SM TW 4 2022 - Buku Guru Dewasa

Page 1

MURID KRISTUS

MELAYANI SEPERTI DIA

Buku Guru Dewasa Triwulan 4, tahun 2022

ISBN 978-623-5258-30-0

Penulis

John H.L. Serworwora

Layout

Septianus Cahyadi

Cover

Garrick Gisala Kurnia

Kritik dan Saran smbaptis.llb@gmail.com

Instagram: @smbaptis.llb

Penerbit

Lembaga Literatur Baptis Jl. Tamansari 16, Bandung 40116 Tlp. (022) 4203484; Fax (022) 4239734 Email: penerbitbaptis@gmail.com Anggota IKAPI

DAFTAR ISI

PRAKATA

PENGANTAR PENULIS

Kuasa Doa Dalam Pelayanan Murid Yesus/ 1

Mari Memuji Tuhan/ 4

Pengabdian Harta/ 7

Dipanggil untuk Memberitakan Injil/ 10

Menjadi Teladan Dalam Pelayanan/ 13

Tetap Setia Memberitakan Injil/ 16

Ibadah yang Sejati/ 19

Melayani Kristus dengan Melayani Orang Lain/ 22

Berbuat Baik kepada Kawan Seiman/ 25

Ketaatan Maria/ 28

Ketaatan Yusuf/ 31

Kelahiran Yesus/ 34

Menyambut Sang Raja/ 37

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

PRAKATA

Puji Tuhan, kita tiba pada triwulan keempat pada tahun 2022! Mengakhiri tahun 2022 ini, pelajaran demi pelajaran sepanjang triwulan 4 akan fokus pada tema: “Murid Kristus Melayani Seperti Dia.” Tema ini masih menjadi satu kesatuan dengan tema tahun 2022, “Berkualifikasi sebagai Murid Kristus”, dengan tujuan: Mempersiapkan peserta Sekolah Minggu agar berpengetahuan dan menjunjung tinggi ajaran Alkitab tentang kualifikasi murid Kristus yang sehat, misioner dan relevan.

Untuk tetap mengingatkan kita pada rangkaian tema sepanjang tahun ini, kami tampilkan kembali urutannya seperti di bawah ini:

Triwulan 1

Murid Kristus Menyangkal Dirinya

Triwulan 2

Murid Kristus Memikul Salibnya

Triwulan 3

Murid Kristus Mengikut-Nya

Triwulan 4

Murid Kristus Melayani Seperti Dia

Kiranya bapak dan ibu guru masih mengingat apa yang sudah pernah dipelajari dalam triwulan pertama sampai dengan ketiga. Jika memungkinkan, sebelum pelajaran pertama dalam kelas, Anda dapat menunjukkan buku-buku sepanjang triwulan yang sudah dilewati, sembari mengajak para murid mengingat pelajaran-pelajaran apa saja yang sudah mereka pelajari. Berikan kesempatan pada mereka untuk menyampaikan dengan singkat hal-hal yang mereka ingat tersebut. Berikan apresiasi atas pencapaian para murid.

Selamat mempersiapkan diri dalam mengajar. Selalu gunakan Buku Guru dan Buku Murid dengan baik, tanpa melupakan Alkitab. Carilah rujukan atau referensi lain jika diperlukan. Bekerjasamalah selalu dengan para murid dalam mempersiapkan pertemuan demi pertemuan di kelas yang menyenangkan. Dan tentu, di atas semuanya, mintalah selalu pimpinan Roh Tuhan untuk menolong, membimbing, dan membuat semuanya berhasil.

“… jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu…” (Titus 2:7-8).

PENGANTAR PENULIS

Merupakan suatu kehormatan yang diberikan oleh Tim Pengembangan Kurikulum bagi saya untuk menulis Buku Guru dan Buku Murid untuk Kelas Dewasa Triwulan 4 tahun 2022 ini. Atas nama pribadi saya meminta maaf untuk keterlambatan materi ini yang disebabkan kesibukan dengan tanggung jawab mengelola LLB dan pelayanan lainnya. Berikut merupakan beberapa hal yang penulis perlu jelaskan untuk menolong para guru memahami struktur buku guru kali ini:

1. Pengajaran Eksposisional

Merupakan keyakinan penulis bahwa baik khotbah maupun pengajaran di dalam kelompok-kelompok pendalaman Alkitab, baik Sekolah Minggu maupun Kelompok Pembinaan Warga (KPW), haruslah bersifat eksposisi. Untuk itulah penulis berusaha melengkapi penjelasan yang ada di dalam Buku Murid dengan tafsiran yang ada di dalam Buku Guru untuk melengkapi pemahaman yang ada. LLB berusaha memberikan informasi tambahan mengenai materi-materi yang diperlukan melalui Ruang Guru Sekolah Minggu yang menjadi bagian dari majalah Suara Baptis. Silakan berlangganan agar mendapatkan tafsiran tambahan untuk materi Anda. Juru Selamatnya. Anda tentu pernah mengalami secara pribadi dalam pelayanan ketika melihat seseorang yang belum percaya kepada Kristus sedang sakit, didoakan, dan pada akhirnya percaya kepada Yesus.

2. Ilustrasi Pendahuluan

Saya meyakini bahwa sebuah pengajaran yang baik haruslah didahului oleh sebuah pendahuluan yang menolong mengantar masuk ke dalam materi. Oleh karena itu setiap pelajaran diawali dengan sebuah ilustrasi yang bukan saja menarik untuk para murid tetapi juga menolong mereka untuk masuk ke dalam materi kelas.

3. Diskusi Pembuka

Seperti yang saya yakini Anda alami, Kelas Dewasa adalah kelas yang perlu memiliki pendekatan yang berbeda, oleh karenanya dalam Buku Guru ini penulis meminta para guru mengawali dengan Diskusi Pembuka untuk memancing interaksi antara Anda sebagai guru dan para murid. Dalam bagian akhir juga murid akan diminta untuk mendiskusikan pertanyaanpertanyaan singkat yang berhubungan dengan materi.

4. Bagikan 3 P

Pengalaman saya mengajar kelompok-kelompok kecil di beberapa daerah menolong saya untuk menerapkan “Bagikan 3 P” setiap kali mengajar.

a. Bagikan Pengalaman Anda

Mintalah para murid untuk aktif berdiskusi dalam kelas. Usahakan sedapat mungkin membangun diskusi dua arah antara guru dan murid. Murid akan merasa senang jika dilibatkan dalam diskusi. Hargai pendapat mereka dengan tetap memegang kendali dalam diskusi kelas.

b. Bagikan Pemikiran Anda

Mintalah para murid untuk aktif berdiskusi dalam kelas. Usahakan sedapat mungkin membangun diskusi dua arah antara guru dan murid. Murid akan merasa senang jika dilibatkan dalam diskusi. Hargai pendapat mereka dengan tetap memegang kendali dalam diskusi kelas.

c. Bagikan Pokok Doa Anda

Tanamkan kepada mereka bahwa dengan memiliki keterbukaan untuk membagikan pokok doa, mereka akan lebih dikuatkan. Satu cara untuk membangun keterbukaan adalah dengan membagi kelas Anda menurut gender pada saat berdoa sehingga murid wanita akan merasa terbuka untuk membagikan pokok doa mereka kepada rekan wanita yang lain dan sebaliknya. Jadikan kelas Anda sebagai kelas yang “aman” bagi mereka untuk mencurahkan isi hati mereka.

5. Lakukanlah Minggu Ini

Sebuah kalimat singkat yang menantang murid untuk berani melakukan sesuatu yang mungkin belum pernah mereka lakukan sebelumnya sebagai bagian dari aplikasi pelajaran.

6. Renungkanlah

Setiap pelajaran akan disertai dengan sebuah kutipan yang menantang dan menguatkan dari para teolog atau penulis Kristen yang sudah menjadi berkat bagi banyak orang.

7. Pertanyaan lebih lanjut:

Saya senang jika ada masalah sehubungan dengan materi ini untuk dapat bertanya langsung kepada saya di WhatsApp 0813-1956-6770 atau email: jserworwora@gmail.com

Saya juga dengan senang hati mendoakan pergumulan kelas Anda. Silakan sampaikan pokok doa Anda untuk kami doakan.

Kiranya Tuhan Yesus memberkati pelayanan Anda yang penting bagi para murid di gereja Anda. Bandung, September 2022 John “Ronny” Serworwora

KUASA DOA DALAM PELAYANAN MURID YESUS Yakobus 5:12-20

Ayat Hafalan:

Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.

5:17

Mendampingi murid untuk mendapatkan pengertian tentang pentingnya berkunjung dan berdoa bagi yang sakit.

Murid memahami tentang pentingnya berkunjung dan berdoa bagi yang sakit.

Tujuan Pelajaran Kompetensi Belajar Saat Mengajar

1. Awali kelas dengan menyanyikan sebuah pujian tentang kuasa doa.

2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda (Lihat Pengantar dari Penulis).

3. Diskusi Pembuka:

• Apa yang biasanya menjadi penghalang untuk anggota gereja mengunjungi anggota lainnya yang sakit?

• Berkat apa yang biasanya didapatkan oleh jemaat yang pernah dikunjungi oleh panitia kunjungan/rekan kelas Sekolah Minggu?

4. Pembahasan Materi:

• Jelaskan secara singkat kehidupan pelayanan Elia yang terdapat di dalam 1 Raja-raja 1719.

5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini.

6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini.

7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU INI

8. Tutuplah kelas dengan doa.

1
Yakobus
1

Pembahasan Materi

Yakobus yang menjadi penulis surat ini bukanlah Yakobus murid Yesus yang juga adalah saudara dari Yohanes, melainkan salah seorang “saudara kandung” Yesus. Kita tentu mengingat bahwa Yusuf dan Maria memiliki beberapa anak hasil pernikahan mereka dan salah satunya adalah Yakobus. Satu hal yang menarik dan penting untuk kita perhatikan adalah bahwa ada perubahan hidup yang terjadi di dalam diri saudara dari Yesus ini. Tidak banyak informasi yang kita dapatkan dari Alkitab tentang kehidupan dari saudara-saudara Yesus. Namun, kita pasti masih mengingat bahwa dalam satu peristiwa, ibu dan saudara-saudara Yesus, termasuk Yakobus ini, mendatangi Yesus dan ingin membawa-Nya pulang karena mereka menganggap bahwa Dia sudah gila. Alkitab juga memberitahu bahwa segera setelah Yesus naik ke surga, para murid bersama dengan ibu dan saudara-saudara Yesus berkumpul di ruang atas untuk berdoa (Kisah Para Rasul 1:12-14).

Perubahan yang terjadi di dalam diri Yakobus terlihat dengan jelas ketika dia menyebut dirinya adalah “hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus.” Pengakuan Yakobus akan ketuhanan “kakaknya” jelas terlihat ketika dia menyebut bahwa Yesus adalah Allah dan Tuhan. Suatu bentuk kerendahan hati yang luar biasa dari seorang yang menghabiskan hidupnya bersama Yesus.

Berbeda dengan surat-surat Paulus, Petrus, atau Yohanes yang banyak berbicara mengenai hal-hal yang bersifat teologis, hampir keseluruhan Surat Yakobus berbicara mengenai hal-hal yang bersifat praktis di dalam kehidupan pribadi dan pelayanan pengikut Kristus. Itu sebabnya tokoh Reformasi, Martin Luther, menganggap rendah surat ini dengan menyebutnya, “Epistle of Straw” atau Surat Jerami.

KUASA DOA DALAM PELAYANAN MURID YESUS

Ketika kita merenungkan dampak dari pelayanan kunjungan gereja, dengan melihat nas yang kita pelajari Minggu ini, maka beberapa hal inilah yang akan terjadi ketika kita berdoa seperti Elia:

1. Anda akan Memiliki Kuasa di dalam Pelayanan Kunjungan (14)

Terdapat beberapa hal menarik yang dapat dipetik dari ayat 14 tentang kehidupan bergereja. Pertama, peranan besar yang dimiliki oleh penatua jemaat, dalam konteks kita saat ini adalah hamba Tuhan, yang dipandang sebagai orang yang memiliki kuasa untuk menyembuhkan mereka dari sakit penyakit. Kedua, dorongan bagi jemaat untuk melibatkan gereja di dalam pergumulan kesehatan mereka. Ketiga, penggunaan minyak sebagai sarana penyembuhan.

Beberapa kebudayaan percaya bahwa seseorang menderita suatu penyakit karena ada dosa di dalam dirinya yang harus diakui. Tentu saja ini adalah pemahaman yang keliru karena walaupun ada perbuatan dosa yang dapat membawa risiko tertular suatu penyakit tertentu, namun tidak serta-merta seseorang yang sakit itu disebabkan oleh karena dosanya. Apa yang dimaksudkan oleh Yakobus di sini adalah sering kali Tuhan memakai kesembuhan di dalam diri seseorang sebagai jalan untuk orang tersebut mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Anda tentu pernah mengalami secara pribadi dalam pelayanan ketika melihat seseorang yang belum percaya kepada Kristus sedang sakit, didoakan, dan pada akhirnya percaya kepada Yesus.

2 Yakobus 5:12-20

Pelajaran 1: Kuasa Doa Dalam Pelayanan Murid Yesus

2. Anda akan Bertahan di dalam Penderitaan Anda (13)

Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Yakobus di dalam nasihatnya menghubungkan antara pentingnya berdoa ketika kita di dalam penderitaan. Penderitaan dapat datang dalam berbagai bentuk: jasmani, emosi, maupun penderitaan yang timbul karena konsekuensi menjadi pengikut Kristus khususnya dalam pengabaran Injil. Konteks dari Kitab Yakobus menunjukkan bahwa penderitaan yang dimaksud oleh karena mengabarkan Injil.

Kepada jemaat di Roma yang selalu menanggung banyak penderitaan, Rasul Paulus menguatkan mereka dengan berkata, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18). Ketika menguatkan penerima suratnya yang mengalami penderitaan, Petrus berkata, “Sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama (1 Petrus 5:9).

3. Anda akan memiliki Kesaksian untuk Membawa Orang Bertobat (15)

Ayat 15 lebih tepat diterjemahkan menjadi, “doa dari orang yang beriman.” Itulah sebabnya beberapa penafsir meyakini bahwa jika dihubungkan dengan konteks di dalam ayat 14, maka iman yang dimaksud di sini adalah orang yang beriman atau penatua/anggota gereja yang datang melakukan pelayanan kunjungan. Dalam ayat ini, Yakobus berbicara mengenai: orang yang sakit, disembuhkan/dibangunkan, dan dosa yang diampuni. Hal ini mengingatkan kita akan apa yang dilakukan oleh Yesus ketika seorang lumpuh dibawa kepada-Nya pada saat Sang Juru Selamat sedang mengajar di sebuah rumah. Yesus bukan saja membangunkan atau menyebabkan orang tersebut sembuh tetapi juga mengampuni dosanya.

Seorang sarjana Perjanjian Baru menyatakan pendapatnya yang menjelaskan hubungan antara doa dan iman sebagai berikut: Iman yang dinyatakan melalui doa adalah iman yang dinyatakan kepada Allah yang memiliki kedaulatan untuk menggenapi rencana-Nya (Douglas J. Moo, 2000)

MARI MEMUJI TUHAN

Ayat Hafalan:

Angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilah TUHAN! Kiranya TUHAN yang menjadikan langit dan bumi, memberkati engkau dari Sion.

Mazmur 134:2-3

Mazmur 134:1-3

Tujuan Pelajaran

Mendampingi murid mendapatkan pengertian tentang memuji Tuhan bersama di Rumah Tuhan. Murid memahami tentang memuji Tuhan bersama di Rumah Tuhan.

Kompetensi Belajar Saat Mengajar

1. Awali kelas dengan menyanyikan NP No. 14 “Puji Tuhan Isi Surga.”

2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda (Lihat Pengantar dari Penulis).

3. Diskusi Pembuka:

• Awali kelas Anda dengan mendiskusikan berkat apa yang diterima ketika mereka memuji Tuhan secara bersama di dalam gereja.

• Tanyakan apa yang menjadi perbedaan di dalam gereja Anda mengenai ibadah dan pujipujian. Batasilah diskusi untuk tidak melebar menjadi polemik antara generasi yang lebih tua dengan generasi yang lebih muda tentang ibadah.

4. Pembahasan Materi: lihat di halaman selanjutnya.

5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini.

6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini.

7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU INI.

8. Tutuplah kelas dengan doa.

4
2

Pembahasan Materi

1. Kita Memuji Tuhan karena Kedudukan Kita di Hadapan Tuhan (Ayat 1)

Mazmur 92 mengindikasikan bahwa orang Israel mengadakan ibadah baik pada pagi maupun pada malam hari. Sangat mungkin ini Mazmur 134 adalah nyanyian yang digunakan oleh orang Israel pada saat mereka mengakhiri ibadah malam mereka. Ajakan untuk menyembah Tuhan diberikan kepada “semua hamba Tuhan” yang “datang melayani di rumah Tuhan” pada waktu ibadah malam.

Perlu juga diketahui bahwa kata “datang melayani” di dalam bahasa Perjanjian Lama (PL) merupakan kata yang secara hurufiah berarti, “berdiri dengan penuh kesiapan.” Penjelasan di bawah ini menunjukkan apa yang dimaksudkan oleh kata tersebut.

Setelah masa pembuangan, para imam akan berjalan pada tengah malam dalam dua rombongan untuk mempersiapkan ibadah pagi hari. Rombongan ini akan membersihkan area yang biasanya digunakan untuk menyembelih korban-korban bakaran. Setelah itu mereka jugalah yang menggiring domba-domba yang siap untuk dipersembahkan keesokan harinya. Rombongan ini juga kemudian masuk ke dalam rumah roti untuk mempersiapkan roti-roti yang akan dipanggang untuk Imam Besar. Di tempat lain, rombongan imam yang akan bertugas pada pagi hari akan mulai bersiap-siap dengan menjalani ritual penyucian mereka dan mengenakan pakaian keimaman mereka. Semua hal yang dilakukan oleh para imam ini menunjukkan kesibukan yang luar biasa pada saat orang berpikir tidak ada kegiatan yang dilakukan para imam setelah ibadah malam selesai (George Knight, 2001).

2. Kita Memuji Tuhan karena Kebutuhan Kita akan Tuhan (Ayat 2)

Walaupun ayat ini merupakan suatu perintah bagi umat Tuhan untuk mengangkat tangan ketika memuji Tuhan, namun di balik perintah tersebut terkandung suatu alasan yang menyebabkan kita harus mengangkat tangan untuk memuji Tuhan. Namun sebelum alasan tersebut dibahas, ada baiknya bagi kita untuk melihat apa yang dimaksud dengan mengangkat tangan di dalam memuji Tuhan.

Dua kemungkinan penafsiran dapat diambil ketika mencoba memahami apa yang ditulis oleh pemazmur di sini. Kemungkinan yang pertama adalah umat yang mengangkat tangannya untuk memuji Tuhan. Kedua, beberapa penafsir cenderung berpendapat bahwa gerakan mengangkat tangan ini merujuk kepada tindakan yang dilakukan oleh imam yang memimpin ibadah dalam memberi berkat kepada jemaat yang dipimpinnya. Namun pendalaman terhadap ayat 3 akan memberikan petunjuk lebih dalam bahwa secara hurufiah dapat diterjemahkan menjadi, “angkatlah tanganmu ke arah tempat kudus.” Jelas bahwa yang dimaksud di dalam ayat ini adalah tindakan seorang imam yang mengangkat tangannya di hadapan Tuhan untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan.

Lalu apa yang dimaksud dengan alasan kita mengangkat tangan merupakan suatu pernyataan untuk menunjukkan kebutuhan kita akan persekutuan dengan Tuhan? Perlu dipahami bahwa Allah tidak memerlukan penyembahan kita. Surga penuh dengan ribuan malaikat yang setiap saat memuji Allah. Namun Allah mau supaya sebagai ciptaan-Nya, kita memuji Dia sebagai Sang Pencipta. Ketika kita datang ke “tempat kudus,” yaitu Rumah Tuhan, dan “mengangkat

5
Mazmur 134:1-3

tangan” kita ke hadapan-Nya, hal ini seharusnya menunjukkan kebutuhan kita sebagai orang berdosa untuk memiliki persekutuan yang intim dengan Dia yang memelihara kita.

3. Kita Memuji Tuhan karena Karya Tuhan di dalam Kehidupan Kita (Ayat 3)

Kalimat “yang menjadikan langit dan bumi” dapat ditemukan beberapa kali di dalam Kitab Mazmur, misalnya Mazmur 115:15; 121:2; dan 124:8. Untuk dapat memahami kalimat ini lebih baik lagi, adalah penting untuk mengetahui latar belakang dari PL. Bangsa Israel dikelilingi oleh bangsa-bangsa lain, penyembah dewa-dewa yang mereka klaim sebagai penguasa laut, langit, atau daratan. Mesir memiliki Dewa Ra atau Dewa Matahari yang mereka anggap sebagai penguasa alam semesta, sedangkan Moab menyembah Kamos, atau Amon yang mengagungkan Baal-Peor. Kejatuhan bangsa Israel yang menyebabkan mereka dibuang ke Babel disebabkan oleh karena penyembahan mereka kepada ilah-ilah lain. Bangsa Israel lupa akan apa yang sudah Tuhan buat di dalam kehidupan mereka. Itu sebabnya pemazmur memberikan peringatan melalui nyanyiannya akan siapa TUHAN yang mereka sembah, yaitu Allah yang telah menjadikan langit dan bumi.

Sion sendiri merupakan rujukan kepada Rumah Tuhan, tempat Allah bertakhta di bumi ini. Terjemahan lain meyakini bahwa penerjemahan yang lebih tepat adalah, “TUHAN yang berdiam di Sion memberkati engkau.” Sehingga terkandung penekanan kepada siapa Allah yang mereka sembah, yaitu TUHAN (YHWH) yang bertakhta di Sion dan yang merupakan pencipta langit dan bumi.

Tiga rujukan yang jelas yang diberikan oleh pemazmur tentang Allah Israel berdasarkan ayat 3:

• Dialah yang menjadikan langit dan bumi

• Dialah yang bertakhta di Sion

• Dialah yang menjadi Sumber berkat

PENGABDIAN HARTA

Ayat Hafalan:

Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!

3:8

Maleakhi 3:6-12

Tujuan Pelajaran

Mendampingi murid mencoba menyatakan pengabdian harta kepada Tuhan.

Kompetensi Belajar Saat Mengajar

Murid mencoba menyatakan pengabdian harta kepada Tuhan.

1. Awali kelas dengan menyanyikan lagu dari buku Nyanyian Pujian (NP) No. 291 “Mari Kumpulkan.”

2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda (Lihat Pengantar dari Penulis).

3. Diskusi Pembuka:

• Awali kelas Anda dengan mendiskusikan berkat apa yang diterima ketika mereka memberikan perpuluhan dan persembahan kepada Tuhan.

• Tanyakan apa yang menjadi godaan atau tantangan mereka untuk tidak memberikan perpuluhan.

4. Pembahasan Materi: lihat di bawah.

5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini: Maleakhi 3:10.

6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini.

7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU INI.

8. Tutuplah kelas dengan doa.

Pembahasan Materi

Kitab Maleakhi ditulis oleh seorang bernama nabi bernama Maleakhi. Dia adalah seorang Yahudi saleh yang tinggal di Yehuda masa pasca pembuangan, serta rekan sezaman Nehemia. Merunut kepada konteks sosial dan ekonomi pada masa pemerintahan Nehemia

7
Maleakhi
3

Maleakhi 3:6-12

sebagai gubernur di Yehuda, dapat diketahui bahwa masyarakat Yerusalem dan Yehuda secara keseluruhan berada dalam keadaan sangat miskin. Mereka terbebani dengan banyak hutang, harus membayar upeti kepada raja Persia, dan sebagiannya harus menjual harta milik serta anakanaknya untuk dijadikan budak demi memperoleh gandum. Tentu kebijakan Nehemia untuk membebaskan hutang dan mengembalikan harta milik memberikan kelegaan bagi sebagian besar masyarakat, namun demikian secara umum mereka mengalami kesusahan besar.

Secara rohani kehidupan mereka juga telah menyimpang dari Allah. Umat mempersembahkan persembahan yang tidak layak kepada Allah (Maleakhi 1:6-14), para imam hidup dan mengajar dengan tidak benar (Maleakhi 2:1-9), menceraikan istri masa mudanya dan menikah dengan orang asing yang tidak mengenal Tuhan (Maleakhi 2:10-16), serta banyak ketidakbenaran lainnya dengan menjadi tukang sihir, berzinah, bersumpah dusta, dan menindas orang-orang lemah (Maleakhi 3:5).

Namun Allah tetap setia kepada umat-Nya, dan Ia tetap memelihara umat-Nya (Maleakhi 3:6). Sekalipun demikian, Allah tidak menginginan umat-Nya hidup dengan tidak benar. Allah menghendaki pertobatan. Bagaimanakah pertobatan bagi bangsa Israel? Mereka tidak boleh lagi menipu Tuhan! (‘menipu’ dalam terjemahan lain ‘merampok, menjarah’). Bagaimanakah menipu Tuhan? Ketika mereka melakukan pengabaian terhadap persembahan khusus dan persembahan persepuluhan. Persembahan khusus adalah persembahan seperti dalam Keluaran 29:27-28 dan Imamat 7:14,31-34.

1. Pelanggaran yang Dilakukan oleh Umat Tuhan

a. Umat yang Tidak Memiliki Kepekaan akan Dosa

Kedegilan hati orang Israel menyebabkan mereka tidak memiliki kepekaan akan dosa yang mereka lakukan terhadap Tuhan. Paling kurang dua kali dalam percakapan ini bangsa Yahudi menunjukkan ketidakpekaan mereka terhadap dosa yang mereka lakukan. Pertama, ketika mereka bertanya, ““Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?” Apa yang tersirat di dalam kalimat ini adalah mereka tidak sadar bahwa mereka telah berjalan menjauhi perintah Tuhan. Apa yang dinyatakan oleh Maleakhi sesuai dengan nubuatan yang disampaikan oleh Nabi Yesaya yang mengatakan bahwa “kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri” (Yesaya 53:6).

b. Umat yang Tidak Menyadari Hukuman Dosa (Ayat 8-9)

Dalam persiapan Anda mengajar, bukalah Imamat 26:14-42 dan perhatikanlah peringatan akan kutuk yang Tuhan akan berikan kepada bangsa Israel jika mereka menjauh dari Tuhan. Kejahatan bangsa Israel juga menyebabkan mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami hukuman karena dosa yang mereka lakukan. Kutukan ini sudah diperingatkan lebih dari 1.000 tahun sebelumnya oleh Allah namun generasi demi generasi bangsa Israel mengacuhkan peringatan tersebut. Maleakhi 2:2 juga menekankan mengenai kutukan tersebut. Namun demikian, umat pilihan Allah tersebut masih juga menipu Allah mereka.

2. Perintah yang Diberikan kepada Umat Tuhan (Ayat 10)

a. Perintah yang Didasarkan atas Kesetiaan Tuhan

Penekanan yang diberikan oleh ayat ini adalah pada kata “seluruh persembahan.” Frasa seluruh persembahan dipakai oleh Maleakhi berdasarkan apa yang Musa perintahkan di dalam Imamat 27:30 bahwa “segala persembahan persepuluhan. . . . adalah milik TUHAN.”

8

Pelajaran 3: Pengabdian Harta

Kepada generasi kedua bangsa Israel, Musa juga memerintahkan untuk “mengeluarkan segala persembaha persepuluhan” untuk kemudian “menaruhnya di dalam kotamu” (Ulangan 14:28). Penggunaan kata seluruh dan segala di dalam perintah-perintah Perjanjian Lama (PL) ini menunjukkan bahwa sering kali orang Israel menahan sebagian dari persembahan dan persepuluhan mereka atau dalam konteks Maleakhi bahkan tidak sama sekali.

b. Perintah yang Dibangun atas Janji Tuhan

Janji Allah selalu tersedia bagi mereka yang menaati perintah dan kehendak-Nya, dalam hal ini ketaatan dalam membawa perpuluhan dan persembahan. Hal ini dinyatakan oleh Allah dengan sebuah frasa singkat, “ujilah Aku.” Dalam hal ini Allah ingin menantang bangsa Israel untuk menguji dan kemudian membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang setia yang akan memegang dan memenuhi janji-Nya kepada mereka yang taat kepada perintah-Nya.

