DESA BUKTI
DESA CERDAS BERBASIS PISANG PERTAMA DI DUNIA
DESA BUKTI
DESA CERDAS BERBASIS PISANG PERTAMA DI DUNIA
Ketut Wikantika, dkk.
Hak cipta © pada penulis dan dilindungi Undang-Undang Hak penerbitan pada ITB Press Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh bagian dari buku ini tanpa izin dari penerbit. Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di dunia Penulis : Ketut Wikantika Mochamad Firman Ghazali Fenny Martha Dwivany Lissa Fajri Yayusman Desainer : Yuda A. Setiadi Ripky Cetakan I : 2021 ISBN : 978-623-297-125-7 Keterangan Cover : Senja di pesisir utara Bali (Wikantika et al., 2020)
Gedung Perpustakaan Pusat ITB Lantai Basement, Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132, Jawa Barat Telp. 022 2504257/022 2534155 e-mail: office@itbpress.itb.ac.id web: www.itbpress.itb.ac.id Anggota Ikapi No. 034/JBA/92 APPTI No. 005.062.1.10.2018
Prakata
B
uku Desa Bukti, Desa Cerdas Berbasis Pisang, Pertama di Dunia ini disusun bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pendirian Banana Smart Village (BSV) yang dimulai pada tahun 2018. Ditulis oleh penulis berlatar belakang berbeda, seperti ahli di bidang geospasial, geografi, dan biologi. Gagasan yang disampaikan pun menggunakan bahasa sederhana, dipadukan dengan cerita masyarakat lokal dan beragam cara pandang ilmiah yang dipadukan sederhana sehingga terbentuklah satu buku yang mampu menjelaskan Desa Bukti sebagai sebuah desa pintar. Buku ini berisi empat bab. Pada bab pertama membahas potret Desa Bukti berdasarkan kondisi geografis, sosial dan budaya. Pada bab kedua, dijelaskan bagaimana proses berdirinya BSV, sementara pada bab ketiga dan keempat, terdapat uraian aspek biogeografi, biodiversitas, dan geospasial dari pisang dan BSV itu sendiri. Buku ini adalah buku pertama yang menceritakan sebuah desa secara lengkap, namun fokus pada aspek “bagaimana membangun sebuah desa mampu untuk menjadi desa yang cerdas”. Bukanlah hal yang muluk-muluk bila buku ini diharapkan dapat memberikan banyak inspirasi untuk pengembangan desa-desa cerdas lainnya di masa depan dan berkontribusi untuk bersama membangun Indonesia yang lebih baik. Bandung, 18 April 2021
Ketut Wikantika
|v
Daftar Isi PRAKATA .....................................................................................................v DAFTAR ISI ...............................................................................................vii DAFTAR GAMBAR....................................................................................ix DAFTAR TABEL ........................................................................................xi 1: POTRET WILAYAH DESA BUKTI DALAM BINGKAI GEOSPASIAL, KEANEKARAGAMAN HAYATI, DAN SOSIAL-BUDAYA........................................................................1 Karakteristik geografis ..............................................................................1 Karakteristik topografis.............................................................................2 Karakteristik demografis ..........................................................................2 Karakteristik tutupan dan penggunaan lahan ...........................................3 Karakteristik keanekaragaman hayati........................................................4 Sejarah singkat Desa Bukti ......................................................................5 Desa Bukti dan pusat perdagangan...........................................................7 Desa adat di wilayah Desa Bukti...............................................................8 Desa Bukti dan toleransi agama..............................................................11 2: DESA CERDAS BERBASIS PISANG (BANANA SMART VILLAGE)..............................................................15 Alasan berdirinya BSV............................................................................15 Rona alam Desa Bukti............................................................................16 Sejarah berdirinya BSV...........................................................................17 Penanaman pisang perdana.....................................................................20 Panen pisang perdana..............................................................................23 3:
ASPEK BIOGEOGRAFI DAN BIODIVERSITAS PISANG..........25 Pisang global...........................................................................................25 Kondisi biogeografi pisang di Bali .........................................................26 Kondisi biogeografi lokal pisang di Desa Bukti, Bali...............................27
4: ASPEK GEOSPASIAL BANANA SMART VILLAGE (BSV).............33 Observasi kebun pisang dengan foto udara.............................................33 Pengamatan dengan spektrometer lapangan...........................................36
| vii
Harapan dan cita-cita warga Desa Bukti terhadap BSV.........................37
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................41 BIOGRAFI PENULIS................................................................................45
viii | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Letak Desa Bukti, Buleleng-Bali............................................ 3 Gambar 1.2. Peta Topografi Desa Bukti...................................................... 4 Gambar 1.3. Peta Tutupan Lahan Desa Bukti............................................. 4 Gambar 1.4. Lumba-lumba, di Perairan Desa Bukti, Bali........................... 5 Gambar 1.5. Pura Subak Abian Tukad Embang......................................... 6 Gambar 1.6. Pura Bukit Dulang................................................................. 8 Gambar 1.7. Pura Bukit Dulang Dilihat dari Udara................................... 8 Gambar 1.8. Lokasi Penyepian Penduduk Desa Bukti................................ 9 Gambar 1.9. Kolam Air Sanih................................................................... 10 Gambar 1.10. Goa Maria Air Sanih............................................................ 12 Gambar 2.1. Rona Alam Desa Bukti dari Citra Satelit............................. 16 Gambar 2.2. Usulan Proposal Bersama Tim BSV di LPIK ITB............... 17 Gambar 2.3. Diskusi Awal Penanaman Pisang pada Akhir Tahun 2018... 18 Gambar 2.4. Lokakarya Awal Berdirinya BSV.......................................... 19 Gambar 2.5. Produk Pemanfaatan Limbah Pisang.................................... 20 Gambar 2.6. Kegiatan P3MI-ITB pada Pengelolaan BSV........................ 21 Gambar 2.7. Bersama Indonesia Power dan Dinas Pertanian Provinsi Bali Membahas Pengembangan BSV...................... 21 Gambar 2.8. Penanaman Pohon Pisang Pertama BSV di Awal Tahun 2019............................................................. 22 Gambar 2.9. Perawatan Pohon Pisang di BSV.......................................... 22 Gambar 2.10. Panen Pisang Pertama dari BSV........................................... 23 Gambar 3.1. Silsilah Pisang....................................................................... 26 Gambar 3.2. Zona agroklimat Kesesuaian Lahan Pisang.......................... 28 Gambar 3.3. Parameter Tingkat Kesesuaian Lahan Pisang....................... 29 Gambar 3.4. Zona Agroklimat Lahan Pisang Desa Bukti........................ 30 | ix
Gambar 3.5. Integrasi Zona Agroklimat dan Land-Use.............................31 Gambar 4.1. Distribusi Lahan BSV di Desa Bukti dari UAV.....................34 Gambar 4.2. Lahan BSV Utama Dilihat dari UAV....................................35 Gambar 4.3. Fenologi Pohon Pisang Cavendish....................................... 36 Gambar 4.4. Pola Spektral Pohon Pisang Cavendish................................ 37 Gambar 4.5. I Wayan Sumasta dan I Gede Budiarsa................................ 38 Gambar 4.6. I Gede Rumasta dan I Wayan Dana..................................... 39 Gambar 4.7. I Wayan Sumali, I Ketut Astra, Wied Widiarthi Supraba, I Ketut Tista, I Made Sukresna, I Made Suparta, dan I Gede Srinitia............................................................... 39
x | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Daftar Tabel
Tabel 1.1.
Tabel 3.1. Tabel 3.2.
Daftar Pura dan Tempat Ibadah di Desa Bukti...................... 11
Parameter Agroklimat Kesesuaian Lahan Pisang................... 27 Tingkat Kesesuaian Lahan Tiga Kebun BSV.......................... 29
| xi
1
1
POTRET WILAYAH DESA BUKTI DALAM BINGKAI GEOSPASIAL, KEANEKARAGAMAN HAYATI, DAN SOSIALBUDAYA Uraian pada bagian ini menyajikan secara komprehensif, tetapi sederhana, bagaimana Desa Bukti disajikan dalam perspektif geospasial. Cara pandang ini menempatkan Desa Bukti secara spasial (keruangan) serta dikaitkan dengan unsur-unsur keruangan pembentuk wilayah seperti penduduk, topografis, penggunaan dan tutupan lahan, serta kondisi sosial budaya. Peta menjadi sarana untuk menyajikan keempat unsur tersebut.
Karakteristik Geografis
D
esa Bukti merupakan satu dari tiga belas desa yang berada di wilayah Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Desa Bukti diapit oleh Desa Kubu tambahan di barat, Desa Bulian, Depeha dan Tunjung di selatan, desa Pucung, Kecamatan Tejakula di timur, dan Laut Bali di utara (Gambar 1.1). Letaknya yang berada tepat di pesisir utara Bali membuatnya wilayah ini lebih banyak dipengaruhi oleh cuaca khas pesisir. Suhu rata-rata harian yang tidak terlalu rendah, yakni 26OC, curah hujan 150 mm/bulan dengan jumlah bulan hujan sebanyak 5 bulan. Desa Bukti mempunyai luas yang relatif kecil. Luasnya hanya 625 km2 dengan jumlah penduduk pada akhir 2018 berjumlah 4.024 jiwa.
|1
Desa Bukti merupakan sebuah desa yang unik. Secara administratif, desa ini termasuk desa dinas (berada langsung di bawah pemerintahan desa) dengan tiga buah dusun, yaitu Dusun Sanih, Bukti, dan Mekarsari. Selain itu, di dalam wilayah yang sama terdapat pula dua buah desa adat yang dipimpin oleh seorang kepala desa adat atau sering disebut sebagai perbekel. Desa itu, yakni Desa Adat Bukti dan Desa Adat Yeh Sanih. Perbedaan wilayah desa adminitrasi antara Desa Bukti dan Desa Sanih dengan setiap perbedaan adat budaya (Desa, Kala, dan Patra/ Desa Mawicara), membentuk karakteristik dan pola hidup budaya masyarakat yang berbeda pada kedua desa. Kedua desa ini dibatasi oleh Tukad (sungai) Puyung di sebelah barat.
Karakteristik Topografis Desa Bukti terletak di pinggir pantai. Meski demikian, kondisi topografinya tidak sepenuhnya landai sampai datar seperti kebanyakan desa di wilayah lainnya di Indonesia. Tepatnya di sepanjang Laut Jawa dan Bali. Pengaruh Gunung Batur dan Gunung Agung memberikan corak tersendiri pada wilayah utara di Pulau Bali. Wilayah bertopografi datar sampai landai, akan langsung berganti dengan perbukitan dengan topografi yang relatif kasar. Berdasarkan pengamatan yag dilakukan menggunakan data digital elevation model nasional (DEMNAS) yang diperoleh secara gratis dari badan informasi geospasial (BIG) melalui tautan http://tides.big.go.id/DEMNAS/DEMNAS.php ini, diperoleh bahwa keseluruhan wilayah Desa Bukti berada pada 0-140 meter di atas permukaan laut (mdpl) (Gambar 1.2). Keseluruhan wilayah Desa Bukti masih termasuk ke dalam dataran rendah, dengan kemiringan lereng berkisar pada 1-35 %.
Karakteristik Demografis Jumlah penduduk pada akhir 2018 berjumlah 4.024 jiwa. Jumlah ini bertambah 4.059 jiwa pada 2019, dan terdiri dari 1.954 dan 2.095 jiwa untuk penduduk laki-laki dan perempuan. Pada 2019, tercatat 21% dari jumlah penduduk usia kerjanya berprofesi sebagai petani. Dari jumlah tersebut lebih banyak berprofesi sebagai petani lahan kering, seperti di tegalan, ladang, dan kebun. Bentang alamnya dikelilingi oleh bukit bukit kecil dan sedikitnya aliran sungai untuk irigasi, menjadikan Desa Bukti tidak berpotensi untuk pengembangan budi daya padi sawah.
2 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Keunikan lainnya bisa dilihat dari variasi bentang alamnya. Desa Bukti tidak hanya dekat dengan pantai di sebelah utaranya, tetapi juga dibatasi oleh perbukitan di sebelah selatannya. Kontras perbedaan dari kedua bentang alam tersebut dimana rendahnya curah hujan mengakibatkan perbukitan di selatan desa relatif gersang namun di sebelah utaranya terlihat lebih hijau. Karakteristik alamnya ini yang berperan dalam menentukan corak mata pencaharian penduduknya.
Karakteristik Tutupan dan Penggunaan Lahan Berdasarkan data citra satelit Sentinel 2, dapat ditentukan karakteristik tutupan dan penggunaan lahan dari Desa Bukti. Terdapat lima kategori tutupan lahan diantaranya lahan bervegetasi, permukiman, kolam/air/ sawah, tanah kosong dan semak/tegalan (Gambar 1.3). Berdasarkan luasnya, kelima kategori tutupan lahan tersebut dapat diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil. Yaitu, semak (887.0 ha), permukiman (638.2 ha), area bervegetasi (349.5 Ha), kolam (149.9 ha), dan tanah kosong (28 ha). Tidak terdapat hutan di Desa Bukti. Dalam luasan yang relatif kecil di area bervegetasi, juga terdapat area perkebunan yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat. Pada area terebut, banyak ditanam pohon jati (Tectona grandis). Adapun area terbangun seperti permukiman tersebar dengan pola memanjang mengikuti jalan utama di pantai utara Bali. Namun, banyak juga tersebar secara acak di area perbukitan.
Gambar 1.1. Letak Desa Bukti, Buleleng-Bali.
1: Potret Wilayah Desa Bukti dalam Bingkai Geospasial, Keanekaragaman Hayati, dan Sosial-Budaya
|3
Gambar 1.2. Peta Topografi Desa Bukti.
Gambar 1.3. Peta Tutupan Lahan Desa Bukti.
Karakteristik Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati ialah suatu istilah yang mencakup semua bentuk kehidupan yang mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi (Sutoyo, 2010). Keanekeragaman tersebut menempatkan Indonesia sebagai satu dari 17 negara megadiverse, 4 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
(Convention on Biological Diversity, 2014). Secara global Indonesia menempati urutan kedua, setelah Brasil sebagai negara dengan keanekaragaman terbesar. Banyak cerita yang menjelaskan bagaimana keanekaragaman hayati di Bali. Dimulai dari keragaman koral, ikan, dan lumba-lumba (Siahainenia, 2010; Twinandia et al., 2011) (Gambar 1.4). Lebih khusus terkait dengan pisang, kajian yang dilakukan oleh Rai et al., (2018) dapat mewakili cerita utama dari Desa Bukti. Sejumlah kultivar pisang lokal bernama biu susu, biu lumut, biu buluh, biu kayu, biu saba, biu batu, dan biu mas, bisa menjadi indikator utamanya. Di samping itu, banyak juga ditemui di Desa Bukti beragam jenis tumbuhan sebagai tanda bahwa secara sederhana dapat dipastikan mempunyai keragaman hayati tinggi, seperti Jati (Tectona grandis), Lontar (Borassus flabellifer), Asem jawa (Tamarindus indica), Mangga (Mangifera indica), kelapa (Cocos nurcifera), Bekul (Ziziphus mauritiana), dan Maja (Aegle marmelos).
Gambar 1.4. Lumba-lumba, di perairan Desa Bukti, Bali.
Keragaman hayati yang dimiliki perlu dijaga agar keberadaan, keberlimpahan juga nilai manfaatnya dapat juga dinikmati oleh generasi yang akan datang. Upaya konservasi yang dilakukan melaui Banana Smart Village (BSV) ini merupakan salah satu upaya untuk melestarikan keanakeragaman yang dimiliki. Meskipun hanya berfokus pada pisang, dengan memperhatikan keragaman yang dimilikinya, ini menjadi sangat penting.
Sejarah singkat Desa Bukti Pada dasarnya, Desa Bukti merupakan sebuah desa yang makmur. Ini dibuktikan oleh penamaan Desa Bukti yang berasal dari kata BUKTI (Wibuh dan Mukti). Keduanya berarti desa yang sejahtera atau setara dengan istilah “gemah lipah loh jinawi” atau desa makmur. Bermakna sebagai desa yang mampu memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi semua penduduk desa. Berdasarkan sejarah yang tidak tertulis yang bersumber dari cerita para 1: Potret Wilayah Desa Bukti dalam Bingkai Geospasial, Keanekaragaman Hayati, dan Sosial-Budaya
|5
tetua, diceritakan bahwa dahulu Desa Bukti pernah berperan sebagai pusat transaksi perdagangan yang cukup terkenal, baik lokal maupun internasional. Ini dibuktikan dengan pernah berdirinya tiga buah pelabuhan kapal bernama Cerik, Bumbung, dan Jero. Lokasi dari salah satu pelabuhan tersebut kirakira berada di depan Pura Subak Abian Tukad Embang (Gambar 1. 5). Di pura ini, terdapat sebuah peninggalan berupa patung yang bernama Ratu Bagus Subandar dengan penanggalan tahun 1833. Peninggalan ini sebagai bukti sejarah yang dapat membantu menjelaskan bahwa di Desa Bukti sebagai transaksi perdagangan. Tempat inilah yang menjadikan Desa Bukti dinilai sebagai desa yang sejahtera. Seorang tetua desa Kubutambahan bernama Bapak Jero Pasek Markendiya menceritakan bahwa dahulu beliau pernah pindah ke Desa Bukti dan tinggal di suatu bukit yang saat ini bernama Bukit Dulang. Sesuunan yang tinggal di sana bernama Ratu Ayu Pemaban Sari. Masyarakat Desa Bukti percaya bahwa sejak beliau bertempat tinggal di Bukit Dulang, Desa Bukti menjadi yang berlimpah dengan hasil pertanian. Seperti kacang-kacangan, buah-buahan, jagung, sayuran, dan lainnya menjadi primadona Desa Bukti saat itu. Kondisi yang berlawanan dialami oleh Desa Kubutambahan. Karena kondisi alamnya tidak sebaik Desa Bukti, hal ini berdampak pada kurang produktifnya hasil bumi yang dihasilkan. Oleh karena itu, Desa Kubutambahan pernah mengalami masa paceklik, gagal panen, dan rawan pangan pernah dialami oleh penduduk
Gambar 1.5. Pura Subak Abian Tukad Embang. 6 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
di desa Kubutambahan. Kondisi tersebut bertahan cukup lama, sampai pada akhirnya sesuunan kembali tinggal di puncak bukit, dan desa pun kembali ke keadaan semula. Ratu Ayu Pemaban Sari berterima kasih kepada masyarakat Bukti dan beliau tak akan melupakan budi baiknya. Beliau juga berpesan agar masyarakat desa mempersembahan pada purnama ketujuh pada saat musim hujan setiap tahunnya. Selama persembahan ini dilakukan, maka desa ini tidak akan mengalami kekeringan dan akan menghasilkan produk pertanian yang melimpah. Pura ini sering digunakan pada purnama kepitu atau purnama ketujuh setiap tahunnya.
Desa Bukti dan pusat perdagangan Daya tarik Desa Bukti sebagai pusat perdagangan, berhasil mengundang banyak saudagar asing untuk datang berkunjung ke Desa Bukti. Satu di antaranya adalah saudagar perempuan bernama Chik Lang. Kedatangannya dari Cina lengkap dengan dagangan dan sejumlah peti emas yang dipakai untuk ditukar dengan hasil bumi. Namun, kedatangannya tidak disambut baik oleh penduduk lokal sehingga barang bawaannya dirampas oleh oknum pemuda yang ada di Desa Bukti. Beliau melarikan diri ke arah bukit dan bersembunyi (saat ini Bukit Dulang), bersama barang bawaannya. Agar tidak dijarah, diceritakan petinya diubah menjadi batu dan kini dinamai Situs Batu Tanggung. Sampai pada akhirnya, Chik Lang meninggal di tempat persembunyiannya. Berdasarkan cerita ini, tempat ini dinamakan dengan Bukit Dulang. Saat ini, berdiri sebuah pura yang bernama Pura Bukit Dulang (Gambar 1.6-1.7). Kesulitan yang Chik Lang alami dipercaya memberikan efek buruk bagi Desa Bukti ke depannya. Beliau berkata, “Aku akan menjadikan desa ini menjadi desa yang tidak mempunyai kelebihan apa pun. Sebagai contoh, penduduk Desa Bukti tidak ada yang mempunyai gelar dan jabatan. Ucapan tersebut diyakini sebagai sebuah kutukan, dan baru akan berakhir pada waktu penduduk setempat percaya kepada Chik Lang dan mau mengurusi jenazahnya dengan upacara layaknya adat setempat ketika ada orang yang meninggal dunia. Dengan sendirinya, kutukan tersebut akan hilang. Sesuai dengan cerita pada bagian sebelumnya, bahwa ada hubungan erat antara Desa Bukti dengan Pura Bukit Dulang. Lokasi Pura yang utama bagi masyarakat Hindu di Desa Bukti ini berada pada ketinggian 63 meter diatas permukaan laut (dpl) dan letaknya sejajar dengan Pura Subak Adian Tukad Embang di sebelah utaranya. Pura ini digunakan untuk kegiatan keagaaman pada hari ketujuh setelah purnama ke tujuh atau masyarakat setempat menyebutnya dengan pengelong ke pitu setiap tahunnya. 1: Potret Wilayah Desa Bukti dalam Bingkai Geospasial, Keanekaragaman Hayati, dan Sosial-Budaya
|7
Gambar 1.6. Pura Bukit Dulang.
Gambar 1.7. Pura Bukit Dulang Dilihat dari Udara.
Desa adat di wilayah Desa Bukti Keberadaan desa adat khususnya di Bali dapat berdampingan dengan baik bersama dengan desa dinas. Desa adat adalah desa yang mempunyai kewenangan menjalankan kegiatan sosial budaya dan keagamaan secara adat yang diatur 8 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
dalam sebuah aturan adat atau awig awig. Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 2019 tentang desa adat di Bali menyebutkan bahwa desa adat merupakan kesatuan masyarakat hukum adat di Bali yang memiliki wilayah, kedudukan, susunan asli, hak-hak tradisional, harta kekayaan sendiri, tradisi, tata krama pergaulan hidup masyarakat secara turun-temurun dalam ikatan tempat suci (kahyangan tiga atau kahyangan desa), tugas dan kewenangan serta hak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Sebuah desa adat dipimpin oleh seorang Jero bendesa atau sama halnya dengan kepala desa pada desa dinas. Di dalam melaksanakan pemerintahannya, seorang pimpinan adat dibantu oleh perangkat desa adat lainnya atau prajuru. Antara lain, Sabha desa yang menjalankan fungsi pertimbangan, kertha desa yang menjalankan fungsi penyelesaian perkara adat, petengen atau juru raksa, penyarikan atau juru tulis, Pangliman, Kasinoman, kelian tempek, pecalang yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban, yowana, serta lembaga perkreditan desa (LPD) dan warga desa adat (krama desa). Terdapat dua desa adat di Desa Bukti, yaitu Desa Adat Bukti dan Desa Adat Yeh Sanih. Keduanya mempunyai susunan perangkat desa yang mirip, tetapi menyimpan keunikan dan sekaligus menjadi pembeda kedua desa tersebut secara kehidupan sosial beragama. Perbedaan yang dimaksud adalah pada hari raya Nyepi. Pada umumnya, perayaan hari raya Nyepi semua pemeluk agama Hindu di Bali tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan sosial.
Gambar 1.8. Lokasi Penyepian Penduduk Desa Bukti.
1: Potret Wilayah Desa Bukti dalam Bingkai Geospasial, Keanekaragaman Hayati, dan Sosial-Budaya
|9
Kegiatan seperti tidak bepergian ke luar rumah atau Amati Lelungaan, tidak berpesta, berfoya-foya, atau bersenang-senang atau Amati Lelanguan, dan tidak bekerja atau berativitas sama sekali atau Amati Karya (Setda Pemkab Buleleng, 2020). Namun, khusus di Desa Bukti, penduduk beragama Hindu diperkenankan untuk tidak melaksanakan Nyepi dan berkumpul di satu area yang sudah disediakan bernama Penyepian (Gambar 1.8). Pada area ini, semua kegiatan sosial kemasyarakatan dapat dilaksanakan sebagaimana biasa, tetapi tentu dengan pembatasan. Secara toponimi, nama Desa Adat Yeh Sanih ini diambil dari sebuah kolam tempat keluarnya mata air yang dikenal dengan kolam air Sanih. Air dalam bahasa Bali dikenal dengan yeh menjadi penanda bahwa penaamaan desa ini mengadopsi karakteristik geografis berupa mata air. Saat ini, kolam air Yeh Sanih digunakan sebagai sumber pendapatan bagi dana desa adat. Kolam air ini menggunakan sumber air alami dari mata air yang dipercaya bersumber langsung dari danau di Gunung Batur. Mata air untuk kolam ini tidak pernah kering dengan debit air yang melimpah sepanjang tahun. Kolam renang air Sanih ini juga diyakini sebagai suatu bagian dari kawasan spiritual Desa Bukti (Gambar 1.9).
Gambar 1.9. Kolam Air Sanih. 10 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Desa Bukti dan toleransi agama Di wilayah Desa Bukti tidak hanya dominan dengan nuansa kehidupan bernuansa Hindu, tetapi ciri agama lainnya seperti Kristen dan Islam juga ikut mewarnai keragaman budaya dan kehiduan beragama di Desa Bukti. Satu di antaranya terdapat Gua Maria (Gambar 1.10-1.11). Sebuah kompleks bernuansa religius yang dibangun sengaja oleh seorang pendatang beragama kristiani. Gua Maria berada di Desa Bukti berdiri pada lahan seluas 25 hektare. Gua ini merupakan gua buatan yang dibangun untuk kepentingan peribadatan umat kristiani. Dimiliki oleh seorang Kristiani dengan pengelolanya yang dilakukan oleh pekerja yang didominasi oleh umat beragama Hindu. Di dalamnya tidak hanya disediakan untuk sarana peribadatan, tetapi juga terdapat wisma tempat menginap dan bumi perkemahan yang dibuka untuk umum. Lokasi dari Gua Maria tidak terlalu jauh dari Pura Bukit Dulang dan Pura Subak Abian Tukad Embang. Lokasi yang berdekatan tidak lantas ketiganya terlihat bersinggungan dalam sebuah ketidakharmonisan. Namun, pelaksanaan kegiatan keagaaman dari masing-masing agama dapat berjalan sesuai dengan tata aturan yang sesuai. Bentuk toleransi beragama di Desa Bukti dapat terbentuk. Hal ini tercermin dari keberadaan gua yang ada di tengah-tengah permukiman umat Hindu. Selain itu, terdapat juga sebuah masjid yang diyakini sebagai yang pertama didirikan di Desa Bukti. Dibangun oleh generasi muslim pertama yang datang ke Desa Bukti yang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Desa Bukti dalam hal ini merupakan representasi dari kehidupan antarumat beragama yang baik di Indonesia dalam skala kecil. Berikut daftar pura dan tempat ibadah lainnya di Desa Bukti (Tabel 1.1). Tabel 1.1. Daftar Pura dan Tempat Ibadah di Desa Bukti. No 1 2 3 4 6 7 5 8 9 10 11 12
Nama Tempat Ibadah Pura Segara Desa Adat Yeh Sanih Pura Manik Mas Luhur Pura Dalem Desa Adat Yeh Sanih Pura Segara Desa Adat Bukti Pura Subak Abian Tukad Embang Pura Bukit Dulang Pura Desa/Bale Agung dan Pura Maksan Pura Bale Agung Desa Adat Yeh Sanih Pura Taman Kutuh Manak Desa Adat Bukti Pura Melanting Masjid Baiturrahman Tempat Penyepian Desa Adat Bukti
1: Potret Wilayah Desa Bukti dalam Bingkai Geospasial, Keanekaragaman Hayati, dan Sosial-Budaya
| 11
Gambar 1.10. Goa Maria Air Sanih.
