Podium 11 - Di Balik Topeng

Page 1


D A P U R

Aditya A. D.

Nur Azizah

Gilang P.

Faalah S.

Dewa Made

Ketua Umum

Pimpinan Redaksi

Redaktur Pelaksana

Koor. Redaksi

Angg. Redaksi

Iqbal Abdul

M. Arief

Fadila A.

Fanji A.

Mega V.

Angg. Redaksi

Koor. Reporter

Angg. Reporter

Angg. Reporter

Angg. Reporter

Putri Widya

Ardiansah

M.Thoyib

Bacharuddin

M. Fikri

R E D A K S I

Angg. Reporter

Birgitta N.

Koor. Marketing Angg. Marketing Angg. Marketing Angg. Marketing

Grace D.

Fathuddin

Noverian

Angg. Marketing Angg. Marketing Angg. Marketing Koor. Fotografi & Layout

A. Fatimah

Riska Ayu

Angg. Fotografi Angg. Fotografi & Layout & Layout

A. Aisyah Angg. Fotografi & Layout

Ramadhan

Widiana S.

Ismania S.

Angg. Fotografi & Layout

Koor. Iklan

Angg. Iklan

Eka Yahya

Anggi R.

Angg. Iklan

Angg. Iklan

Siti Raisah Angg. Iklan

M. Nanda Angg. Iklan


SALAM REDAKSI Halo, Sahabat Pena! Majalah Podium kembali hadir di edisi ke-11 dengan judul Di Balik Topeng. Pada Podium edisi kali ini akan membahas mengenai kesehatan mental. Sama halnya seperti kesehatan fisik, kesehatan mental juga perlu kita perhatikan. Minimnya pengetahuan dan pemahaman mengenai kesehatan mental di kalangan masyarakat, memicu kami untuk membahas mengenai isu ini. Judul Di Balik Topeng ini menggambarkan seolah seseorang yang menutup dirinya, enggan untuk menunjukkan dirinya dihadapan dunia, dimana hal ini biasa terjadi pada teman-teman yang mengidap masalah kesehatan mental. Melalui Podium ini kami ingin membantu pembaca untuk lebih mengenal dan memahami apa itu kesehatan mental, apa saja bentuk dari masalah kesehatan mental, bagaimana cara menghadapi orang dengan masalah kesehatan mental, dan artikel lainnya yang juga tidak kalah menarik. Dengan mengangkat tema ini, harapan kami adalah masyarakat akan lebih memahami mengenai kesehatan mental serta mematakahkan stigma terhadap pengidap masalah kesehatan mental.


DAFTAR ISI Daftar Isi

4

Ini Kita

6

Intermezzo HOT READS Kenapa Kenali Berbagai Gangguan Kesehatan Mental

Jenis

HOT READS Self Diagnosed: Analisa Manfaat dan Bahaya yang Perlu Diketahui

HOT READS Membahas Perilaku Bunuh Diri Melalui Sudut Pandang Ilmu Psikologi

HOT READS Ruang Konsultasi Bagi Mahasiswa Kampus

Riset VIEW Mengusut Kesehatan Mental Mahasiswa dari Sudut Pandang Psikolog

8 10 14 16 18 20 22

FUN CORNER

24

Q&A

26

Kalau Menang Lotre, Mau Beli Apa?

Komunitas Peduli Kesehatan Mental How To Mengendalikan Diri

Campus Lens TRENDING

28 30 32 36 4



PODIUM 1

PREPARE YOURSELF COLLEGE

PODIUM 6

DI BALIK LAYAR

INI KITA:

TO

PODIUM 2

PODI

LET IT GO

FIREW

PODI

PODIUM 7

RETAKAN 3 PILAR

LIKA SEBUAH

Perkembangan Podium PA

Podium adalah majalah keluaran dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Aksara sebanyak setahun sekali. Tiap edisi Podium dirilis UKM Aksara merilis dengan tema berbeda-beda. Sebelum bergabung menjadi Aksara, saat penyatuan Telkom University tahun 2013 silam, Podium merupakan proker (program kerja) milik Masyarakat Jurnalis (Masjur) yang berfungsi sebagai media alternatif di kampus. Adapun makna dari ‘Podium’ adalah untuk penggambaran seseorang yang sedang berbicara di atas podium/mimbar. Tujuan dari Podium merupakan bentuk media publikasi berupa majalah dari UKM Aksara. Dengan Podium, UKM Aksara menyampaikan isu-isu yang sedang berkembang di kampus. Selain itu, Podium juga wadah bagi anggota UKM Aksara mengembangkan kemampuan jurnalistiknya. Proses yang dilalui dalam pembuatan Podium berlangsung selama kurang lebih 6 bulan (satu semester). Dalam kurun waktu tersebut, akan dilaksanakan diskusi pencarian isu bagi anggota dapur redaksi, penyusunan konten, dan pembuatan judul. Kemudian, akan dilakukan pencarian data oleh tim redaksi dan reporter. Pencarian data tersebut akan menentukan narasumber yang diperlukan untuk wawancara atau sumber informasi lain seperti observasi dan literasi. Setelah seluruh data telah terkumpul, maka akan dilakukan proses peredaksian, editoring, dan layout konten hingga menjadi sebuah majalah Podium.

5


IUM 3

WORK

IUM 8

LIKU H DIGIT

PODIUM 4

ANOTHER RAINBOW

PODIUM 9

SENDI-SENDI TRANSISI

PODIUM 5

ADA APA DENGAN KAMPUS

PODIUM 10

MENDOBRAK PARADIGMA

ADA Era Digital Perkembangan teknologi di era digital mendorong Podium untuk ikut berkembang menyesuaikan zaman. Agar Podium tidak kalah saing, berbagai bentuk publikasi dan media digunakan. Selain dicetak secara fisik, saat ini Podium bisa diakses secara online dan gratis melalui PODIUM 11 website issuu.com dan aksarapers.com. DI BALIK TOPENG Hal tersebut merupakan salah satu metode dicetak secara fisik, saat ini Podium bisa diakses secara online dan gratis melalui website issuu. com dan aksarapers.com. Hal tersebut merupakan salah satu metode digitalisasi dari Podium pasca produksi. Selain itu, software digital yang digunakan saat layouting juga mendorong kualitas Podium dari segi ilustrasi menarik dan kerapihan. Penggunaan layout menarik juga dimaksudkan untuk memberikan ketertarikan tambahan pagi pembaca secara visual. Bagian periklanan di Podium juga dibuat dengan perjanjian dengan klien dalam bentuk paket-paket. Paket-paket tersebut memberikan manfaat bagi klien dengan produk yang akan diiklankan melalui sosial media.

6


INTERMEZZO

Ulas Makna Kesehatan Mental

Photo by: Simon Migaj Kesehatan mental adalah hal penting yang harus diperhatikan, selayaknya kesehatan fisik. Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan individu, dimana pikiran mereka dapat menangani stress, melakukan pekerjaan dengan produktif, dan mampu berkontribusi dengan komunitas lainnya. Menurut Karl Meninger, seorang psikiater asal Amerika Serikat mendefinisikan individu yang sehat mental adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Namun, seringkali terdapat kekeliruan terhadap kesehatan mental dan gangguan kesehatan mental. Mental Illness atau gangguan kesehatan mental adalah sebuah kondisi yang mempengaruhi perubahan dalam emosi, pikiran, atau perilaku. Kondisi tersebut biasanya diakibatkan adanya tekanan batin atau permasalahan dalam aktivitas sosial. Secara etimologis, mental berasal dari kata “mens” atau “mentis” yang berarti roh atau jiwa. Definisi kesehatan mental juga tercatat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 Pasal 1, yang berbunyi:

“Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.”

