Muhammad Hisbun Payu
Kawal Kebijakan dengan Aksi Kamisan
B
erangkat dari masalah yang tidak terselesaikan, Aksi Kamisan ingatkan pemerintah untuk menegakkan keadlian dan usut tuntas kasus pelanggaran HAM. Aksi Kamisan Solo merupakan aksi yang digelar seminggu sekali untuk menyuarakan isu yang berkaitan dengan HAM dan demokrasi.
Muhammad Hisbun Payu atau yang akrab disapa Iss merupakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang merintis Aksi Kamisan Solo. Menurut penuturan Iss, Aksi Kamisan Solo pertama kali dibentuk pada September 2017. Sebagai awal persiapan, dia mengadakan pendidikan bagi para anggota selama seminggu, kemudian mereka melakukan aksi kamisan perdana pada tanggal 7 September 2017 bertepatan dengan 10 tahun kasus Munir. Namun, setelah aksi perdananya, Aksi Kamisan Solo sempat bubar karena partisipannya masih sedikit dan harus mengawal aksi Sukoharjo Melawan Racun. “Jadi intinya kamisan itu jadi tempat pendidikan dan melatih keberanian orang untuk terlibat advokasi dengan rakyat. Aksi Kamisan kita pancing buat menggaet massa dan akhirnya berhasil, yang tadinya sedikit jadi banyak,� ujar Iss saat ditemui VISI (05/09/2020). Menurut Iss, ada dua hal yang diharapkan 26
VISI • EDISI 37 • 2020
dari terbentuknya Aksi Kamisan Solo. Pertama, sebagai kantong massa. Aksi Kamisan menjadi sarana untuk memasyarakatkan institusi yang tidak dibicarakan secara sentral dan mencari cara agar isu-isu yang tersegmentasi dapat menjadi bahan pembicaraan. Secara umum, aksi kamisan digunakan sebagai tempat pendidikan, memasarkan isu, tempat untuk mencari kawan baru, serta menjadi tempat pendidikan politik. Kedua, aksi kamisan ini diharapkan bisa mengingatkan orang-orang bahwa setiap hari Kamis, ada sekelompok orang yang tidak pernah lupa dengan pelanggaran HAM, sampai hal itu benar-benar diusut. Sejak awal kemunculannya, Aksi Kamisan sudah 75 kali digelar. Selama pandemi, Aksi Kamisan Solo dilakukan secara virtual. Iss mengatakan bahwa kegiatan Aksi Kamisan saat pandemi adalah membagikan poster di media sosial. Cara ini dinilai cukup efektif karena orang-orang lebih banyak menghabiskan