Surat Kabar Media Aesculapius (SKMA) edisi September-Oktober 2019

Page 2

2

SEPTEMBER - OKTOBER 2019

DARI KAMI Pembaca sekalian yang Budiman, tidak terasa sekarang kita sudah berada di bulan-bulan akhir penghujung tahun 2019. Seiring berjalannya tahun ini, kami tidak akan pernah lelah dan selalu setiap untuk menghadirkan berita-berita kesehatan dari seluruh penjuru negeri. Belum lama ini, kita seakan-akan dikejutkan oleh keadaan buruknya kualitas udara yang terjadi di hampir semua kota metropolitan di Indonesia, salah satunya di daerah pusat pemerintahan negara, yaitu DKI Jakarta. Keadaan ini tentu sangat mengkhawatirkan karena dapat menjadi faktor pencetus berbagai macam penyakit, terutama penyakit yang dapat terjadi di saluran pernapasan. Mengapa bisa terjadi penurunan kualitas udara? Dan apa langkah penanggulangan yang harus dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit akibat buruknya kualitas udara? Ulasan lengkapnya bisa dibaca di rubrik Headline! Bahasan lain yang tidak boleh dilewatkan adalah pembahasan khusus secara mendalam mengenali aerotitis barotrauma yang sewaktu-waktu dapat menyerang pengguna setia layanan transportasi udara. Penjelasan secara lengkap hingga bagaimana mengatasinya dapat dibaca di artikel MA Klinik! Selain itu, di beberapa bulan terakhir ini, dunia kesehatan gempar atas penarikan obat-obatan antihipertensi yang masuk ke dalam golongan angiotensin receptor blocker (ARB), padahal obat-obatan ini sering dijadikan sebagai obat antihipertensi lini pertama pada beberapa kondisi. Simak pembahasan secara tuntas mengenai kontroversi penarikan obat antihipertensi ARB di artikel info obat. Akhir kata, selamat membaca dan jangan pernah lelah untuk membuat karya!

Reyza Tratama Pemimpin Redaksi

MA FOKUS

Jemaah Melek Teknologi, Sehat dari Awal hingga Akhir Sejak tahun 2017, pemerintah Indonesia telah meluncurkan inovasi guna mempermudah proses pelayanan kesehatan jemaah haji melalui kartu kesehatan haji (KKH) elektronik. Kartu ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan jemaah dalam mengikuti pembinaan dan pemeriksaan kesehatan. Data yang tercakup di dalamnya antara lain riwayat kesehatan sebelum berangkat, selama berada di Tanah Suci, hingga pulang kembali ke Indonesia serta data diri. Kartu ini selain mempermudah jemaah karena tidak perlu lagi membawa-bawa buku catatan kesehatan, juga membantu petugas kesehatan untuk memantau risiko, kelayakan, dan kondisi terkini jemaah yang berdampak pada rencana penanganan secara komprehensif. Kementerian Kesehatan juga terus berinovasi dengan menciptakan Haji Sehat, suatu aplikasi berisi petunjuk kesehatan haji yang dapat diunduh melalui Play Store. Jemaah dapat menemukan nomor telepon penting dan tempat berobat jika sewaktu-waktu merasa tidak sehat selama di Arab Saudi. Melalui petunjuk ini, jemaah memiliki gambaran lebih jelas mengenai persiapan yang harus dilakukan sekaligus mengingat kembali informasi kesehatan yang telah disampaikan dalam pembinaan. Upaya pemerintah ini patut diacungi jempol mengingat saat ini teknologi telah semakin maju sehingga sebisa mungkin hendaknya dimanfaatkan untuk hal-hal positif. Hampir semua lapisan masyarakat juga memiliki telepon genggam, bahkan smartphone yang berarti informasi elektronik seharusnya dapat tersebar dengan mudah dan luas. Dari sudut pandang tenaga kesehatan, kemudahan di atas membantu pengawasan, terutama jemaah berisiko tinggi. Perlu diingat bahwa jemaah yang mengikuti ibadah haji umumnya sudah lanjut usia mengingat waktu tunggu menjadi jemaah bisa mencapai belasan tahun. Hipertensi, diabetes, dan penyakit ginjal merupakan penyakit kronis yang sangat mungkin diderita dan diuntungkan dengan adanya sistem seperti ini. Di lain pihak, alangkah baiknya bila pemerintah juga berusaha melihat dari sudut pandang jemaah yang telah berusia lanjut. Tidak semua jemaah memiliki status pendidikan tinggi. Tidak sedikit kelompok lanjut usia yang mungkin mulai mengalami penurunan kemampuan berpikir dan penerimaan informasi. Oleh karena itu, petunjuk yang jelas disertai bimbingan pada para jemaah terkait berbagai inovasi tersebut sebaiknya diberikan. Bagaimanapun, teknologi semacam ini tentunya diharapkan terus berkembang untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Tak hanya menjelang keberangkatan, calon jemaah yang masih dalam masa tunggu pun sebenarnya terjangkau oleh inovasi tersebut. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Haji juga tertulis bahwa pembinaan dapat diintegrasikan dengan upaya kesehatan masyarakat seperti posbindu, keluarga sehat, dan posyandu lansia. Dengan demikian, aplikasi teknologi juga dapat dilakukan sehingga semakin banyak pula pihak yang terlibat, tidak melulu merupakan urusan eksklusif petugas pelaksana haji.

KLINIK

MEDIA

AESCULAPIUS

MA KLINIK

Aerotitis Barotrauma: Kenali Gejala dan Penatalaksanaannya Menurut Hukum Boyle, posisi pesawat yang berada di ketinggian menyebabkan tekanan atmosfer yang rendah. Siapa sangka, hal tersebut dapat berakibat buruk bagi kesehatan.

D

ari berbagai moda transportasi yang tersedia, pesawat adalah pilihan yang paling aman digunakan untuk perjalanan jauh. Menurut laporan International Civil Aviation Organization (ICAO), hingga tahun 2015 hanya ada 92 kecelakaan pesawat komersial dari 33 juta perkiraan penerbangan global, dengan total 474 korban jiwa. Sayangnya, penerbangan dalam durasi lama dapat menjadi faktor risiko terjadinya aerotitis barotrauma, suatu kerusakan jaringan pada telinga yang terjadi akibat perbedaan tekanan udara dalam tubuh dengan tekanan atmosfer. Berdasarkan data, kelainan ini paling banyak diderita oleh kelompok usia 21-40 tahun. Barotrauma dapat terjadi pada telinga tengah (aerotitis barotrauma), sinus (aerosinusitis) dan gigi (aerodontalgia). Salah satu karakteristik lingkungan penerbangan yang mendasari barotrauma adalah tekanan atmosfer rendah. Hal ini terjadi ketika ketinggian pesawat bertambah, di mana tekanan telinga tengah menjadi lebih besar dari tekanan atmosfer. Udara kemudian akan mengalir melalui tuba auditiva dan mendesak membran timpani. Barotrauma juga dapat terjadi pada kondisi penurunan ketinggian, di mana aliran udara masuk melalui telinga tengah dengan kondisi muara tuba auditiva cenderung menutup. Peristiwa itu menciptakan tekanan positif yang menyebabkan bulging pada membran dan kolaps tuba auditiva, sebagai respon tubuh tehadap perubahan tekanan. Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami aerotitis barotrauma. Beberapa kondisi yang menjadi faktor risiko meliputi hidung tersumbat (contoh saat flu), sumbatan tuba auditiva (bisa akibat kelainan kongenital atau merokok), kerusakan tuba auditiva (akibat tumor), obstruksi pada telinga, dehidrasi, obesitas, cleft palate, dan atau gangguan drainase sinus kongenital. Pada anak, tuba auditiva juga cenderung menutup sehingga lebih beresiko mengalami barotrauma. Diagnosis aerotitis barotrauma dapat ditegakkan apabila terdapat nyeri telinga atau pusing setelah melakukan penerbangan. Kumpulan gejala lain yang biasanya dialami oleh penderita barotrauma antara lain: rasa penuh dan tidak nyaman pada telinga, perasaan adanya sumbatan di telinga, penurunan pendengaran sementara, dan tinnitus. Gejala pada barotrauma dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga. Diagnosis barotrauma juga bisa dilakukan melalui pemeriksaan fisik menggunakan otoskop. Aerotitis telinga tengah sendiri terjadi akibat adanya penyempitan, inflamasi, atau edema pada mukosa tuba yang kemudian mempengaruhi kepatenannya, sehingga sulit menyeimbangkan tekanan telinga tengah terhadap tekanan udara sekitar. Oleh sebab itu, pada pemeriksaan menggunakan otoskop bisa didapatkan

MEDIA AESCULAPIUS

ketidaknormalan pada membran tympani. Menurut Wallace Teed, Narasumber abnormalitas pada dr. Retno Wibawanti, Sp.K.P membran timpani Staf Pengajar Program Studi Dokter dapat dibagi ke dalam Spesialis Kedokteran Penerbangan Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas beberapa tingkatan, FKUI - RSCM mulai dari derajat retnowibawanti1980@gmail.com I hingga derajat V. Pasien yang tidak mengalami keluhan dan membran timpaninya terlihat baik, tergolong ke dalam derajat 0. Pada derajat I, membran timpani mulai terlihat adanya kemerahan yang bersifat difus disertai retraksi membran, namun belum terlihat adanya perdarahan membran. Hal utama yang memberdakan gambaran derajat II dan derajat III dengan derajat I adalah ada tidaknya perdarahan. Pada derajat II, membran timpani menunjukkan tampilan seperti derajat I dengan ditambah perdarahan memban yang ringan, sedangkan pada derajat III perdarahan yang muncul bersifat sedang. Selanjutnya pada derajat IV, membran timpani tampak membentuk bulging, dengan adanya efusi cairan. Apabila membran timpani sudah mengalami perforasi, pasien dapat dikategorikan sebagai derajat V. Penatalaksanaan bagi pasien dengan aerotitis barotrauma setelah mendarat adalah dengan memberikan obat-obatan simptomatik. Bila pasien sedang mengalami infeksi saluran nafas dan akan melakukan penerbangan, maka dapat diedukasi untuk mengunyah, menguap atau A menelan sesuatu saat lepas landas M / na fio atau mendarat. Selain itu, dapat juga dianjurkan mengonsumsi obat-obatan simptomatik sebelum terbang. Pada aerotitis barotrauma, penanganan terhadap kemungkinan ruptur membran timpani juga perlu diperhatikan. Teregangnya membran timpani dapat terjadi ketika ketinggian pesawat bertambah dalam waktu singkat. Perubahan tersebut membuat tubuh tidak memiliki cukup waktu untuk menyeimbangkan tekanan tersebut dan terjadilah ruptur membran. Pada kasus ruptur membran timpani, dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi. Dibandingkan moda transportasi lain, risiko kecelakaan di pesawat memang tergolong lebih rendah. Akan tetapi, perubahan tekanan udara secara alami di dalam pesawat perlu kita waspadai sebagai bahaya potensial yang dapat mengancam kesehatan tubuh kita. leo

Pelindung: Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis M. Met. (Rektor UI), Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP (Dekan FKUI) Penasihat: Dr. Arman Nefi, S.H., M.M. (Direktur Kemahasiswaan UI), dr. Affan Priyambodo Permana, SpBS(K) (Koordinator Kemahasiswaan FKUI) Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius

Pemimpin Umum: Fadlika Harinda. PSDM: Irfan Kresnadi. Pemimpin Produksi: Kania Indriani. Tata Letak dan Cetak: Anthonius Yongko. Ilustrasi dan Fotografi: Fiona Muskananfola. Staf Produksi: Arfian Muzaki, Aurelia Maria Prajna Saraswati, Hannah Soetjoadi, Gita Fajri Gustya, Marthin Anggia Sirait, Mega Yunita, Sakinah Rahma Sari, Vina Margaretha Miguna, Devi Elora, Nathaniel Aditya, Anthonius Yongko, Irfan Kresnadi, Shafira Chairunnisa, Teresia Putri, Hansel T. Widjaja, Itsna Arifatuz Z., Skolastika Mitzy, Meutia Naflah G., Dewi Anggraeni. Pemimpin Redaksi: Reyza Tratama Audandi. Wakil Pemimpin Redaksi: Rayhan Farandy. Redaktur Senior: Veronika Renny Kurniawati, Renata Tamara, Tiffany Rosa, Afiyatul Mardiyah, M. Ilham Dhiya, Filbert Kurnia Liwang, Alexander Kelvyn. Redaktur Desk Headline: Nur Afiahuddin Tumpu. Redaktur Desk Klinik: Dina Fitriana. Redaktur Desk Ilmiah Populer: Farah Qurrota. Redaktur Desk Opini & Humaniora: Nathalia Isabella. Redaktur Desk Liputan: Yuli Maulidiya. Reporter Senior: Phebe Anggita Gultom, Clara Gunawan, Farah Vidiast, Maria Isabella, Joanna Erin, Fadlika Harinda, Vanessa Karenina, Aisyah Rifani, Stefanus Sutopo. Reporter Junior: Sheila Fajarina Safety, Mariska Andrea Siswanto, Kevin Wijaya, Jessica Audrey, Aughi Nurul Aqilla, Lidia Puspita Hasri, Billy Pramatirta, Jonathan Hartanto, Elvan Wiyarta, Wira Titra Dwi Putra, Prajnadiyan Catrawardhana, Leonardo Lukito Nagaria. Pemimpin Direksi: Andi Gunawan Karamoy. Finansial, Sirkulasi, dan Promosi: Kevin Tjoa, Gilbert Lazarus, Sean Alexander, Nur Zakiah Syahsah, Angela Kimberly, Koe Stella Asadinia, Tiara Grevillea, Ainanur Aurora, Agassi Antoniman, Yusuf Ananda, Safira Amelia, Syafira Nurlaila, Lowilius Wiyono, Jeremy Rafael, Iskandar Geraldi. Buku: Vincent Kharisma, Muhammad Izzatullah, Regan Edgary Jonlean, Husain Muhammad Fajar Surasno, Nadira Prajnasari Sanjaya, Roberto Bagaskara, Tiroy Junita, Indah Fitriani, Sabrina Tan, Gilbert Mayer C, Marie Christabelle, Bunga Cecilia. Alamat: Media Aesculapius BEM IKM FKUI. Gedung C lantai 4, Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. E-mail: medaesculapius@gmail.com, Rek. 157-0004895661 Bank Mandiri Cabang UI Depok, website: beranisehat.com Alamat Redaksi/Sirkulasi: Media Aesculapius PO BOX 4201, Jakarta 10042, Harga Langganan: Rp18.000,00 per enam edisi gratis satu edisi (untuk seluruh wilayah Indonesia, ditambah biaya kirim Rp. 5.000,00 untuk luar Jawa), fotokopi bukti pembayaran wesel pos atau fotokopi bukti transfer via Bank Mandiri dapat dikirim ke alamat sirkulasi. MA menerima kiriman naskah dari pembaca untuk rubrik MA Klinik (khusus untuk dokter dan staf pengajar), Asuhan Keperawatan (khusus untuk perawat dan mahasiswa keperawatan) Sepuki, Suma, Suduk, Kolum, Arbeb, Kesmas, Seremonia, dan Konsultasi (berupa pertanyaan). Kirimkan email permohonan penulisan ke redaksima@yahoo.co.id dan kami akan mengirimkan spesifikasi rubrik yang Anda minati.

Kirimkan kritik dan saran Anda:

redaksima@yahoo.co.id

Website Media Aesculapius

beranisehat.com

Dapatkan info terbaru kami: @MedAesculapius


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.