7


Hingga saat ini, pemasungan atau pengurungan terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) masih dianggap normal atau lumrah. Padahal, undang-undang telah mengatur hak kepada ODGJ agar mendapatkan pengobatan atau layanan kesehatan. Pada pasal 149 ayat 1 UU Kesehatan: “Penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang lain, dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum wajib mendapatkan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan�. Pemasungan atau pengurungan yang dilakukan tersebut dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan dan perampasan hak untuk hidup pada orang tersebut.

Photo by: Eneko UruĂąuela Merujuk dari sejarahnya, masalah kesehatan mental tercatat sudah ada sejak zaman pra-sejarah. Namun, pada masanya dimana ilmu pengetahuan masih sangat minim, masalah kesehatan mental ini dikaitkan dengan alam gaib, roh jahat, bahkan pengaruh dari kelompok musuh lainnya. Hal tersebut disebut juga dengan demonologi, yaitu perilaku tidak normal yang disebabkan oleh kekuasaan kegelapan seperti kekuatan setan (takhayul). Cara pengobatan yang digunakan pada saat itu adalah dengan menggunakan ramuan atau mantra-mantra. Seiring perkembangan zaman, para ilmuwan mulai melakukan pendekatan dengan cara yang logis dan manusiawi. Pendekatan tersebut masih terus terjadi naik dan turun dengan pemahaman takhayul yang sudah ada sejak dulu. Saat ini, orang dengan gangguan kesehatan mental sudah mendapatkan pengobatan khusus sesuai dengan pengidentifikasiaan dan klasifikasi penyakitnya.

Photo by: Lina Trochez

8


Kenali Berbagai Jenis Gangguan Kesehatan Mental Melansir dari laman WHO (World Health Organization), setidaknya ada 1 dari 4 orang di dunia yang menderita mental illness atau yang biasa disebut gangguan kejiwaan, menandakan bahwa ada sekitar 450 juta orang di seluruh dunia mengidap mental illness dan dua-pertiganya tidak pernah menjalani perawatan medis atau bahkan sekadar menyadari bahwa ia mengidap mental illness. Hal ini mungkin dilandasi dengan ketidaktahuan orang-orang mengenai mental illness itu sendiri sampai dengan gejala dan penyebabnya. Lalu, apakah mental illness itu?

Apa Kata Psikiater Mengenai Mental Illness? Menurut dr. Ade, psikiater Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, mental illness atau yang biasa disebut dengan gangguan jiwa adalah suatu gangguan suasana atau pikiran, hati atau emosi, serta tindakan yang telah mengganggu fungsi. Dalam hal ini fungsi yang dimaksud adalah fungsi otak dan tubuh dalam bekerja, berpikir, menyelesaikan masalah, belajar, atau sekedar melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. “Mental illness juga digolongkan menjadi beberapa macam sesuai dengan diagnosisnya,� tambahnya. Secara diagnosis, mental illness dibagi menjadi 2 macam, yaitu gangguan jiwa organik dan gangguan jiwa fungsional. Gangguan jiwa organik adalah gangguan jiwa yang disebabkan oleh menurunnya fungsi kerja neurotransmitter yang

9


merupakan senyawa organik endogenus dan berfungsi untuk membawa sinyal kepada neuron. Penyakit yang ditimbulkan antara lain seperti demensia, dan skizofrenia. Sedangkan gangguan jiwa fungsional dibagi menjadi 4 macam yaitu; 1. Gangguan jiwa psikotik, yaitu gangguan jiwa yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi dan waham (delusi). Penderita gangguan psikotik biasanya memiliki persepsi yang tidak normal dengan orang kebanyakan. Persepsi tersebut bisa menimbulkan halusinasi, mempercayai, dan merasakan sesuatu hal yang tidak nyata. Salah satu contohnya, adalah Skizofrenia. 2. Gangguan suasana perasaan. Gangguan ini disebabkan oleh pengontrolan emosi dan perasaan seperti bipolar dan depresi. Penderita gangguan suasana hati bisa mengalami perubahan mood atau suasana hati yang dan dalam waktu cepat. Misalnya, dari mood yang stabil, tiba-tiba sedih, lalu sangat bahagia dan bersemangat dalam waktu yang cepat. 3. Gangguan neurotik, yaitu gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan peralatan khusus di rumah sakit. Biasanya, gangguan jiwa ini berupa fobia, cemas, dan panik berlebihan. 4. Gangguan perkembangan atau kelainan genetik adalah suatu kondisi terjadinya perubahan sifat dan komponen di dalam gen sehingga menimbulkan penyakit. Kondisi ini dapat disebabkan oleh mutasi baru pada DNA, atau kelainan pada gen yang diwarisi dari orang tua. Seperti down syndrome, autisme, serta hiperaktif. Ketika ditanya mengenai mental illness pada kalangan mahasiswa, Ade memaparkan bahwa saat ini gangguan kesehatan mental yang paling darurat di kalangan para remaja maupun mahasiswa adalah depresi tingkat tinggi. Depresi tingkat tinggi menyebabkan penderitanya menyalurkan emosinya pada sesuatu dengan cara melukai dirinya sendiri (self harm) ataupun mengonsumsi barangbarang terlarang (NAPZA). Menurutnya, kerentanan mahasiswa mengidap stres terhadap mental illness tergantung dari cara pandang kepada diri sendiri. Selama masih ada hal yang bisa ia banggakan dan masih adanya rasa nyaman yang besar di sekelilingnya, kemungkinan untuk mengidap gangguan kesehatan

Photo by : Callum Skelton

10


masih adanya rasa nyaman yang besar di sekelilingnya, kemungkinan untuk mengidap gangguan kesehatan jiwa akan lebih rendah.

Apa Saja Pemicu Mental Illness ? Ade menyebutkan beberapa penyebab mental illness antara lain: • Masalah yang datang bertubitubi dalam satu waktu • Faktor genetik • Mengalami kekerasan dalam rumah tangga • Broken home • Beban sebagai anak pertama, • Tinggal di lingkungan yang buruk • Kelainan pada otak • Mengalami diskriminasi dan stigma • Kematian orang yang dicintai • Kondisi ekonomi

• Pelecehan “Masalah keluarga yang kurang • Kesepian komunikatif, broken home, masalah antar keluarga besar, serta beban sebagai anak pertama adalah penyebab Mental Illness yang akhir-akhir ini sedang marak dialami oleh para remaja yang tak lain meliputi mahasiswa” ungkapnya ketika ditanya terkait penyebab mental illness yang saat ini kerap kali dialami oleh mahasiswa.

Namun, jika kamu mengidap gangguan mental, mengontrol kesibukan akan membantu untuk meningkatkan kepercayaan diri sendiri dan akan mengurangi dampak dari gejala gangguan. Selain itu, coba untuk mengikuti beberapa cara berikut: 1. Waspada terhadap gejala yang ada Segera hubungi dokter atau terapis untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gejalagejala yang kamu alami. Cari tahu apa yang perlu dilakukan jika suatu saat gejala tersebut kembali. 2. Lakukan pemeriksaan medis rutin Jangan remehkan pemeriksaan kesehatan berkala terutama ketika kamu sedang merasa tidak baik. Kamu mungkin akan menemukan permasalahan kesehatan yang perlu untuk ditangani. 3. Dapatkan membutuhkan

ketika

kamu

Kondisi kesehatan mental akan lebih sulit untuk diobati jika kamu menunggu hingga kondisinya memburuk. Pengobatan jangka panjang mungkin akan membantu mencegah

Tindakan Preventif Gangguan Kesehatan Mental / Tanggap Pencegahan Gangguan Kesehatan Mental Tidak ada cara yang mutlak untuk mencegah gangguan kesehatan mental.

11

bantuan

Photo by : Sherise


Pengobatan jangka panjang mungkin akan membantu mencegah munculnya gejalagejala. 4. Menjaga dan mencintai dirimu Dapatkan tidur yang cukup, makan sehat, dan olahraga secara rutin dan terjadwal. Hubungi dokter jika kamu memiliki pertanyaan mengenai tidur, pola makan, dan aktivitas kebugaran. Hubungi dokter jika kamu memiliki pertanyaan mengenai tidur, pola makan, dan aktivitas kebugaran.

Pahami Cara Terbaik Menghadapi Penyintas Gangguan Mental Masih banyak orang yang tidak mengetahui bagaimana caranya menanggapi penderita gangguan kesehatan mental. Akibatnya, perilaku yang diberikan seringkali menyinggung penderita dan membuatnya semakin terpuruk. Dengan begitu, baiknya kita mengetahui apa yang harus kita

lakukan terhadap penderita gangguan kesehatan mental. Seperti yang diungkapkan oleh Ade, kita harus bisa menjadi seorang pendengar yang baik bagi para penderita, jangan menghakimi mereka atas apa yang dilakukannya, dengan begitu penderita akan merasa nyaman dan aman. Banyak dari penderita gangguan kesehatan mental menutup diri dan menjauh dari sekitarnya, sehingga peran kita adalah hadir untuk menemani mereka. Biarkan mereka bicara sesuai keinginan mereka. Jangan paksa mereka untuk berbicara mengenai keadaan yang mereka rasakan, biarkan mereka berbicara atas kesiapan dari diri mereka sendiri. Selain itu, jangan menerka-nerka perasaan mereka. Berikan dukungan semampu kita tanpa membuat asumsi lain terhadap apa yang mereka rasakan. Gangguan kesehatan mental bisa diidap oleh siapa saja, dengan begitu alangkah baiknya kita untuk mengedukasi diri sendiri. Terakhir, kita bisa menawarkan mereka untuk datang ke psikolog atau psikiater untuk memeriksakan keadaan mereka. Memberikan dukungan dan pengertian merupakan hal yang bisa membantu mereka.

12


SELF DIAGNOSED: Photo by : K. Mitch Hodge

D

i tengah kemajuan teknologi dan banyaknya informasi mengenai mental illness, kita dihadapkan dengan fenomena “romanticizing mental illness”. Melalui berbagai media, kita melihat banyaknya musik, kutipan, film, bahkan buku yang mengindahkan mental illness sehingga banyak orang yang merasa bahwa apa yang tertera sangat menggambarkan keadaan dirinya. Fenomena ini disebut juga dengan “efek Barnum”. Efek Barnum adalah suatu fenomena yang terjadi ketika seseorang menganggap bahwa ‘suatu deskripsi yang dituliskan untuk umum dan dapat berlaku untuk semua orang’ adalah deskripsi yang akurat tentang diri mereka dan seolah dibuat hanya untuk mereka. Efek barnum ini dipengaruhi oleh self diagnose dari banyaknya informasi yang ada di internet maupun di kehidupan sehari-hari masyarakat. Namun, apa yang dimaksud dengan self diagnose ini? Menurut Dr. Ade, psikiater Rumah Sakit Provinsi Jawa Barat menjelaskan bahwa self diagnose adalah proses mendiagnosis suatu kondisi medis dalam diri sendiri yang oleh informasi di sekitarnya. Mengikuti fenomena romanticizing mental illness yang sedang marak terjadi, Dr. Ade mengatakan “saya memandang hal ini dari

13

sisi berbeda, saya rasa ini adalah hal yang bagus karena secara stigma orang terhadap mental illness menjadi berkurang, bahwa orang telah menyadari jika mereka merasakan gejala mental illness mereka akan berusaha mendapatkan pertolongan. Namun, jika mereka langsung menghubungkan gejala tersebut dan menyimpulkan apa yang terjadi pada mereka, itu akan membuat orang di sekitarnya tidak nyaman dan malah menimbulkan stigma baru,” jelas Dr. Ade Dr. Ade menyampaikan bahwa peran media sangat mempengaruhi self diagnose ini, tetapi hal ini juga tergantung pada pengguna dari sosial media tersebut. Self diagnose ini merupakan hal yang baik apabila dilanjutkan dengan konsultasi kepada ahli medis yang dapat mengkonfirmasi. Faktor penyebab self diagnose lainnya kemudian dijelaskan oleh Dr. Ade “ada banyak faktornya, mulai dari cara mereka nteraksi dengan orang lain ataupun diri mereka sendiri, pengalaman yang mereka alami, cara mereka dididik dalam keluarganya, bahkan genetik juga bisa mempengaruhi. Tidak menutup kemungkinan seorang pencemas, orang tuanya pasti pencemas juga. Cara pola asuh juga bisa mempengaruhi. Misalnya pola asuh yang keras dalam keluarganya sehingga


Analisa Manfaat dan Bahaya yang Perlu Diketahui menyebabkan anaknya menjadi penuh keraguan atau kecemasan, atau pola asuh keluarganya biasa saja sehingga menyebabkan anaknya menjadi tidak mudah cemas.� Dampak buruk yang akan terjadi jika kita terus menerus melakukan self diagnose adalah kepanikan yang tidak perlu, bahkan dapat berlanjut pada konsumsi obat yang salah. Namun, menurut Dr. Ade, self diagnosed ini letak permasalahannya bukan pada dampak baik atau dampak buruk, melainkan seberapa besar ia ingin diperhatikan. Karena orang yang crying for help dengan seeking attention memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Dari sinilah kita dapat membedakan mana orang yang benar-benar mengalami mental illness dengan yang tidak. Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi self diagnosed adalah konsultasikan kepada dokter atau ahli medis yang bersangkutan. “Menurut pendapat saya, dalam gangguan jiwa itu tidak ada yang perlu disembuhkan karena tidak ada rusak dalam hal fisik secara organ tubuhnya. Yang bermasalah adalah daya adaptasinya terhadap lingkungannya yang mana daya adaptasi ini bisa dilatih kok dan bisa kita stimulasi ulang dengan baik. Ketika konsep dalam dirinya kita perbaiki,

saya yakin ia akan membaik. Psikiater pun biasanya menyebut dengan kata pulih (recovery) karena memang kita memperbaiki apa yang ada dalam dirinya bukan menyembuhkan,� jelas Dr. Ade. Masyarakat mungkin masih bingung dengan perbedaan psikiater dan psikolog. Mereka bingung harus konsultasi kemana bila mereka merasa tidak nyaman. Mereka juga bingung harus mencari fakta dari informasi yang mereka dapat kemana. Dr. Ade menjelaskan perbedaan psikolog dan psikiater terletak pada pendidikan yang mereka ambil. Lalu perbedaan lainnya adalah psikiater boleh memberikan resep obat sedangkan psikolog hanya mmeberikan treatment berupa terapi. “Perihal datang kemana, saya rasa tidak ada masalah mau datang ke psikolog atau psikiater karena kita masih dalam ranah kesehatan jiwa. Yang penting adalah mereka mendapatkan edukasi dan konfirmasi. Kalau mereka sudah mengalami gangguan saya rasa lebih baik langsung ke psikiater,� kata Dr. Ade Self diagnosed yang baik akan membuat kita lebih aware terhadap mental illness. Self diagnosed yang baik dilakukan dengan kesadaran kita untuk memilih informasi yang baik, benar, dan terpercaya.

14


Membahas Perilaku Bunuh Diri Melalui Sudut Pandang Ilmu Psikologi Bunuh diri menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian dan salah satu topik yang ramai diperbincangkan secara global. World Health Organization merilis data yang menunjukkan hampir 800.000 orang setiap tahunnya memutuskan mengakhiri hidupnya. Artinya setiap 40 detik ada seseorang yang meninggal karena bunuh diri. Negara Indonesia pun tak luput dari kasus ini. Berdasarkan rilis Kompas, setiap jamnya, bunuh diri menjadi pilihan terakhir untuk orang usia produktif (15-29 tahun). Jika disajikan dalam angka, kasus bunuh diri terjadi pada 3 dari 100.000 orang di Indonesia. Individu yang melakukan bunuh diri merasa dirinya sudah tidak memiliki harapan. Penyebab dari bunuh diri sangat beragam dan kompleks. Gangguan mental bukan satu-satunya penyebab dari bunuh diri, namun menjadi faktor mayor. Dalam sebuah studi di National Institute of Health, 90-95% kasus bunuh diri di latar belakangi oleh kondisi mental korban. Bipolar, gangguan pengendalian impuls (Impulse Control Disorder), pecandu alkohol, psikosis, dan gangguan kepribadian (Borderline Personality Disorder) adalah jenis gangguan mental yang paling banyak diidap korban. Disamping bunuh diri, dalam dunia psikologi, ada yang disebut suicidal behaviour (perilaku bunuh diri). O’cornor dan Nock mendeskripsikannya dengan pikiran-pikiran dan perilaku yang terkait dengan intensi individual untuk mengakhiri hidup mereka sendiri. Untuk memahami apa itu perilaku bunuh diri, banyak peneliti mengklasifikasikannya dalam tiga macam, yaitu:

• Ide bunuh diri atau pikiran-pikiran tentang menyakiti atau membunuh diri. • Rencana bunuh diri, merupakan formulasi dari metode tertentu dimana seseorang berniat untuk mati. • Percobaan bunuh diri, yaitu tindakan yang tidak fatal dengan menyakiti diri sendiri dengan maksud eksplisit untuk kematian. Self harm, atau sebuah obsesi untuk melukai diri sendiri, tidak termasuk dalam perilaku bunuh diri. Hal itu karena dalam self harm tidak ada niatan untuk bunuh diri. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi seseorang yang melakukan self harm memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Contohnya seperti ketika ia berfikir self harm bukan lagi menjadi metode yang efektif baginya.

Stres, Depresi, dan Bunuh diri Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, stres adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang yang disebabkan oleh faktor luar. Stres rawan dan lumrah hadir dalam diri kita, khususnya mahasiswa. Sebagai contoh ketika mahasiswa sedang dikejar deadline tugas, baik dari dosen maupun organisasi. Hal tersebut membuat mahasiswa tersebut menjadi kelabakan yang berujung stres. Terdapat dua macam stres, eustres dan distres. Menurut Dr. Ade, mengatakan eustress bersifat membangun sedangkan distres cenderung lebih ke arah negatif. Seperti cerita dikejar deadline tadi, stres

15


tersebut termasuk dalam eustres. Eustres bersifat membangun, dapat dikendalikan, dan membangkitkan motivasi untuk mencapai keberhasilan. Sering dikejar deadline melatih diri untuk bisa mengatur waktu dan merencanakan pengerjaan tugas lebih baik lagi. Oleh karena itu eustres sering disebut stres positif. Stres negatif atau distres adalah stres yang tercipta dari emosi negatif karena kejadian yang tidak terkendali atau gangguan lingkungan yang tidak mampu diatasi. “Kalau itu (distres) berkepanjangan, dihantam lagi dari faktor luar, jadilah suatu faktor sumber dari dipressed, atau cemas,” kata Dr. Ade. Depresi dapat diartikan dengan gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaan yang merosot, seperti muram, sedih, perasaan tertekan. Terdapat tiga tanda-tanda seseorang yang depresi, yaitu: • Sedih dan murung hampir setiap hari selama dua minggu; • Hilang minat, merasa tidak ingin melakukan apa-apa dalam rentang waktu yang sama; • Mudah letih sepanjang waktu. Banyak dampak yang bisa terjadi karena seseorang sedang depresi, seperti susah untuk mempertahankan tidur, pola makan yang berubah (bisa bertambah dan berkurang), konsentrasi terganggu, susah mengambil keputusan, rasa bersalah, dan ide untuk mengakhiri hidup. Maka dari itu depresi menjadi salah satu faktor dari bunuh diri. Keadaan depresi sudah termasuk dalam gangguan mental dan susah mengidentifikasi seseorang yang sedang mengalami depresi. “Mereka menutupnya dengan senyum,” kata Ade. Cara terbaik untuk mengetahui ketika seseorang

16

sedang depresi adalah dengan keterbukaan dari mereka.

Apa yang harus kita lakukan? Depresi merupakan kondisi yang sangat menguras tenaga. Maka dari itu makan dan minum yang cukup serta berolahraga sangat penting jika sedang depresi. Disamping itu, tetap beraktifitas dan coba untuk memaafkan diri sendiri. Jika kita mengetahui teman atau keluarga kita sedang depresi, cukuplah menjadi pendengar yang baik.


Ruang Konsultasi Bagi Mahasiwa di Kampus M

ahasiswa tak jarang luput untuk menyadari keadaan kesehatan mental mereka. Literasi mengenai kesehatan mental yang kurang dapat menjadi masalah Contohnya, seperti keadaan yang benarbenar rumit sedang dialami. Mahasiswa tersebut cenderung ingin mendapatkan pertolongan, namun kebingungan harus kemana karena minimnya informasi. Hal ini menunjukkan bahwa informasi mengenai kesehatan mental perlu lebih diperhatikan dan upaya-upaya untuk meningkatkan literasi kesehatan mental juga harus lebih ditingkatkan.

pada mahasiswa yang membutuhkan. Sayangnya, belum terdapat psikiater yang mampu memberikan obat bagi mahasiswa yang memerlukan terkait kesehatan mental mereka.

Ruang konsultasi perlu diadakan oleh pihak lembaga ataupun inisiatif mahasiswa guna menampung dan menangani masalah kesehatan mental para mahasiswa. Di Universitas Telkom sendiri, sayangnya belum ada forum khusus untuk kesehatan mental bagi mahasiswa baik dari pihak lembaga maupun forum kolektif yang dibuat oleh mahasiswa. Adapun Badan Kemahasiswaan (BK) dapat menerima dan menangani konsultasi mahasiswa mengenai kesehatan mental. Terdapat 7 psikolog dengan 6 diantaranya termasuk dosen aktif yang mengajar di berbagai fakultas yakni di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Komunikasi dan Bisnis (FKB), Fakultas Rekayasa Industri (FRI), dan Fakultas Ilmu Terapan (FIT) dan satu psikolog yang menetap di BK untuk memberikan konsultasi

Terkait psikolog yang berada di Universitas Telkom, kami telah menemui beberapa pihak BK, terdapat dua pendapat yang berbeda. Menurut Priadi, selaku manajer bank karakter BK, untuk saat ini SDM yang ada masih bisa menangani kasuskasus yang masuk ke BK.

17

Mahasiswa dapat melakukan konsultasi melalui website iGracias maupun datang langsung ke gedung BK yang berhadapan dengan klinik. Namun, dikarenakan kebanyakan psikolog yang ada di Universitas Telkom juga berprofesi sebagai dosen tetap, pihak BK akan menyesuaikan jadwal konseling dengan jadwal dosen yang akan menjadi konselor.

