ANTARA AGAMA DAN KEPERCAYAAN: MENGUJI PRAKTIK KEWARGAAN INGENIOUS PAGUYUBAN NGESTI TUNGGAL (PANGESTU)
AJARAN SANG GURU SEJATI (PANGESTU) SEBAGAI ‘PENDAMPING’ AGAMA
Seperti yang telah disebut dalam pembahasan sebelumnya, Pangestu merupakan organisasi spiritual dengan anggota yang berasal dari berbagai macam agama yang diakui secara formal di Indonesia, baik Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Hal ini memungkinkan sebab sejak awalnya, Pangestu didirikan bukan untuk menjadi agama baru atau mengambil alih kepercayaan beragama yang telah ada, mengingat bahwa Soenarto sebagai pendiri juga merupakan seorang muslim. Pangestu hadir sebagai “fakultas psikologi,” tempat dan sarana bagi olah rasa untuk membentuk pribadi yang lebih baik. Seperti yang tertulis dalam kitab Sasangka Jati bagian Tunggal Sabda (1932), Sonarto menjelaskan posisi ajaran Sang Guru Sejati (Pangestu) di hadapan agama sebagai berikut : “Ketahuilah hai siswa-siswa-Ku, Bahwa kedatangan-Ku ini bukan karena ehndak merusak dan mengganti peraturan Tuhan yang telah ada, yaitu yang lazimnya disebut sebagai agama baru. Aku hanya hendak menunjukkan jalan yang benar dan jalan simpangan, lagipula memperingatkan kepada mereka yang lupa akan kewajiban suci, juga memberi petunjuk tentang pemeliharaan hati dan cipta kepada kamu sekalian yang percaya, demikian pula kepada mereka yang berhasrat mencari petunjuk dan sinar terang daripada-ku, agar supaya dapat bertemu dengan Aku di dalam hati sanubarinya. ……….. Dengarlah hai siswa-Ku,
27