12 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
1: Potret Wilayah Desa Bukti dalam Bingkai Geospasial, Keanekaragaman Hayati, dan Sosial-Budaya
| 13
2
14 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
2
DESA CERDAS BERBASIS PISANG (BANANA SMART VILLAGE) Banana Smart Village merupakan sebuah konsep desa cerdas pisang (yang terdiri dari seluruh bagian tanaman dengan beragam nilai tambah di dalamnya) yang dikemas dengan integrasi pengetahuan geospasial, biologi, dan kearifan lokal masyarakat.
Alasan berdirinya BSV
D
i Bali, pisang bukan sebatas sumber makanan, melainkan sebuah kelengkapan wajib dalam penyelenggaraan ibadah umat Hindu (Ernatip, 2019; Gurevitch et al., 2006; Sunariani et al., 2015) Sementara itu, menurut Anmar Frangoul, (2020) sebuah desa harus beradaptasi dengan perubahan iklim dan di Kolombia pertanian harus dikelola secara baik dengan mengacu pada karakteristik iklim dan perubahannya. Beragam komoditas pertanian yang dapat ditanam antara lain kopi, tebu, cokelat, padi sampai pisang. Semua tumbuh dengan baik, tentu perlu dikelola dengan cara-cara yang inovatif. Mengapa harus demikian? Karena menurutnya, pertanian adalah sektor terdepan yang akan merasakan dampak dari perubahan iklim. Produktivitas pertanian, degradasi lahan, dan akses pada air bersih yang sulit. Desa pintar bernama Cauca Climate-Smart Village (CCSV) fokus pada implementasi pengetahuan dan teknologi terkait iklim untuk keberlanjutan budi daya pertanian, baik secara ekologis, ekonomi maupun sosial. (Climate Change Agriculture and Food Security, 2020). Di Indonesia, model desa pintar sudah beragam jumlahnya. Dari mulai desa yang berbasis teknologi informasi (Latifah et al., 2018), ekowisata (Subekti & Damayanti, 2019), geospasial (Afnarius et al., 2020; Rizfa, 2016, IT, dan pertanian. Banana Smart Village (BSV) menjadi contoh terdepan untuk desa cerdas berbasis komoditas pertanian, yaitu pisang. BSV ini menjadi desa cerdas berbasis pisang pertama di Indonesia bahkan di dunia karena belum ada desa cerdas yang fokus pada pemberdayaan dan peningkatan nilai tambah dengan komoditas pertanian, khususnya pisang.
| 15
Rona alam Desa Bukti Dalam perspektif geografi, terdapat dua pandangan terkait hubungan manusia dengan alam dimana mereka bertempat tinggal. Pertama, manusia akan mengikuti dan memanfaatkan semua yang alam sediakan. Tanpa harus bekerja keras, manusia dapat langsung mendapatkan manfaat yang melimpah dai sumber daya alam yang ada. Lalu yang kedua, keterbatasan yang alam sediakan, namun dilain pihak manusianya harus terus bertahan hidup. Maka, akan ada sejumlah modifikasi agar keterbatasan tersebut dapat berbuah manfaat. Kedua perspektif itulah yang dikenal dengan fisis determinisme dan fisis posiblisme (Meyer, 2020; Platt, 1948; Safitri & Hariyanto, 2019). Hal serupa yang saat ini terjadi di Desa Bukti. Meskipun dikatakan bahwa Desa Bukti merupakan desa yang makmur, faktanya saat ini sebagian besar wilayahnya merupakan perbukitan yang gersang. Hasil rekaman citra satelit Sentinel 2 menunjukkan bahwa area yang ditumbuhi oleh vegetasi tersebar secara dominan berada di sebelah utara, yakni memanjang garis pantai. Kondisi ini dengan jelas ditunjukkan oleh area berwarna merah, sementara area yang berwarna putih ke kuningan tumbuhan yang tersebar secara acak (Gambar 2.1).
Gambar 2.1. Rona Alam Desa Bukti dari Citra Satelit.
Pada salah satu area tersebut, terdapat inisiatif untuk memanfaatkan lahan agar menghasilkan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat desa. Bentuk kegiatan yang diberi nama Banana Smart Village (BSV) ini menjadi implementasi teknologi dan ilmu pengetahuan berbasis integrasi bioteknologi, 16 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
geospasial dan agrobisnis ini, resmi diterapkan di Desa Bukti sejak awal 2019. Dipilihnya pisang karena budi daya yang relatif mudah, daya tumbuh yang lebih luas, usia tanam yang relatif pendek, tetapi memiliki manfaat pada konservasi lahan kering. Selain itu, secara budaya khususnya bagi masyarakat Hindu-Bali, buah pisang merupakan sarana peribadatan utama, selain janur kelapa.
Sejarah berdirinya BSV BSV di Desa Bukti merupakan satu dari desa pintar yang dibuat dari hasil kolaborasi Institut Teknologi Bandung (ITB), pemerintah Desa Bukti, pusat penginderaan jauh (CRS), Universitas Lampung (UNILA), Bali International Research Center for Banana (BIRCB), ESRI Indonesia, INABIG, Banana Group ITB, dan Indonesia Power (IP). Bertemakan pisang, BSV diharapkan dapat menjadikan pisang menjadi sebuah komoditas unggul. Diawal pendiriannya, Pada awal pendirian BSV di tahun 2018, telah banyak dilakukan komunikasi intensif, baik dengan pihak pemerintah Desa Bukti maupun dengan internal ITB sebagai pemrakarsa utama dari kegiatan pengabdian masyarakat BSV.
Gambar 2.2. Usulan Proposal Bersama Tim BSV di LPIK ITB.
Pendekatan dilakukan dengan menyampaikan maksud ITB untuk terlibat dalam pembinaan Desa Bukti. Pada waktu itu, Kepala Desa Bukti dan jajarannya yang diajak pertama kali untuk diskusi terkait pembinaan desa melalui BSV. Kegiatan ini merupakan cikal-bakal berdirinya desa binaan dalam bingkai BSV, sehingga rangkaian kegiatan lainnya seperti sosialisasi, pendirian, dan penanaman perdana pisang bisa dilakukan secara terencana dengan baik (Gambar 2.3). 2: Desa Cerdas Berbasis Pisang (Banana Smart Village)
| 17
Gambar 2.3. Diskusi awal Penanaman Pisang pada akhir Tahun 2018.
Desa Bukti, Indonesia, power, dan BSV juga berkesempatan untuk mengadakan upaya edukasi kepada masyarakat Desa Bukti berupa kegiatan lokakarya alih teknologi, pegadaan bibit unggul, teknologi geo-spasial, dan penanganan pascapanen dari limbah pisang. Kegiatan ini penting bukan hanya untuk mengenalkan BSV sendiri, melainkan ada komponen kegiatan yang bisa diadaptasi dan diteruskan setelah masa pembinaan selesai. Artinya, ke depan Desa Bukti bisa menjadi mandiri mengelola sumber daya alamnya (pisang), tentu dengan cara dan metode yang baik. Keunggulan tersebut dibuat dalam sejumlah aspek yang saling terkait, di antaranya pemilihan bibit pohon pisang yang dikembangkan melalui teknik kultur jaringan (1), pengamatan pertumbuhan tanaman pisang yang diamati menggunakan teknik pengindraan jauh (2), pengelolaan limbah dari pohon yang ditebang pada waktu panen akan menjadi sumber biofertilizer dan pakan ternak sapi (3), dan buah yang dihasilkan akan dikelola selayaknya sebuah produk industri dengan sentuhan pascapanen (4) sehingga semua kegiatan ada dalam suatu rangkaian dan menghasilkan teknologi yang tidak menghasilkan limbah yang dibuang secara bebas ke alam (zero waste). Proses alih teknologi menjadi satu hal yang penting karena ini menjadi pendukung untuk menciptakan kemandirian dari Desa Bukti sebagai pusat pengembangan pisang di Bali. Alih teknologi yang dilakukan adalah terkait dengan upaya edukasi bagi petani pisang di Desa Bukti untuk dapat mengenal, mengetahui, dan melaksanakan cara memperbanyak tanaman pisang dengan metode kultur jaringan.
