WARTA KHUSUS
2,3 persen responden mengaku telah melakukan hubungan seksual. Sebanyak 97,7 persen sisanya belum pernah melakukan hubungan seksual meskipun lebih dari setengahnya berpacaran. Umumnya, perilaku pacaran yang mereka lakukan adalah berpegangan tangan dan berpelukan. Sebanyak 14 persen responden mengaku, ciuman bibir adalah cara menunjukkan kasih sayang kepada kekasih. Yang sedikit mengejutkan adalah kesadaran tentang HIV. Ada sembilan persen yang sama sekali tidak mengetahui apa itu HIV/AIDS dan belum pernah mendengar sama sekali tentang infeksi menular seksual. Seperlima dari responden remaja ini sama sekali tidak tahu bagaimana menghindari penularan HIV/AIDS. Meski memiliki pendapat hampir sama tentang usia ideal pernikahan, responden remaja pria dan perempuan memiliki memiliki pendapat yang cukup beragam tentang hubungan seksual sebelum menikah. Sebanyak 19 persen responden remaja pria dengan usia 15-19 tahun setuju melakukan hubungan seksual sebelum menikah, sementara remaja pria 20-24 hanya 4,3 persen yang setuju. Dari pendapat responden remaja perempuan di semua fase umur, hanya di bawah satu persen saja membolehkan hubungan seksual sebelum menikah. Lebih dari 99 persen tidak menyetujui. Hal ini erat hubungannya dengan hasil survei yang menunjukkan bahwa tujuh di antara 10 orang responden tahu dan paham bahwa kehamilan bisa terjadi meski hubungan seksual hanya dilakukan sekali saja. Yang sedikit mengejutkan, persentase persetujuan atas hubungan seksual di luar pernikahan justru lebih besar di responden yang hidup di perdesaan. Dua koma tujuh persen responden di perdesaan pernah melakukan hubungan seksual sebelum terjalin ikatan pernikahan. •IRH
BKKBN Jabar Inisiasi Akademi Keluarga Jabar Juara
Menuju Keluarga Juara Bebas Stunting
P
erang melawan stunting terus berlanjut. Kali ini dengan mengulirkan strategi baru yang lebih menyasar dua kelompok sasaran: ibu hamil dan keluarga yang memiliki dua tahun atau kurang (Baduta). Kelompok ini menjadi sasaran karena dianggap paling relevan dengan target pencegahan stunting. Akademi Keluarga Jabar Juara (AKJJ) demikian nama program yang dikibarkan awal 2020 ini. Pada tahap awal, akademi dihelat di delapan kabupaten dan kota di Jawa Barat. Kedelapan daerah tersebut merupakan alumni training of trainer yang sudah terlebih dahulu dilaksanakan sebelum akademi dihelat. Salah satu peserta pelatihan tersebut adalah kepala desa. Kepesertaan kepala desa ini yang kemudian
38 Warta Kencana • NOMOR 40 TAHUN 2020
mendorong lahirnya skema pembiayaan mandiri akademi. “Istimewanya, program ini didanai dengan dana desa. Bukan dari BKKBN atau pemerintah daerah. Jadi, program ini sangat istimewa larena peserta benar-benar bersumber pada prakarsa masyarakat. Dananya bersumber dari dana desa, pesertanya keluarga yang ingin meningkatkan kesadaran kesehatan keluarga,� terang Kepala Bidang Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat Elma Triyulianti. Dalam pelaksanaannya, AKJJ menerapkan sistem pembelajaran modul. BKKBN menyiapkan 16 modul selama