SIMPULAN
H
arapan saya buku ini akan memberikan sebuah kontribusi yang berarti bagi kajian Islam di Asia Tenggara dan bagi keilmuan yang lebih luas mengenai Dunia Muslim. Saya telah mempertanyakan konsensus yang berlaku saat ini mengenai esensi formasi religius Indonesia dengan menyoroti berbagai asumsi yang terbentuk selama era kolonial. Ini bukanlah sebuah jalur yang langsung, oleh karena itu patutlah kiranya di titik ini diceritakan alur keseluruhannya untuk menunjukkan bagaimana kesarjanaan kolonial menafsirkan yang prakolonial, dan kemudian mengubah ragam-ragam tertentu kritik-diri Sufi reformis menjadi wacana modernis. Sejumlah kerja persiapan tertentu diperlukan untuk menyiapkan panggung. Beberapa bab pertama berusaha memahami unsur-unsur tertentu dari yang diketahui mengenai Islamisasi kawasan dan memperlihatkan bahwa klaim-klaim genealogis mengenai pengetahuan Sufi kadang-kadang menggantikan berbagai kenangan perpindahan agama yang lebih tua. Segera setelah kita memikirkan kembali klaim-klaim demikian, kita juga harus memikirkan kembali gagasan bahwa Sufisme pasti menyediakan mekanisme pendukung bagi perpindahan agama di Asia Tenggara atau menjelaskan tradisi toleransi ekumenis Indonesia yang kerap dikumandangkan. Saya telah menunjukkan sebaliknya bahwa pengenalan teknik-teknik formal pengetahuan Sufi (yang umumnya terjadi setelahnya) kerap berkaitan dengan intoleransi ulama terhadap variasi populer yang barangkali bermula sebagai peniruan atas hak-hak istimewa istana. Dalam arti ini, sebuah obeservasi yang dibuat oleh Christopher Bayly tampaknya tepat: apa yang dibutuhkan dalam kebanyakan konteks adalah pengakuan akan keunggulan pemujaan sang kaisar, bukannya keseragaman keyakinan.1 Cukuplah dikatakan bahwa, pada abad kedelapan belas, hubungan yang kian intens antara istana-istana Asia dan pusat-pusat pengetahuan Timur Tengah menghasilkan seruan menuju prinsip bahwa praktik-praktik legal normatif harus mendefinisikan standar Islam bagi sebagian besar kaum beriman. Seruan demikian dibarengi oleh penerimaan atau penolakan (yang kurang lazim) terhadap orang-orang