18 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Gambar 2.4. Lokakarya Awal Berdirinya BSV.
Tim Banana Group ITB terdiri dari beberapa dosen yang salah satunya adalah Dr. Rizkita R. Esyanti bioteknologi tumbuhan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH-ITB), memberikan pelatihan secara komprehensif tentang metode kultur jaringan tanaman pisang untuk menyediakan bibit tanaman pisang yang baik dan unggul (Esyanti, 2020). Sementara itu, konsep zero waste dan pembangunan berkelanjutan juga diterapkan. Kegiatan ini dilaksanakan bersama-sama tim pascapanen yang dikoordinatori oleh peneliti dari kelompok keahlian Genetika dan Bioteknologi Molekuler-SITH-ITB, yaitu Dr. Fenny M. Dwivany. Tim pascapanen ini memperkenalkan cara penyimpanan buah agar lebih tahan lama dan memanfaatkan limbah dari tanaman pisang dengan mengubahnya menjadi berbagai produk turunan berbahan dasar pelepah pisang. Upaya ini perlu dilakukan mengingat pengetahuan masyarakat mengenai teknologi pengolahan pascapanen pada tanaman pisang sangat rendah sehingga saat ini masih menghasilkan limbah yang cukup banyak (Dwivany, 2019). Salah satu kegiatan pelatihan yang telah dilakukan antara lain pada Juli 2019, berupa kegiatan pelatihan di Desa Bukti tentang penanganan pascapanen tanaman pisang berbasis “zerowaste”. Salah satu limbah dari tanaman pisang digunakan untuk menghasilkan berbagai produk turunan pada pelatihan ini. Kegiatan diawali dengan pengeringan pelepah tanaman pisang yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bukti dengan arahan dari Tim Pascapanen ITB. Lalu Tim ITB beserta mitra terkait memberikan pelatihan pada warga Desa Bukti mengenai teknik dasar dalam mengolah produk turunan tanaman pisang dalam hal ini pelepah pisang menjadi barang yang memiliki nilai jual (Gambar 2.5). Kedua kegiatan ini diharapkan dapat memperkaya nuansa pemanfaatan sumber daya hayati lokal dan secara tidak langsung dapat mendorong BSV menjadi pusat inkubasi riset yang terintegrasi (Gambar 2.4). 2: Desa Cerdas Berbasis Pisang (Banana Smart Village)
| 19
Gambar 2.5. Produk Pemanfaatan Limbah Pisang.
Program BSV berlanjut dengan dilaksanakannya program pegabdian pada masyarakat (P3MI-ITB) (Gambar 2.6) . Pada kegiatan tersebut, program BSV dikenalkan secara lebih luas, tidak hanya untuk Desa Bukti sebagai proyek percontohannya (pilot project), tetapi pada lingkup Kecamatan Kubutambahan pun BSV dapat dikenalkan. Rekognisi kegiatan BSV yang potensial dapat membantu pembangunan desa di bidang pertanian sehingga dirasa perlu untuk melibatkan birokrasi yang lebih luas lagi. Satu di antaranya dengan menyelenggarakan pertemuan dengan Dinas Pertanian Provinsi Bali. Dalam kegiatan tersebut dibahas bentuk kontribusi dalam pengembangan BSV di Desa Bukti dan juga penananam bibit pisang secara simbolis yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Provinsi Bali dan Indonesia Power (Gambar 2.7).
Penanaman pisang perdana Simbolisasi berdirinya BSV ditandai dengan adanya penanaman pohon pisang di kebun yang dikelola oleh BSV dan masyarakat lokal di awal tahun 2019. Sebanyak 2.000 bibit pohon pisang Cavendish (Musa acuminata), Kepok (Musa paradisiaca), Raja, dan Klutuk berusia 1 bulan diperoleh dari penyedia bibit tanaman pada acara ini. Pada prosesnya, tidak hanya pengelola kebun saja yang terlibat, tetapi banyak siswa sekolah dasar juga ikut dalam kegiatan ini. Hal ini merupakan cara untuk mengenalkan upaya pelestarian plasma nutfah pisang (Gambar 2.7). Unsur menarik dalam kegiatan ini adalah dilibatkannya siswa sekolah dasar (SD) di Desa Bukti, yakni siswa kelas V SD Negeri 1 Bukti. Mereka diajak untuk ikut menanam bibit pisang tersebut. Meskipun bertepatan pada waktu jam pelajaran pendidikan jasmani (Penjas), pihak sekolah melihat kegiatan ini sebagai bagian penting untuk dan terintegrasi pada beragam mata pelajaran, seperti mengenal alam (Biologi, aspek rekreasi dalam Pendidikan Jasmani (Penjas) dan gotongroyong dalam pelajaran kewarganegaraan (Gambar 2.8). 20 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Gambar 2.6. Kegiatan P3MI-ITB pada Pengelolaan BSV.
Gambar 2.7. Bersama Indonesia Power dan Dinas Pertanian Provinsi Bali Membahas Pengembangan BSV.
2: Desa Cerdas Berbasis Pisang (Banana Smart Village)
| 21
Gambar 2.8. Penanaman Pohon Pisang Pertama BSV di awal Tahun 2019. (Inset: Sebanyak 2.000 bibit pohon pisang Cavendish, Kepok, Raja, dan Klutuk).
Gambar 2.9. Perawatan Pohon Pisang di BSV.
Setelah penanaman perdana selesai, perawatan dilakukan dengan pembersihan rumput liar, dan sisa daun pisang (Gambar 2.9.). Pada lahan BSV di Desa Bukti yang tepat berada di lereng bukit yang gersang sudah resmi menjadi kebun percobaan budi daya pisang Cavendish, Kepok, Raja, dan Klutuk. Sejak ditanam di lahan tersebut, perawatan yang intensif dengan cara melakukan penyiraman air menjadi prioritas, di samping 22 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
pemberian pupuk secara berkala. Upaya ini menjadi penting karena pada lokasi tersebut ketersediaan air sangatlah krusial mengingat letak lahan yang berada di dataran tinggi, jauh dari sumber air alami dan mungkin hanya bergantung pada air hujan saja yang mulai mengering dan pemberian pupuk kimia juga perlu ditambahkan dengan dosis tertentu agar tanaman pisang dapat tumbuh dengan baik sampai berbuah
Panen pisang perdana Dari lahan seluas sekitar 4 hektare, lahan yang semula gersang yang kemudian ditanami bibit yang terdiri dari pisang kapok, Cavendish, Raja, dan Klutuk. Empat kultivar pertama pisang ini perlu waktu setahun untuk dapat tumbuh baik sampai mampu berbunga dan berbuah. Tepatnya pada Juni 2020, pisang yang ditanam sudah bisa dipanen. Ini menjadi panen perdana dari lahan yang dkelola oleh masyarakat lokal dalam wadah Banana Smart Village (BSV) (Gambar 2.10). Jumlah tandan pisang yang didapat pada panen panen perdana ini sudah lumayan. Pada tahap ini, prinsip pengelolaan yang berkelanjutan dimulai. Pohon yang dipanen akan ditebang dan digantikan dengan tunas baru sehingga jumlah pohon pisang menjadi lebih banyak.
Gambar 2.10. Panen Pisang Pertama dari BSV.
2: Desa Cerdas Berbasis Pisang (Banana Smart Village)
| 23
3
24 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
3
ASPEK BIOGEOGRAFI DAN BIODIVERSITAS PISANG Biogeografi adalah bidang ilmu untuk memahami distribusi dan kelimpahan makhluk hidup, biota, di Planet Bumi (Sathyakumar et al., 2020). Bidang ini juga terkait dengan beragam disiplin ilmu untuk memahami distribusi tumbuhan dan hewan di permukaan bumi. Biodiversitas dikenal juga dengan keanekaragaman hayati yang menggambarkan variasi dan variabilitas dari suatu mahluk hidup yang membentuk keragaman pada tingkatan yang paling kecil (genetik) pada suatu tingkatan yang lebih besar (ekosistem) (UNEP, 2010). Biogeografi dan biodiversitas pisang berfokus pada kajian distribusi, kelimpahan dan keragaman pisang di suatu wilayah.