3. Pemulihan yang Dijanjikan bagi Umat Tuhan (Ayat 11-12)

a. Pemulihan yang Menunjukkan Kekuasaan Tuhan

Penggunaan sebutan untuk Allah oleh para penulis PL perlu mendapat perhatian khusus. Tiga kali sebutan Allah sebagai “TUHAN semesta alam” disebutkan di dalam ayat 9-11. Pengulangan tersebut menunjukkan penekanan akan nama tersebut yang di dalam konteks PL selalu berhubungan dengan kekuasaan-Nya atas alam semesta.

b. Pemulihan yang Menyatakan Kesaksian

Perlu diingat bahwa yang diinginkan oleh Allah Ketika Dia memberkati umat-Nya bukan saja agar umat-Nya diberkati, tetapi juga menjadi kesaksian bagi banyak orang. Allah yang mengizinkan bangsa Israel untuk melalui penjajahan dan pembuangan adalah Allah yang tidak pernah menginginkan umat-Nya untuk tetap hidup di dalam penderitaan. Ayat 12 menunjukkan bahwa Allah merindukan umat-Nya dilihat oleh bangsa-bangsa lain dan mereka menyebut mereka “berbahagia” dan menjadi “negeri kesukaan.”

Rujukan yang dipakai di dalam Buku Murid tentang Ananias dan Safira diharapkan dapat menolong murid untuk melihat hubungan dan kelanjutan perintah Tuhan di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Perbandingan Maleakhi 3 dan Kisah Para Rasul 5 Maleakhi 3 (Bangsa Israel)

Perpuluhan diberikan supaya ada persediaan makanan untuk orang Lewi

Orang Israel menahan perpuluhan kepada Tuhan

Kisah Para Rasul 5:1-11 (Ananias dan Safira)

Persembahan diberikan untuk dibagikan kepada jemaat lainnya yang membutuhkan (pasal 4)

Ananias dan Safira menahan hasil penjualan tanah mereka

Ananias dan Safira mendustai Roh Kudus Bangsa Israel dikutuk Tuhan karena ketidaktaatan akan perpuluhan Keduanya mati karena mendustai Roh Kudus

Orang Israel menipu Tuhan

Respons akan ketaatan mereka, bangsa lain akan menyebut mereka berbahagia

Jemaat dan orang lain takut akan perintah Allah

9

DIPANGGIL UNTUK MEMBERITAKAN INJIL Roma 1:1-7

Tujuan Pelajaran

Ayat Hafalan:

Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya. Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus.

Roma 1:5-6

Mendampingi murid menanggapi tentang panggilan memberitakan Injil sebagai murid Kristus.

Kompetensi Belajar

Murid menanggapi tentang panggilan memberitakan Injil sebagai murid Kristus.

Saat Mengajar

1. Awali kelas dengan menyanyikan NP No. 199, “Ku Suka Mengabarkan.”

2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda (Lihat Pengantar dari Penulis).

3. Diskusi Pembuka:

• Tanyakan kepada anggota kelas Anda: apa definisi pemberita Injil menurut mereka.

• Mintalah mereka yang pernah mengabarkan Injil untuk membagikan pengalaman mereka dengan singkat. Batasi waktu supaya cukup waktu untuk pembahasan materi.

4. Pembahasan Materi: lihat di bawah.

5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini: Roma 1:5-6.

6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini.

7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU INI.

8. Tutuplah kelas dengan doa.

Pembahasan Materi

Surat Roma ditulis oleh Rasul Paulus. Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Dalam Surat Roma ini, Rasul Paulus mengucap syukur atas iman yang dimiliki jemaat (ayat 8), menyatakan kerinduan untuk dapat mengunjungi mereka, menyatakan pengajaran Injil secara lengkap, serta berusaha

10
4

1:1-7

memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi.

Paulus memulai surat ini dengan salam. Salam memiliki suatu keunikan karena menjadi saluran untuk menceritakan beban atau maksud dari surat ini. Dalam salamnya ini, Rasul Paulus memperkenalkan dirinya sebagai rasul yang dipanggil untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa. Dengan mengemukakan jabatan rasul yang diterimanya, maka ia menggarisbawahi hak dan kerinduannya untuk menyurati mereka.

Kerasulan Paulus ini datang dari kesadaran bahwa Ia adalah hamba Kristus (ayat 1), ketaatan akan panggilan Allah untuk memberitakan Injil (ayat 1), dan pemahaman yang kuat akan Injil sebagai kekuatan Allah (ayat 2-3). Keyakinan Rasul Paulus akan Injil yang sekaligus menjadi pesan utama dari Surat Roma tercantum dalam Roma 1:16-17, berdasarkan keyakinan ini Rasul Paulus menjadi seorang pemberita Injil yang gigih.

1. Definisi Alkitab tentang Injil

Pembahasan tentang definisi Injil seperti yang dicantumkan dalam Buku Murid.

Di dalam ayat 2 Paulus berkata, “Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci.” Sang Rasul merujuk kepada nubuatannubuatan yang yang disampaikan oleh Ulangan 18:18, Yesaya 7:14, dan Mikha 5:1 tentang kedatangan Sang Mesias. Bahkan sangat mungkin Paulus juga sedang merujuk kepada apa yang kita kenal dengan “proto-euanggelion” atau “injil pertama” di dalam Kejadian 3:15 ketika Allah menubuatkan bahwa, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”

Selanjutnya Paulus merujuk pada janji Tuhan kepada Raja Daud bahwa takhtanya akan kokoh selama-lamanya dan bahwa Mesias akan datang dari keturunan Daud ketika dia berkata, “tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud” (ayat 3). Apa yang Paulus maksudkan di sini adalah apa yang dikenal dengan Davidic Covenant, atau Perjanjian dengan Daud yang dinyatakan oleh Allah di dalam 2 Samuel 7:16, “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.” Janji ini juga kemudian dinyatakan di dalam apa yang kita kenal dengan Mazmur Mesianis, yaitu mazmur-mazmur yang menubuatkan tentang kedatangan Mesias seperti Mazmur 2; 8, 45, dan 110.

2. Penjelasan Alkitab tentang Tujuan Pengabaran Injil

Paulus menjelaskan tujuan pemberian jabatan rasul kepadanya di dalam ayat 4. Berbeda dengan Rasul Petrus yang terpanggil untuk memenangkan orang-orang Yahudi, Paulus meyakini bahwa panggilannya adalah untuk “menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.” Frasa “semua bangsa” di dalam bahasa aslinya berbicara mengenai suku bangsa, identik dengan Amanat Agung yang Yesus berikan di dalam Matius 28:18-20 “Jadikanlah semua suku bangsa murid-Ku.”

