Sejarah Islam Nusantara

Page 49

DUA

MENERIMA SEBUAH AJARAN BARU 1750–1800

MENINGGALKAN ISTANA

D

ibandingkan Aceh, Banten, dan Mataram, kita hanya mengetahui sedikit hal mengenai perdebatan di negara-negara muslim lain yang kerap berperang di bagian timur Nusantara, meski tampaknya perdebatan di sana mengikuti jejak Sumatra. Berbagai legenda Makassar, misalnya, mengklaim penggunaan diplomasi seorang ratu Aceh yang meyakinkan raja mereka untuk memeluk Islam Mekah. Meskipun dibuat-buat, tetapi dongeng-dongeng semacam itu menggambarkan jalur penyebaran Islam di seluruh kawasan ini.1 Tentu saja dongeng-dongeng itu hanya memberi kita sedikit informasi mengenai cara-cara perpindahan agama, kecuali beberapa petunjuk yang masih ada, tempat ikonografi dan tampilan lisan bisa memainkan peranan. Tepat sebelum menggambarkan buah yang berduri dan berbau menyengat yang kita kenal sebagai durian, Mansur al-Misri, orang Mesir yang merapat di istana Ratu Safiyyat al-Din, menulis bahwa dirinya pernah diminta oleh beberapa orang Belanda di Batavia untuk mengenakan pakaian cendekiawan keagamaan setempat (yang dia sebut bukan kostum ulama Mesir atau Utsmani) dan berpose untuk para seniman lokal, biasanya menggambarkan para “utusan/nabi” (anbiya’ihim) yang mengempit AlQuran. Objek mereka yang lebih lazim sebenarnya adalah para wali seperti Sunan Kalijaga. Setidaknya, sebuah sumber Jawa dari awal abad kesembilan belas menunjukkan adanya garis pembeda yang samar antara para wali dan para nabi.2 Gaung dari penggambaran demikian ditemukan dalam sebuah sketsa yang dikirimkan kepada Orientalis Belanda, Snouck Hurgronje, oleh Muhammad Yasin dari Kelayu di Pulau Lombok. Sketsa itu menggambarkan sosok berjanggut seperti orang Arab, memegang sebilah tombak di tangan kanan dan mengempit tas berisi kitab suci di lengannya.3 Sosok itu menyerupai darwis Sufi, yang masih bisa difoto di Timur Tengah pada abad kesembilan


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook

Articles inside

Catatan

1hr
pages 298-337

Indeks

23min
pages 338-349

Glosarium

6min
pages 292-297

12 Pengerasan dan Perpisahan, 1919–1942

49min
pages 261-287

Simpulan

6min
pages 288-291

11 Para Penasihat untuk Indonesië, 1906–1919

39min
pages 239-260

MASA LALU SUFI, MASA DEPAN MODERN

1min
pages 222-223

10 Dari Sufsme ke Salafsme, 1905–1911

26min
pages 224-238

Bombay: Muhammadiyya, 1324

21min
pages 195-207

9 Para Mufti Bayangan, Modern Kristen, 1892–1906

24min
pages 208-221

8 Perjumpaan-Perjumpaan Kolaboratif, 1889–1892

8min
pages 190-194

mengenai Sebuah Koloni Penting, 1882–1888

41min
pages 166-188

ORIENTALISME DIGUNAKAN

1min
pages 164-165

Reis over Java

19min
pages 127-137

6 Mencari Gereja Penyeimbang, 1837–1889

45min
pages 138-163

mengenai Islam Hindia, 1600–1800

37min
pages 99-119

Gambar 6 Jawa pada Masa Kolonial Akhir

0
page 189

5 Rezim-Rezim Baru Pengetahuan, 1800–1865

12min
pages 120-126

KEKUASAAN DALAM PENCARIAN PENGETAHUAN

2min
pages 96-98

Gambar 4 Imam Bonjol, sekitar 1848

1min
pages 65-66

Renungan-Renungan dari Jauh

38min
pages 28-48

Gambar 3 Islam Nusantara, 1600–1900

11min
pages 58-64

2 Menerima Sebuah Ajaran Baru, 1750–1800

16min
pages 49-57

Berbagai Pandangan Fundamental

3min
pages 25-26

3 Reformasi dan Meluasnya Ruang Muslim, 1800–1890

52min
pages 67-95

Gambar 1 Pusat-Pusat Melayu di Asia Tenggara, sekitar 1200–1600

1min
page 24

Gambar 2 Syarh Umm al-barahin, manuskrip, sekitar abad kesembilan belas

0
page 27
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.