Pisang Global
K
arakteristik suhu udara, jumlah curah hujan, jumlah bulan kering dan basah sangat erat dengan disiplin ilmu klimatologi dan meteorologi. Oleh karena itu, diperlukan sintesis data dari disiplin ilmu nonbiologi, seperti geologi, geografi, klimatologi dan meteorologi, dan ilmu biologi, seperti taksonomi, genetika, dan fisiologi (Schoener, 2018). Pada bidang pertanian dikenal pula dengan cabang ilmu klimatologi pertanian. Lebih jauh lagi, kekhasan dari masing-masing disiplin ilmu tersebut dapat memberikan kontribusi khusus untuk menjelaskan bagaimana tanaman pisang tumbuh di Indonesia secara umum, Bali, dan Desa Bukti secara lebih khusus. Kondisi biogeografis wilayah di Indonesia pada umumnya sangat mendukung untuk tumbuhnya tanaman pisang. Indonesia dikenal sebagai pusat biodiversitas utama pisang, yang tiga seksi Eumusa, Callimusa dan Australimusa telah ditemukan di sini (Pollefeys et al., 2004). Dua genom pisang (Musa acumminata dan Musa balbisiana) merupakan bagian dari seksi Eumusa (Gambar 3.1). Selain itu, Indonesia menjadi epicenter jenis pisang yang dapat dikonsumsi (Langhe et al., 2009). Pisang yang bisa dikonsumsi (edible) termasuk kategori pisang yang bisa langsung dimakan (banana) dan yang harus dimasak terlebih dahulu (plantain); (Bakry et al., 2009). Indonesia memiliki banyak kultivar pisang lokal, seperti pisang raja, pisang raja bulu, klutuk, ambon hijau dan ambon lumut, juga pisang kepok. | 25
Wikantika et al., (2019) menjelaskan bahwa pisang tidak hanya memiliki distribusi penyebaran yang luas, tetapi juga menjadi salah satu buah yang menduduki peringkat buah yang dikonsumsi tertinggi secara global. Tercatat 113.918,77 juta ton produksi buah pisang secara global (Statista, 2018). Indonesia menduduki peringkat ke-6 sebagai produsen pisang di dunia (FAO, 2019). Daerah seperti Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, Sumatera utara, NTT, dan Bali menjadi 8 besar kontributor produksi pisang secara nasional, dengan jumlah kontribusi 2%-20%. Sebagai contoh, Jawa Barat menduduki tempat tertinggi dengan produksi pisang yang mencapai 1.095.325 ton dalam setahun (Susanti, 2014).
Gambar 3.1. Silsilah Pisang Sumber: Bakry et al., (2009).
Kondisi Biogeografi Pisang di Bali Pada bagian ini, satu kajian yang sudah dikerjakan oleh Nuarsa et al., (2018) dapat menjadi sebuah rujukan utama. Perihal kondisi biogeografi dari pisang di Bali. Analisis dilakukan pada skala provinsi dengan menggunakan sejumlah keunggulan dari system informasi geografis (SIG). Parameter utama yang digunakan adalah agroklimatologis dengan faktor ketinggian, curah hujan, jumlah hujan kering, dan kemiringan lereng sebagai indikator utamanya. Integrasi keempat faktor tersebut akan menghasilkan tingkatan kesesuaian lahan sangat sesuai (S1), sedang (S2), kurang sesuai (S3) dan tidak sesuai (N)(Tabel 3.1). 26 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Tabel 3.1. Parameter Agroklimat Kesesuaian Lahan Pisang No
Agroklimat parameter
1 2 3 4
Elevasi (mdpl) Hujan (mm) Bulan kering Lereng (%)
Tingkat kesesuaian (S1) (S2) <1200 1200-1500 1500-2500 1250-1500 0-3 3-4 <8 8-16
(S3) 1500-2000 1000-1250 4-6 16-40
(N) >2000 <1000 >6 >40
Komposisi dari parameter agroklimat berupa faktor ketinggian, curah hujan, jumlah hujan kering, dan kemiringan lereng harus berada pada rentang nilai <1200 mdpl, 1500-2500 mm, 0-3 bulan, dan <8% sehingga dapat dikategorikan menjadi lahan dengan kesesuaian paling baik (S1). Di seluruh Provinsi Bali, terdapat 119.617 hektare dari keseluruhan luas area Provinsi Bali (Nuarsa et al., 2018). Peta kesesuaian lahan untuk budi daya pisang pada wilayah Bali utara memperlihatkan tingkat kesesuaian yang kurang (S3) dengan beberapa area tersebar acak berpredikat tidak sesuai (N). Dominan lahan yang berkategori sangat sesuai untuk budi daya pisang berada di Bali bagian selatan, yakni mencakup Kabupaten Gianyar, Badung, serta sebagian Jembrana dan Karang Anyar (Gambar 3.2).
Kondisi Biogeografi Lokal Pisang di Desa Bukti, Bali. Komposisi dari parameter agroklimat seperti pada bagian sebelumnya dapat juga dipakai untuk mengevaluasi kesesuaian lahan pada area yang lebih kecil. Di Desa Bukti, terdapat empat lokasi lahan kebun pisang yang dikelola bersama BSV dan penduduk lokal di Desa Bukti. Keempat lokasi tersebut dapat mempunyai kualitas lahan yang berbeda bergantung pada kondisi agroklimatnya. Berdasarkan peta yang dibuat oleh Nuarsa et al. (2018) secara keseluruhan semua wilayah Desa Bukti sesuai untuk dimanfaatkan budi daya pisang. Akan tetapi, variasi tingkat kesesuaian lahan pasti akan dijumpai. Pada aspek curah hujan, Desa Bukti mempunyai kategori lahan sangat sesuai. Kondisi yang serupa dengan aspek ketinggian. Hanya pada aspek jumlah bulan kering dikategorikan sebagai kurang sesuai. Dari tiga aspek ini, Desa Bukti sudah mendapatkan daya dukung yang baik. Pembeda hanya terdapat pada kondisi lahan pada aspek kemiringan lereng, yang terdapat variasi lereng yang lebih beragam dari sangat sesuai sampai ke tidak sesuai (Gambar 3.3). Di luar aspek agroklimatologis, pada aspek penggunaan lahan hanya dibatasi oleh adanya kawasan permukiman yang tidak bisa digunakan untuk lahan tanam pisang. Peta kesesuaian lahan untuk tanam pisang terkait langsung dengan empat lahan kebun pisang dari BSV (Gambar 3.4-3.5). Secara umum, keempat lahan tersebut ada pada kondisi yang baik dengan perincian pada Tabel 3.2. Pada umumnya, karakteristik ketiga lahan BSV mempunyai tingkat kesesuaian lahan dari sangat sesuai sampai kurang sesuai (S1-S3). 3: Aspek Biogeografi dan Biodiversity Pisang
| 27
Gambar 3.2. Zona agroklimat Kesesuaian Lahan Pisang. 28 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Gambar 3.3. Parameter Tingkat Kesesuaian Lahan Pisang. Tabel 3.2. Tingkat Kesesuaian Lahan Tiga Kebun BSV. No Lahan BSV 1 1 2
2
3
3
Kategori Sangat sesuai Cukup sesuai Kurang sesuai Sangat sesuai Cukup sesuai Kurang sesuai Sangat sesuai Cukup sesuai Kurang sesuai
Luas (Ha) 0,463 1.895 1,725 6,277 6,276 0,115 6,601 3,216 0,24
Dari hasil analisis perhitungan secara spasial menggunakan metode pembobotan data spasial dengan sistem informasi geografis (SIG), tidak terdapat area dengan kategori tidak sesuai (N) untuk dijadikan lahan budi daya pisang. Artinya, di mana pun di Desa Bukti bisa digunakan untuk ditanami pisang. Untuk lahan dengan kategori sangat sesuai (S1), lahan BSV ke-1 mempunyai luasan yang lebih kecil, yaitu hanya 0.463 hektare. Sementara itu, lahan BSV ke-3 menjadi yang terluas dengan 6.601 hektare. Lahan dengan kategori kurang sesuai (S3) terbanyak dimiliki oleh lahan BSV ke-1 dengan 1.725 hektare dan lahan BSV ke-2 sebagai terkecil dengan 0.115 hektare (Tabel 3.2). 3: Aspek Biogeografi dan Biodiversity Pisang
| 29
Gambar 3.4. Zona Agroklimat Lahan Pisang Desa Bukti. 30 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
3: Aspek Biogeografi dan Biodiversity Pisang
| 31
Gambar 3.5. Integrasi Zona Agroklimat dan Land-Use.