Berbeda dengan Priadi, menurut Pramitha selaku asisten manager konseling yang juga sebagai psikolog di BK, menyebutkan bahwa SDM yang ada sekarang belum cukup memadai. “Sejujurnya sih engga yah (kurang), harus ditambah, karena dalam tahun ini aja yang dikerjakan atau mendaftar tuh sekitar 157 orang (mahasiswa). Nah, sedangkan tenaga konselornya tuh merangkap dosen, dosen itukan sudah dengan tugasnya yang


banyak ya. Ibaratnya, (kegiatan) konseling itu disela-sela tugas yang banyak jadi gak fokus konseling sehingga gak memadai sih,� tambahnya. Pramitha juga menambahkan idealnya dalam satu hari seorang konselor hanya menangani 2-3 kasus, yang saat ini belum bisa diterapkan di Universitas Telkom. Hal ini tidak seimbang dengan bertambahnya jumlah mahasiswa yang mendaftar setiap tahun. Bedasarkan data yang ada di BK pada tahun ajaran 2017/2018 terdapat sebanyak 138 mahasiwa yang datang untuk konsultasi, pada tahun ajaran 2018/2019 terjadi kenaikan yaitu sebanyak 219 mahasiswa yang berkonsultasi, sedangkan pada tahun ajaran 2019/2020 terdapat sebanyak 157 mahasiswa yang memungkinkan masih akan bertambah. Mengenai kekurangan psikolog ini juga, ketika mahasiswa yang memerlukan bantuan lebih atau memerlukan bantuan obat-obatan psikiater mahasiswa tersebut akan dirujuk ke RS Al islam, RS Muhammadiyah, RSUD Al-ihsan, RS Bungsu, RS Bina Sehat, dan RS Hermina yang memiliki ahli dibidang psikologi maupun psikiatri. Untuk mengatasi kekurangan tenaga psikolog yang ada, saat ini pihak Telkom sedang menjajaki kerjasama dengan Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK). Kedepannya, akan ditempatkan psikolog dari IPK yang menetap di kampus selama tiga hari dalam

seminggu, mulai pukul 08.00 pagi sampai pukul 16.30 sore. Terkait kesehatan mental, BK mendapati kecenderungan mahasiswa yang mudah mendiagnosa diri sendiri. Hal ini seharusnya bisa dihindari dengan memperbanyak literasi kesehatan mental yang berasal dari sumber terpercaya. Jika mengalami gangguan kesehatan mental ringan, BK menyarankan untuk curhat kepada orang terdekat seperti teman atau orang tua, karena support orang terdekat akan mengurangi tingkat kecemasan dan stres. Mahasiswa juga disarankan untuk membuat perencanaan, dengan begitu akan mengurangi tingkat stres dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang berpotensi muncul dimasa depan. Dengan perencanaan, mahasiswa akan lebih bisa mengontrol perilaku karena tahu akan situasi kedepan.

18


RISET AKSARA Sudahkah Mahasiswa Menganggap Menjaga Kesehatan Mental Itu Penting?

3.7% ORANG MENDERITA DEPRESI

6%

menderita gangguan suasana hati

Berdasarkan riset kesehatan nasional Indonesia pada tahun 2013, setidaknya sekitar 3,7% (9 juta) orang menderita depresi dari populasi 250 juta orang, 6% (14 juta) orang berusia 15 tahun ke atas menderita gangguan suasana hati seperti depresi dan kecemasan, dan 1,7 per 1000 orang menderita gangguan psikologis kronis.

800.000

tiap tahunnya kasus bunuh diri di dunia data dari who 3 dari 100.000 orang Indonesia melakukan bunuh diri Data yang dirilis WHO mencatat tiap tahunnya terdapat 800.000 kasus bunuh diri di dunia. Di Indonesia sendiri, dilansir dari Kompas, 3 dari 100.000 orang Indonesia melakukan bunuh diri. Mayoritas berada pada usia 15-29 tahun. Usia mahasiswa pada umumnya. Menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Tidak ada fisik yang sehat tanpa mental yang sehat. Terutama pada mahasiswa, menjaga kesehatan mental diantara kesibukan kehidupan perkuliahan menjadi syarat penting. Tidak terjaganya mental bisa berakibat gangguan mental atau lebih parahnya bunuh diri.

19


165

MAHASISWA

Aksara telah melakukan survey kepada 165 mahasiswa aktif di Telkom University. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perspektif mahasiswa terhadap pentingnya menjaga kesehatan mental. Responden diminta untuk memberikan nilai 1 - 4 pada pernyataan yang menjadi faktor dalam menjaga kesehatan mental.

Menurut data yang diperoleh Aksara, pernyataan dengan skor rata-rata tertinggi adalah rehat dan menyendiri sesekali merupakan hal yang perlu dilakukan. Setelah itu, pernyataan dengan rata-rata skor tertinggi berikutnya adalah pentingnya untuk memiliki kemampuan memaafkan diri sendiri. Hal tersebut membuktikan bahwa mayoritas mahasiswa Telkom University sangat setuju mempunyai waktu menyendiri dan kemampuan memaafkan diri sendiri merupakan faktor penting untuk menjaga kesehatan mental dalam menjalani kehidupan perkuliahan. Di lain sisi, skor terendah terdapat pada pernyataan responden mampu untuk mengatur waktu istirahat diantara kesibukan. Disusul oleh pernyataan responden akan menemui psikolog jika mengalami gejala stress berkelanjutan. Penelitian ini menunjukkan hampir setengah dari responden mengaku bahwa ia belum bisa mengatur waktu istirahat diantara kesibukan dan sepertiga responden masih memilih untuk tidak menemui psikiater atau ahli ketika sedang mengalami stress berkelanjutan. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa sebagian besar mahasiswa sudah memahami pentingnya menjaga kesehatan mental. Kesimpulan tersebut diambil dengan perolehan rata-rata sebesar 87% responden setuju terhadap seluruh pernyataan pada kuesioner.

87% MAHASISWA

20


Mengusut Kesehatan Mental Mahasiswa dari Sudut Pandang Psikolog

A

khir-akhir ini, banyak kasus bunuh diri yang melibatkan mahasiswa karena faktor penyebabnya yang beragam. Mulai dari masalah keluarga, pekerjaan, tugas kampus, hubungan pertemanan (termasuk pacaran), ataupun masalah terkait lingkungan sosial lainnya. Menurut Nira Wulansari, S.Psi, M.Psi, selaku Psikolog koordinator Anahata Psikologi Bandung, bukan hanya mahasiswa saja yang berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental, melainkan setiap orang juga berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental. “Sebenarnya, kesehatan mental tidak hanya berlaku pada mahasiswa saja, tapi pada manusia secara keseluruhan. Ketika mental sudah tidak sehat, seseorang akan kesulitan untuk beraktivitas dan lebih memilih untuk diam, melamun, mudah terpancing emosi, atau mudah bersedih,� Ucap Nira. Bahkan, beberapa faktor lain juga berisiko memperparah kondisi tersebut. Seperti pernah mengalami kekerasan seksual, diacuhkan keluarga, maupun penderita yang sejak awal sudah bersifat anti-sosial. Ketika pemicu gangguan kesehatan mental tidak segera diatasi, maka penurunan produktivitas akan semakin berlanjut hingga tahap yang paling buruk. Tahap tersebut yaitu pada saat pengambilan keputusan tanpa memikirkan resiko alias impulsif. Sehingga keputusan yang terburuk adalah memilih ide bunuh diri. Nira juga menjelaskan bahwa cara pandang melihat masalah sangat berbeda pada mahasiswa dengan kesehatan mental yang bagus. Mahasiswa bermental sehat dapat melakukan aktivitas dengan baik. Terutama, ketika mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan dan permasalahan yang dialami. “Kalau kesehatan mental mahasiswa itu baik, maka aktivitas mereka

21

juga berjalan lancar. Sebaliknya, mahasiswa yang labil, cenderung tidak produktif. Sebab, banyak waktu yang dihabiskan untuk melamun, bersedih, atau meratapi nasibnya,“ jelas wanita lulusan S1 Universitas Islam Bandung dan S2 Universitas Padjajaran Bandung ini. Selain faktor usia pada masa transisi remaja menuju dewasa, beban perkuliahan yang berat pun turut berdampak. Ditambah adanya tuntutan eksternal dan internal yang membuat mereka mudah terkena stres dan depresi sehingga meningkatkan risiko bunuh diri. Hal yang paling mengejutkan ternyata faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap bunuh diri mahasiswa adalah tekanan pihak keluarga atau orang tua. Padahal, keluarga atau orang tua merupakan aspek sosial yang justru seharusnya menjadi tempat berbagi rasa, bertukar pikiran, berbagi ide, dan kasih sayang. Nira juga mengungkap kalau keluarga yang cenderung cuek dan kurang perhatian bisa menyebabkan muncul ide bunuh diri pada mahasiswa. “Tekanan yang bertubi-tubi akan membawa mahasiswa pada suatu titik di mana dia sudah tidak sanggup lagi menahannya. Terutama, ketika misalnya keluarga cenderung bersikap cuek terhadap apa yang dialami oleh


sang anak,” tambah Nira. Selain dari faktor keluarga, faktor sosial lainnya yang memicu ide bunuh diri bisa dari pertemanan. Biasanya, masalah ini dialami oleh mahasiswa-mahasiswa tahun pertama. “Pertemanan yang tidak baik juga bisa menjadi faktor pemicu tindakan bunuh diri. Terutama bagi mahasiswa tahun pertama, teman bisa membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan mental.” kata Nira. Mahasiswa yang kesulitan untuk menemukan teman akan merasa kesepian sehingga sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Apalagi, jika ditambah dengan kasus bullying. Maka, bisa berpotensi memperbesar kemungkinan seorang mahasiswa melakukan bunuh diri. Tidak hanya mendatangi terapi atau psikolog, Nira menyebutkan bahwa pencegahan yang paling efektif justru datang dari kesadaran diri akan kesehatan mental setiap mahasiswa itu sendiri. Selain rutin memeriksakan kesehatan mental sejak tahun pertama kuliah, Nira merekomendasikan agar mahasiswa lebih terbuka dan berani curhat atau berbagi kepada orang lain.

menjadi kebutuhan yang Indonesia untuk saat ini. Indonesia masih ada yang mata terhadap orang yang mental.

dianggap krusial di Bahkan, masyarakat memandang sebelah mengalami gangguan

Karena pandangan seperti itu, mahasiswa yang mengalami depresi atau stres akan kebingungan untuk mengungkapkan permasalahannya. Pada nantinya, justru akan membuat mahasiswa yang mengalami gangguan kesehatan mental semakin tertekan dan depresi. Maka dari itu, Nira Wu lansari mendorong perlunya edukasi masyarakat atas kesadaran kesehatan mental. “Harus ada momen edukasi tentang kesehatan mental itu apa. Ini kebutuhan untuk mengembalikan mental menjadi orang menjadi sehat lagi,” ungkap Nira. Untuk lingkup mahasiswa, Nira menilai akan sangat baik bila mahasiswa membuat kelompok dukungan atau support group yang menaungi mahasiswa dengan gangguan kesehatan mental. “Kalau ada support group, itu lebih baik. Saat kuliah kan, yang terdekat teman-teman mahasiswa. Pasti akan lebih siap dan bisa saling bantu kalau ada masalah,” tutupnya.

“Sebaiknya setelah selesai melakukan tugas kuliah yang berat juga segera periksa” Ungkap Nira. Selain itu, Nira juga mengimbau agar universitas juga peduli untuk menciptakan iklim yang membuat mahasiswa sehat secara jiwa, raga, dan mental. Sayangnya, kesehatan mental dinilai belum

22


Himpunan Sunyi Kabut masih pekat menggelayut Dingin menusuk yang berselimut Pagi berkicau di jauh institut Dengan decit yang saling bersahut Mengangkat jiwa nan kesepian Saat dunia sesak keramaian Menyaksikan tanya ribuan Namun terjawab sebatas angan Siapa aku yang berdiri fana Pada semua yang akan rusak sia-sia? Siapa aku yang lemah tak berdaya Di atas angkuh menyampul kerapuhan Berdiri di atas garis tipis Antara bahagia dan sedih yang berlapis Sekedar berdiri pun harus mengais Pada harmoni para hedonis

Oleh : Iqbal Abdul Ra’uf

23


Weekly Planner Monday

Goals

Tuesday

Wednesday

Thursday

Quote Friday

Saturday

“Every day may not be good... but there’s something good in every day.” Alice Morse Earle American Historian

24


QnA

KALAU MENANG LOTRE, MAU BELI APA?

Rofiq Wafi Muhammad (S1 Teknik Informatika 2019) “Aku pengen beli kamera DSLR dan Mirrorless lengkap sama perlengkapannya”

Faiz Abdurrahman Mustofa (D3 Teknologi Komputer 2018) “jika aku berkesempatan menang hadiah, rasa bahagia dan senang yang kurasakan. Aku akan menggunakan hadiah tersebut untuk modal usaha dan membeli laptop impian yaitu macbook ProCore I7”

25


Bill Qisty A Lesmana (D3 Sistem Informasi 2018) “ aku balikin hadianya hahaha, gaakan main gituan jugaa”

Azalia Hartoputri (S1 Ilmu Komunikasi 2019) “aku pengen kulineran seblak di seluruh penjuru jawa barat”

Salsa putri maharani (S1 Kriya, tekstil dan mode 2019) “mau beli rumah di bandung, mobil apa aja warna merah sama beli skincarenya dior yang rose series”

26


Komunitas Peduli Kesehatan Mental: Bipolar Care Indonesia Bandung Bipolar Care Indonesia (BCI) merupakan sebuah komunitas yang bergerak di bidang kesehatan jiwa. Komunitas ini berdiri di Jakarta pada tahun 2013 dan memiliki simpul di beberapa kota di Indonesia. Di Bandung, komunitas ini mulai diinisiasi pada tahun 2015 dan berada di bawah BCI pusat. Saat ini, BCI memiliki sekretariat di Grha Atma dan dinaungi kerja sama dengan Rumah Sakit Jiwa Cisarua. Menurut Ica, selaku ketua komunitas, BCI mewadahi penyintas bipolar, sebuah gangguan yang terkait dengan perubahan suasana hati dan emosi yang ekstrem, yang menghadapi stigma masyarakat tentang penderita dan mewadahi kebutuhan interaksi antar penyintas. Komunitas ini tidak hanya beranggotakan para penyintas gangguan bipolar, namun juga menjangkau gangguan kesehatan jiwa yang lain seperti skizofrenia, anxiety, serta pihak-pihak lain yang peduli dengan kesehatan jiwa seperti mahasiswa, relawan, keluarga, dan masyarakat umum. Saat ini, anggota yang terdata mencapai 600 orang. Namun, dalam setiap pertemuan hanya dibatasi sekitar 5060 orang, bahkan dalam family gathering hanya 15-20 orang saja dengan rentang usia sekitar 20-30 tahun. Kebanyakan anggota yang bergabung untuk kebutuhan interaksi, support system, dan mewadahi masyarakat umum yang peduli dengan penyintas bipolar.

