MENERIMA SEBUAH AJARAN BARU —
37
Gambar 3. Islam Nusantara, 1600–1900.
PERMULAAN YANG MENDASAR, AKHIR YANG MISTIS Memahami Al-Quran adalah inti dari pendidikan Islam. Murid Jawi lazimnya akan memulainya dari juz terakhir, yaitu juz ketiga puluh.30 Dibantu guru serta teman-teman sebaya, sang murid belajar cara melafalkan teks tersebut menggunakan berbagai teknik pengucapan. Seluruh rangkaian studi yang menekankan penghafalan dan pelafalan lisan juga merupakan keterampilan yang sangat penting dan sangat dihargai bagi transmisi kesusastraan Melayu secara umum. Orang buta dianggap sebagai praktisi yang paling terkenal dan mahir, sebagaimana dicatat oleh Zayn al-Din dari Sumbawa dalam buku ajar karyanya dari 1888: Sebagian ulama menyatakan bahwa penglihatan lebih unggul dibandingkan pendengaran karena penglihatan memungkinkan seseorang menangkap semua bentuk, warna, dan gerakan, berbeda dengan pendengaran, yang hanya menangkap jejak-jejak suara. Namun, pernyataan ini terbantahkan oleh kenyataan mengenai adanya banyak hal di dunia yang tidak tertangkap oleh orang-orang yang sepenuhnya melihat.31
Pada usia dua belas, murid yang berdedikasi biasanya sudah menyelesaikan bacaan seluruh Al-Quran dan siap melanjutkan pelajaran dasar-dasar keimanan. Bukti yang tersedia menunjukkan bahwa teks-teks