4
32 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
4
ASPEK GEOSPASIAL BANANA SMART VILLAGE (BSV) Observasi kebun pisang dengan foto udara
A
spek geospasial harus hadir dalam pengelolaan sumber daya hayati di Indonesia. Kebijakan satu peta menjadi pijakan yang sangat kuat karena secara tidak langsung pemerintah Indonesia, menghendaki hal tersebut. Pada level desa, implementasi kebijakan ini akan sangat terasa karena keragaman dan kekayaan sumber daya hayati berada pada titik sangat detail. Bentuk pemanfaatan bisa dimulai dengan tersedianya dan mudah diaksesnya data-data geospasial dan informasi turunannya pada pengelolaan BSV di Desa Bukti. Satu diantaranya adalah pemanfaatan peta garis yang dikelola oleh badan informasi geospasial (BIG) serta pemanfaatan teknologi pemetaan dengan pesawat tanpa awak (UAV ) guna mendapatkan data terkini dari lahan BSV. Pemotretan udara dengan menggunakan UAV dapat memberikan informasi luas area lahan sebenarnya, distribusi pohon pisang yang ditanam, kondisi lahan terkait dengan kelembapan tanah (ketersediaan air dalam tanah), sampai pada tinjauan tingkat kesehatan dan daya tahan pohon pisang dari kekeringan. Ini semua penting dilakukan sebagai bagian dari pengelolaan BSV. Pada awal 2020, dengan memanfaatkan foto udara keseluruhan lahan BSV sudah dapat dipetakan dengan baik (Gambar 4.14.2). Lokasi lahan BSV yang berada di tengah bukit gersang, dengan pasokan air yang sulit. Secara keruangan bisa dijelaskan bahwa konfigurasi alamiah Desa Bukti merupakan lahan kering. Upaya lebih keras untuk mencari sumber air menjadi utama Pohon pisang dengan defisiensi air dapat memberikan efek kurang baik terhadap pertumbuhannya. Defisit air sangat berpengaruh pada pertumbuhan yang kurang optimal, produksi bunga dan buah yang dihasilkan sedikit. Bahkah, jika tidak mampu bertahan, akan mengering dan gagal panen.
| 33
Gambar 4.1. Distribusi Lahan BSV di Desa Bukti dari UAV. 34 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Gambar 4.2. Lahan BSV Utama Dilihat dari UAV. 3: Aspek Geospasial Banana Smart Village (BSV)
| 35
Peran pemotretan udara menjadi sangat penting. Upaya mitigasi kekeringan yang mungkin dialami akan dapat diantisipasi dengan baik dan secara tepat dapat ditunjukkan area dan jumlah pohon pisang yang mengalami kekeringan. Dalam era revolusi industri 4.0, peran teknologi pemetaan menjadi penting dan tidak terpisahkan untuk mendukung terlaksananya pertanian yang efektif, efisien, berkelanjutan, dan presisi. Upaya mewujudkan ketahanan pangan lokal saat ini sudah setara dengan model pengelola pertanian di banyak negara maju di dunia.
Pengamatan dengan spektrometer lapangan Tahap perkembangan dan pertumbuhan pohon pisang dikenal dengan pengamatan fenologi. Secara biologis, fenologi dari tanaman sangat erat terkait dengan kondisi lahan seperti letak geografis, kondisi iklim seperti ketersediaan air, suhu udara, dan kelembapan. Respons dari kedua kondisi tersebut dapat dilihat dari kualitas tumbuh kembang dari pohon pisang itu sendiri.
Gambar 4.3. Fenologi Pohon Pisang Cavendish.
36 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Pengamatan lapangan dilakukan dengan cara mengumpulkan foto-foto pohon pisang dari mulai bentuk tunas, anakan muda dengan daun yang masih menggulung, tahap dewasa dengan jantung pisang yang mulai muncul, sampai pada pada pohon dengan buah yang siap untuk dipanen (Gambar 4.3). Setiap tahapan tersebut dilengkapi dengan data pantulan energi matahari yang direkam menggunakan spectrometer lapangan.
Gambar 4.4. Pola Spektral Pohon Pisang Cavendish.
Data pantulan yang dikumpulkan pada rentang panjang gelombang 520-1650 nm (dibaca: nano meter) dapat menyediakan informasi sifat fisik, kimiawi dan biologis dari pohon pisang dengan lebih detail. Satu di antaranya adalah proses fotosintesis. Pada pisang yang dewasa, nilai reflektannya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan pohon tua yang berbuah. Kondisi ini terjadi karena sebagian besar energi yang dihasilkan oleh pohon digunakan untuk proses pertumbuhan buah. Sementara itu, pada pohon yang sangat muda sampai muda akan menunjukkan penambahan nilai reflektan pada setiap perkembangannya. Namun, tidak akan melebihi nilai reflektan pada pohon dewasa (Gambar 4.4). Artinya, pohon pisang pada tingkat pertumbuhan yang berbeda akan mempunyai kemampuan fotosintesis yang berbeda pula.
Harapan dan Cita-cita Warga Desa Bukti Terhadap BSV Sejumlah petani lokal yang membudi dayakan pisang dari Desa Bukti diajak untuk menyampaikan keinginan, harapan, dan capaian yang idealnya dapat diperoleh setelah didirikannya Banana Smart Village (BSV). Sebanyak 11 orang dari sekian banyak yang terlibat dalam penanaman buah pisang di lahan 3: Aspek Geospasial Banana Smart Village (BSV)
| 37
BSV (Gambar 4.5). Harapan yang disampaikan adalah terkait dengan upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi pisang, menjadikannya berkelanjutan, memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani, dan mampu berintegrasi dengan kegiatan pariwisata. Selain itu, mereka juga menginginkan agar adanya alih budaya dan edukasi dalam mengimplementasikan pertanian yang efektif. Berikut adalah cuplikan dari hasil wawancara. 1. Bagaimana cara meningkatkan produksi pisang dari Desa Bukti? Beliau melihat bahwa awal dari upaya untuk meningkatkan produksi pisang itu harus diawali dengan adanya edukasi pada masyarakat (petani) yang memiliki harapan dari hasil pisang (1), harus ada penilaian kesesuaian lahan pisang (2), tersedianya sumber air yang cukup untuk mengatasi keterbatasan air yang hanya tersedia pada musim hujan (maksimal hanya 4 bulan setahun). Juga menurutnya, untuk membuat petani bergairah adalah dengan menyediakan bibit unggul (3), dan adanya nilai tambah bagi petani dengan meningkatkan harga buah pisang yang beriringan dengan jalannya kegiatan pariwisata di Bali (4).
Gambar 4.5. I Wayan Sumasta dan I Gede Budiarsa.
2. Apa yang utama harus dilakukan setelah buah pisang bisa dipanen? Melimpahnya buah pisang yang diproduksi pada setiap panen di BSV harus disertai dengan pemasaran yang baik (1). Bali identik dengan majunya pariwisata, kegiatan ini sudah sangat sustainable sehingga menurutnya pisang harus bisa dipadukan dengan pelaksanaan program pariwisata di Desa Bukti khususnya, dan di Bali pada umumnya (2). Beliau ingin ada warung, toko kelontong, swalayan, minimarket sampai pada hotel dan restoran bisa menjadi rekanan terdekat bagi petani dan BSV untuk memajukan budi daya pisang di Bukti. Kesediaan ini diwujudkan dalam hal menerima dan membeli hasil panen pisangnya.
38 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Gambar 4.6. I Gede Rumasta dan I Wayan Dana.
3. Sebagai seorang petani yang bergantung pada produksi buah pisangnya, apa yang penting untuk mendukung hal tersebut? Tumbuhnya Desa Bukti sebagai sebuah sentra pisang di Bali, harus diikuti dengan pelatihan, dan edukasi masyarakat. Bentuk dari kegiatan tersebut dapat berupa pelatihan budi daya pisang modern (1), pelatihan kultur jaringan (2), dan penilaian kualitas lahan (3). Adanya harapan tersebut merupakan bukti dari kecintaan dan rasa optimis dari warga masyarakat Desa Bukti terhadap potensi dari BSV di dalam mewujudkan Desa Bukti yang maju dan unggul, terutama dalam hal pisang. Pada akhirnya, ada banyak yang ingin diraih oleh warga Desa Bukti. Melalui rangkaian kegiatan yang BSV dapat berikan, terbangun simbiosis mutualisme antarpihak terkait di lingkungannya.
Gambar 4.7. I Wayan Sumali, I Ketut Astra, Wied Widiarthi Supraba, I Ketut Tista, I Made Sukresna, I Made Suparta, dan I Gede Srinitia.
3: Aspek Geospasial Banana Smart Village (BSV)
| 39
40 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Daftar Pustaka Afnarius, S., Syukur, M., Ekaputra, E. G., Parawita, Y., & Darman, R. (2020). Development of GIS for buildings in the customary village of Minangkabau Koto Gadang, West Sumatra, Indonesia. ISPRS International Journal of Geo-Information, 9(6), 1–15. https://doi.org/10.3390/ijgi9060365. Anmar Frangoul. (2020). In Colombia, “climate-smart” villages could show future of farming. Sustainable Energy. https://www.cnbc.com/2020/08/07/incolombia-climate-smart-villages-could-show-future-of-farming.html.
Bakry, F., Carreel, F., Jenny, C., & Horry, J.-P. (2009). Genetic Improvement of Banana. In S. M. Jain & P. M. Priyadarshan (Eds.), Breeding Plantation tree crops (Vol. 1, Issue 1, pp. 3–50). Springer.
Climate Change Agriculture and Food Security. (2020). Cauca ClimateSmart Village, Colombia. Https://Ccafs.Cgiar.Org. https://ccafs.cgiar.org/ research/projects/cauca-climate-smart-village-colombia.
Convention on Biological Diversity. (2014). Biodiversity fact. Https://www. Cbd.Int. https://www.cbd.int/countries/profile/?country=id. Dwivany, F. M. (2019). Pengembangan desa cerdas pisang (Banana Smart Village) berbasis zero waste.
Ernatip. (2019). Upacara ‘Ngaben’ Di Desa Rama Agung – Bengkulu Utara. Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 4(2), 1115–1133. https://doi. org/10.36424/jpsb.v4i2.62. Esyanti, R. R. (2020). Alih Teknologi Dalam Perbanyakan Bibit Unggul Tanaman Pisang Berbasis Teknologi Kultur Jaringan. FAO. (2019). Banana market review preliminary results for 2018. Food and Agriculture Organization of The United Nations. www.fao.org/economic/ est/est-commodities/bananas/en/.
