para sutradara mengirimkan f ilm-f ilm yang dibuat sebelum situasi pandemi. Ma ka, ketigapuluh f ilm yang tela h terseleksi ada la h gambaran tentang apa yang menjadi pemikiran manusia sebelum peradaban kemba li temaram. *** Hari ini kita menya ksikan kompleksitas globa lisasi peradaban tela h melampaui kemampuan daya dukung manusia. Globa lisasi ternyata bisa menyebabkan meratanya sebua h pandemi. Ini ada la h situasi yang mengg uncang banya k ideologi, sistem, dan konsep-konsep yang selama ini tela h mapan. Wacana dunia globa l yang timpang jadi teradilkan. Ada cerita tentang, bukan hanya warga negara-negara berkembang saja yang harus sela lu dicurigai dan di-subdominankan jika masuk ke wilaya h negara-negara maju. Para warga dari negara-negara yang sela lu merasa lebih superior pun menga lami situasi dirundung, dicurigai dan terusikkan, di manapun. Secara historis, sinema sela lu mela kukan eksperimentasi ba hasa dan mediumnya, untuk melepaskan diri dari dominasi wacana yang terpusat. Yang pa ling mendasar dari eksperimentasi tersebut ada la h dengan terus menerus mela kukan reproduksi kenyataan hingga dia ma kin menjauh dari keasliannya. D engan cara itu sinema bisa menjadi wacana kritis untuk menggangg u kemapanan sebua h piliha n. Sinema, yang juga dig una kan sebagai a lat untuk membang un ilusi besa r sebua h kekuasaan, menga lami kesurutan saat perkembangan teknologi media tida k terbendung mengiringi peradaban. Teknologi-teknologi perekam yang sema kin baru tersebut terus dicipta kan untuk mempermuda h kehidupan seka lig us menjadi aparatus kekuasaan. Sirkulasi dari cara kerja teknologi perekam itu menghasilkan informasi-informasi yang menjadi konstruksi budaya, dan a khirnya meleburkan ideologi utama di dunia. Ugeng T. Moetidjo (2016), menuliskan di kata log A R KIPEL social/kapital ta hun 2016 ba hwa, “Motif, bentuk, dan dampa k dari perila ku bermedia kita tida k secara nyata menempatkan kita pada posisi orisina l kita sebagaimana acap kita a kui, melainkan mela lui sebua h perantara besar yang menetapkan masing-masing porsi kebermediaan tiap pela ku.” K ita suda h tida k bisa lepas dari gelombang sosia l da n kapit a l yang tela h melebur da lam kehidupan masyara kat dunia secara globa l. Perila ku kita sekarang ini suda h berada da lam kenda li yang mendorong kita menjadi seragam. Ha l ini ada la h sebua h bentuk nyata keterpenjaraan kita di da lam sebua h sua ka hukuma n ruang simulasi yang menyerupai ba lon udara ra ksasa. K ita hidup di da lamnya sebagai pengembara, dan berpikir ba hwa ini ada la h a lamia hnya diri kita. K ita berada di ambang kesadaran a kan situasi seragam da lam koridor horizonta l yang diisi oleh hubungan timba l ba lik antara kenyataan dan reproduksinya sebagai pengalaman-replikasi-informasi-konstruksi-keniscayaan. Tetap saja sinema terus
31