Podium 11 - Di Balik Topeng

Page 22

Mengusut Kesehatan Mental Mahasiswa dari Sudut Pandang Psikolog

A

khir-akhir ini, banyak kasus bunuh diri yang melibatkan mahasiswa karena faktor penyebabnya yang beragam. Mulai dari masalah keluarga, pekerjaan, tugas kampus, hubungan pertemanan (termasuk pacaran), ataupun masalah terkait lingkungan sosial lainnya. Menurut Nira Wulansari, S.Psi, M.Psi, selaku Psikolog koordinator Anahata Psikologi Bandung, bukan hanya mahasiswa saja yang berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental, melainkan setiap orang juga berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental. “Sebenarnya, kesehatan mental tidak hanya berlaku pada mahasiswa saja, tapi pada manusia secara keseluruhan. Ketika mental sudah tidak sehat, seseorang akan kesulitan untuk beraktivitas dan lebih memilih untuk diam, melamun, mudah terpancing emosi, atau mudah bersedih,� Ucap Nira. Bahkan, beberapa faktor lain juga berisiko memperparah kondisi tersebut. Seperti pernah mengalami kekerasan seksual, diacuhkan keluarga, maupun penderita yang sejak awal sudah bersifat anti-sosial. Ketika pemicu gangguan kesehatan mental tidak segera diatasi, maka penurunan produktivitas akan semakin berlanjut hingga tahap yang paling buruk. Tahap tersebut yaitu pada saat pengambilan keputusan tanpa memikirkan resiko alias impulsif. Sehingga keputusan yang terburuk adalah memilih ide bunuh diri. Nira juga menjelaskan bahwa cara pandang melihat masalah sangat berbeda pada mahasiswa dengan kesehatan mental yang bagus. Mahasiswa bermental sehat dapat melakukan aktivitas dengan baik. Terutama, ketika mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan dan permasalahan yang dialami. “Kalau kesehatan mental mahasiswa itu baik, maka aktivitas mereka

21

juga berjalan lancar. Sebaliknya, mahasiswa yang labil, cenderung tidak produktif. Sebab, banyak waktu yang dihabiskan untuk melamun, bersedih, atau meratapi nasibnya,“ jelas wanita lulusan S1 Universitas Islam Bandung dan S2 Universitas Padjajaran Bandung ini. Selain faktor usia pada masa transisi remaja menuju dewasa, beban perkuliahan yang berat pun turut berdampak. Ditambah adanya tuntutan eksternal dan internal yang membuat mereka mudah terkena stres dan depresi sehingga meningkatkan risiko bunuh diri. Hal yang paling mengejutkan ternyata faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap bunuh diri mahasiswa adalah tekanan pihak keluarga atau orang tua. Padahal, keluarga atau orang tua merupakan aspek sosial yang justru seharusnya menjadi tempat berbagi rasa, bertukar pikiran, berbagi ide, dan kasih sayang. Nira juga mengungkap kalau keluarga yang cenderung cuek dan kurang perhatian bisa menyebabkan muncul ide bunuh diri pada mahasiswa. “Tekanan yang bertubi-tubi akan membawa mahasiswa pada suatu titik di mana dia sudah tidak sanggup lagi menahannya. Terutama, ketika misalnya keluarga cenderung bersikap cuek terhadap apa yang dialami oleh


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.