Kerinduan Paulus ini diteguhkan oleh Rasul Yohanes yang mendapat penglihatan tentang apa yang akan terjadi di surga nanti. Wahyu 5:9 menyatakan bahwa Allah telah dengan darah Yesus Kristus telah menebus “tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.” Penglihatan

11
Roma

ini juga terjadi lagi dan dituliskan oleh Yohanes di dalam Wahyu 7:9-10. Paling kurang terdapat dua hal yang mendasari keterbebanan kita akan keselamatan suku-suku bangsa lain. Pertama, adalah karena perintah yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada kita untuk menjadikan setiap suku bangsa murid-Nya. Sedangkan yang kedua adalah karena kerinduan kita untuk melihat apa yang akan terjadi di surga nanti pada waktu sangkakala Allah berbunyi dan seperti apa yang dikatakan Paulus di dalam Filipi 2:11 “dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!”

Guru dapat menggunakan Joshua Project (joshuaproject.net) untuk menolong para murid mengenal suku-suku bangsa di dunia yang belum pernah mendengarkan Kabar Baik. Joshua Project adalah lembaga penelitian yang berpusat di Amerika Serikat, yang terbeban untuk mencari data tentang jumlah suku-suku bangsa yang memiliki sedikit sekali pengikut Kristus dan membagikan data tersebut agar usaha penginjilan dapat lebih difokuskan kepada suku-suku yang belum pernah mendengar nama Yesus.

Untuk Guru:

Mintalah semua murid di kelas Anda untuk menyebutkan asal suku mereka dan dengan satu ada dua kalimat menjelaskan siapa yang menyampaikan Injil pertama kali kepada mereka. Baik jika mereka juga mengetahui utusan Injil pertama yang menyampaikan Injil kepada suku bangsa mereka. Contoh: Nomensen yang pertama kali mengabarkan Injil kepada suku Batak.

Tanyakan kepada mereka, apa yang akan terjadi jika utusan Injil tersebut tidak pernah meninggalkan kampung halaman mereka untuk mengabarkan Injil kepada suku Anda. Atau apa yang terjadi jika penginjil yang menyampaikan berita keselamatan tersebut tidak pernah mengabarkan Injil kepada Anda secara pribadi.

3. Siapa itu Pemberita Injil

Tiga kali di dalam nas ini Paulus menggunakan kata, “dipanggil” yang kemudian dihubungkan dengan frasa yang berbeda-beda yang berhubungan dengan status panggilan tersebut. Pertama, di dalam ayat 1, Paulus menjelaskan bahwa panggilannya adalah untuk “menjadi rasul dan dikuduskan.”

Kedua, di dalam ayat 6 Paulus menjelaskan bahwa orang-orang percaya “dipanggil menjadi milik Kristus.” Mengenai hal ini seorang sarjana Perjanjian Baru menyatakan bahwa “panggilan Allah bukanlah sebuah undangan tetapi sebuah panggilan yang penuh kuasa dan efektif untuk mengklaim pribadi-pribadi bagi diri-Nya.” (Robert Mounce, 1995, 63). Kemudian yang ketiga di dalam ayat 7, Paulus menyatakan bahwa mereka yang dikasihi Allah dipanggil untuk “dijadikan orang-orang kudus.” Frasa “orang-orang kudus” di dalam bahasa Perjanjian Baru menunjukkan orang-orang yang dipisahkan atau dikhususkan untuk suatu tugas yang mulia.

Pelajaran 4: Dipanggil Untuk Memberitakan Injil

Ayat Hafalan:

Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu. Kisah Para Rasul 20:27

MENJADI TELADAN DALAM PELAYANAN

Kisah Para Rasul 20:17-32

Mendampingi murid untuk mendapatkan pengertian tentang pentingnya tetap setia memberitakan Injil meski banyak tantangan.

Murid memahami pentingnya tetap setia memberitakan Injil meski banyak tantangan.

Tujuan Pelajaran Kompetensi Belajar Saat Mengajar

1. Awali kelas dengan menyanyikan NP No. 267, “Bahagia Melayani Rajaku.”

2. Sampai dengan minggu kelima ini diharapkan para murid sudah terbiasa dengan membagikan pengalaman, pikiran, dan pokok doa mereka sehingga suasana kelas terasa lebih terbuka.

3. Diskusi Pembuka:

• Awali kelas dengan bertanya kepada para murid siapakah yang menjadi teladan mereka di dalam pelayanan? Adalah baik bagi Anda untuk memberikan contoh dengan menyebutkan seseorang yang menjadi teladan dalam pelayanan Anda.

• Tanyakan juga kepada anggota kelas Anda apakah mereka sudah menjadi teladan dalam pelayanan kepada orang lain di dalam gereja atau keluarga. Jika belum, diharapkan pelajaran ini akan menjadi dorongan mereka untuk menjadi teladan bagi orang lain dalam hal pengabaran Injil dan pelayanan.

4. Pembahasan Materi:

• Pada saat menyiapkan ini bacalah sekali lagi kisah pertobatan Paulus di dalam Kisah Para Rasul 9.

• Gunakan waktu persiapan Anda juga untuk mengingat sekali lagi pertemuan pertama kali Paulus dengan orang-orang yang menjadi cikal bakal gereja di Efesus.

• Mulai pembahasan materi Anda.

5. Saat Menghafal. Kisah Para Rasul 20:27.

6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini.

7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU INI

8. Tutuplah kelas dengan doa.

13
5

Pembahasan Materi

Tiga hal yang dapat kita lakukan untuk dapat menjadi teladan di dalam pelayanan:

1. Memiliki Komitmen Terhadap Firman Tuhan

Komitmen Rasul Paulus terhadap Firman Tuhan sangat nyata terlihat di dalam nas ini. Diawali di dalam ayat 20 ketika sang rasul berkata, “semua kuberitakan kepadamu.” Kata “semua” di dalam ayat ini merujuk kepada keseluruhan Firman Tuhan yang sudah tertulis pada waktu itu, yakni Perjanjian Lama dan kesaksian lisan para rasul. Selanjutnya apa yang dimaksudkan oleh Paulus di dalam ayat 27 dengan “seluruh maksud Allah” adalah Firman Tuhan yang dipercayakan kepadanya. Di dalam ayat 27 Paulus juga meyakini bahwa “Firman kasih karunia” itu memiliki kuasa untuk membangun dan memberikan anugerah kepada orang percaya.

Berikan penekanan tentang komitmen terhadap Alkitab kepada murid-murid Anda. Lihat pertanyaan nomor 1 di dalam bagian Untuk Didiskusikan dan mintalah para murid untuk menjawabnya.

2. Menyatakan Kasih kepada Umat Tuhan (Ayat 18-20)

Pembaca Alkitab perlu melakukan pengamatan terhadap bagian-bagian yang mungkin terlewatkan pada saat mendalami Firman Tuhan. Apa yang dijelaskan di dalam ayat 17 bukan sekadar sebuah narasi yang menjelaskan bahwa seorang dari Miletus dikirim untuk menjemput penatua dari Efesus datang menemui Paulus. Seorang sarjana Perjanjian Lama yang bernama Mark Wilson melakukan penelusuran bukan saja untuk mengetahui jarak tempuh yang dilalui utusan ini dari Miletus sampai ke Efesus dan kemudian kembali lagi bersama dengan para penatua ke Miletus. Berdasarkan analisanya, dibutuhkan waktu dua hari untuk menempuh perjalanan darat sehingga total waktu yang ditempuh untuk menyelesaikannya adalah empat hari perjalanan kaki. Namun Mark Wilson bukan saja menghitung jarak dan waktu tempuhnya, tetapi memperhitungkan tingkat kesulitan yang ditempuh berdasarkan rekonstruksi geografis yang dilakukannya. (Verbum Eccles. (Online) vol.34 n.1 Pretoria Jan. 2013). Penelitian seperti itu akan menolong pembaca Alkitab untuk melihat komitmen dan pengorbanan dari seorang utusan Paulus yang tidak disebutkan namanya untuk mengemban misi yang diberikan oleh Paulus walupun kelihatannya sederhana, yaitu menjemput orang.

Gunakan informasi ini menantang para murid untuk menyadari bahwa sering kali mungkin mereka merasa seperti utusan ini yang tidak disebutkan namanya dan tidak diingat orang, namun apa yang dilakukannya menunjukkan pengorbanan luar biasa sehingga peristiwa yang dijelaskan oleh nas ini tidak mungkin akan terjadi tanpa pengorbanan utusan tanpa nama ini.

Selain itu, jika kita melihat secara kronologis berdasarkan apa yang disampaikan oleh Lukas, maka dua pasal setelah peristiwa ini terjadi Paulus kemudian ditangkap di Yerusalem (21:30) dan mulai melalui beberapa pengadilan. Itulah sebabnya ada duka yang mendalam yang ditunjukkan oleh para penatua Efesus karena mereka merasa pertemuan itu merupakan perpisahan antara mereka dengan Rasul Paulus.

3. Menunjukkan Keterbebanan akan Perintah Tuhan (Ayat 20-24)

Perintah Tuhan yang Paulus yakini diberikan kepadanya untuk memberitakan Injil kepada semua orang baik di muka umum maupun dalam setiap pertemuan jemaat yang diadakan di dalam rumah-rumah (ayat 20). Lantas apa yang mendasari Paulus untuk dapat memiliki keterbebanan penuh akan Amanat Agung dari Tuhan Yesus Kristus?

14
20:17-32

a. Keyakinannya akan Hubungannya dengan Roh Kudus

Dua kali di dalam nas ini Paulus menjelaskan keintimannya dengan Roh Kudus. Pertama, di dalam ayat 22 Paulus menyebut dirinya adalah “tawanan Roh Kudus.” Kata “tawanan” di dalam bahasa Perjanjian Baru adalah kata yang secara hurufiah berarti “diikat, dibelenggu.” Dengan kata lain sang rasul berkata bahwa hubungannya begitu erat dengan Roh Kudus sehingga Roh juga menyatakan kepadanya apa yang harus dilakukannya, yaitu pergi dari kota ke kota (ayat 23).

b. Keyakinannya akan Perintah yang Diberikan oleh Yesus

Kisah Para Rasul mencatat beberapa peristiwa yang dialami Paulus sehubungan dengan perintah yang diterimanya dari Yesus. Tentu saja pertama kali Paulus menerima perintah tersebut pada saat pertobatannya di dalam perjalanan menuju Damaskus. Perintah ini diterimanya kedua kali pada saat dia berada dalam pemulihan di rumah Ananias dan Allah menyampaikan kepada Ananias bahwa Paulus adalah orang pilihan-Nya untuk memberitakan nama Yesus kepada bangsa-bangsa lain (Kisah Para Rasul 9:15). Ketiga kalinya Paulus melihat Tuhan berdiri di sisinya dan memberikan perintah kepadanya untuk bersaksi di Roma (Kisah Para Rasul 23:11).

Pelajaran 5: Menjadi
Teladan Dalam Pelayanan

TETAP SETIA MEMBERITAKAN INJIL

Yohanes 3:22-36

Tujuan Pelajaran

Ayat Hafalan:

Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.

Yohanes 3:36

Mendampingi murid menanggapi tugas memberitakan Injil kepada orang lain agar mereka selamat.

Kompetensi Belajar

Murid menanggapi tugas memberitakan Injil kepada orang lain agar mereka selamat.

Saat Mengajar

1. Awali kelas dengan menyanyikan NP No. 199, “Ku Suka Mengabarkan.”

2. Sekali lagi untuk melibatkan para murid di dalam 3P, usahakan untuk melibatkan mereka yang belum aktif berdiskusi di minggu-minggu sebelumnya.

3. Diskusi Pembuka:

• Beranikan diri untuk bertanya kepada anggota kelas Anda, kapan terakhir kali mereka mengabarkan Injil. Sebagai guru, Anda juga harus dapat menjadi teladan dengan mengatakan kapan terakhir kali Anda memberitakan Injil.

• Jika jawaban yang diberikan menunjukkan suatu tempo yang cukup lama, tanyakan apa yang menyebabkan mereka tidak lagi setia mengabarkan Injil.

• Berikan penjelasan singkat tentang argument baptisan selam yang dijelaskan dalam “Catatan untuk Guru” sehingga mereka memahami alasan kaum Baptis membaptiskan secara selam.

4. Pembahasan Materi: lihat di halaman selanjutnya.

5. Saat Menghafal. Ajaklah murid-murid untuk mengingat ayat hafalan minggu lalu. Kemudian ajak mereka untuk menghafalkan ayat minggu ini: Yohanes 3:36.

6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini.

7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU INI.

8. Tutuplah kelas dengan doa.

16
6

3:22-26

Pembahasan Materi

Nas minggu ini menolong untuk melihat bahwa terlepas dari permasalahan yang ada, Injil harus terus-menerus diberitakan dan Allah yang empunya tuaian akan mengirimkan pekerjapekerja untuk ladangnya. Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk tetap setia memberitakan Injil walaupun ada banyak tantangan?

1. Memiliki Kehausan akan Jiwa yang Belum Bertobat

Frasa “sesudah itu” di dalam ayat 22 menghubungkan dua peristiwa yang terjadi sebelumnya, yaitu percakapan antara Yesus dengan Nikodemus dan apa yang dilakukan oleh Yesus dan murid-murid-Nya di tanah Yudea. Sekalipun penginjilan terhadap seorang tokoh besar agama Yahudi seperti Nikodemus memiliki nilai tersendiri, Yesus dan murid-murid tetap memiliki kerinduan agar lebih banyak lagi yang percaya kepada Yesus dan bertobat. Demikian pula dengan Yohanes Pembaptis dan murid-muridnya yang terus-menerus haus akan jiwa-jiwa yang bertobat. Untuk itulah Yohanes dan murid-muridnya membaptiskan di Ainon.

• Setiap anggota gereja harus terlibat di dalam penginjilan

Ajaklah para murid untuk dapat mengamati bahwa berbeda dengan Matius dan Markus yang tidak melibatkan murid-murid Yohanes dalam narasinya, Injil Yohanes menyertakan keterangan tentang murid-murid dari sang pembaptis. Yohanes juga menekankan keterlibatan para murid Yesus di dalam penginjilan yang mereka lakukan. Jelaskan kepada para murid bahwa keterlibatan para murid Yesus dan Yohanes Pembaptis bukanlah sekadar informasi yang diberikan oleh penulis, melainkan pelajaran penting yang menunjukkan keterlibatan murid-murid terhadap apa yang dilakukan oleh guru-guru mereka. Baik juga untuk mengingatkan bahwa semua murid Yesus merupakan petobat baru, namun mereka sudah langsung terlibat di dalam pengabaran Injil. Gunakan teladan ini untuk menantang murid-murid agar tidak merasa tidak siap dalam hal penginjilan.

