E M PAT
BERBAGAI PANDANGAN FUNDAMENTAL MENGENAI ISLAM HINDIA 1600–1800
Miskit int Moors een kerck. Masjid, dalam bahasa Moor berarti sebuah gereja.1 (Frederick de Houtman, “Cort Verhael”, 1601)
K
etertarikan Belanda terhadap Hindia Timur paling bisa dipahami sebagai konsekuensi penaklukan Belanda oleh wangsa Habsburg, yang kepentingan dagangnya menghubungkan perairan biru langit Filipina dengan langit muram Negeri-Negeri Dataran Rendah. Setelah perang, Protestan merebut kemerdekaan. Perdagangan rempah-rempah Timur dipandang sebagai dukungan potensial bagi republik yang baru. Hal ini dibuat jelas oleh mantan juru tulis uskup Goa dari Portugis, Jan Huygen van Linschoten (1562–1611), yang kembali pada 1592 dengan berita mengenai sebuah rute ke Hindia. Dia menjelaskannya dalam Itinerario-nya yang bergambar dari 1595–96.2 Seperti pesaingnya di seberang Selat, Belanda meluncurkan ekspedisiekspedisi ke kepulauan rempah yang disebut-sebut dalam dongeng. Ekspedisi ini dilaksanakan misi demi misi dan dibiayai oleh perorangan dari seluruh Belanda dan beberapa kepangeranan di sekitarnya, dengan kerja sama terangterangan dari negara. Tujuannya adalah mengalihkan hasil panen cengkeh, bunga pala, dan pala yang berharga tinggi dari Uni Iberia (1580–1640) yang mengucilkan para pedagang Belanda dari pesisir Portugis. Kembalinya ekspedisi 1959–97 yang sangat kelelahan di bawah pimpinan Cornelis de Houtman (1565–99) dipandang sebagai pertanda datangnya hal-hal baik, meski hanya membawa pulang sedikit muatan lada dari Banten setelah gagal mencapai Kepulauan Maluku. Ekspedisi ini menghasilkan sebuah buku mengesankan, Prima pars (Buku Pertama) atau Descriptionis itineris navalis in Indiam Orientalem (Gambaran Perjalanan Laut di Hindia Timur) karya Willem Lodewijckszoon, yang terbit pada 1598. Buku ini dipenuhi penggambaran rempah-rempah yang akurat beserta gambar-