Gurevitch, J., Scheiner, S. M., & Fox, G. A. (2006). Water relation and energy balance. In The ecology of plants (2nd ed., pp. 43–70). Sinauer Associates, Inc. Langhe, E. De, Vrydaghs, L., De, P., Perrier, X., & Denham, T. (2009). Why Bananas Matter : An introduction to the history of banana domestication. Etnobotany Research & Applications, 7, 165–177. www.ethnobotanyjournal. org.
| 41
Latifah, N., Aziz, L., & Wibowo, A. T. (2018). Pengembangan Sustainable Smart Village Di Desa Loram Wetan. Tahun 2018. http://www.politik.lipi.go.id/ kegiatan/tahun-2018/1261-pengembangan-sustainable-smart-village-didesa-loram-wetan. Meyer, W. B. (2020). Environmental Determinism. In International Encyclopedia of Human Geography (Second Ed., Vol. 4). Elsevier. https:// doi.org/10.1016/b978-0-08-102295-5.10743-7.
Nuarsa, I. W., Dibia, I. N., Wikantika, K., Suwardhi, D., & Rai, I. N. (2018). GIS Based Analysis of Agroclimate Land Suitability for Banana Plants in Bali Province, Indonesia. Hayati Journal of Biosciences, 25(1), 11–17. Platt, R. S. (1948). Determinism in geography. Annals of the Association of American Geographers, 38(2), 126–132. https://doi.org/10.1080/00045604809351972
Pollefeys, B. P., Sharrock, S., & Arnaud, E. (2004). Preliminary analysis of the literature on the distribution of wild Musa species using MGIS. January. Rai, I. N., Dwivany, F. M., Sutanto, A., Meitha, K., Sukewijaya, I. M., & Ustriyana, I. N. G. (2018). Biodiversity of Bali Banana ( Musaceae ) and its Usefulness. Hayati Journal of Biosciences, 25(2), 47–53. https://doi. org/10.4308/hjb.25.2.47.
Rizfa, B. (2016). Bali traditional settlement morphology analysis Penglipuran, Kubu village, Bangli regency, Bali province. Journal of Architecture and Built Environment, 43(1), 47–53. https://doi.org/10.9744/dimensi.43.1.47-54. Safitri, I. W., & Hariyanto. (2019). Tingkat Strategi Adaptasi Petani Menghadapi Ancaman Kerawanan Pangan. Edu Geography, 7(2), 104–112. Sathyakumar, S., Mungee, M., & Pal, R. (2020). Biogeography of the Mountain Ranges of South Asia. In Encyclopedia of the World’s Biomes (Vol. 1). Elsevier. https://doi.org/10.1016/b978-0-12-409548-9.12462-5. Schoener, T. W. (2018). Island biogeography. Encyclopedia of Ecology, 3, 515– 526. https://doi.org/10.1016/B978-0-444-63768-0.00511-4.
SetDa PemKab Buleleng. (2020). Hari Raya Nyepi Di Tengah Serangan Corona, Bupati PAS Ajak Masyarakat Perkuat Catur Brata Penyepian. https://prokomsetda.bulelengkab.go.id/berita/hari-raya-nyepi-di-tengahserangan-corona-bupati-pas-ajak-masyarakat-perkuat-catur-bratapenyepian-22. Siahainenia, S. R. (2010). Tingkah laku lumba-lumba di perairan pantai lovina Buleleng Bali. Amanisal, 1(1), 13–21.
42 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
Statista. (2018). Production of bananas worldwide by region 2017. Www.Statista. Com. https://www.statista.com/statistics/264003/production-of-bananasworldwide-by-region/.
Subekti, T., & Damayanti, R. (2019). Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto Turen Kabupaten Malang. Journal of Public Administration and Local Governance, 3(1), 18. https://doi.org/10.31002/jpalg.v3i1.1358.
Sunariani, N. N., Sukarsa, M., Budhi, M. K. S., & Marhaen, A. (2015). Kontribusi Pelaksanaan Ritual Hindu Terhadap Kesempatan Kerja Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kabupaten Badung Provinsi Bali (Studi Kasus Mlaspas Dan Ngenteg Linggih Di Pura Pasek Preteka Desa Abiansemal). Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, 7(2), 145–154. https:// doi.org/10.24843/JEKT.2014.v07.i02.p07. Susanti, A. A. (2014). Outlook Komoditi Pisang (L. Nuryati & Noviati (eds.)). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Sutoyo. (2010). Keanekaragaman Hayati Indonesia, Suatu Tinjauan : Masalah dan Pemecahannya Sutoyo. Buana Sains, 10(2), 101–106.
Twinandia, D., Mubarak, A. S., & Mukti, A. T. (2011). Pengaruh luas penutupan terumbu karang pada lokasi biorock dan reef seen terhadap keragaman spesies ikan di wilayah perairan pemuteran, Bali. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 3(2), 151–155.
UNEP (2010) What is Biodiversity?, Biodiversity factsheet. Available at: https://www.unesco.pl/fileadmin/user_upload/pdf/BIODIVERSITY_ FACTSHEET.pdf.
Daftar Pustaka
| 43
44 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia
BIOGRAFI PENULIS Prof. Dr. Ir. Ketut Wikantika, M.Eng. Ketut Wikantika adalah peneliti senior, Profesor dalam bidang Pengindraan Jauh Lingkungan di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (ITB). Bidang penelitiannya adalah pendekatan-pendekatan geospasial termasuk aplikasi pengindraan jauh untuk demografi, pertanian, kehutanan, tutupan lahan dan tata guna lahan serta perubahannya, biogeografi dan biodiversiti termasuk kebencanaan. Ketut Wikantika sudah melakukan kerja sama dengan institusi luar negeri seperti Universitas Chiba, Universitas Tottori, Universitas Nagoya, Universitas Kochi, JIRCAS Jepang, Universitas Oklahoma, AIT, Universitas Salzburg, UTM Malaysia, serta Pennsylvania State University. Kecintaannya terhadap bidang penelitian membuatnya menjadi pendiri Forum Peneliti Indonesia Muda (ForMIND, https://formind.id). M. Firman Ghazali, S. Pd., M. T. Mochamad Firman Ghazali merupakan seorang Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Geografi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Magister Teknik (M.T.) di bidang Pengindraan jauh dari Teknik Geodesi dan Geomatika, Institut Teknologi Bandung (ITB). Ketertarikanya pada riset-riset kelingkungan, dan pertanian dari sudut pandang pengindraan jauh membawanya bergabung sebagai associate researcher di Pusat Pengindraan Jauh, Institut Teknologi Bandung (CRSITB) dan Bali International Research Center for Banana (BIRCB). Penggunaan spektroradiometer dan analisis data spektral untuk pengamatan lingkungan menjadi salah satu ketertarikannya. Selain kegiatan penelitian, aktivitasnya saat ini dimanfaatkan dalam dunia pengajaran sebagai dosen di Teknik Geodesi dan Geomatika, Universitas Lampung (UNILA).
| 45
Fenny M. Dwivany, Ph.D. Fenny Dwivany menyelesaikan studi tingkat doktoral bidang Biologi di The University of Melbourne pada 2003. Saat ini menjadi staf pengajar dan peneliti di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) Selain itu, bersama Banana Group ITB (http://thebananagroup.sith. itb.ac.id) dan Bali Internasional Research Center for Banana (BIRCB) aktif melakukan riset dengan pisang sebagai model. Riset yang dilakukan antara lain terkait aspek genetika dan biologi molekuler pematangan buah dan penyakit tanaman pisang. Fenny juga terlibat penelitian di bidang space biology sejak 2017 bersama LAPAN, Indonesia, dan JAXA, Jepang. Pada 2011, tim ini berhasil mengirimkan biji tomat Indonesia ke stasiun luar angkasa (ISS) dan meneliti pertumbuhan tanaman tomat sebagai eksperimen space biology pertama di Indonesia, sebagai salah satu pendiri Forum Peneliti Muda Indonesia (ForMIND; https://formind.id). Beberapa penghargaan terpenting yang diterima yaitu Bogasari Riset Nugraha 2004, International Unesco-L’Oreal for Women in Science Fellowship (2007), Australian Endeavour Award (2010) dan Schlumberger Faculty for the Future Award (2011). Lissa Fajri Yayusman, Ph.D. Lissa Fajri Yayusman lulus sebagai Sarjana Sains di Geodesi dan Teknik Geomatika dari Institut Teknologi Bandung, Indonesia pada 2011. Ia melanjutkan studinya di Ilmu Pertanian dan menerima gelar Master dari Tottori University, Jepang pada 2014. Saat ini, ia belajar untuk gelar Doktor di United Graduate School of Agricultural Sciences, Universitas Tottori. Minat penelitiannya fokus pada pengindraan jauh dan radar untuk identifikasi lahan pertanian dan pemantauan lingkungan.
46 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia