Scuba Holic #18

Page 1



Contents

Speak Out // 5 Dive Jpeg // 9 Gear Up // 13

Aqua Sounds //6

Exosuit

Stop Overfishing!

Dive Destination //12 Pulau Peucang, Ujung Kulon

Marine Bites // 16 Narwhal, Unicorn of the Sea

Diver’s Health // 18 Divenotes // 22 Ketenangan Dalam Keheningan

Serangan Panik: Musuh Tersembunyi Para Penyelam

Book Review // 20

Twenty Thousand Leagues under the Sea Dive Event // 25 Open Recruitment Unit Selam UGM

Environment // 26 Negeri Biawak

Vacancy // 30

Pukat Harimau

Who’s Bubbling // 33

Dr. Ir. Djumanto, M.Sc.

Dive Comic // 35 .

Profil Unyilers // 30 Ika Ristiyani, Wanita Penyelam Laut Selatan


Speak Out

Editorial Notes

Menurut data FAO (Food and Agriculture Organization), laut Indonesia mampu menghasilkan setidaknya 100 juta ton ikan setiap tahunnya. Pada 1988, nelayan telah mampu menangkap ikan 97,4 ton. Namun hingga kini jumlah tersebut kian menurun tiap tahunnya. Penyebabnya bukan karena manusia mengurangi kegiatan penangkapannya, melainkan persediaan ikan di lautan yang semakin menipis. Artinya overfishing telah mengancam Indonesia. Ironinya negeri ini belum sanggup mengatasi nelayan ilegal baik asing mapun lokal yang merusak ekosistem laut Indonesia. Hal ini karena illegal fishing terjadi akibat rendahnya kemampuan pengawasan, sehingga timbul kesempatan pencurian sumber daya yang tentu harus segera dihentikan. Meski fenomena ini berkaitan erat dengan kebijakan, bukan berarti kita hanya bisa diam, menjadi penonton, dan turut menyalahkan. Edisi ini mencoba menginformasikan pembaca terkait feonomena overfishing di Indonesia. Harapannya, semakin banyak orang yang memahami fenomena ini, maka akan semakin bertambah jumlah pengawas pelanggaran yang terjadi di lingkungan sekitar pembaca. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Dimulai dari tindakan kecil Anda, jika dilakukan oleh banyak orang, akan berdampak banyak pula nantinya. Stop Overfishing! Salam Bahari!

Scuba Holic diterbitkan oleh Unit Selam UGM, sebagai media informasi dan komunikasi mengenai dunia penyelaman. Majalah ini memiliki versi online yang dapat diunduh di website resmi Unit Selam UGM.

Penanggungjawab

Rully Syahrul Zuhri Pimpinan Umum Kamalia Rizqi Awalina Pimpinan Perusahaan Deno Novandri Pemasaran dan Iklan Ivonne Marhendrawan Distribusi Firmansyah Karim, Aji Nugroho Produksi Andrinalia Buya Pimpinan Kreatif Muh Fatkhan Arifudin Cover Lucas Sutomo, M. Akbar Hakim, Wildan A. Nugraha Pimpinan Redaksi Ikarahma Dewi Editor Annisa Filania Redaktur Tulisan Cahyo Purwanto Redaktur Foto Muhammad Zulqhisti Reporter Muhammad Ali Fikri, Aidilfi Tio Alamat Redaksi: Sekretariat Unit Selam UGM, Gelanggang Mahasiswa UGM Jalan Pancasila nomor 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Website : www.selamugm.org Twitter : @selamugm Facebook : Unitselam UGM


Speak Out

Gimana pendapat para unyilers tentang Overfishing? Yuk, kita simak... Wahid (diklat 16) : Overfishing itu tidak lestari secara ekonomi dan ekologi Aldi (diklat 21) : Memancing berlebihan Agus (diklat 24) : Terlalu banyak memancing perhatian ikan Ari (diklat 15) : Apa pun yang berlebihan itu gak baik Cahyo (diklat 23) : Meremehkan biota laut Kamalia (diklat 23) : Keegoisan sesaat

Ryan (diklat 18) : Fishing yang over

Firman (diklat 23) : Gaboleh, semua yang over itu buruk. Kemudian akibat over fishing, ikan yang tertangkap tidak hanya indukan saja atau yang siap tangkap, tetapi ikan yang masih kecil pun ikut tertangkap. Akibat dari hal tersebut, regenerasi ikan pun menjadi terhambat dan sumber daya ikan menjadi berkurang. Hal ini membuat penangkap ikan tersebut menjadi rugi sendiri

Aji (diklat 23) : Tidak baik, sangat tidak baik. Merusak ekosistem (rantai makanan), menghapus tiap populasi dengan cepat. Hilag-nya keseimbangan alam, jiwa, pikiran, hati, dan raga. Tsaaaaaah :3

Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014 |

5


Aqua Sounds

Stop Overfishing! Teks : Deno Novandri Foto : Spesial

Pernahkah terbayang di benak Anda suatu saat ikan di lautan akan habis? Tidak ada lagi ikan laut yang terhidang di meja makan atau para diver yang akan merasakan menyelam dalam sebuah akuarium kosong?

6

| Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014


Aqua Sounds

S

emua itu bisa saja terjadi, bahkan mungkin dalam waktu dekat ini. Faktor utama penyebab terjadinya hal itu adalah adanya overfishing yang dilakukan oleh para nelayan yang serakah dan tidak bertanggung jawab. Overfishing atau penangkapan ikan di lautan secara berlebihan dan tidak ramah lingkungan telah mengubah keseimbangan kehidupan ikan bahkan seluruh isi lautan di dalamnya. Sebenarnya eksploitasi sumberdaya ikan di lautan ini bukanlah isu baru dan isu lokal negeri ini saja, melainkan telah menjadi permasalahan serius dunia internasional. Lautan merupakan zona open access yang menjadikan siapa pun dapat menangkap ikan secara bebas. Selain itu permintaan konsumsi ikan kian bertambah. Banyak permasalah yang ditimbulkan akibat overfishing, salah satunya yaitu makin berkurangnya sumberdaya ikan di perairan. Permasalahan ini kian meluas hingga mengakibatkan para nelayannya harus mencari ke daerah teritorial Negara lain dan menimbulkan persoalan baru yaitu illegal fishing yang menjadi sengketa. Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti bom, trawl, bahan kimia berbahaya, dan lain sebagainya juga merusak terumbu karang tempat tinggal ikan dan biota lainnya. Suatu indikator bahwa suatu daerah perairan dikatakan sudah

mengalami overfishing adalah hasil tangkapan nelayan semakin hari semakin sedikit dan ukuran hasil tangkapan juga semakin kecil. Sumberdaya ikan memang merupakan sumberdaya yang dapat terbaharukan atau renewable, namun itu membutuhkan waktu. Jika ikan ditangkap setiap hari dengan jumlah yang sangat besar maka tidak ada kesempatan ikan untuk tumbuh besar. Terlebih lagi ikan-ikan kecil tidak diberi kesempatan untuk menjadi dewasa dan bereproduksi atau restocking secara alami. Perbandingan pertumbuhan nelayan tidak sebanding dengan proses biologis pertumbuhan dan perkembangan ikan yang membutuhkan waktu lama. Mungkin timbul pertanyaan di benak kita, apakah kita perlu berpuasa makan ikan beberapa tahun untuk mengembalikan stok ikan di lautan supaya bertambah? Saya rasa itu bukan solusi yang cerdas, tapi mari kita bersama-sama sadar akan kelestarian sumber daya lautan. Sebenarnya pemerintah sudah melihat fenomena overfishing ini sejak lama, pemerintah juga sudah memberikan solusi untuk melindungi sumber daya ikan di lautan. Beberapa solusi yang diberikan oleh pemerintah diantaranya adalah kebijakan penentuan besar lubang mata jaring, kebijakan diversifikasi alat tangkap, kebijakan pembentukan kawasan konservasi laut,

Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014 |

7


Aqua Sound

pengendalian alat tangkap melalui mekanisme perizinan, penempatan armada Angkatan Laut di wilayah perbatasan laut Indonesia, hingga perangkat hukum yang disediakan untuk menjerat para pelaku pelanggaran, dan masih ada beberapa solusi lainnya. Banyak yang berpendapat bahwa persoalan overfishing hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah, padahal dampaknya akan dirasakan oleh kita semua. Jadi seharusnya kita turut ambil bagian menyelamatkan alam Indonesia dengan cara kita

8

masing-masing. Perkembangan media sosial yang gratis dan efektif akan memudahkan siapa pun turut mengampanyekan usaha penyelamatan laut agar terbebas dari overfishing. Mendesak pemilik kewenangan agar segera bertindak menyelesaikan persoalan serius ini. Sekecil apapun kontribusi kita untuk alam akan memberikan dampak besar untuk keberlangsungannya. Masih ingin melihat anak cucu kita merasakan daging ikan dan melihat terumbu karang di lautan kan? Yuk #stopoverfishing!

| Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014


Dive Jpeg

Empty by Annisa Filania Lokasi : Hotel Cakra Kusuma Kamera : Sony Nex 5n F 3,5 | exposure 1/160 Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014 |

9


Dive Jpeg

Don't Cry, Be Strong Big Guy by Muhammad Hussein ISO-800 Kamera : Sony Nex C-3 F 8 | exposure 1/160

10

| Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014

Blue Ringed Octopus by Muhammad Hussein ISO-800 Kamera : Sony Nex C-3 F 7,1 | exposure 1/640


Gear Up

Gear Up: Exosuit

Teks : Cahyo Purwanto Foto : Spesial

P

ernahkah Anda membayangkan rasanya menyelam ke kedalaman ratusan meter di bawah permukaan air laut? Dengan hanya menggunakan peralatan selam standar hal itu sangat berbahaya untuk dilakukan. Banyak hal yang mempengaruhinya, salah satunya tubuh kita tidak dapat menahan tekanan hidrostatis yang sangat besar saat berada di kedalaman ekstrim. Selain itu faktor oksigen yang berubah menjadi racun setelah kedalaman 90 meter juga mengancam kesehatan penyelam. Namun kini bayangan Anda sudah menjadi kenyataan. Hebatnya tubuh Anda akan jauh lebih aman dengan teknologi dan kreatifitas manusia yang kian berkembang. Perkenalkan, teknologi tersebut bernama “Exosuit�. Exosuit adalah semacam kapal

selam yang menempel dengan tubuh seperti pakaian. Exosuit dapat membantu manusia untuk menjelajahi lautan hingga kedalaman 1000 kaki (Âą350 meter) di bawah permukaan air laut. Baju seberat 240 kg yang terbuat dari aluminium ini mampu menahan tekanan dari luar sambil mempertahankan tekanan permukaan laut di dalamnya, sehingga manusia yang mengenakan Exosuit akan tetap merasa nyaman dan bisa berkonsentrasi melakukan penelitian bawah air. Alat ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan lebih kepada manusia mengenai dunia laut dalam, dimana terdapat berbagai macam ikan bioluminescent atau ikan yang mampu menyala dalam gelap dan keragaman lainnya.

Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014 |

11


Dive Destination

iovanno Teks : Aldian G ibadi Foto : Dok. Pr

t a n i t s e Dive D

ulon K g n u j U ang, c u e P u a l Pu

P

ada akhir September 2013, kami berempat melakukan survei lapangan ke pulau Peucang, Ujung Kulon. Dari kantor Taman Nasional Ujung Kulon di Labuhan, perjalanan berlanjut ke desa Sumur di bagian selatan. Sesampainya di Sumur, keperluan logistik selama di pulau Peucang dipersiapkan. Desa Sumur merupakan salah satu desa terakhir sebelum menyeberang ke pulau-pulau di barat, seperti Peucang, Handeleum, dan Panaitan. Sebagai desa nelayan, kapal-kapal biasa berlabuh dan diberangkatkan. Dari pantai di ujung pasar ini kami menyeberang menuju pulau Peucang

12

menggunakan kapal milik Taman Nasional Ujung Kulon. Setelah perjalanan laut selama 3 jam, kami berempat bersama staf Taman Nasional Ujung Kulon, yaitu pak Ameng, bu Pairah, serta ABK sampai di

pulau Peucang pada pukul 12 siang. Peucang memiliki pasir yang sangat putih dan lembut. Belum lama saya menginjakkan kaki di pulau Peucang, langsung terlihat Babi hutan dan kawanan Rusa betina yang menghampiri kami, padahal posisi

| Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014


Dive Destination

tion kami masih sangat dekat dengan laut. Selain itu, banyak sekali dijumpai populasi Kera, Biawak, dan beberapa Merak. Tidak ingin berlamalama terhipnotis oleh pesona biota darat Peucang, saya dan Ryan segera mempersiapkan penyelaman pertama yang akan dilakukan setelah ashar. Kami berdua mengisi 4 tabung menggunakan kompresor milik Taman Nasional Ujung Kulon yang telah dioperasikan sejak 1998. Sementara itu, Kamalia dan Ika membantu persiapan packing SCUBA milik kami dan Taman Nasional. Ashar pun berlalu, kami berempat ditemani pak Ameng kembali melaut mengelilingi pulau Peucang yang diameternya hanya 2 - 4 kilometer. Penyelaman kami kali ini bertujuan mencari titik pengambilan bibit anakan terumbu karang untuk kegiatan transplantasi di pulau Peucang. Pilihan jatuh pada spot Taman Laut Citerjun yang berada di sisi barat pulau Peucang. Penyelaman pertama baru dilakukan ketika pukul lima sore, sebenarnya waktu yang terlalu sore untuk menyelam.

Sesuai dengan namanya, Taman Laut Citerjun didominasi oleh hamparan Acropora branching, anemone, dan beberapa soft coral. Kontur penyelaman di Taman Laut Citerjun berupa reef flat dengan kedalaman rata-rata 7 meter. Saya tidak menemukan hal menarik pada penyelaman pertama kali ini, namun untuk keperluan survei saya merasa cukup puas dengan hasilnya. Kami menyimpulkan bahwa Taman Laut Citerjun merupakan salah satu pilihan spot terbaik untuk mengambil bibit terumbu karang. Laut semakin pasang, langit kian gelap, dan pak Ameng mengajak kami menuju Tanjung Layar, yang katanya merupakan salah satu titik penyelaman khas Ujung Kulon. Namun kami tidak bertujuan menyelam. Dari sana kami dapat melihat sunset dengan jelas sebab Tanjung Layar berada di titik paling barat dari pulau Jawa. Setelah sunset berakhir, kami pun segera kembali ke pulau Peucang untuk beristirahat. Keesokan harinya kami

Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014 |

13


Dive Destination

mempersiapkan penyelaman kedua yang akan dilaksanakan di Tanjung Layar, tempat kami melihat sunset sebelumnya. Persiapan berlangsung seperti biasanya yaitu isi tabung, packing alat SCUBA, dan loading barang ke kapal. Setelah persiapan

selesai, tidak lupa kami sarapan bersama staf Taman Nasional Ujung Kulon. Kali ini kami ditemani oleh pak Ameng dan pak Welly. Pak Welly merupakan manajer resort pulau Peucang Taman Nasional Ujung Kulon yang selalu standby untuk menerima tamu. Berangkat pada pukul 10.00 WIB, perjalanan dari Peucang menuju spot Tanjung Layar hanya memakan waktu 15 menit. Pada spot Tanjung Layar terdapat sebuah tebing yang menjulang dari dasar laut ke atas melewati permukaan dengan ketinggian 6 meter. Sudah dapat

14

dipastikan bahwa sisi tebing Tanjung Layar yang tenggelam di bawah permukaan air laut akan membentuk kontur wall. Sebagian penyelaman di wall bagi saya biasanya berlangsung menyenangkan. Penyelaman kedua pun dimulai. Kami berenam siap menyisiri tebing. Penyelaman ini jauh lebih baik dari kemarin. Selain sinar matahari masih cerah, objek pun lebih banyak. Orientasi di Tanjung Layar pun tidak sulit karena tebing selalu berada di sebelah kiri kita. Namun tipe penyelaman kali ini adalah drift dive. Maklum saja karena tempat ini berada di sisi paling barat pulau Jawa, beberapa mil ke barat saja, maka yang kita jumpai adalah Samudra Hindia. Cukup melelahkan menyelam di Tanjung Layar karena kita harus berjuang melawan arus ketika berangkat. Namun ketika pulang pada sisi tebing yang berlawanan, kami cukup mengikuti arus balik. Yang menarik pada Tanjung Layar adalah ketika kami menyisir wall, kami melewati beberapa kondisi lingkungan yang berubah-ubah, mulai dari padang spons, wall yang dipenuhi soft coral beraneka warna, reef flat, dan terakhir tumpukan

| Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014


Dive Destination

batu-batu besar yang menyerupai reruntuhan. Penyelaman di Tanjung Layar mengakhiri survei lapangan kami di pulau Peucang. Kami betul-betul berterima kasih kepada staf Taman Nasional Ujung Kulon, terutama bu Pairah, pak Ameng, dan pak Welly yang telah mendampingi kegiatan survei tersebut. Saya berharap kegiatan utama kami yang dilaksanakan dua bulan setelahnya tidak akan mengecewakan mereka. Dan hasilnya kami benar-benar menjalankan kegiatan tersebut dengan optimal pada November 2013 berkat survei ini.

Balai Taman Nasional Ujung Kulon

Jl. Perintis Kemerdekaan No.51 Kecamatan Labuan, Padeglang, Banten, 42264, Indonesia. Phone : +62-253-801731 Fax : +62-253-804651 Email : info@ujungkulon.org, balai_tnuk@ yahoo.com Web : ujungkulon.org Twitter : @UjungkulonNP

Peucang Island Resort

Jl. Pembangunan 3 No. 81 Neglasari, Tangerang 15121– Indonesia Phone : (6221) 5573 4611 Fax : (6221) 5573 4613 Resort : (62) 823 1261 6599 Sales : (62) 812 9165 3336, 877 8441 3336 Email : info@peucangislandresort.com Web : peucangislandresort.com Twitter : @peucang_resort

How to get there

Kereta dari Stasiun Lempuyangan (Yogyakarta) – Pasar Senen (Jakarta) [9 jam] Angkutan umum dari Stasiun Pasar Senen – Tanah Abang [1 jam] Kereta dari stasiun Tanah Abang (Jakarta) – Merak (Tangerang) [3 jam] Mobil dari Pelabuhan Merak – Labuhan [2 jam] Mobil dari Labuhan – Desa Sumur [2 jam] Kapal dari Desar Sumur – Pulau Peucang [3 jam]

Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014 |

15


Marine Bites

Narwhal, Unicorn of the Sea Teks : Ikarahma Dewi Foto : Spesial

P

ernahkah kalian mendengar tentang unicorn laut atau paus bertanduk? Jika kalian belum bisa membayangkan seperti apakah mamalia laut tersebut, artinya kalian harus membaca rubrik ini sampai akhir. Meskipun kuda unicorn hanya terdapat di kartun-kartun dan imajinasi anak saja, tetapi unicorn yang hidup di laut ini memang benarbenar ada. Ya, tidak lain mamalia laut tersebut adalah Narwhal atau Narwhale (Monodon monoceros). Mamalia tersebut memiliki tanduk panjang dan masih satu spesies dari paus dalam famili Monodontidae. Habitatnya berada di laut arktik, dan lebih umum ditemukan di daerah Canadian Arctic dan Greenlandic.

Bertahun-tahun lamanya, Narwhal telah diburu oleh suku Inuit di utara Kanada dan Greenland untuk diburu daging dan tanduknya. Hingga kini Narwhal memiliki status konservasi NT (Near Threatened) atau hampir terancam punah. Mamalia laut bertanduk ini memiliki ukuran rata-rata paus pada umumnya dan memiliki kesamaan dengan paus Beluga. Narwhale dewasa memiliki berat 800-1600 kg dengan ukuran tanduk bisa mencapai 5,5 meter bagi Narwhal jantan, dan 3,5 meter bagi sang betina. Ditemukan fakta bahwa hanya sekitar 15% betina yang memiliki tanduk dengan ukuran tidak lebih panjang dari Narwhal jantan dan dengan spiral yang lebih samar.

Holic || Edisi Edisi 18 18 || April April-Juli 2014 Scubaholic 2014 16 || Scuba


Marine Bites

Walaupun memiliki tanduk panjang dan kuat, sangat jarang diamati Narwhal menggunakan tanduk mereka untuk bertarung. Biasanya, tanduk mereka digunakan untuk memecah permukaan es laut Arktik. Namun, beberapa peneliti ada yang menemukan bukti tanduk Narwhal yang digunakan untuk menyerang spesies lain, seperti ujung tanduk Narwhal yang rusak menancap pada

dahi paus Beluga. Bukti tersebut menunjukan adanya pertarungan hebat antara keduanya. Narwhal normalnya mampu hidup dalam jangka waktu yang panjang, dengan rentang hidup tercatat mencapai 50 tahun. Salah satu hal yang membuat Narwhal tercatat sebagai hewan yang hampir punah bukan hanya dia diburu melainkan juga karena predator

primer yaitu Beruang kutub yang sering memburu Narwhal muda. Selain itu, kematian sering terjadi ketika segerombolan Narwhal mati lemas setelah mereka gagal bermigrasi sebelum permukaan perairan Arktik membeku di akhir musim gugur. Mamalia inipun tercatat

sebagai mamalia laut Arktik yang rentan terhadap perubahan iklim. Populasinya di dunia saat ini diperkiran sekitar 75.000 ekor dan diperkirakan statusnya berganti menjadi punah pada tahun 2017. Dalam upaya untuk mendukung tindakan konservasi terhadap ikan paus, Uni Eropa menetapkan larangan impor gading Narwhal, serta membatasi kuota penangkapan.

Scubaholic | Edisi | April 2014 | | Scuba Holic | Edisi 1818 | April-Juli 2014

17


Diver's Health

Serangan Panik: Musuh Tersembunyi Para Penyelam Teks : Cahyo Purwanto Foto : Spesial

P

erut bergejolak dan terasa tidak enak, badan berkeringat, kulit memucat, nafas memendek, dan semakin cepat. Hal-hal tersebut merupakan ciri dari seseorang yang sedang mengalami panic attack atau serangan panik. Serangan panik dapat membawa bencana yang sangat besar bila terjadi saat menyelam. Sebelum kepanikan menyerang, serangan berbahaya ini harus dicegah sedini mungkin. Berikut ini akan dibahas mengenai bagaimana cara mencegah serangan panik tersebut menurut dokter Andreas Acerant dan Simonetta Vernocchi. Panik, meskipun tidak terdengar

18

berbahaya, sebenarnya merupakan penyebab kecelakaan paling sering dalam kegiatan penyelaman. Seperti yang ditulis James Jones dalam novelnya Go to the Widowmaker: “The panic was the greatest danger, the enemy, the only danger that there was in diving.� Panik dapat menyebabkan pandangan seseorang terbatas, nafas tergesa-gesa, perut mual, dan jantung berdetak kencang disusul

Scubaholic 20142014 | Scuba Holic| |Edisi Edisi18 18| |April April-Juli


Diver's Health

perasaan gelisah. Semua hal diatas dapat membuat suatu masalah kecil menjadi masalah besar yang tidak dapat diselesaikan. Hal ini karena otak dan perhatian hanya terfokus pada masalah tersebut, sehingga untuk menemukan solusi rasanya semakin tidak mungkin.

Banyak orang mengira bahwa serangan panik saat menyelam muncul dari rasa haus akan udara, kegelapan, tatap muka dengan hiu, dan lain sebagainya. Tetapi pada kenyataannya, sebuah riset telah membuktikan bahwa serangan panik adalah sesuatu yang dapat terjadi kapan pun dan di mana pun tanpa sadar, seperti halnya serangan jantung. Meskipun serangan panik itu berbahaya, bukan berarti tidak dapat dihindari. Serangan panik dapat dihindari dengan menenangkan pikiran kita sebelum menyelam, mengesampingkan semua masalah-masalah yang sedang dihadapi di luar, seperti di kampus, atau di kantor. Rasa cemas memikirkan hal-hal itu yang nantinya dapat memicu serangan panik di bawah air. Jadi, saat sedang melakukan penyelaman, pastikan perhatian Anda hanya terfokus pada kegiatan penyelaman di lokasi itu, tidak melamun memikirkan hal lainnya. Satu hal penting lainnya, jika serangan panik terlanjur datang kala melakukan penyelaman, ingat pedoman Stop, Think, and Act. Get refresh, save your life.

Scubaholic | Edisi1818| April-Juli | April 2014 | | Scuba Holic | Edisi 2014

19


Unyil Review

Judul:

Twenty Thousand Leagues under the Sea

Penulis:

Jules Verne

Penerbit:

The Electronic Classics Series Copyright 20012003 (pertama kali terbit 1870)

Bahasa: Inggris

Tebal buku:

280 halaman

T

wenty Thousand Leagues under the Sea, yap, judulnya saja mampu menarik perhatian untuk menelisik lebih jauh isi dari buku ini bukan? Judul dari novel ini mengacu pada sebuah petualangan ribuan kilometer di bawah laut menggunakan kapal selam dan league adalah satuan unit jarak yang sudah tidak lazim digunakan pada saat ini. Ini merupakan sebuah novel sains fiksi

20

klasik karya penulis Jules Verne di tahun 1870. Novel ini bercerita tentang petualangan sosok misterius Kapten Nemo dengan narator utamanya yaitu Profesor Pierre Aronnax. Dimulai dengan serangkaian serangan misterius terhadap kapal di seluruh dunia yang meresahkan para pelaut, kemudian diputuskanlah untuk melakukan pemburuan terhadap raksasa laut yang bertanggung jawab

| Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014


Unyil Review

atas serangan tersebut. Sebagai seorang ahli dalam biologi kelautan, Profesor Aronnax dan asistennyaConseil diundang secara khusus dalam perburuan terhadap raksasa misterius menggunakan kapal. Mereka telah mengarungi lautan selama tiga minggu namun tak kunjung menemukan raksasa yang dicari. Pada saat mereka memutuskan untuk menghentikan pencarian, binatang yang dicurigai sebagai raksasa laut itu menyerang kapalnya. Aronnax, Conseil, Harpooner, dan Ned Land terlempar ke laut akibat serangan tersebut. Kemudian, mereka diselamatkan oleh objek perburuan mereka sendiri. Dan hal yang mengejutkan adalah bahwa hal yang selama ini mereka cari sebenarnya bukan rakasa laut melainkan kapal selam yang luar biasa. Jules Vernes mampu membuat pembaca turut merasakan atmosfer petualangan mengarungi lautan melalui deskripsi ilmiah yang menakjubkan mengenai dunia bawah laut- flora, fauna, dan bagaimana kehidupan di laut. Untuk memahami isinya, membaca novel ini terkadang harus berhenti dan akan mengulang membacanya lalu berkata “oh ya?� tetapi dengan maksud “oh ya?� yang menakjubkan pastinya. Hal terbaik dari buku ini adalah saat sang penulis menjelaskan hal-hal fantastis menggunakan penjabaran ilmiah, sehingga mampu membuat pembaca mempercayai hal-hal fantastis tersebut.

Dalam dunia sastra, novel ini tidak hanya cocok dibaca oleh anakanak melainkan juga untuk orang dewasa. Twenty Thousand League under the Sea bukanlah novel yang bercerita tentang petualangan belaka melainkan juga membawa banyak pengetahuan ilmiah, dan tentu saja mampu memuaskan imajinasi kita tentang kehidupan bawah laut. Jadi meski novel ini penuh dengan imajinasi, sebenarnya kita sedang membaca sebuah karya besar dari sastra sains fiksi yang luar biasa.

Teks : Ikarahma Dewi Foto : Spesial

Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014 |

21


Divenotes

Ketenangan dalam Keheningan Teks : Prastiano Septiawan Foto : Dok. Pribadi

K

arimunjawa – Keindahan bawah air adalah apa yang dicari oleh kebanyakan orang saat menyelam. Biota dan abiota lingkungan perairan merupakan sumber daya yang tiada batas. Keindahan itu nampak biasa di mata sebagian orang, namun keheningan lah yang memberikan ketenangan bagi beberapa orang yang melakukan penyelaman. Kebisingan dan hingar bingar kota lenyap seketika saat dibawah air. Hanya suara tarikan nafas dan suara bubble yang terdengar. Ketenangan itu terkadang terelakan oleh suara mesin kapal pengantar wisatawan air yang masih beroperasi ketika matahari masih menunjukkan sosoknya. Sebagian orang sudah puas dengan apa yang didapat

22

|| Scubaholic 20142014 Scuba Holic| Edisi | Edisi18 18| |April April-Juli


Divenotes

dalam penyelaman pada siang hari. Namun bagi sebagian orang yang tidak pernah puas untuk mencari, bentuk penyelaman lain merupakan cara untuk memuaskan hasrat pencariannya. Penyelaman malam (night dive) biasanya dilakukan untuk mengetahui aktifitas biota laut yang

bersifat nokturnal. Bagi saya itu tidak menarik sama sekali. Penyelaman malam pertama saya lakukan untuk prasyarat “naik tingkat� dalam dunia penyelaman. Tanpa keraguan saya mempersiapkan penyelaman malam, namun bukan berarti memiliki hasrat untuk melakukan penyelaman tersebut. Byur!! Ketika didalam air saya merasakan ada yang berbeda dari ketenangan yang biasanya saya rasakan. Penyelaman malam ternyata berbeda dengan penyelaman biasa. Terbatasnya jarak pandang hanya mengandalkan

Scubaholic | Edisi1818| April-Juli | April 2014 | | Scuba Holic | Edisi 2014

23


Divenotes

lampu senter memberikan ketenangan yang sangat mendalam. Tidak adanya suara kapal yang mengganggu ketenangan penyelaman pada siang hari menenggelamkan pikiran dalam ketenangan. Dengan bermodalkan kamera poket canon G12 saya hanya ingin mencoba mengabadikan momen itu. Namun seketika seekor cuttlefish melintas dihadapan saya. Terlihat mengabaikan saya didekatnya, saya mengambil gambar cuttlefish tersebut. Slurp!! Ketika saya sedang mengambil foto tersebut ternyata dia sedang berburu ikan kecil yang ada didekatnya. Seperti iguana yang menangkap serangga, cuttlefish itu menjulurkan lidah yang seperti tentakel dari dalam mulutnya. Terdiam saya menyaksikan momen tersebut, akhirnya saya memahami apa nikmatnya menyelam di malam hari.

24

Scubaholic 20142014 | Scuba Holic| |Edisi Edisi18 18| |April April-Juli


Dive Events

Open Recruitment Unit Selam UGM 2014

U

nit Selam UGM kembali mengadakan Open Recruitment di awal tahun 2014 ini. Open Recruitment (Oprec) atau penerimaan anggota baru Unit Selam UGM diperuntukkan bagi seluruh mahasiswa Universitas Gadjah Mada baik S1 maupun Pascasarjana. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaring muda mudi UGM yang tertarik dan berminat di dunia penyelaman bawah air. Oprec dimulai dari penjualan formulir pendaftaran di Gelanggang Expo yang diselenggarakan pada bulan Oktober 2013 lalu hingga tahap seleksi yakni pada tanggal 8 – 9 Maret 2014. Tahap seleksi oprec dibagi dua yaitu seleksi kolam dan seleksi wawancara. Antusiasme pendaftaran oprec kali ini cukup baik dengan jumlah 50¹ peserta yang mengikuti tahap seleksi kolam dan wawancara. Kemudian, setelah tahap ini, calon anggota Unyil tersebut akan menuju proses selanjutnya yakni Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklat). Berdasarkan rapat pleno, didapatkan hasil 31 peserta lolos untuk maju ke tahap Diklat. Diklat ke 24 ini juga dibagi menjadi dua sesi yakni Diklat Ruang dan Diklat Kolam pada 17 – 23 Maret lalu. Setelah itu, masih ada proses-proses selanjutnya yang harus ditempuh calon anggota Unit Selam UGM. Bagi peserta yang lolos, selamat dan terus berjuang untuk menjadi anggota Unyil! Woyooo!!!

Teks : Vega Felicia Foto : Dok. Pribadi

Scubaholic | Edisi1818| April-Juli | April 2014 | | Scuba Holic | Edisi 2014

25


Environment

Negeri Biawak Teks : Irwan Hermawan Foto : Spesial

I

ndonesia memiliki keragaman ekosistem yang luar biasa. Seakan tak bisa saling diperbandingkan karena tiap daerah memiliki potensi dan keunikan yang berbeda. Utamanya jenis biota antara satu daerah dengan daerah lain meski terkadang mirip, namun sebenarnya memiliki ciri khasnya masing-masing. Salah satu contohnya adalah Pulau Biawak. Pulau Biawak dan sekitarnya merupakan kawasan konservasi laut daerah yang terletak di sebelah utara Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Kepulauannya terdiri dari tiga pulau kecil, yaitu Pulau Biawak atau yang dikenal juga sebagai Pulau Rakit, Pulau Gosong, dan Pulau Candikian (Pulau Rakit Utara). Pulau yang terletak sekitar 26 mil (¹50 km) dari daratan Indramayu ini dapat dijangkau dengan menggunakan kapal nelayan selama 4-6 jam. Untuk menuju pulau tersebut, wisatawan harus menggunakan perahu yang disewa dari nelayan karena tidak ada alat transportasi massal harian. Akses menuju pulau ini dapat ditempuh dari beberapa daerah sekitarnya, seperti Brondong dan Karangsong. Mari kita mengenal eko�� sistem kepulauan yang eksotis ini.

26

Dimulai dari mangrove, pulau ini banyak ditumbuhi berbagai jenis bakau sebagai ciri khas eksosistem mangrove. Kondisi ekosistem mangrove di Pulau Biawak tergolong masih baik dengan tumbuhnya berbagai ragam jenis mangrove, bahkan terdapat pula jenis yang jarang dijumpai di kebanyakan pantai utara di Jawa. Jenis-jenis bakau yang tumbuh diantaranya adalah Sonneratia spp, Avicennia sp, Bruguiera sp, Rhizophora sp, Ceriops sp, Acanthus sp, Lummitterae, Xylocarpus, Aigicera, Nipa sp, dan Heriera sp. Sementara di Pulau Gosong terdapat jenis Avicennia sp dan di Pulau Candikian

terdapat jenis Bruguiera sp. Ekosistem terumbu karang di Pulau Biawak dan sekitarnya pun tak kalah beragam. Rata-rata berada pada kedalaman 3-5 meter, sehingga hanya dengan snorkeling pun cukup untuk menikmati keindahannya. Komponen penyusun terumbu karangnya sangat padat dan banyak

| Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014


Environment

didominasi oleh karangkarang keras, seperti karang semi padat (Acropora digitata) dan karang meja (Acropora tabulate). Selain itu, terdapat juga karang bercabang (Acropora branching), karang biru (Coral heliopora), karang api (Coral millepora), karang padat (Coral massive), karang menempel (Acropora dan Coral encrusting), karang lingkar daun (Coral foliose), dan karang jamur (Coral mushroom). Dan dijumpai beberapa karang lunak seperti Sinularia sp. Keragaman jenis ikan hias yang ditemukan di perairan ini pun tak kalah menarik. Terdapat kiper (Scatophagus argus), samandar (Siganus verniculator), kerapu (Chremileptis altivelia), dokter (Labroides dmidiatus), kakatua (Callyodon ghabbon),

tikus (Cinhiticthy aprianus), zebra (Dendrichirus zebra), kupukupu (Chaetodon chrysurus), kokotokan, merakan (Pterois valiteus), pisau-pisau, petek perak (Desayllus reticulates), kapasan, buntul, kerong-kerong (Plectorhynchus spp), pembersih (Thallasoma sp), sersan mayor (Abudefduf sexfasciatus),

kerapu lumpur (Cheilinus sp), dan ekor kuning (Caesio cuning). Selain itu, seperti namanya, di pulau ini dapat ditemui fauna yang sangat khas yaitu biawak (Veranus salvator). Fauna lainnya dari jenis burung pun tak kalah beragam, diantaranya trinil pantai (Bubulcus ibis), cangak abu (Ardea cinerea), cangak laut (Ardea sumatrana), cekaka (Halycon chloris), burung udang biru (Alcedo caerulescens), trulek (Pluvalis dominica), dan sebagainya. Dengan kekayaan dan keragaman ekosistem di Indonesia seperti salah satunya Pulau Biawak ini, seharusnya memancing kesadaran kita untuk terus menjaganya. Agar anak cucu kita nanti tetap dapat menikmati keindahan dan keragaman ekosistem tersebut suatu saat nanti.

Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014 |

27


Profil Unyilers

Ika Ristiyani, Wanita Penyelam Laut Selatan Teks : Kamalia Rizqi Awalina Foto : Dok. Pribadi

I

“Sepersekian detik semuanya sempat gelap, dan sampai sekarang tidak tersimpulkan itu apa.”

ka Ristiyani merupakan salah seorang alumni dan instruktur Unit Selam UGM. Sebagai seorang instruktur, pengalaman dan kemampuannya sebagai penyelam tak diragukan lagi. Bahkan Laut Selatan pun pernah ia selami. Di balik prestasinya kini, perjuangan tiada henti pernah ia lalui. Ia juga tak luput dari kesulitan dan pengorbanan. Masih teringat jelas di kenangannya ketika harus ngumpet-ngumpet untuk ikut rekrutmen Unit Selam UGM di tahun 1994. Kekhawatiran orang tuanya bermacam-macam, takut anak perempuannya nanti pergi-

28

pergi, temannya laki-laki semua, dan banyak kekhawatiran lainnya. Agak berat bagi sang ibu memberi ijin. Sementara sang Ayah kala itu berpikir lebih sederhana, “lah kan baru rekrutmen, ya kalo masuk.” Dan tidak disangka-sangka, dari keenam orang perempuan pendaftar, diterima empat orang yang salah satunya Mbak Ika. Status anggota tak langsung membuat sang ibu memberikan ijin. Setiap meminta ijin, jawaban maksimal yang didapatkan biasanya, “takok na bapakmu” (red: tanyakan ke bapakmu) menjadi jawaban tersirat “iya” namun masih dengan berat hati.

| Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014


Profil Unyilers

Kenangan di Unit Selam UGM yang paling berkesan adalah saat memperjuangkan sekretariat Unit Selam UGM. Jabatan sekretaris yang diembannya selama dua tahun dan posisi ketua selama dua tahun berikutnya memberikan cerita semakin menarik. Kala itu sekretariat sempat dipindah di rumahnya. Melihat kegiatan putrinya yang positif secara langsung akhirnya membuat sang ibu kian mendukung. Tiga hari setelah lebaran di Februari 1997 terdapat jadwal penelitian LIPI. Sempat takut tak mendapat restu, tak disangka-sangka sang Ibu justru mendukungnya. Perjuangannya memohon ijin dan restu orang tua selama tiga tahun membuahkan hasil, rasa lega tak terkira. Perjuangannya hingga menjadi instruktur masih panjang. Menariknya, saat ditanya alasannya justru berawal dari keterpaksaan. Di tahun 2000 setelah ikut dalam kepanitiaan PON

XV di Jawa Timur, Mbak Ika mulai dekat dengan lingkungan head quarter POSSI hingga akhirnya berdirilah POSSI Jogja. Saat itu di Jogja yang telah memiliki sertifikat selam A3 hanya ada tiga orang, salah satu dan satu-satunya wanita adalah Mbak Ika. Waktu itu terdapat kesempatan untuk masuk menjadi dive master dan mengikuti pendidikan gratis di Lampung dengan mengikuti seleksi. Sebelumnya Mbak Ika digeber oleh seniornya Mas Jecky dan Mas Gepeng sampai menangis supaya tidak memalukan penyelam Jogja di ajang tersebut. Dan semua perjuangan tidak pernah sia-sia. Setelah resmi menjadi dive master, Mbak Ika mengikuti TVRI Diving Club dan bisa merasakan menyelam yang sesungguhnya. Mendampingi orangorang yang ‘bingung menghabiskan uangnya’ membuat nuansa menyelam sangat jauh berbeda dari saat menjadi mahasiswa di Unit Selam

Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014 |

29


Profil Unyilers

UGM. Ikut bekerja di perusahaan Pak Baroeno untuk urusan bawah air turut memaksanya menjadi instruktur. “Akhirnya itu menjadi tugas saya.�, ujarnya sembari mengenang. "Kamus beliau gak ada yang gak ada, dan gak ada yang gak bisa.� Itu yang ikut ia pegang. Bayangan ujian menjadi instruktur yang sulit kala itu diterjangnya. Tepatnya di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu, dari 8 orang instruktur, ia perempuan satu-satunya dan mendapat peringkat kedua terbaik. Baginya menjadi seorang instruktur harus bisa menerangkan dan berinteraksi dengan murid, jika ada pertanyaan harus tahu jawabannya. Bahwa menjadi instruktur itu sulit dan banyak tanggung jawabnya. Harus memegang etika instruktur yang baik, tidak boleh jualan sertifikat. Bertemu dan menikah dengan sesama anggota Unit Selam UGM sekaligus sesama instruktur membuatnya menjadi keluarga penyelam. Dan kini ia beserta suami dan beberapa penyelam di Jogja

30

| Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014


Profil Unyilers

merupakan penggerak POSSI Jogja dan pendiri Sentra Selam Jogja. Sempat vacuum beberapa saat tak mengurangi aktifitasnya. Kini ia kembali aktif menjadi seorang instruktur setelah anak keduanya berumur dua tahun. Mengenai penyelamannya di Laut Selatan, berawal di tahun 2010 mewakili Dinas Kelautan dan Perikanan untuk melakukan inventarisasi, identifikasi, dan survei kegiatan konservasi, saka bahari, dan pembuatan apartemen ikan. Meski pada awalnya takut untuk menyelam di Laut Selatan, namun setelah dilakoni tidak apa-apa. Hal penting baginya adalah jika turun di Laut Selatan harus benarbenar melihat cuaca dan bertanya pada nelayan. Menurutnya air Laut Selatan tidak seperti perairan lain, warna air tidak kebiruan namun kehijauan. Di dalamnya terdapat alur-alur gundukan pasir yang sangat tinggi bahkan di kedalaman 24 meter. Visibility tergantung kondisi, terkadang jernih terkadang keruh. Meski terumbu karangnya tidak

terlalu banyak dan bagus, namun ikannya banyak dan beragam. Swing masih dirasakan hingga kedalaman 8-10 meteran akibat ombaknya yang begitu besar. Di Wedi Ombo menurutnya ombak tidak terlalu besar, namun terdapat banyak celah yang bisa menyeret seseorang kedalamnya. Mbak Ika dan tim pun pernah terseret kala itu. StopThink-Act memang penting dalam kondisi darurat seperti itu. Satu yang ia pikirkan adalah jika dilawan tenaga akan habis. Kejadian dramatik dan aneh pun sempat dialaminya. Saat itu ia menyelam untuk dokumentasi pembuatan apartemen ikan di Pok Tunggal, “Sepersekian detik semuanya sempat gelap, dan sampai sekarang tidak tersimpulkan itu apa karena kondisinya sangat gelap.� Katanya, “Tapi yasudah lah.� Pengalaman tak terlupakan yang disimpannya sebagai kenangan atas perjalanan hidup dan prestasinya hingga kini.

Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014 |

31


Vacancy

Pukat Harimau

M

endengar namanya, sosok hewan buas, besar, dan kuat terbayang. Asosiasi penggunaan alatnya cukup sesuai dengan namanya. Harimau merupakan hewan berburu yang hebat. Dengan indera pendengaran dan penglihatan yang tajam membuatnya menjadi pemburu efisien. Namun tak sepenuhnya nama Harimau sesuai. Perbedaan paling mendasar dari keduanya ada pada jumlah dan pemilihan mangsanya. Kini jumlah Harimau kian menipis, sementara Pukat Harimau yang sudah dilarang justru kian bertambah secara ilegal. Selain itu sebagai predator utama dalam rantai makanan, Harimau tetap mempertahankan populasi di bawahnya sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Sementara Pukat Harimau justru menangkap apa pun yang dilewatinya dan merusak keseimbangan ekosistem. Pukat Harimau atau trawl meru�� pakan alat tangkap ikan semacam kantong yang ditarik pada jarak panjang. Ada dua jenis, midwater trawl untuk menangkap ikan-ikan pelagis, dan bottom trawl yang dioperasikan di dasar perairan. Keduanya merusak terumbu karang, menimbulkan kekeruhan di dasar perairan, dan menangkap hewan bukan target. Sehingga alat ini mengundang protes pecinta lingkungan maupun nelayan tradisional.

32

Pukat Harimau digunakan pertama kali di Laut Tengah dan masuk ke negara-negara Eropa di abad 16. Di Indonesia, pukat harimau dikenalkan Belanda sebagai sarana penelitian bidang kelautan. Setelah Indonesia merdeka, Angkatan Laut menggunakannya sebagai alat riset. Lantas dimodifikasi sebagai alat peningkatkan hasil tangkapan perikanan Indonesia. Keluarlah bantuan kredit nelayan untuk memodernisasi alat tangkapnya tersebut. Program kredit ini awalnya berjalan dengan baik, hingga mencapai puncak kejayaannya ditahun 1970-an. Karena memunculkan berbagai persoalan, dikeluarkanlah KEPPRES No. 39 tahun 1980 untuk menghentikan dan melarangnya sebagai alat tangkap ikan di wilayah perairan Indonesia. Sejalan dengan instruksi Presiden No. 11 tahun 1982 dan SK Mentri pertanian No. 503/ KPTS/ UM/7/1980 tentang langkah-langkah pelaksanaan penghapusan jaring (pukat) tahun pertama dan juga didukung dengan surat edaran Mahkamah Agung No. 3 tahun 1988 bagi seluruh hakim di Indonesia agar memberikan sanksi berat bagi siapa pun yang tertangkap menggunakannya atau menyimpannya. Teks : Kamalia Rizqi Awalina

| Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014


Who's Bubbling

Dr. Ir. Djumanto, M.Sc. Teks : Aidilfi Tio Foto : Dok. Pribadi

S

eorang penyelam dan dosen yang menjabat sebagai Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan UGM.

Overfishing itu sebenarnya apa sih Pak? Overfishing ialah aktivitas penangkapan yang melewati daya dukungnya. Menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, sumber pakan berkurang, dan pencemaran.

Lantas menurut Bapak siapa yang bertanggung jawab pada kasus overfishing ini?

Semua stakeholder yang berkaitan tentu harus bertanggung jawab, diantaranya pemerintah, nelayan,

pedagang, dan LSM. Pemerintah bertanggung jawab terhadap regulasi. Sementara nelayan perlu kesadaran bahwa populasi ikan sifatnya renewable namun jika pengkapan berlebih akan membuat jumlahnya semakin berkurang. Sayangnya, pedagang selama ini masih mau menampung ikan-ikan kecil yang belum layak jual. Beberapa LSM terkadang justru menjerumuskan dan menentang aturan penanggulangan overfishing dengan berbagai alasan, seperti pelanggaran hak hidup nelayan misalnya. Seharusnya LSM turut mendukung kebijakan demi kesejahteraan nelayan jangka panjang.

Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014 |

33


Who's Bubbling

Sudah adakah regulasi dan sosialisasinya ke nelayan mengenai overfishing ini?

Sebenarnya ada KEPRES dan peraturan menteri tentang pengoperasian alat tangkap. Pelanggaran aturan itu terjadi karena tidak tahu atau ada juga yang tahu tetapi tidak melaksanakan karena jalur ilegal dianggap instan. Di daerah yang jauh dari kota, mereka menggunkan bom untuk alat tangkapnya, kenapa? Pertama, pengetahuan mereka sangat terbatas mengenai dampak, yang mereka tahu hanya dengan bom tangkapan ikan akan banyak. Kedua, ada yang tahu tapi tidak punya pilihan. Di Indonesia Timur bom dipilih karena lebih praktis dan mudah. Selain karena tidak mampu membeli alat akibat mahalnya alat penangkapan standar, keahlian membuat bom juga telah turun-temurun dimiliki. Selain itu hukuman bagi pelanggar tergolong ringan dan tidak memiliki efek jera. Membutuhkan solusi taktis seperti pemberdayaan nelayan. Setidaknya dari kegiatan ‘menangkap’ dialihkan ke kegiatan membuat rumpon, dengan memancing didaerah rumpon hasil tangkapan banyak dan tidak merusak ekosistem. Dibutuhkan pula penyediaan alat tangkap yang murah dan ramah lingkungan.

rumpon untuk masyarakat daerah setempat, sementara masyarakat dari daerah lain tidak boleh mengkap disekitar rumpon tersebut. Di Bali dan Lombok juga ada fish agregat divice untuk menggumpulkan ikan, mereka menangkap disitu saja sepeti tongkol, lamadang, dan lain sebagainya.

Terakhir nih Pak, Apa harapan Bapak untuk perikanan Indonesia kedepan?

Saya berharap perikanan bisa sebagai sumber pangan masa depan Indonesia dan terbebas dari overfishing. Seperti di Jepang, restocking dilakukan. Dinas perikanan Jepang melakukan pemijahan dan hasilnya dilepas kelaut. Selain itu menangkap ikan di sana menggunakan kapal yang ada kodenya. Semisal Koci 02 hanya boleh menangkap di dearah Koci jalur 2 dengan alat tangkap tertentu di musim tertentu. Seharusnya di Indonesia juga terdapat sistem seperti itu. Semisal di Indonesisa nelayan dapat membeli kupon di minimarket untuk ijin melakukan penangkapan. Didalam kupon tersebut tertulis alat tangkap apa, ukuran pancing berapa, jenis ikan yang akan ditangkap, dan lokasi penangkapan. Sehingga tetap terkendali secara ijin dan statistiknya dengan lebih mudah.

Apakah solusi tersebut sudah berjalan? Beberapa sudah berjalan. Contohnya di daerah Jayapura, secara adat mereka sudah membuat

34

| Scuba Holic | Edisi 18 | April-Juli 2014


Story & Illustrator : Aji Nugroho

Scubaholic | Edisi1818| April-Juli | April 2014 | | Scuba Holic | Edisi 2014

35


Unit Selam UGM Sayap Utara Gelanggang Mahasiswa UGM Jalan Pancasila no. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281 www.selamugm.org


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.