Gambar 2.3. Diskusi awal Penanaman Pisang pada akhir Tahun 2018.
Desa Bukti, Indonesia, power, dan BSV juga berkesempatan untuk mengadakan upaya edukasi kepada masyarakat Desa Bukti berupa kegiatan lokakarya alih teknologi, pegadaan bibit unggul, teknologi geo-spasial, dan penanganan pascapanen dari limbah pisang. Kegiatan ini penting bukan hanya untuk mengenalkan BSV sendiri, melainkan ada komponen kegiatan yang bisa diadaptasi dan diteruskan setelah masa pembinaan selesai. Artinya, ke depan Desa Bukti bisa menjadi mandiri mengelola sumber daya alamnya (pisang), tentu dengan cara dan metode yang baik. Keunggulan tersebut dibuat dalam sejumlah aspek yang saling terkait, di antaranya pemilihan bibit pohon pisang yang dikembangkan melalui teknik kultur jaringan (1), pengamatan pertumbuhan tanaman pisang yang diamati menggunakan teknik pengindraan jauh (2), pengelolaan limbah dari pohon yang ditebang pada waktu panen akan menjadi sumber biofertilizer dan pakan ternak sapi (3), dan buah yang dihasilkan akan dikelola selayaknya sebuah produk industri dengan sentuhan pascapanen (4) sehingga semua kegiatan ada dalam suatu rangkaian dan menghasilkan teknologi yang tidak menghasilkan limbah yang dibuang secara bebas ke alam (zero waste). Proses alih teknologi menjadi satu hal yang penting karena ini menjadi pendukung untuk menciptakan kemandirian dari Desa Bukti sebagai pusat pengembangan pisang di Bali. Alih teknologi yang dilakukan adalah terkait dengan upaya edukasi bagi petani pisang di Desa Bukti untuk dapat mengenal, mengetahui, dan melaksanakan cara memperbanyak tanaman pisang dengan metode kultur jaringan.
18 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia