru. Menurutnya perpindahan gedung tersebut menjadi pekerjaan rumah untuk mempertanyakan status kontrak sewa tempat yang digunakan UKM Kopma dalam bidang usaha.

“Kami ingin menuntut jika mau dipindahkan harus punya dasar yang jelas, karena di balik itu ada kontrak selama setahun ke depan nah itu harus dipertanyakan,” keluh Syahril.

Ia juga menambahkan, bahwa selama kurun waktu sepuluh tahun belakang, Kopma telah memiliki target pasar dan branding di gedung PKM lama.

“Sudah berjalan sepuluh ta-

hun, Kopma mart dan digital memang selalu di sini tempatnya. Kita sudah punya pasar dan branding di sini (gedung PKM lama),” tambahnya.

Menyikapi keluhan dari para UKM-U, Anna Gustina Zainal sebagai Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, mengatakan bahwa ada beberapa hal yang kondisinya harus diperbaiki dulu sebelum pemindahan ke PKM yang baru supaya mahasiswa bisa merasa nyaman.

“Kondisinya ada beberapa tempat yang memang perlu kita perbaiki dulu supaya mahasiswa bisa nyaman di sana. Ada fasilitas yang harus dilengkapi dulu seperti air itu belum memadai dan beberapa sudut-sudut yang harus dibenahi dulu,” katanya Senin, (17/4).

Anna juga menambahkan, bahwa pihaknya berkomitmen akan mempercepat proses perbaikan dan melengkapi fasilitas gedung PKM baru. Ia mengupayakan pemindahan gedung tersebut dilakukan secepatnya.

“Ternyata jumlah slot ruangan yang tersedia dengan jumlah Ormawa dan UKM yang ada di Unila masih kurang. Nah itu nanti sekalian kita perbaiki, lengkapi fasilitas, nanti juga menambah ruang-ruang. Kami berkomitmen secepatnya akan dipindahkan, kalau bisa kita upayakan semester ini kita pindah,” pungkasnya=

Selain itu, penggunaan teknologi ini lebih mudah dalam segi perawatannya. Hal ini membuat biaya yang akan dikeluarkan juga lebih sedikit. Tak hanya itu, penggunaan jaringan internet menggunakan teknologi ini diharapkan menjadi langkah awal kerja sama bidang akademik dan mahasiswa.

“Kita juga menggandeng teknologi ini untuk juga bisa masuk ke perguruan tinggi, dan kita bisa berkerja sama dalam hal bagaimana kurikulumnya bisa dimasukkan di kurikulum IT kita, sehingga mahasiswa dan tenaga kerja mampu terserap di dunia kerja,” katanya.

Komarudin juga menjelaskan bahwa jaringan yang telah terpasang saat ini adalah teknologi dengan versi yang lebih baru dari sebelumnya. Menurutnya, untuk merasakan perubahan kehandalan teknologi ini juga bergantung pada perangkat yang digunakan masing-masing.

“Di sisi lain perangkat kita juga harus menyesuaikan dengan teknologi ini. Sudah access point-nya tinggi nih, tapi mungkin laptop kita, HP kita masih jadul, jadi harus juga dimbangi seperti itu. Sehingga kecepatan infrastruktur yang tinggi itu, perlu diimbangi juga dengan perangkat-perangkat yang baik,” ujarnya

Menanggapi keluhan mengenai jaringan internet yang lambat, menurutnya permasalahan tersebut bukan hanya disebabkan oleh teknologi yang digunakan, tetapi juga dari faktor lain. Hal ini membuat jaringan internet di Unila tidak bisa dipastikan selalu stabil setiap waktu.

“Ada persoalan petir, hewan, dan mungkin juga terganggu pohon. Itu yang kemudian juga menganggu jaringan lingkungan kita. Jadi sumbernya banyak hal, bukan karena teknologi saja,” katanya=

Kekurangan Lahan Parkir, Mahasiswa Parkir Sembarangan

Oleh: Ummul Padillah

Unila-Tek: Universitas Lampung (Unila) saat ini hanya menyediakan dua lahan parkir terpadu di luar fakultas, yakni di belakang shuttle bus dan di sekitar Unit Pengelolaan Terpadu (UPT) Bahasa. Hal tersebut membuat para pengguna kendaraan roda dua dan empat kerap kali memarkirkan kendaraannya sembarangan di bahu jalan.

Arkan (Ilmu Hukum’20) selaku pengendara mobil mengaku merasa kesulitan karena jarak lahan parkir terpadu yang cukup jauh dari fakultasnya. Ia pun mengaku untuk menghindari keterlambatan saat masuk perkuliahan, dirinya terpaksa harus parkir sembarangan.

“Parkir terpadu kejauhan apalagi kalau telat kelas dan fakultasnya jauh makanya parkirnya sembarang-sembarangan aja. Kalo saya aman, tapi temen saya kena dikempesin bannya,” ujarnya.

Risky Sanjaya (Pendidikan Sejarah’22) mengatakan bahwa parkir sembarangan di bahu jalan membuat tatanan kampus terlihat berantakan. Selain itu, menurutnya hal tersebut juga menyebabkan terjadinya kemacetan di sekitar kampus.

“Buat pemandangan kampus kurang baik, terlihat lebih berantakan dan enggak kesusun dengan baik di setiap pinggiran jalan area kampus. Kadang juga yang bikin resah parkir sembarangan itu yang mahasiswa bawa kendaraan roda empat parkir di pinggir jalan, kadang makan bahu jalan jadi sering macet,” ungkapnya.

Risky juga menambahkan sebaiknya perlu dilakukan perluasan lahan parkir di setiap fakultas yang akan berguna untuk mengurangi parkir sembarangan.

“Perluasan lahan parkir di setiap fakultas, biar mahasiswa itu bisa langsung masuk ke area fakultas, jadi enggak ada lagi tuh yang parkir sembarangan di bahu jalan,” ujarnya.

Komandan Satuan Pengamanan (Satpam), Akhwan mengatakan bahwa pihaknya sudah menyediakan lahan parkir untuk wilayah kampus (29/03). Menurutnya, berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pimpinan, terkait kendaraan yang parkir pada lahan yang tidak sesuai, maka akan mendapat konsekuensi.

“Ya artinya kalau (sudah) kami ingatkan masih (parkir sembarangan), dengan sangat terpaksa kami harus kempeskan (bannya),” katanya.

Akhwan menjelaskan bahwa tugas Satpam bukan hanya menjaga lahan parkir, tetapi juga melakukan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli.

“Tugas kami ini bukan jaga motor. Tugas kami ini pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli bukan jadi tukang parkir. Mengingat harta pribadi itu ada di lingkup tempat kami, kerja mau dan tidak mau, suka dan tidak suka, kami turut serta untuk melakukan keamanan,” pungkasnya =

4 No. 166 XXIII Bulanan Edisi Juni 2023 KAMPUS IKAM
Foto: Faridh Azka Alfathani Parkir Sembarangan. Beberapa kendaraan roda dua terparkir di bahu jalan yang dipasang rambu dilarang parkir, di sekitar Gedung FKIP pada Kamis (6/4).

SATGAS PPKS DALAM MENANGANI KASUS KEKERASAN SEKSUAL

Unila-Tek: Sejak diresmikan pada Januari 2023 lalu, Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di Universitas Lampung (Unila) sudah menangani sebanyak empat kasus kekerasan seksual. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Satgas PPKS Unila, Chandra Perbawati (27/2). Ia mengungkapkan bahwa kasus-kasus tersebut sedang dalam tahap pelaporan dan ada yang di tahap penyelidikan.

“Kalau ditahap pelaporan (ada) 1, tapi yang sudah di tahap penyelidikan (ada) 3,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan bahwa kasus kekerasan seksual yang ditangani oleh Satgas PPKS, bukan hanya yang terjadi dalam lingkup internal Unila, namun juga termasuk pihak eksternal.

“Banyak (kasus) antara mahasiswa dengan mahasiswa di Unila, ataupun mahasiswa atau mahasiswi dengan pihak luar,” katanya.

Menurut Chandra, dalam melakukan proses tindak lanjut kasus kekerasan seksual, perlu adanya persetujuan dari korban. Karena persoalan tersebut bisa saja berdampak buruk pada mental dan psikis korban.

“Kalau memang harus lanjut ya kita lanjut sesuai dengan permintaan korban, jadi si korban juga harus menyetujui apabila persoalan ini berdampak dengan psikis dan mental, sampai tahap penyelidikan, selanjutnya sampai verifikasi sampai nanti saya ketua satgas membuat rekomendasi ke Rektor,” ujarnya.

Dirinya menuturkan bahwa peran Satgas PPKS berfokus pada penanganan korban sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Selain bertugas menangani kasus kekerasan seksual, Satgas PPKS juga telah menyosialisasikan dan membuat pedoman pencegahan kekerasan seksual.

“Kita sudah bekerja menangani masalah-masalah pencegahan dan kekerasan seksual dan sosialisasi, kemudian kami juga membuat suatu pedoman pencegahan dan kekerasan seksual,” katanya.

Dengan beranggotakan sembilan orang yang terdiri dari dosen, tenaga pendidik dan mahasiswa, Chandra optimis Satgas PPKS tidak kesulitan dan akan konsisten dalam menangani kasus.

“Enggak ada (kesulitan), konsistensi aja, si korban mau ditangani, si pelaku kita proses, kemudian pihak rektorat harus secara serius, karena rekomendasinya ke Rektor jadi Rektor harus bekerja sama dengan satgas dengan Wakil Rektor III ataupun Dekan,” pungkasnya=

Penggunaan Tiga Bahasa, Upaya Pelestarian dan Pemahaman Bahasa

Oleh: Revina Azzahra dan Afeby Ade Habibansyah

Unila-Tek: Anjuran mengenai penggunaan bahasa Internasional dan daerah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) disampaikan dalam Surat Edaran Dekan nomor: 882/ UN26.13/KP/2023. Surat edaran tersebut menganjurkan semua civitas academica FKIP untuk berbahasa Inggris dan berbahasa Lampung di satu hari dalam seminggu pada hari yang telah ditetapkan. Dalam surat edaran yang berlaku mulai Februari 2023 ini, disebutkan bahwa hari Rabu untuk berbahasa Lampung, serta hari Jumat untuk berbahasa Inggris.

Dekan FKIP Unila Prof. Sunyono menjelaskan bahwa tujuan dari penggunaan bahasa daerah yang dalam hal ini yaitu bahasa Lampung adalah sebagai bentuk konstribusi FKIP dalam pelestarian budaya dan bahasa yang ada di Lampung.

“Inilah kontribusi kami terhadap penanaman sekaligus pemeliharaan budaya dan bahasa Lampung, ini adalah konstribusi kami kepada Provinsi Lampung,” katanya.

Ia juga menambahkan jika penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional juga dilatih agar dapat dipahami dan mampu mengembangkan diri.

“Minimal kita paham bahasa Inggris karena itu bahasa Internasional, bahasa komunikasi sekarang ini kalau kita enggak tahu bahasa Inggris sangat sulit untuk bisa berkembang,” tambahnya.

Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Hermi Yanzi menjelaskan mekanisme sosialisasi penerapan surat edaran dekan tersebut. Ia menutur-

kan bahwa penerapan berbahasa Internasional dan daerah ini akan dimulai dari Ketua Jurusan dan Ketua Program Studi.

“Kita menggalakkan itu mulai dari Kajur ke Kaprodi kan kalau untuk level kemahasiswaannya, tapi kalau untuk ke dekanat kita sudah mulai walaupun hanya satu kata dua kata diupayakan semuanya bergerak untuk bisa,” tuturnya.

Nurul Aini (Bimbingan Konseling’21) menyambut baik kebijakan tersebut. Menurutnya, penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Lampung di FKIP adalah kebijakan yang bagus. Namun begitu, menurutnya saat ini proses penerapannya masih kurang melibatkan civitas academica FKIP.

“Aku mengapresiasi ya kebijakan itu, sebenernya bagus banget. Cuma kalau di sini tuh yang disayangkan sistemnya tuh masih kurang bagus, masih kurang melibatkan mahasiswa maupun dosen dalam penerapannya,” ujarnya.

Aini juga mengaku mengetahui surat edaran tersebut lewat pesan berantai yang dikirimkan oleh rekannya. Padahal menurutnya kan lebih baik jika sosialisasi penggunaan tiga bahasa tersebut seharusnya terlebih dahulu ditekankan kepada dosen, supaya penerapannya dapat berjalan dengan baik pula.

“Aku tahunya dari teman, bukan dari dosen ataupun sosialisasi dari dekanat. Tahunya dari pesan berantai gitu. Seharusnya sebelum ditekankan pada mahasiswa harusnya ditekankan dulu kepada dosen. Percuma sosialisasi ke mahasiswa tapi dari dosen sendiri gak ada ketegasan,” pungkasnya=

Kelanjutan Kebun Agrowisata yang Telah Lama Terbengkalai

Unila-Tek: Kebun agrowisata milik Universitas Lampung (Unila) yang berada di jalur dua Jalan Prof. Sumantri Brojonegoro, saat ini kondisinya terbengkalai. Menurut pantauan Teknokra, lahan seluas kurang lebih satu hektare ini dipenuhi rumput liar (9/4). Sebelumnya, pada tahun 2020 lalu, lahan ini ditanami tanaman melon. Selain itu, juga dijadikan sebagai wisata edukasi yang dibuka untuk masyarakat umum. Tidak berlangsung lama, hanya satu tahun dengan dua kali panen pada September 2020 dan Mei 2021, agrowisata tersebut tidak lagi terawat dan dibiarkan menjadi lahan tidur.

Rektor Unila, Prof Lusmeilia menuturkan bahwa dalam waktu dekat lahan tersebut akan ditanami kembali dengan melon. Tempat itu nantinya juga akan dimanfaatkan sebagai tempat program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) bagi mahasiswa Unila.

“Karena nantinya mahasiswa pertanian akan melakukan Merdeka Belajar Kampus Merdeka disana untuk kerja praktik di sana, mahasiswa ekonomi akan melakukan Merdeka Belajar Kampus Merdeka kewirausahaan di sana misalnya berapa pupuk dan keuntungan,” tuturnya (9/2).

Ia juga mengungkapkan, bahwa Unila saat ini sedang dalam proses penyusunan Memorandum of Understanding (MoU) dengan

mitra usaha. MoU tersebut akan membahas keuntungan dan peran untuk bekerja sama membangun lahan tersebut.

“Masalah MoU, pembagian keuntungan dan peran kita di mana sedang dibicarakan dalam waktu dekat,” ungkapnya.

Taufik Hidayat (Agronomi dan Holtikultura’18) mengatakan ketika awal dibuka sebagai kebun agrowisata melon, tempat tersebut menjadi viral di media sosial.

“Lahan tersebut sebelumnya sempat viral di berbagai media sosial ataupun media kabar karena lahan tersebut dimanfaatkan sebagai kebun agrowisata,” katanya.

Taufik menuturkan bahwa lahan tersebut bisa dijadikan sarana edukasi bagi petani yang ada di Lampung. Menurutnya, para petani lokal juga dapat menambah pengetahuan mereka mengenai berbagai jenis dan varian melon.

“Kebun tersebut bisa menjadi kebun percontohan bagi petani melon yang ada di Bandar Lampung bahkan petani di provinsi Lampung. Yang mana di dalamnya dibudidayakan berbagai jenis atau varietas melon yang sangat menarik untuk dikunjungi,” jelasnya.

Muhammad Fadhli Ramadhan (Teknik Pertanian’18) menyayangkan jika lahan tersebut hanya dibiarkan kosong. Menurutnya, lahan tersebut dapat digunakan untuk hal yang

bermanfaat khususnya bagi mahasiswa Fakultas Pertanian.

“Sangat disayangkan, sesuai namanya sebagai tempat wisata kemudian ada agro yang berarti pertanian dan itu juga tidak lepas dari dunia pendidikan pertanian,” katanya.

Menurutnya, agrowisata ini dapat menjadi peluang besar untuk Unila, selayaknya seperti dulu ketika dibuka untuk umum. Dengan adanya biaya tiket masuk dan jumlah pengunjung yang ramai, dapat menghasilkan keuntungan materi.

“Unila bisa meraih pendapatan dengan adanya taman tersebut karena pada saat itu taman tersebut dibuka untuk umum dengan biaya masuk 10 ribu dan itu sendiri kita sudah tahu dengan lahan yang ada itu bisa menguntungkan Unila,” tambahnya.

Menurut Fadhli lahan tersebut dapat dibuka untuk keperluan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum. Khususnya jurusan Agronomi dan Holtikultura yang melakukan praktik menanam buah dan sayur.

‘’Kalaupun memang tidak dijadikan taman agrowisata, saya rasa bisa jadi tempat praktikum untuk mahasiswa Fakultas Pertanian mengingat lahan tersebut cukup luas untuk teman teman jurusan Agronomi dan Holtikultura yang biasa menanam tanaman buah dan sayur,” pungkasnya=

5 No. 166 XXIII Bulanan Edisi Juni 2023 KAMPUS IKAM
Oleh: Sepbrina Larasati Oleh: Rara Maharani Bintang Lampung Foto: Faridh Azka Alfathani Rusak. Kondisi shuttle bus terlihat rusak dan terbengkalai, pada Kamis (6/4). Beberapa plang nama shuttle bus sudah hilang dan rusak. Foto: Afeby Ade Habibansyah Karnaval. Civitas academica FKIP menghadiri karnaval dalam rangka Dies Natalis ke-55, pada Jumat (17/2). Para peserta karnaval mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah untuk memeriahkan acara ini.

PORSI SAKTI DALAM SUKSESI

luar kampus, untuk ikut dalam pesta demokrasi kampus. Tak tanggung-tanggung, angka 35% dari total pemilih diberikan sebagai hak prerogatif sang Menteri. Angka tersebut bak porsi sakti, yang dalam tanda kutip membuat siapa saja yang mendapatkannya akan berpeluang besar untuk duduk di kursi rektor”

Terhitung sejak Oktober 2010, ketika Menteri Pendidikan Nasional saat itu, Mohammad Nuh mengeluarkan peraturan baru terkait pemilihan rektor (pilrek) di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sebelumnya, diketahui bahwa pilrek PTN secara penuh dilakukan pemilihan oleh senat universitas. Aturan anyar yang dikeluarkan ini kemudian membagi porsi suara.

Sebanyak 65% suara dari total pemilih diberikan kepada senat universitas, sedangkan sisanya, 35% diberikan hak prerogatif kepada Menteri untuk turut memilih.

Sebelum memasuki tahapan

‘bagi-bagi porsi’ 65:35 tersebut, proses pemilihan rektor melalui tahapan yang cukup panjang. Tahapan tersebut dijelaskan dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2017 tentang Pengangkatan Dan Pemberhentian Pemimpin

Perguruan Tinggi Negeri Pasal 5 ayat 1, disebutkan bahwa tahapan pengangkatan Pemimpin PTN terdiri atas empat tahapan.

Empat tahapan yang dimaksud yakni penjaringan bakal calon, penyaringan calon, pemilihan calon, serta penetapan dan pelantikan.

Ketua panitia pelaksana

Pemilihan Rektor Universitas

Lampung (Unila) tahun 2022

lalu, Prof. Abdurrahman menuturkan bahwa setelah senat membentuk panitia pilrek, pani-

tia akan menjalankan proses penjaringan seluas-luasnya dan sesuai dengan ketetapan Kemendikbudristek serta internal universitas itu sendiri.

“Kalau penjaringannya kita kan ada kriteria-kriteria yang ditetapkan sebagai panitia dan itu juga berdasarkan aturan yang berlaku baik aturan yang ditetapkan oleh Kemendikbudristek maupun aturan lokal yang ada di Universitas (di senat),” tuturnya (21/1).

Sebelum memasuki tahap penyaringan, para kandidat bakal calon rektor diberi kesempatan menyampaikan visi, misi, serta program kerja pada rapat senat terbuka. Setelahnya, dilakukan penetapan 3 (tiga) calon rektor yang dilakukan pada rapat senat tertutup.

“Pemilihan melalui voting, oleh senat semua tidak ada yang lain, tidak ada unsur yang lain. Kalau yang penetapan calon rektor tiga orang itu menteri belum (masuk pada proses pemilihan),” katanya.

Puncak pemilihan rektor ada pada tahap ketiga. Pada tahap inilah yang memberikan hak kepada Menteri untuk ikut memilih nama yang akan menduduki posisi orang nomor satu di suatu perguruan tinggi.

Menghitung Jatah Menteri

Teknokra mencoba menghitung pembagian suara Menteri dan Senat dalam peraturan mengenai pilrek

ini. Sebagai contoh, jika menilik di Universitas Lampung, jika saat ini memiliki 48 orang anggota senat. 48 anggota senat ini berhak memilih calon rektor pada tahap pemilihan calon rektor, dengan masing-masing individu memiliki satu hak suara. Artinya, suara dari 48 anggota senat senilai dengan 65% dari total pemilih.

Total pemilih yang dimaksud adalah penjumlahan 48 suara senat dengan nilai suara Menteri. Total pemilih ini kemudian menjadi faktor pengali untuk menghasilkan berapa jumlah hak suara Menteri. Total pemilih yang terhitung berkisar sebesar 73 suara. Dari perhitungan juga, diperoleh bahwa seorang Menteri memiliki suara berkisar senilai 25 orang suara senat.

Dasar Dibuatnya Aturan Dinilai Tak Jelas

Dosen Ilmu Pemerintahan, Budi Harjo mengatakan jika melihat dari sisi politik, peraturan ini dibuat untuk dapat mengendalikan dan mengatur perguruan tinggi, sebab perguruan tinggi dianggap sebagai subordinat dari pemerintah.

“Sebetulnya dari sisi pemerintah urgensinya tentu adalah bagaimana perguruan tinggi betul-betul menjadi bagian, ya subordinat dari pemerintah, karena bagian dari pemerintah sehingga kepentingan pemerintah tentu adalah bagaimana perguruan tinggi itu dalam tanda petik bisa dikendalikan, kemudian bisa diatur dan tunduk terhadap pemerintah terutama menteri pendidikan,” katanya (13/2).

Budi Harjo juga menambahkan bahwa tanpa adanya suara Menteri dalam pemilihan rektor ini pun, perguruan tinggi tetaplah bagian dari pemerintah, sehingga dalam kutip tetap dapat dikendalikan oleh pemerintah.

“Sesungguhnya kekhawatiran bahwa perguruan tinggi itu kemudian akan dalam tanda kutip tidak bisa dikendalikan, sebetulnya juga tidak mungkin terjadi, karena bagaimana pun perguruan tinggi negeri itu bagian dari pemerintahan atau dari negara yang bertugas untuk mencerdaskan kehidupan bang-

sa,” tambahnya. Sedangkan Akademisi dari Fakultas Hukum, Muhtadi menilai peraturan mengenai pembagian hak suara kepada Menteri tak memiliki dasar yang jelas.

“Kita tidak pernah mengetahui dasar hukum pemikiran yang orisinil kenapa suara 35 persen itu (ada) dalam pemilihan rektor,” katanya (9/2).

Ia juga menyebutkan bahwa tidak ada alasan pasti kenapa dilakukan pembagian suara dalam pemilihan rektor. Menurutnya, adanya pembagian ini dilakukan sebagai salah satu bentuk eksistensi

subjektivitasnya,” tambahnya.

Ia menjelaskan pula jika memandang dari aspek hukum, suara dari Menteri tidak bersifat signifikan, sebab aturan tersebut tak mengatur kemana suara tersebut harus diberikan. Menurutnya, signifikan tidaknya suara ini dapat dinilai dari aspek politik yang terjadi di dalamnya.

“Karna aturan hukum itu tidak ada yang mengatakan 35 persen suara itu mau ke siapa. Jadi proses signifikan atau tidak signifikan itu tergantung pada proses politikal disitu,” katanya. Sedangkan menurut akademisi dari Fakultas Ilmu Sosial

Sangat diperlukan kenyamanan kerja sama antara semua pimpinan, sehingga perlu ada semacam ikatan. Karena nanti koordinasinya dengan Menteri ya, maka Menteri mempunyai hak tetapi secara proporsional ”

dari kementerian.

“Sampai hari ini kita baca informasi yang berkembang di berbagai macam pemerintahan alasan sesungguhnya tidak ditemukan. Ada banyak alasan yang diberikan oleh beberapa pihak kementerian juga, itu terkait misalnya adalah salah satu upaya untuk menunjukkan emang kampus itu bukan milik masyarakat, tapi milik negara,” katanya.

Kepada Siapa Suara Menteri

Diberikan

Lebih lanjut, Muhtadi juga menambahkan jika Menteri dapat memberikan suaranya kepada lebih dari satu calon rektor, yang mana artinya hak suara 35% tersebut dapat dibagikan sesuai subjektivitas Menteri memandang calon rektor.

“Kalau misalnya suara ini dibelah, tetap aja dari sisi hukum ya terserah menteri, mau bagi suaranya. Kalau aspek hukum suara 35 persen itu yang penting itu diserahkan kepada calon yang menurut menteri itu (baik) secara

dan Ilmu Politik, Syarief Makhya, suara Menteri sudah tentu jatuh kepada satu nama calon rektor. Hal tersebut dikarenakan pihak Menteri tidak memiliki kriteria dan penilaian calon rektor yang terukur.

“Suara menteri itu harus diukur dengan parameter yang jelas dan terukur. Karena tidak ada kriteria yang terukur, maka suara menteri hanya diberikan pada satu calon saja yang sejalan dengan kepentingannya,” katanya (17/2).

Syarief Makhya menyebutkan pula kebijakan yang mengatur porsi Menteri untuk ikut memilih merupakan kebijakan politis yang sifatnya subjektif.

“Artinya penentuannya sangat subjektif. Akibatnya ukuran jadi rektor adalah karena memiliki akses politik, bisa melalui parpol, atau jaringan-jaringan misalnya melalui ormas (organisasi masyarakat), dan sebagainya. Calon rektor yang memiliki akses, berpotensi terpilih,” ujarnya.

6 No. 166 XXIII Bulanan Edisi Juni 2023
LAPORAN UTAMA
“Pemilihan rektor PTN memberikan ruang kepada Mendikbudristek yang notabenenya merupakan pihak
Sri Gunani - Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Oleh: Revina Azzahra & Sintia Enola Tambunan

Menjadi Modus Baru Penyelewengan

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Dewi Anggraeni mengungkapkan aturan dalam pilrek ini alih-alih untuk mengimbangi suara internal dan mencegah terjadinya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), pada kenyataannya malah menjadi modus baru untuk melakukan penyelewengan bagi calon rektor.

“Yang mana awalnya sebenarnya tujuannya untuk mengimbangi suara-suara di dalam. Semacam mencegah KKN ya supaya enggak semakin luas. Nyatanya beberapa kejadian sampai yang baru-baru ini kan, menjadi salah satu semacam modus baru, bahwa ternyata bisa dibilang semacam jual beli suara, jual beli voting, jual beli dukungan itu tidak hanya di internal kampus namun di kementerian eksternal juga,” ungkapnya (17/3).

Kemudian, Dewi menyebutkan beberapa temuan penyelewangan yang dapat terjadi atas peraturan yang mengatur pemilihan rektor ini.

“Kalau calon-calon rektor, dari temuan kami kebanyakan suap ya dan gratifikasi. Jadi, suara-suara dari kementerian bisa dibeli dengan menyuap dengan memberikan hal-hal yang menguntungkan di pihak kementerian,” katanya.

Sementara itu menurut Kepala Ombudsman RI Perwakilan Lampung, Nur Rakhman Yusuf, melalui mekanisme pemilihan rektor bagaimanapun indikasi penyelewengan tetap akan terjadi. Namun, pada skema yang diterapkan saat ini, menambah peluang untuk melakukan penyelewengan.

“Sebenarnya dengan mekanisme apapun akan ada penyelewengan, selama yang maju adalah orang yang kurang berintegritas. Peluang itu (suap) akan lebih besar dengan mekanisme yang ada (saat ini), itu bisa saja terjadi,” ujarnya (27/3).

Dilansir dari tulisan yang dimuat di kumparan.com berjudul “Aroma Suap Pemilihan Rektor Unpad” yang diunggah pada 15 April 2019 lalu, dalam bentuk infografis dipaparkan beberapa isu kasus dugaan suap untuk mendapatkan dukungan

Menteri dalam pilrek.

Buntut Panjang Hadirnya Pera turan

pung Periode 1998-2007, Prof. Muhajir menyebutkan faktor 35 persen dari mencederai

Terlebih lagi, pembagian suara ini nantinya akan membuat sua sana di kampus menjadi suasana politik.

tidak lucu kan, kan kampus instruksi akademik bukan politik jadi suasana akademik ini jadi jaminan proses pembe lajarannya,” katanya.

mengkhawatirkan akan tumbuh intrik-intrik pus ketika rektor terpilih bukan merupakan pilihan mayoritas di kalangan senat.

kum, kemudian peraturan serupa ta Unila yang mengatur mengenai pemilihan dekan dan pemilihan ketua jurusan. Di da lamnya disebutkan bahwasanya suara senat fakultas se nilai dengan angka 65%, sedangkan sisanya 35% menja di hak suara rektor.

Peraturan turunan ini nantinya ditakutkan akan menjadi pelu ang baru untuk melakukan sistem nepotisme dalam pemili han dekan dan ketua jurusan.

terpilih atas kemau an rektor, itu mun gkin (ketua) juru san atas kemauan dekan (juga). Se hingga yang ter jadi penurunan kualitas demokrasi. Kondisinya tidak kondusif dan akh irnya jadi saling curiga,” ujarnya.

Saran Skema Pemilihan

Saat pertama kali dikeluarkan pada 2010, peraturan ini langsung mendapatkan protes dari beberapa akademisi asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Di-

rektor sebelum aturan ini dikeluarkan, dirinya menilai bahwa aturan tersebut masih terus digunakan karena kurangnya dukungan untuk menolak. Menurutnya, selama ini yang bersuara untuk mencabut peraturan tersebut hanya dari kalangan dosen ataupun guru besar, padahal akan lebih baik jika forum rektor ikut untuk menolak.

“Tidak didukung oleh forum rektor dalam memajukan rektor, seharusnya yang mengusulkan itu forum rektor, kalau individu dosen, susah. (Tidak ikut menolak) karena mereka penikmat, mereka sudah menikmati yang 35% itu,” katanya.

Menurutnya, perguruan tinggi merupakan benteng terakhir dari nilai-nilai demokrasi. Oleh sebab itu, proses demokrasi di kampus tidak bisa diintervensi. Prof. Muhajir kemudian memberikan dua saran skema pemilihan yang bisa diterapkan.

“Saran kembali ke pemilihan seperti dulu. Aturan yang 35

menyarankan bahwa isu dan permasalahan mengenai mahasiswa harus menjadi sorotan yang perlu dibedah para calon rektor.

“Mahasiswa itu (perlu) dikasih kesempatan untuk berbicara, mengkritisi, memberi masukan. Kalaupun tidak memilih karena

belum Peguruan Tinggi Negeri

Badan Hukum (PTNBH), tapi kalau soal suaranya (tetap) diperhatikan, dia bisa memberikan masukan-masukan apa programnya ke depan,” ujarnya.

Tanggapan Sang Pembuat Kebijakan

Teknokra berusaha untuk dapat mewawancarai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, juga Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi. Namun, pihaknya mengarahkan dan hanya memberikan akses Teknokra untuk mewawancarai Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Sri Gunani, berada di ruangannya ketika diwawancarai

dilanjutkan.

“Sebenarnya sekarang ini kan sudah lalu ya, artinya meneruskan yang lalu, tapi kan selalu di-review pada saat pergantian Menteri, me-review beberapa peraturan yang terkait. Kemudian kalau memang diperlukan, dilakukan penyesuaian apakah berbeda sekali atau melanjutkan,” katanya.

Ketika ditanyakan perihal proses optimasi dan hal-hal yang dipertimbangkan hingga diperoleh angka perbandingan 35:65 dalam pemilhan rektor, Sri Gunani mengaku kurang mengetahui hal tersebut. Meski begitu, menurutnya proses pembentukan suatu peraturan tentu melalui proses dan pertimbangan yang matang.

“Saya mohon maaf, saya belum menanyakan hal itu. Tapi kalau secara pribadi, setiap mengambil keputusan itu harus ada reasoning -nya, ketemu angka itu harus ada caranya. Dan saya yakin itu ada sebuah proses,” pungkasnya =

7 No. 166 XXIII Bulanan Edisi Juni 2023 LAPORAN UTAMA
Ilustrasi: Syendi Arjuna

APRESIASI

Kau Hebat

Karya : Sintia Yuliyanti Anggota KSS FKIP Unila

Tetesan keringat tak luput dari pandanganku

Pakaian yang lusuh dengan sisa tanah yang menempel

Serta bau kecut yang tak bisa dihindari dari penciumanku

Tak pernah gentar meskipun dunia sedang kacau

Bukannya kau acuh dengan pandemi

Namun keadaan ekonomi tetap tak bisa dihindari

Terpaksa keluar rumah demi menghidupi anak dan istri

KLUB

SELAM

Oleh: Neza Puspita Tarigan

Logo berilustrasikan Ikan

Nemo yang bersimbiosis

dengan Anemon Laut itu

menjadi penanda, bahwa inilah

Klub Selam Anemon. Klub selam mahasiswa pertama yang ada di Provinsi Lampung ini, dibentuk dengan tujuan untuk mengembangkan penelitian kelautan. Klub selam ini berdiri sejak 30 November 1995 dengan

diprakarsai oleh Herwin, Joko, dan Dani. Ketiganya merupakan mahasiswa Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung (Unila) angkatan tahun 1990.

Ketua Umum Klub Selam

Anemon periode tahun 2023, Akmal Bayu Anggara (Biologi Terapan’22) mengungkapkan bahwa nama Klub Selam

Anemon diambil dari salah satu biota laut yaitu Anemon.

Anemon diartikan sebagai rumah, sedangkan anggota yang tergabung dalam klub selam ini diibaratkan Ikan Nemo. Berdasarkan maknanya, Ikan Nemo yang ada di dalam Anemon akan selalu menjaga rumahnya.

“Ikan nemo dan anemon itu saling menjaga satu sama lain, Anemon punya semacam sengatan yang bisa melukai predator atau pengganggu. Ikan Nemo juga ketika ada benda asing didekat rumahnya dia akan menolak, dia akan seperti menotolnotol,” ungkapnya (31/1).

Bukan hanya menjadi sebuah komunitas yang menggemari kehidupan bawah laut saja, Klub Selam Anemon ini juga aktif untuk meneliti laut. Penelitian yang dilakukan bisa beru-

pa pengambilan data biota laut ataupun data lainnya yang berkaitan dengan bawah laut. Hasil penelitian ini nantinya dijadikan sebagai produk komunitas yang akan dipresentasikan kepada dosen, pembina dan mahasiswa untuk kepentingan akademik.

“Jadi dari awal didirikan Anemon ditujukan sebagai scientific diving . Penyelaman yang bertujuan untuk kegiatan penelitian seperti pengambilan data, pengolahan data, dan pengambilan kesimpulan,” ungkapnya.

Ketika awal berdiri, klub selam yang kini sudah berusia 27 tahun ini masih berada di bawah naungan jurusan Biologi FMIPA Unila, sehingga anggotanya hanya diisi oleh mahasiswa juru -

Meskipun bumi sedang lelah

Namun kau tak pernah merasa lelah untukku

Untuk masa depanku

Untuk kebahagiaanku

Kau hebat ayah

Aku memanggilmu pahlawan

Pahlawan hidupku, pahlawan pandemi Pahlawan yang menggambarkan perjuangan seluruh ayah di muka bumi

ZONA AKTIVIS

san Biologi. Namun, pada tahun 2014, Anemon secara resmi menjadi bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Fakultas (UKM-F) di FMIPA.

Hingga saat ini, Klub Selam Anemon masih eksis dan semakin dikenal baik di dalam maupun di luar kampus. Klub Selam Anemon juga selalu konsisten mengembangkan penelitian yang berasaskan konservasi hingga menghasilkan jurnal tentang kelautan.

“Sudah banyak jurnalnya, malah jurnal-jurnal tentang kelautan itu rujukannya dari Anemon. Penelitian tentang karang, tentang alga, tentang populasi hewan laut dan masih banyak lainnya,” tutur Akmal.

Ketika bergabung dalam Klub Selam Anemon, para anggota akan mendapat pelatihan yang terdiri dari pelatihan kolam dan pelatihan ruang. Pelatihan kolam dilaksanakan di kolam renang Unila. Sedangkan pelatihan ruang yang diisi dengan pembekalan materi dilakukan di sekretariat Klub Selam Anemon.

“Untuk pembekalan dalam hal teori, ilmu kelautan, biologi karang, biologi kelautan, fisika kelautan, kimia kelautan, penyakit-penyakit semua ini terjadwal,” jelasnya

Dalam melaksanakan kegiatannya, Klub Selam Anemon memiliki peralatan penelitian yang memadai dan aman untuk keselamatan pada anggota. Ti-

dak hanya itu, jurusan Biologi juga turut memberikan bantuan sebagai bentuk dukungan kepada Klub Selam Anemon.

“Peralatan penelitian ada juga yang memakai punya jurusan jika diperlukan mengambil data lebih lanjut, jurusan juga memberikan support pada kita,” katanya.

Akmal juga menjelaskan pada periode pengurusannya tahun ini, Klub Selam Anemon akan diwarnai dengan banyak kegiatan. Ia bersama para pengurus sedang mempersiapkan agenda-agenda yang cukup padat.

“Untuk kedepannya, nanti ada field trip-fieldt trip , open recruitment calon anggota baru, pengibaran bendera, pengiriman delegasi jambore, dies natalis Anemon dan lainnya,” jelasnya.

Akmal juga menyampaikan harapannya untuk Klub Selam Anemon. Ia berharap klub selam ini bisa terus menginspirasi masyarakat luas, bukan hanya sekedar kegiatan menyelami laut dan melihat dunia bawah laut saja.

8 No. 166 XXIII Bulanan Edisi Mei 2023
“Harapan saya kedepannya anemon bisa tetap menginspirasi orang menyelam, bukan untuk bisa menyelam lebih dalam, tapi untuk mengetahui batasan. Dan Anemon bisa tetap konsisten dalam belajar dan berkembang menjadi tantangan sebagai scientific diving ,” pungkasnya = MAHASISWA PENCINTA LAUT
Meskipun kau sendiri tak menyadari adakah virus di dalam diri
Foto : Dokumen Klub Selam Anemon Ilustrasi: Sintia Enola Tambunan Ilustrasi: Antuk Nugrahaning Pangeran Anemon,

TREN ‘FRIEND WITH BENEFIT’ (FWB) ALA REMAJA CERDAS

Tahukah kalian kalau

Indonesia segera memasuki puncak bonus demografi pada tahun 2030 mendatang? Di masa itu, jumlah penduduk berusia produktif akan lebih banyak dibandingkan penduduk nonproduktif. Per tahun 2020 saja, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk usia produktif atau angkatan kerja sebanyak 140 juta jiwa dari total 270,20 juta jiwa penduduk Indonesia. Apalagi pada tahun 2030, jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat pesat. Pemerintah tentu saja telah melakukan ragam upaya untuk menyiapkan bonus demografi untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, yaitu manusia yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter. Tentunya manusia yang paling berperan besar adalah kita, remaja Indonesia.

Masa remaja menjadi transisi dari anak-anak ke dewasa. Oleh sebab itu, pola pikir akan berubah dan berproses menuju dewasa. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Lalu, menurut World Health Organization (WHO), remaja merupakan masyarakat yang berada di rentang usia 10 sampai 19 tahun. Sementara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merumuskan remaja sebagai suatu periode kehidupan manusia yang mana terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, dan intelektual secara pesat.

Remaja memiliki ciri khas berupa rasa ingin tahu yang tinggi, cenderung berani mengambil risiko dari perbuatannya tanpa mempertimbangkan dengan matang, dan menyukai hal-hal berbau petualangan. Masa remaja adalah masa penting, sebab merupakan masa pematangan organ reproduksi manusia. Masa remaja juga disebut masa pubertas, yakni masa transisi yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis, Peran remaja sebagai agen perubahan. Artinya pemuda memiliki peran untuk menjadi pusat kemajuan bangsa. Dalam hal ini dapat dilakukan melalui pembekalan perubahan lingkungan masyarakat, baik secara nasional maupun daerah, menuju arah yang lebih baik di masa depan. Pendidikan merupakan landasan dari berbagai peran di atas, tanpa

pendidikan yang kuat, pemuda Indonesia tentu akan merasakan kesulitan dalam menjalankan perannya sebagai generasi penerus bangsa Indonesia. Oleh karena itu, wajib belajar juga penting ditanamkan pada generasi muda bangsa Indonesia. Pemasangan semangat perjuangan yang tinggi pada generasi muda baik sekarang maupun dulu. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain selalu berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meraih prestasi yang

membanggakan bangsa Indonesia di mata dunia, menghilangkan semangat mudah menyerah, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, dan lain sebagainya.

Namun, dibalik peran

strategis ini, banyak penelitian

menunjukkan bahwa remaja mempunyai permasalahan yang sangat kompleks. Masalah yang menonjol pada remaja adalah per masalahan sepu tar seksualitas, HIV dan AIDS

serta NAP

ZA, dan rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja. Data

dari

Badan

Pusat Statistik (BPS) tahun

2022 menun

jukkan bahwa

33,76% pemuda di Indonesia memi liki usia kawin perta manya di rentang 19-21

tahun. Kemudian, sebanyak

27,07% pemuda di dalam negeri memiliki usia menikah pertama pada 22-24 tahun.

Hal yang menjadi penyebab masalah perilaku seksual remaja adalah kurangnya

pemahaman dan penerapan ilmu

agama yang dimiliki remaja dalam kehidupan sehari-hari, masalah ekonomi, serta kurangnya

pendidikan seksual dari keluarga yang merupakan tempat belajar pertama dari remaja. Oleh

karena itu, remaja yang memiliki keingintahuan yang besar, akan mencari sendiri informasi yang

dibutuhkannya melalui media

sosial. Seringkali informasi yang diperolehnya tidak benar dan

memberikan pengaruh yang tidak baik bagi perkembangan dan menjadi awal untuk terjun dalam suatu permasalahan seks bebas.

Di Indonesia, ada sekitar 4,5% remaja laki-laki dan 0,7% remaja perempuan usia 15- 19 tahun yang mengaku pernah melakukan seksual pranikah. Pada remaja usia 15-19 tahun, proporsi terbesar berpacaran pertama kali pada usia 15-17 tahun. Sekitar 33,3% remaja perempuan dan 34,5% remaja laki-laki yang berusia 15-19 tahun mulai berpacaran pada saat mereka belum berusia 15 tahun. Pada usia tersebut dikhawatirkan belum memiliki keterampilan hidup (life skills) yang memadai, sehingga mereka berisiko memiliki perilaku

istilah FWB identik dengan TTM atau Teman Tapi Mesra. Dari pengertian tersebut, nampak aktivitas FWB lebih menjurus kepada pelegalan hubungan seks bebas yang dibungkus dengan label pertemanan. Dalam FWB, laki-laki dan perempuan tanpa ikatan pernikahan dapat dengan bebas melampiaskan naluri seksualnya tanpa tuntutan komitmen atau tanggung jawab apapun. Hubungan ini hanya berupa hubungan seksual semata. Gaul bebas ini nampaknya telah menjadi lifestyle bagi anak muda milenial di kota besar saat ini. Tren ini tentunya membawa banyak dampak negatif. Seks bebas apalagi yang tidak aman dan tanpa adanya komitmen semacam ini sangat berbahaya bagi remaja. Mereka rentan terkena penyakit infeksi menular seksual seperti sifilis, gonore (kencing nanah), HIV HPV, herpes, trikomoniasis, kandidiasis, klamidia, dan lainnya. Salah satu dampak

lainnya yaitu kehamilan di luar nikah karena terlibat relasi FWB dengan orang yang tidak bertanggung jawab.

Masalah kehamilan ini kemudian membuat terjadinya

bersama teman kita demi terhindar dari suatu bentuk permasalahan seks bebas. Cara membangun relasi yang baik adalah dengan bergabung dalam forum yang kita minati. Jika kita ingin bertemu dan menjalin pertemanan dengan orang baru, melakukan interaksi dengan para ahli, serta memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat dan menginspirasi orang lain, maka bergabunglah ke sebuah komunitas. Hal ini akan menjadi awal bagi ini untuk bertukar kebermanfaatan dengan teman kita. Tidak hanya itu, kita juga dapat mengikuti kegiatan lomba sebagai wujud pengembangan diri.

Selanjutnya adalah aktif dalam kegiatan relawan. Ada banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan saat mengikuti kegiatan sosial, mulai dari mampu melatih sifat emosional, menjanjikan lingkup pertemanan yang baru, hingga meningkatkan insting kepekaan terhadap orang-orang yang mungkin sedang membutuhkan bantuan. Terjun langsung dalam kegiatan sukarelawan artinya kita harus siap untuk menghadapi orang-orang dari berbagai usia dan background pekerjaan. Serta yang tidak kalah penting adalah kesempatan untuk membangun relasi di media sosial terbentang dengan luas. Di sini, kita bisa bertemu dengan lebih banyak orang potensial secara daring, sehingga memungkinkan kita untuk bebas berinteraksi dan saling terhubung dengan siapa saja tanpa batas. Ada banyak sekali ilmu yang bisa kita dapatkan dengan terkoneksi bersama para pengguna di media sosial selama kita pandai menggunakannya untuk hal-hal yang positif.

paca - ran yang tidak sehat antara lain melakukan hubungan seksual pranikah. Hubungan seksual pada remaja kini kian mengarah kepada tren yang sangat bertentangan dengan norma yang berlaku, trend tersebut dikenal sebagai Friend With Benefit (FWB).

Friends With Benefit dapat diartikan sebagai hubungan pertemanan yang terjadi antara dua lawan jenis, yang di dalamnya melibatkan hubungan seks tanpa adanya komitmen dan perasaan cinta satu sama lain dan mengarah pada hubungan romantis. Dalam bahasa Indonesia

Remaja cerdas harus memaknai tren ini sebagai perspektif yang baik dan membangun. Kita harus mampu menjalin relasi dengan teman sebaya yang dapat melengkapi kekurangan kita. Bagi remaja peranan kelompok teman sebaya adalah memberikan kesempatan untuk belajar tentang cara berinteraksi dengan orang lain, mengontrol tingkah laku sosial, mengembangkan keterampilan dan minat yang relevan dengan usianya serta dapat menjadi jalan untuk saling bertukar perasaan dan masalah.

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk memaknai tren ini ke arah yang lebih positif

Eksistensi bangsa Indonesia sebagai negara berkembang yang akan menghadapi bonus demografi di tahun mendatang amat memerlukan peran strategis remaja sebagai tulang punggung bangsa. Seiring dengan berjalannya waktu, tidak dipungkiri remaja akan menghadapi berbagai problema yang menantang seperti godaan seks bebas dikalangannya dan erat pula kaitannya dengan tren Friend With Benefit. Tren ini sejatinya dapat dimaknai kearah yang progresif bagi kita dan remaja lainnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk cerdas dalam menjalin dan mengembangkan relasi demi terhindari dari efek domino seks bebas di bumi pertiwi=

9 No. 166 XXIII Bulanan Edisi Juni 2023 ARTIKEL TEMA
Oleh: Muhammad Rian Hidayat (Duta GenRe Indonesia 2022) Ilustrasi: Sepbrina Larasati

INOVASI

Digitalisasi terus mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan tersebut telah menciptakan banyak perubahan dan kemudahan, sehingga jarak bukan lagi menjadi penghalang untuk mengunjungi suatu tempat. Sebelumnya, kita hanya dapat melihat suatu tempat melalui gambar yang tersebar di berbagai platfrom media sosial. Namun, saat ini kita dapat menjelajahi suatu tempat secara nyata melalui telepon genggam pribadi. Museum Lampung yang menjadi salah satu wisata edukasi di Provinsi Lampung saat ini bisa dijelajahi secara virtual. Tak hanya mengatasi batasan jarak, hadirnya Virtual Tour Museum Lampung juga memberi solusi untuk anak muda yang saat ini kurang tertarik dengan hal-hal mengenai sejarah daerah.

“Pembuatan Virtual Tour Museum Lampung menjadi salah satu usaha kami untuk tetap memberikan edukasi mengenai sejarah daerah di era teknologi yang berkembang pesat,” ujar Aqil Jado Fahrend (Teknik Elektro’19) selaku ketua tim pembuatan Virtual Tour Museum Lampung ini.

Inovasi ini dibuat Aqil bersama dua temannya, yaitu Alif Rahmatulillah dan Murti. Melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), ketiganya membuat inovasi menggunakan metode perancangan Multimedia

MENJELAJAH SEJARAH SECARA VIRTUAL

Development Life Cycle (MLDC) yaitu salah satu metode pembuatan suatu aplikasi multimedia yang berasal dari susunan sejumlah berkas digital yang digunakan untuk tujuan tertentu.

“Rancangan dibuat dengan tahapan yang tersusun, yaitu concept (pengonsepan), design (penataan sesuai tujuan project), data collecting (pengumpulan data yang dibutuhkan), assembly (eksekusi data), testing (pengetesan sistem sebagai uji coba) dan distribution (penyimpanan dan evaluasi hasil untuk projek berikutnya yang serupa),” jelas Jado.

Jado juga menambahkan, seluruh ruangan atau blok dapat dilihat dari berbagai sudut, dengan sudut pandang 360 derajat yang mendukung penggunaan Virtual Box. Tak hanya itu, tersedia juga suara narasi pada setiap ruang atau blok koleksi Museum. Narasi yang diiringi musik Lampung ini berisi penjelasan singkat mengenai koleksi yang dipamerkan. Virtual tour ini dapat diakses di laman website Museum Lampung.

“ Virtual Box sudah dapat diakses secara publik di Website mu-

seumlampung.com yang dibuat juga oleh divisi loT database yang menyediakan berbagai informasi Museum Lampung selain dari wadah Virtual Tour tersebut,” tambahnya.

Pada Virtual Tour Museum Lampung terdapat beberapa fitur utama yang dapat diakses oleh publik. Terdapat tiga pilihan utama yang bisa diakses yaitu virtual tour, koleksi marketplace, dan sejarah lampung. Selain itu, website ini dapat dinikmati dalam bi -

mosikan kembali Museum Lampung kepada khalayak luas.

Kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh manusia diadopsi, kemudian dipindah kan ke dalam teknologi komputer, sehingga komputer tersebut bekerja layaknya manusia. Begitu kiranya penjelasan singkat Admi Syarif ketika menjelaskan apa makna kecerdasan buatan. Baginya, kehadiran kecerdasan buatan membantu permasalahan kinerja manusia dalam menyelesaikan pekerjaan, misalnya rasa lelah, jarak, hingga kuantitas. Hal itulah yang membuat dirinya tertarik untuk mendalami bidang ini pada perkuliahan magisternya di Jepang.

“Kita bisa membuat ini (kecerdasan buatan) yang tentu saja bukan untuk menggantikan manusia, tetapi bisa membantu manusia dalam pengambilan keputusan,” katanya.

Dengan keilmuannya, ia telah melakukan berbagai riset mengenai kecerdasan buatan, salah satunya pada bidang medis. Riset ini meng-

lingual atau dua bahasa.

“Virtual Tour ini memiliki beberapa fitur utama. Dan menyediakan bilingual atau dua bahasa. Dua bahasa yang digunakan pada virtual tour ini adalah bahasa

Admi Syarif SANG PERACIK KECERDASAN BUATAN YANG

DERMAWAN

gunakan Expert System & Machine Learning. Sistem yang dikembangkan dapat membantu keterbatasan jumlah dokter atau tenaga medis profesional dalam menangani pasien. Teknologi ini jugalah yang membawa dirinya menyandang gelar guru besar bidang kecerdasan buatan di Universitas Lampung.

”Saya beri contoh misalnya ahli ginjal, ahli ginjal ini kan sedikit dan tidak banyak, jadi dari pakar inilah kita dapat pengetahuan kalau gejalanya begini, takarannya (obat) segini dari situ kita adopsi (pengetahuan) pakar ini ke sistem komputer. Dan ini sangat membantu sekali tentunya,” katanya.

Selain itu, Admi juga pernah membuat riset mengenai sistem pengiriman barang. Sistem ini membantu proses pelacakan barang dalam pengiriman. Kita dapat mengetahui keberadaan barang yang dikirim, jumlahnya, serta estimasi waktu sampai ke alamat tujuan. Saat ini, publikasi riset yang ia teliti sudah diimplementasikan ke seluruh dunia.

“Saya banyak riset bagaimana mengimplementasikan kecerdasan buatan untuk logistik. Jadi kaya misalnya ada JNE orang bisa tau barangnya di mana, jumlahnya berapa, kapan nyampai dan sekarang sudah ke diimplementasikan ke seluruh

Indonesia dan bahasa Inggris,” jelasnya.

Museum Lampung menjadi museum ke-17 dari 439 museum di Indonesia yang memiliki layanan virtual. Proyek ini membutuhkan setidaknya 10 minggu dalam pengerjaannya. Virtual Tour Museum Lampung juga berhasil menorehkan penghargaan dalam ajang pameran teknologi Electrical Talkshow and Exibition (E-ACTION) yang diadakan di Universitas Sriwijaya (Unsri) tahun 2023.

“Kami sempat membawa proyek ini dalam pameran teknologi pada acara E-Action yang diadakan di Universitas Sriwijaya dan mendapat kategori Gold Mendalist Exhibitor serta mendapatkan uang pembinaan dari Universitas Lampung sebagai penghargaan,” katanya.

Proyek Virtual Tour Museum Lampung ini akan resmi diluncurkan pada akhir bulan Januari 2023. Dalam hal ini, pihak pengelola museum memberikan respon yang baik atas inovasi Virtual Tour yang telah diciptakan, pihak pengelola merasa terbantu dalam hal mempro-

“Syukur Alhamdulillah respon dari pihak pengelola sangat positif dan merasa sangat terbantu dalam hal mempromosikan kembali Museum Lampung,” imbuh Jado.

Terakhir Jado juga mengungkapkan pengalamannya selama mengikuti kegiatan MBKM di Museum Negeri Lampung. Banyak pengalaman yang ia dapatkan terutama bagaimana cara mengasah soft skill dalam bekerja.

“Sangat seru dapat mengerjakan project ini, mendapat banyak pengalaman pada lingkungan kerja, mengasah soft skill serta tentunya mendapat banyak ilmu dari project yang kami buat ini,” ungkapnya.

Jado pun berharap, dengan adanya layanan Virtual Tour Museum Lampung ini dapat membuat generasi muda lebih tertarik pada peninggalan sejarah daerah Lampung hingga dapat melestarikan pengetahuan yang bisa diambil dari berbagai koleksi benda peninggalan bersejarah yang ada di Museum Lampung.

“Harapan kami dari adanya Virtual Tour ini dapat menjadikan generasi muda lebih tertarik terhadap hal mengenai sejarah daerah Lampung dan tetap melestarikan pengetahuan yang dapat diambil dari koleksi museum tersebut,” harapnya=

EKSPRESI

jadikan Nuwono Tasya ini sebagai tempat belajar bahasa Lampung dan kelas menari secara gratis.

dunia,” tuturnya.

Selain menjadi dosen, Admi turut aktif dalam pelestarian budaya Lampung. Dirinya adalah pendiri sekaligus pemilik penginapan bercorak budaya yang diberi nama Nuwono Tasya. Nuwono Tasya sudah berdiri sejak tahun 2017 dan didesain sendiri oleh Admi.

“Kalau untuk desainnya saya sendiri, kebetulan saya itu suka adat dan budaya bukan hanya Lampung, tapi saya suka di mana aja. Terkadang saya kagum juga buat nenek moyang kita ini, bisa mengekpresikan melalui keindahan-keindahan itu,” ucapnya.

“Bahasa Lampung aja jarang kedengeran, bahkan ada yang katanya malu berbahasa Lampung. Saya melihat itu lama-lama sepertinya pengetahuan masyarakat kita terhadap adat dan budaya cenderung menurun,” ungkapnya.