27

Selain itu, ada juga yang bergabung atas rekomendasi psikiater atau ingin mencari tahu lebih dalam setelah melakukan diagnosis diri sendiri. BCI sendiri sudah bekerja sama dengan psikiater dan rumah sakit yang ada di kota Bandung. BCI melakukan beberapa kegiatan yang dapat memberdayakan para penyintas. Seperti kelas terapi yang mewadahi penyintas Seperti kelas terapi yang mewadahi penyintas merilis emosi dan perasaan, kelas menggambar, berkebun, art therapy, dan beberapa kelas lain serta rekreasi outbound dan gathering. Selain sebagai wadah interaksi anggota, BCI juga melakukan home visit kepada para penyintas yang berada di rumah, konseling, dan advokasi ke pemerintah terkait kebijakan yang terkait dengan kesehatan jiwa. Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut bervariasi, tergantung dengan kesibukan anggota.


Menanggapi stigma masyarakat tentang penyintas. Menurut Ica hal itu terjadi sebab kurangnya edukasi di masyarakat. Banyak para penyintas yang enggan memeriksakan diri ke psikiater sebab merasa tak sakit dan malu, juga selain karena faktor biaya obat yang mahal. Selain itu, stigma yang sudah ada juga diperparah dengan stigma antar-penyintas yang saling menghakimi. Perbedaan sikap yang diberikan menjadi salah satu faktor yang mengeruhkan stigma yang sudah ada, seperti cara bicara, eye contact, ataupun kedekatan antar anggota. Menurut Ica, ketika penyintas merangkul anggota yang melakukan kesalahan fatal, kita tidak membenarkan sikapnya namun berusaha tetap merangkul dan mencari benang merahnya. BCI melakukan beberapa hal dalam kegiatan edukasi masyarakat tentang kesehatan jiwa seperti kampanye terkait kesehatan mental, konvoi di kegiatan Car Free Day, dan penyebaran pamflet. Penyuluhan kesehatan jiwa juga merangkul relawan, dokter, psikiater, serta masuk ke lingkup umum seperti sekolah dan kampus.

Kedepannya, BCI berharap dapat menjadi wadah interaksi bagi para penyintas sehingga terhindar dari keinginan bunuh diri, lebih produktif, lebih berdaya, dan mandiri. Selain itu, kegiatan edukasi yang dilakukan BCI diharap dapat lebih menjangkau keluarga dan masyarakat yang belum memahami penanganan ODB (Orang Dengan Bipolar), sehingga membantu para penyintas ODB agar tidak kambuh dan terhindar dari stigma. Pemerintah juga diharap agar lebih bersinergi dan membangun kebijakan yang lebih melindungi pada para penyintas. Agar para penyintas dapat mengembangkan ruang dan lebih dilindungi. “Saya ingin mencoba mengubah kebijakan yang dananya hanya 1%, kebijakan soal sekolah dan kemampuan pelajar dan pekerjaan seperti dispensasi dan perlindungan kerja.� ucapnya.

28


SEBAGAI CARA MENGATASI RASA SEDIH

MENGENDALIKAN DIRI 29

Proses pendewasaan mungkin akan terasa seperti kutukan bagi banyak orang. Ketika seseorang sedang melalui proses pendewasaan, dirinya akan melalui berbagai fase yang mengganggu ketenangan dalam jiwa. Tidak jarang pula hinaan yang dirasakan akan menjatuhkan kita lebih dalam pada kesedihan. Saat kita menghadapi kesedihan, kita harus berdiri tegap dan memberanikan diri melewati berbagai rintangan. Yakini bahwa rasa senang merupakan kapal yang akan mengapung di atas kesedihan. Namun, pada kenyataannya, kesedihan tidak semudah itu untuk dihilangkan. Meskipun kita telah mencoba berbagai kegiatan untuk mengalihkan fokus, kesedihan tetap saja tidak hilang dengan mudah. Hal tersebut sangatlah wajar, karena cara mengatasi kesedihan berbeda-beda bagi setiap individu. Untungnya, mencari kesenangan bukanlah satu-satunya jalan keluar dalam mengatasi kesedihan. Berikut merupakan beberapa cara untuk mengatasi kesedihan yang bisa kamu coba: Mengakui rasa sedih Sedih merupakan respon alami yang akan terjadi suatu waktu, jarang ataupun sering, perasaan tersebut tidak perlu dihindari. Sempatkan diri untuk duduk dan mengingat segala rasa sedih. Menyembunyikan rasa sedih tidak akan membawa kebahagian, oleh karena itu, cobalah menerimanya. Memberi waktu pada diri sendiri Proses pemulihan diri dari kesedihan yang dirasakan setiap orang akan berbeda-beda. Ada beberapa yang memakan waktu sehari, seminggu, bahkan hingga menahun lamanya. Ketika merasa sedih, kita harus mencoba memberikan waktu pada diri sendiri untuk dapat pulih dan merasakan setiap proses yang dijalani. Mengekspresikan kesedihan Memendam perasaan sedih akan membuat diri kita semakin terpuruk. Baiknya kita melakukan hal yang dapat mengekspresikannya, seperti menulis, mendengarkan lagu, menonton, dan berbicara dengan teman atau keluarga. Mengekspresikan kesedihan akan memberikan kelegaan tersendiri pada jiwa kita.


Menangis Kebanyakan orang yang merasa sedih akan pura-pura baik-baik saja dan menutupi kesedihannya. Terkadang, hal tersebut membuat kesedihan menjadi suatu hal yang dianggap remeh. Ketika merasa sedih, biarkanlah diri kita untuk menangis. Biasanya setelah menangis, perasaan kita akan jauh lebih baik dan tenang. Meditasi Meditasi adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental. Melakukan meditasi dapat meredakan stres yang dirasakan oleh seseorang dan membantu jiwanya kembali tenang. Sangat dianjurkan untuk melakukan meditasi secara rutin. Selain dapat menjaga kesehatan mental, meditasi juga dapat menjaga kesehatan tubuh kita.

Melakukan kegiatan fisik Selain melakukan meditasi, kita juga bisa melakukan kegiatan fisik lainnya seperti jalan-jalan, berolahraga, atau menggunakan pakaian yang kita sukai. Melakukan kegiatan fisik akan mendorong kita untuk bergerak, sehingga akan membantu perasaan sedih yang kita rasakan untuk hilang secara perlahan. Menemui ahli profesional Kesedihan yang berkepanjangan bisa menjadi salah satu tanda-tanda depresi, dengan begitu cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan mendatangi profesional baik psikolog maupun psikiater. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan pengobatan yang lebih baik.

kj2018

30


Kampus Lens

OPEN LIBRARY, PERPUSTAKAAN PENUH FASILITAS IMPIAN Mahasiswa Telkom University mana yang tidak tahu Open Library? Pasti semua tahu dong. Open Library merupakan perpustakaan unggulan Telkom University yang menyediakan berbagai buku dan fasilitas yang nyaman bagi para pengunjung. Perpustakaan ini memiliki teknologi informasi yang mumpuni untuk mendukung digitalisasi perubahan zaman yang lebih modern. Dengan desain yang futuristik, perpustakaan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa. Sejak tahun 2015, Open Library sudah mengantongi akreditasi A yang diberikan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Open Library memiliki kumpulan buku yang lengkap. Buku-buku tersebut tertata rapi sesuai dengan kategori bukunya dan semua rak buku memiliki kode tertentu. Buku-buku yang ada meliputi buku referensi, modul pembelajaran, tugas akhir mahasiswa, pengetahuan umum, sejarah, dan buku fiksi seperti novel, cerpen. Mahasiswa juga dapat mengunduh e-book yang disediakan di web openlibrary.telkomuniversity.ac.id. Tak hanya ebook, mahasiswa juga dapat melihat stok buku apakah masih tersedia atau sudah habis dipinjam melalui situs tersebut.

31


Selain itu, terdapat beberapa fasilitas yang menyenangkan, seperti mini teater, ruang multimedia, serta layanan akses digital. Fasilitas tersebut disediakan untuk memanjakan para pengunjung dan merupakan spot yang menarik untuk dikunjungi. Apa aja sih fasilitas yang bisa mahasiswa gunakan di Open Library ini :

1. BI CORNER

BI Corner merupakan spot yang menyediakan buku yang berkaitan dengan perbankan. BI Corner adalah bentuk kerjasama Open Library Telkom University dengan BI (Bank Indonesia) untuk mengedukasi para pengujung mengenai perbankan. Tidak hanya buku mengenai perbankan, di sini juga disediakan buku-buku yang berkaitan dengan manajemen, ekonomi syariah, bisnis digital, economic disruption, dan buku yang membahas platform apa saja yang dapat mendukung kegiatan bisnis. Disediakan pula sofa dan televisi untuk bersantai sembari membaca buku bagi para pengunjung. Di sisi lain, terdapat buku yang tidak hanya membahas perbankan dan perekonomian, seperti buku referensi, jurnal, buku sejarah, kamus berbagai Bahasa, bahkan ada kumpulan tugas akhir mahasiswa yang sudah lulus beberapa tahun ke belakang.

32


2. Layanan Digital Akses Layanan ini menyediakan beberapa komputer yang terhubung dengan koneksi internet. Apabila pengunjung tidak membawa gawai, maka disinilah tempatnya bagi mereka yang ingin berselancar didunia maya.

Tempat ini merupakan bentuk kerjasama antara KPK dengan Telkom University untuk mendukung anti korupsi yang saat ini banyak terjadi. KPK Corner ditujukan sebagai bahan edukasi kepada para pengunjung agar lebih sensitif terhadap lingkungan sekitar. Buku yang disediakan membahas mengenai kenegaraan, bagaimana Negara dijalankan, buku anti korupsi, mekanisme penindakan kasus korupsi, dan adapun buku yang berisi undang-undang kenegaraan. Spot ini cukup menyenangkan, terdapat 2 sofa dan rak buku yang tersusun rapi, bahkan tak jarang beberapa pengunjung turut berfoto di tempat ini.

3. KPK Corner

4. International Corner International Corner adalah tempat yang menampilkan profil-profil Negara lain sebagai bentuk kerjasama antar Telkom University dengan Negaranegara yang ada di tempat ini.

33


5. Mini Teater Mini Teater ialah tempat yang tak kalah menyenangkan untuk dikunjungi. Mahasiwa yang ingin menonton film bersama teman-temannya dapat memesan ruanan ini. Terdapat ribuan film edukatif yang tersedia untuk ditonton mahasiswa. Untuk bisa menggunakan tempat ini, pengunjung diharuskan memesan ruangan pada komputer yang disediakan di depan pintu masuk dengan cara login menggunakan akun SSO Open Library. Setelah log-in, pilih menu booking room yang nantinya akan diminta untuk memasukan username setiap orang.

6. Refreshment Corner Setelah lelah membaca, di dalam Open Library menyediakan mini bar bagi para pengunjung untuk rehat sejenak dengan suguhan teh dan kopi gratis pada waktu tertentu. Tak hanya teh dan kopi gratis, di mini bar juga dijual beberapa makanan dan minuman ringan seperti snack dan air mineral. Tempat ini merupakan tempat favorit para pengunjung untuk bersantai.

34


BURUKNYA PENGGAMBARAN REALITA DALAM JOKER (2019)


Kalimat tersebut adalah salah satu kutipan ketika film Joker (2019) muncul sebagai gambar ataupun suara bermingguminggu setelah menontonnya. Ingatan-ingatan masa lalu yang menyakitkan, memalukan, dan penuh penyesalan akan muncul silih berganti. Ingatan tersebut seakan mengantre untuk membuat hari apapun memburuk. Joker (2019) adalah penggambaran realitas, bukan sekadar adaptasi komik bergambar. Sutradara Todd Phillips dan penulis Scott Silver tidak mengadaptasinya dari komik bergambar dengan judul “Batman: The Killing Joke� dengan memperdalam serial Batman di DC Comics (atau sebut saja realita dalam serial komik fiksi), tetapi justru mempelajari penggambaran realitas di film drama abad 80 hingga 90-an. Dari pembuatnya sendiri, Joker (2019) memang bukan sekadar film adaptasi komik, tetapi film drama, terlebih lagi mengangkat tokoh utama dengan penyakit mental. Joaquin Phoenix, aktor pemeran Arthur Fleck (tokoh yang akan menjadi Joker) memeragakan Arthur dengan sangat apik. Tokoh utama mengalami kondisi penyakit mental yang disebut Pseudobulbar Affect (PBA), yang ditampilkan sesuai dengan keadaan aslinya. Mengutip dari situs Mayo Clinic, penyakit mental tersebut memang bisa membuat seseorang tertawa dan/atau menangis di situasi apapun, terutama jika terdapat perubahan emosi dengan cepat. Hal tersebut menghalangi Arthur untuk bersosialisasi dengan orang lain sehari-harinya. Arthur adalah orang yang kuat, selain harus menghadapi penyakitnya, ia juga harus menghidupi ibunya di kota yang sedang mengalami krisis ekonomi dan sanitasi. Ia juga tidak menganggap remeh penyakitnya dan mendatangi pusat bantuan, meski harus meminum obat yang selalu membuat kepalanya sakit. Arthur juga tidak sungkan untuk bersosialisasi dengan rekan kerjanya. Namun, seluruh usaha Arthur digambarkan tidak menghasilkan apapun di film ini. Sumber bantuannya tidak lagi mendapat bantuan dana dari pemerintah. Masyarakat ditampilkan jijik, hingga tidak peduli dengan usaha Arthur untuk menyampaikan bahwa ia memiliki suatu kondisi. Rekan kerjanya pun mayoritas apatis dan selalu menjelek-jelekkan Arthur.

Joker (2019) menunjukkan sebuah perjalanan seseorang dengan penyakit mental yang menjadi gila akibat dunia yang kejam adalah sebuah kewajaran. Pesan tersebut adalah penyebab ramainya film ini dibicarakan, bukan hanya sinematografi oleh Lawrence Sher atau permainan warna oleh Jeff Groth yang mengagumkan, tetapi kesan betapa dunia sama sekali tidak memberikan seseorang dengan penyakit mental untuk hidup tenang. Bukan bermaksud menganggap remeh perilaku buruk yang diterima beberapa orang dengan penyakit mental, tetapi menegaskan bahwa jujur dan berani dalam mengakui seberapa keras penyakit yang dialami, juga tekad untuk terus mencari bantuan memang jalan keluar utama dari perasaan buruk yang menghantui. Jangan menyerah dengan lingkungan yang tidak mau mengerti, karena bantuan memang nyatanya ada dan bisa ditemukan. Mendengar dan memahami, sabar dan berempati, jika kita mulai terapkan dari diri kita sendiri, penggambaran Joker (2019) akan realitas pasti bisa dikalahkan.

Sumber : imdb.com

36





Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.