ANTARA AGAMA DAN KEPERCAYAAN: MENGUJI PRAKTIK KEWARGAAN INGENIOUS PAGUYUBAN NGESTI TUNGGAL (PANGESTU)
B. Anggota dari Kelompok Aparatur Negara sebagai Perantara Dialog dengan Pemerintah
Di samping identitas organisasi spiritual, Pangestu juga memanfaatkan otoritas pengikutnya yang merupakan anggota TNI, POLRI maupun Kejaksaan, seperti Letjen (Pur) I Putu Soekreta Soeranta dan Mayjen (TNI) Hendardji Soepandji, adik dari Hendarman Soepandji mantan Jaksa Agung (9 Mei 2007-24 September 2010) dan Kepala BPN. Bahkan dalam periode 1959-1970, Mayjen Prof. Dr. Soemantri Hardjoprakoso2 dengan penuh pertimbangan dipilih untuk menjabat sebagai Ketua Pengurus Pusat Pangestu. Di tahun 1966 yang masih dalam masa kepemimpinan Soemantri, saat eksistensi aliran kepercayaan mendapat ancaman dari pemerintah, ia memperkenalkan ajaran Pangestu dihadapan wakil organisasi kebatinan serta Pakem Kejaksaan Tinggi Jakarta. Dengan terus memberikan penjelasan dan pengertian kepada berbagai pihak, Pangestu berhasil mengamankan eksistensi organisasinya terlepas dari berbagai macam tuduhan dan ancaman yang ada. Sebelumnya, pada tanggal 31 Juli 1962, utusan Departemen Agama, Ghozali Sulamulhadi melakukan wawancara dengan Ketua Cabang Pangestu Solo, Subroto terkait dengan ajaran Pangestu yang pada mulanya dicurigai sebagai sebuah gerakan agama baru. Setelah melakukan beberapa dialog serta menjelaskan asas dasar ajaran sesuai dengan sabda Sang Guru Sejati, Depag memutuskan bahwa Pangestu bukanlah kelompok sesat yang mengancam kehidupan beragama. Menanggapi keresahan Depag, selain melakukan dialog Pangestu kemudian mengeluarkan surat Keputusan Ketua Pengurus Pusat Pangestu No. Kep/08/V/1978 yang menegaskan dengan Instruksi Ketua Pengurus Pusat Pangestu NO. 4/1964 tanggal 23 Januari 1963 bahwa Pangestu 2
Soemantri Hardjoprakoso merupakan ketua Lembaga Psychoteknik Tentara (LPT) sejak 15 Juni 1950. Beliau juga merupakan penggagas berdirinya fakultas Psikologi Universitas Padjajaran sekaligus ketua Panitia Persiapan Pendirian Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran pada Agustus 1961. Hingga saat ini, namanya diabadikan sebagai salah satu nama gedung di Fakultas Psikologi UNPAD. http:// psikologi.unpad.ac.id/sejarah-psikologi-unpad/, diakses pada 16/06/2019, 22:35.
60