Tak sampai di situ, dosen jurusan Ilmu Komputer ini juga membangun rumah singgah bernama Nuwo Inspirasei sebagai bentuk kepedulian sosial. Di balik rumah singgah ini, ada alasan yang menarik ketika membangun Rumah Singgah Nuwo Inspirasei ini. Enam tahun lalu, Admi dan istrinya berkunjung ke Rumah Sakit Dharmais Jakarta. Mereka mengunjungi anak sahabatnya

Berlatar dari pengalamannya, Admi berpikir untuk membangun rumah singgah serupa di samping rumahnya. Ia ingin membangun rumah singgah yang representatif. Ia berharap rumah singgah ini dapat membantu orang yang kesulitan mendapatkan penginapan ketika menjenguk kerabatnya yang sedang dirawat di Bandar Lampung

“Saya berpikir di samping rumah saya ada tanah kecil. Saya bilang sama istri, gimana (kalau) kita bikin rumah singgah kaya itu. (Lokasinya) dari rumah sakit Immanuel dekat, dan rumah sakit lain juga dekat. Saya mau bikinnya representatif, jangan kesan orang rumah singgah itu kotor dan jelek. Kita juga bikin dengan niat yang baik. Alhamdullilah rezeki yang tidak disangka-sangka,” lanjutnya.

Rumah singgah ini pun sudah disinggahi banyak orang. Admi sangat bersyukur karena melalui rumah singgah ini, dirinya bisa bertemu berbagai orang baik dan berbagi mengenai inspirasi kehidupan. Seperti namanya, Nuwo Inspirasei. Nuwo yang artinya rumah dan Inspirasei yang artinya menjadi.

Admi berharap dengan didirikannya Nuwono Tasya dapat membuat budaya Lampung menjadi lebih dikenal oleh masyarakat. Ia juga men -

yang sedang sakit. Kemudian, temannya bercerita bahwa ada rumah singgah di sana yang bisa disinggahi. Rumah singgah ini pun memberi makanan dan minuman.

“Sebenarnya sama saja kaya tadi Nuwo itu rumah, kalau Inspirasei nya ya kita pengen jadi inspirasi buat pembelajaran ke kita dan khususnya buat saya sendiri dan berbuat baik. Berbuat baik kan bisa jadi macam-macam bisa jadi guru ngaji dan lain sebagainya,” katanya=

10 No. 166 XXIII Bulanan Edisi Juni 2023
Oleh: Sintia Enola Ilustrasi: Rara Maharani dan Dede Maesin

POJOK PKM

Jalan Di Tempat Pergerakan Mahasiswa

selanjutnya. Pergerakan untuk perubahan yang baik seharusnya bisa dimulai dengan proses yang baik pula. Terlebih lagi keadaan dan sistem pemerintahan kita yang sudah beda.

hun lamanya. Hal ini yang tidak terjadi pada pergerakan mahasiswa sekarang, ‘konsisten’ dan ‘konstan’ dalam pergerakan.

Peralihan dari masa orde baru yang melebeli diri sebagai masa pembangunan, aman, sejahtera dan berbagai bual-bual lainnya ke reformasi yang dibuat kaum intelek (mahasiswa) dengan lebel demokrasi sebenarnya, kesejahteraan, dan iming-iming lainnya. Pembungkaman, kesengsaraan dan ‘wajah hitam’ lainnya hasil dari kediktatoran Soeharto menjadi pemicu adanya pemberontakan atau yang tenar kita sebut Reformasi.

Reformasi tahun 1998 menjadi momen bersejarah Indonesia, apalagi mahasiswa. Masa ini buah dari pemberontakan yang dimulai oleh mahasiswa, disusul seluruh elemen masyarakat. Massa menuntut agar Soeharto mundur. Pergerakan atas tuntutan ini tercatat sudah sejak 1996 – 1998 (3 tahun) yang dilakukan oleh semua elemen masyarakat.

Tetapi sejarah memang didapat bukan tanpa pengorbanan. Dalam rangkaian peristiwa ini mengakibatkan 13 orang hilang dan empat orang mahasiswa

Trisakti meregang nyawa; Elang

Mulya, Hendrawan Sie, Herry Hertanto dan Hafidin Royan.

Bukan hanya mahasiswa yang dapat imbas dari kemarahan ini.

Etnis Tionghoa (mayoritas pedagang) jadi sasaran amukan warga.

Karena dianggap tidak terkena imbas dari anjloknya perekonomian nasional. Mulai dari penjarahan toko sampai pemerkosaan brutal. Toko-toko dilebeli “milik pribumi” agar tak terkena jarahan.

Kerusakan yang tercatat antara lain 13 pasar, 2479 ruko, 40 mal, 1600 toko, 45 bengkel, 11 polsek, 380 kantor swasta, 65 kantor bank, 24 restoran, 12 hotel, 9 pom bensin, 8 bis kota, 1119 mobil, 1026 rumah penduduk dan gereja.

Kerugian dan kekerasan ini menjadi rapor merah dari sebuah pergerakan (khususnya mahasiswa). Ini menjadi catatan dan evaluasi untuk pergerakan

Beberapa pergerakan mahasiswa terakhir khususnya aksi massa mendapat respon buruk dari masyarakat. Aksi massa atau demonstrasi yang dilakukan mahasiswa sekarang dianggap hanya kerusuhan dan pembuat kemacetan semata. Bagaimana tidak, tercatat dari demonstrasi pada 2020 dan 2023 khususnya di Lampung berakhir ricuh. Diperparah dengan framing yang dibuat ‘oknum’ agar demo mahasiswa terkesan memang begitu adanya.

Tetapi, demonstrasi yang diikuti entah dari mana dan siapa orang-orang yang masuk dalam barisan sangat gampang untuk disusupi agar berakhir ricuh. Terlebih kecurigaan-kecurigaan pada aparat yang banyak memakai pakaian layaknya mahasiswa dan masuk dalam barisan massa aksi.

Terlepas dari dalih-dalih kerusuhan itu, hasil dari demonstrasi yang menuntut pemerintah dengan berbagai poinnya tidak menuai hasil. Jika kita lihat dari sejarah pergerakan saat reformasi berlangsung tiga ta-

Seamatnya, demonstrasi dengan tuntutan utama paling banyak digelar dua kali dengan jarak yang berdekatan. Tak masalah sebenarnya pada jarak aksi, yang jadi pertanyaan kenapa tidak bisa konsisten dan konstan seperti dahulu yang berhasil. Kerusuhan dan tak menuai hasil pada setiap gerakan harus digarisbawahi pada setiap gerakan selanjutnya. Aksi-aksi cerdas harus cepat dirumuskan kembali untuk merespon tindak bodoh pemerintah. Selain itu, pengembalian citra demonstrasi pada masyarakat yang sudah negatif harus diperbaiki. Mengingat, pada pergerakan reformasi berhasil akibat sokongan dari berbagai elemen masyarakat.

Selain itu, pengemasan isu yang diprotes harus lebih diperhatikan agar setiap elemen bisa ikut ‘memakan,’ sehingga sadar atas ketidakadilan yang dilakukan. Karena mungkin hal inilah yang membuat pergerakan hanya diikuti oleh orang-orang itu saja. Hal ini harus dilakukan agar mahasiswa biasa hingga masyarakat bisa tersadar-

kan dan masuk dalam barisan. Berkaca pada peristiwa kasus-kasus viral; jalanan rusak di Lampung, penembakan Sambo, korupsi Dirjen pajak. Dari kasus-kasus yang berhasil ditumpas dan mendapat atensi orang banyak, terletak pada poin “viral”. Pergerakan selanjutnya harus diamati bagaimana isu yang diangkat bisa ‘dimakan’ semua orang hingga ‘viral’ dan dilaksanakan secara ‘konsisten dan ‘konstan’.

Tetapi pola pemberontakan jika dilihat dari kerusuhan dan kekerasan masih menjadi pemicu keberhasilan. Contohnya pemberontakan di Chili pada 2021. Pemberontakan ini berhasil menumbangkan sistem pemerintah sesuai dengan tuntutan. Tetapi 18 orang meregang nyawa, 269 orang terluka, 1900 orang ditangkap dan kerugian fisik lainnya.

Hal ini tentunya bukan menjadi sebuah contoh yang patut ditiru. Meski kekerasan masih diakui sebagai bentuk penunjukkan kekuatan dan merampas kekuasaan. Dibuktikan juga dengan invasi Rusia pada Ukraina. Tetapi, tak seyogyanya jika kita teknokrat yang mengasah ide ide untuk peradaban. Justru masih menggunakan hukum rimba untuk dapat keadilan.

11 No. 166 XXIII Bulanan Edisi Juni 2023 INFOGRAFIS
Ilustrasi : Antuk Nugrahaning Pangeran Syendi Arjuna Pemimpin Umum 2023

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.