MEDIA
LIPUTAN
AESCULAPIUS
SEPTEMBER - OKTOBER 2019
11
SEPUTAR KITA
DEVICE 2019 : Dermatovenerology in Everyday Clinical Practice Sebuah persembahan tahunan terhadap disiplin ilmu kedokteran kulit dan kelamin
P
enyakit kulit dan kelamin masih menjadi kasus yang sangat umum dan banyak dijumpai oleh tenaga kesehatan dalam kondisi klinis sehari-hari. Kulit kita merupakan organ tubuh dengan luas permukaan yang paling besar dan terpajan secara langsung dengan dunia luar. Oleh karena itu, tidak heran apabila penyakit kulit dan kelamin memiliki spektrum yang cukup luas, mulai dari kasus “biasa” seperti cacar air dan jerawat, hingga kasus kegawatdaruratan seperti sindrom Steven Johnson. Tak jarang, beberapa penyakit kulit yang hanya terjadi di daerah endemik, layaknya penyakit kusta, dianggap “terlupakan”. “Negara kita, Indonesia, masih menjadi negara dengan insidensi penyakit lepra terbanyak ketiga di dunia. Dari sepuluh tahun lalu tetap di peringkat tiga, ini sedih sih,” tutur dr. Melani Marissa, Sp.KK, dalam presentasinya yang berjudul “Neglected Tropical Diseases: Updates on Mycobacterial Skin Infections”. Presentasi tersebut merupakan salah satu topik dari acara DEVICE 2019: Dermatovenerology in Everyday Clinical Practice yang diadakan oleh Pelantikan Lulusan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (PLD FKUI) 2020/2021. Acara yang jatuh pada tanggal 31 Agustus 2019 ini bertempat di Auditorium IMERI FKUI Salemba dan dibagi-bagi menjadi empat sesi seminar dan dua workshop. Dimulai dari jam delapan pagi, acara ini dibuka dengan seminar-seminar
yang dibedakan berdasarkan topik, di antaranya terdapat sesi infeksi, alergi dan imunologi, kegawatdaruratan, serta dermatologi kosmetik. Usai berlangsungnya sesi seminar, acara pun dilanjutkan dengan sesi workshop mengenai penentuan diagnosis dan tata laksana pada kasus dermatologis serta update terbaru mengenai penggunaan balutan luka, baik pada luka infeksi maupun non infeksi. Presentasi yang diberikan oleh Melani termasuk ke dalam sesi seminar infeksi. Pada awal presentasi, dijelaskan bahwa kasus-kasus penyakit kulit yang terlupakan (neglected) sebenarnya jarang ditemukan sehari-hari dan lebih sering terjadi di daerah endemis dibandingkan daerah perkotaan. Walau demikian, hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi kita sebagai tenaga kesehatan untuk menemukan pasien dengan kasus-kasus tersebut. Penyakit kulit yang tergolong neglected adalah infeksi Mycobacterium pada kulit dan morbus hansen ( juga dikenal sebagai kusta/ lepra). Dalam SKDI, infeksi Mycobacterium tuberculosis dengan tipe skrofuloderma dan kusta ini termasuk kompetensi 4A, sehingga harus dapat ditangani hingga tuntas oleh dokter umum. Tuberkulosis kutis didefinisikan sebagai infeksi pada kulit oleh kuman Mycobacterium. “Utamanya akibat mycobacterium tuberculosis, bisa juga akibat mycobacterium bovis tapi jarang,” ujar Melani. Tuberkulosis kutis
Adit/MA
memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi, dipengaruhi oleh jalur masuknya dan respons imun dari host. Berdasarkan gambaran klinisnya, tuberkulosis kutis dibagi menjadi skrofuloderma, lupus vulgaris, tuberkulosis kutis verukosa, tuberkulosis chancre, tuberkulosis kutis miliaris, dan tuberkulosis kutis gumosa. Ada pun lepra merupakan penyakit infeksi akibat kuman
Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan sistem saraf perifer. Diagnosis penyakit ini ditegakkan dengan melihat adanya satu dari tiga tanda kardinal kusta dengan bantuan pemeriksaan bakteriologis dengan pewarnaan basil tahan asam Ziehl-Neelsen. jonathan
R UBRIK DAERAH
Sebuah Kisah Internship yang Berarti Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Dari pengalaman mengabdi di Lamongan, saya belajar banyak hal
S
dr. Gadisa Aulia Pratami gadisa.aulia@yahoo.co.id RSUD dr. R. Soedjono, Selong Lombok Timur
ikap empati merupakan sikap yang harus dimiliki sebagai seorang dokter. Pentingnya empati dalam menghadapi pasien sangat dirasakan oleh dr. Gadisa Aulia Pratami saat menjalani internship. Gadisa merupakan dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2011 yang telah menjalani program internship di RSUD Kabupaten Lombok Utara. Ia memilih untuk kembali mengabdi ke daerah tempatnya dilahirkan dan dibesarkan agar dapat kembali dekat dengan orang tuanya setelah beberapa tahun ia habiskan di perantauan untuk mengenyam pendidikan. Saat ini, Gadisa tengah bertugas sebagai dokter umum di IGD RSUD Dr. R. Soedjono, Selong.
Akses menuju lokasi internship –dengan waktu tempuh 3 jam dari rumah Gadisa– bisa dibilang sulit dijangkau. Akan tetapi, jalur pantai dan jalur perbukitan dengan medan yang rawan longsor serta pohon tumbang tidak menyurutkan semangat Gadisa untuk tetap mengabdi. Peralatan dan obat-obatan di RSUD Kabupaten Lombok Utara ini juga terbatas. Tidak hanya itu, bahkan terdapat juga keterbatasan dalam sumber daya manusia di bidang kesehatan, terutama untuk dokter spesialis. Segala keterbatasan ini menjadi tantangan bagi Gadisa dan melatih kesabarannya dalam mengatasi berbagai keadaan. Dari berbagai peristiwa yang telah dilalui selama menjadi dokter internship, terdapat pengalaman yang akan selalu berkesan bagi Gadisa. Pada suatu malam pukul 12, Gadisa mendapat pasien perempuan berusia lebih dari 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada. Dari keluhan tersebut, salah satu diagnosis yang terpikirkan oleh Gadisa adalah Acute Coronary Syndrome (ACS). Oleh sebab itu, ia telah bersiap untuk melakukan pemeriksaan EKG. Namun, setelah ia lakukan anamnesis lebih lanjut, pasien tersebut menyatakan bahwa ia merasakan nyeri dada dikarenakan khawatir dan merasa terdapat benjolan di payudara ketika dalam posisi tidur. Kemudian, Gadisa melakukan pemeriksaan fisik dan ia tidak menemukan ada tanda-tanda benjolan seperti yang dikatakan pasien tadi. Pada awalnya, Gadisa merasa kedatangan pasien ini di tengah malam terkesan ‘berlebihan’. Namun, seketika Gadisa pun sadar dan berusaha menempatkan dirinya sebagai pasien tersebut, yang notabene Gadisa juga merupakan seorang perempuan.
Apalagi pasien tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan yang mengerti mengenai kesehatan, hal ini pasti sangat membuat pasien cemas akan kondisinya. Selanjutnya, Gadisa pun mengedukasi pasien tersebut mengenai cara SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan menganjurkan untuk check up rutin. Setelah kejadian tersebut, Gadisa merasa bahwa empati sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Empati yang merupakan kemampuan dalam menempatkan diri di posisi orang lain bukanlah hal yang mudah pada realitanya. Menumbuhkan sikap empati yang benar-benar
membutuhkan banyak latihan dan pengalaman. Sebab itu, sejak pendidikan preklinik, empati sangat ditekankan untuk kemudian terus diasah dan diterapkan. Hal ini akan sangat berguna ketika dihadapkan di dunia kerja dimana sebagai seorang dokter setiap hari akan berhadapan dengan pasien, yang merupakan sebuah kewajiban untuk melayani dengan empati. Pasien pun akan merasa lebih nyaman dan tenang apabila dokter mengaplikasikan sikap empatinya saat menghadapi dan berkomunikasi dengan pasien.
Polusi Udara... sambungan dari halaman 1 fungsinya untuk melakukan pembersihan jalur napas akan terganggu. Sel-sel mukosa yang terpajan akan menghasilkan sekret yang lebih banyak sebagai bentuk kompensasi. Akibatnya, lendir yang menumpuk tersebut akan menghalangi liang keluar masuknya udara. Lendir juga menjadi sarang bagi mikroorganisme sehingga menyebabkan saluran napas menjadi rentan terhadap infeksi berulang. Ketiga, dampak yang juga ditakutkan adalah masuknya partikelpartikel yang karsinogenik. Faktor genetik mungkin berperan besar dalam memengaruhi timbulnya kanker pada seorang individu, tetapi tentu ada peran pemicu dari luar yang turut berkontribusi seperti halnya zat karsinogenik dari polusi ini. Orang dengan penyakit kronik, menurut
Menaldi, merupakan kelompok yang terutama paling rentan terhadap dampak polusi, misalnya orang dengan gangguan ginjal kronik, penyakit hati kronik, dan sebagainya. Selain itu, kelompok usia anak-anak dan lanjut usia juga memiliki imunitas tubuh yang lebih rendah terhadap polusi, sehingga lebih rentan terkena dampaknya. “Jadi, artinya kita merusak dua kelompok besar loh sebenarnya,” tegas Menaldi, merujuk pada kedua kelompok usia tersebut. jessica,billy,elvan