• Setiap anggota gereja harus berani meninggalkan kenyamanannya

Bandingkan pasal 3 dengan pasal 2 dan lihat di mana terakhir kali Yesus dan para murid berada. Pasal 2 menjelaskan bahwa Yesus dan para murid mengikuti pernikahan di Kana yang berada di wilayah Galilea dan kemudian pergi ke Yerusalem. Lalu kemudian meninggalkan Yerusalem dan berdiam di “tanah” Yudea. Sangat mungkin kata “tanah” di situ memiliki arti “dataran.” Berbeda dengan Yerusalem yang terletak di atas bukit, peristiwa berikutnya yang terjadi di dataran rata menunjukkan bahwa Yesus dan para murid meninggalkan kenyamanan mereka di Galilea dan di Kota Yerusalem untuk terus mencari jiwa-jiwa yang perlu diselamatkan.

2. Meninggikan Yesus Kristus Lebih dari Diri Sendiri (27-28)

Laporan yang diberikan oleh murid-murid Yohanes kepada gurunya mengindikasikan adanya kekhawatiran dari mereka akan apa yang dilakukan oleh Yesus dan murid-murid-Nya. Menanggapi ketidakmengertian murid-muridnya, Yohanes perlu mengingatkan mereka akan siapakah Yesus itu. Dengan penuh kerendahan hati, Yohanes – yang adalah kakak sepupu dari Yesus – mengatakan bahwa ia memiliki sukacita yang penuh karena kedatangan Yesus (29b). Yohanes pun mengingatkan mereka bahwa Yesus “harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (ayat 30). Pernyataan yang luar biasa dari seorang nabi yang dihormati banyak orang karena khotbah-khotbahnya yang membawa pertobatan.

17
Yohanes

3. Memfokuskan Kemuliaan Tuhan di atas Perbedaan (26-36)

Salah satu konsekuensi dari pertumbuhan pelayanan di dalam gereja adalah perbedaan pendapat di dalam pelayanan. Bagaimana mengatasi perbedaan dalam hal pelayanan di dalam gereja? Salah satu cara untuk menyelesaikan perbedaan pendapat adalah dengan menyampaikan masalah tersebut kepada gembala sidang. Perhatikan bahwa para murid Yohanes Pembaptis belum sungguh-sungguh mengenal siapa Yesus Kristus itu. Namun mereka melakukan hal yang tepat ketika ada sesuatu yang mengganggu pikiran mereka, yaitu dengan membawa masalah tersebut kepada guru mereka. Gembala sidang kita memiliki hikmat dan kebijaksanaan untuk mengingatkan bahwa fokus dari segala sesuatu yang kita lakukan di dalam gereja adalah untuk kemuliaan Tuhan.

Catatan untuk para guru:

Yohanes 3:23 merupakan salah satu ayat yang dipakai oleh kaum Baptis untuk menguatkan pandangan tentang baptisan secara selam. Keterangan yang diberikan oleh Yohanes dengan mengatakan bahwa di Ainon ada banyak air membuktikan bahwa selain di Sungai Yordan, Yohanes Pembaptis membutuhkan air dalam jumlah yang banyak untuk menyelam orang yang bertobat kepada Allah. Jika yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis adalah pemercikan, maka sudah barang tentu tidak diperlukan “banyak air.” Ainon itu sendiri memiliki arti “mata air.” Selanjutnya Yohanes mencatat adanya pertentangan antara murid-muridnya dengan orang Yahudi tentang ritual penyucian. Bukti arkeologi dan apa yang dilakukan oleh komunitas Qumran memberikan petunjuk jelas bahwa ritual penyucian dalam bentuk penyelaman ke dalam air merupakan praktik yang dipakai oleh orang-orang Yahudi untuk menyatakan seseorang layak untuk masuk ke dalam komunitas mereka. Itulah sebabnya terjadi pertentangan di antara mereka karena metode yang dilakukan oleh keduanya adalah sama, yaitu dengan menyelamkan ke dalam air.

Pelajaran 6: Tetap Setia Memberitakan Injil

IBADAH YANG SEJATI

Ayat Hafalan:

Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Yakobus 1:27

Tujuan Pelajaran

Mendampingi murid melakukan sebuah pelayanan kepada orang kesusahan di sekitarnya.

Kompetensi Belajar

Murid memahami pentingnya tetap setia memberitakan Injil meski banyak tantangan.

Saat Mengajar

1. Awali kelas dengan menyanyikan NP No. 204, “Kuingin Hati yang Suci Murni.”

2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda (Lihat Pengantar dari Penulis).

3. Diskusi Pembuka:

• Tanyakan pandangan mereka tentang kondisi kehidupan para janda dan yatim piatu yang ada di dalam gereja, apakah terperhatikan oleh gereja atau tidak.

• Ajaklah anggota kelas untuk berdiskusi mengenai pelayanan di dalam gereja dan pelayanan sosial di luar gereja. Bagaimana menjaga keseimbangan di antara keduanya.

4. Pembahasan Materi:

• Catatan tambahan: tekankan perbedaan antara kata ibadah yang biasa kita gunakan yang merujuk kepada kebaktian di dalam gereja dengan ibadah yang dimaksudkan di dalam ayat ini. Lihat penjelasan poin 1.

5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini: Yakobus 1:27.

6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini.

7. Baik untuk bertanya kepada para murid apakah mereka melakukan apa yang disarankan dalam LAKUKANLAH MINGGU INI pada minggu sebelumnya.

8. Ajaklah anggota kelas Anda untuk mendoakan secara khusus para janda dan yatim piatu yang ada di gereja Anda dengan menyebutkan nama mereka satu per satu.

19
Yakobus 1:27
7

Pembahasan Materi

Pada bagian akhir dari pasalnya yang pertama, Yakobus memberikan tiga peringatan akan gaya hidup yang harus dipegang oleh orang Kristen: mengekang lidah, menolong yang berkesusahan, dan menjauhkan diri dari kecemaran. Ketiga hal ini yang kemudian menjadi dasar dari pembahasan pada keempat pasal berikutnya di dalam Kitab Yakobus. Sebagai contoh, Yakobus memperdalam pembahasannya tentang melayani yang berkesusahan di dalam pasal 2, selanjutnya mengenai mengekang lidah dikupasnya dalam pasal yang ketiga.

Nas singkat yang kita pelajari minggu ini merupakan hal-hal praktis yang diberikan oleh Rasul Yakobus kepada penerima suratnya untuk mempraktikkan kehidupan ibadah mereka dengan memperhatikan mereka yang berkekurangan. Ketika berbicara mengenai esensi dari ibadah yang sejati, Yakobus menggunakan dua ayat ini untuk mengingatkan bahwa ibadah yang sejati harus memiliki tiga karakteristik seperti berikut ini:

1. Ibadah yang Sejati Ditunjukkan dengan Perkataan yang Benar (26a)

Kata beribadah di sini lebih tepat diterjemahkan dengan kata “beragama.” Kata yang jarang digunakan di dalam Perjanjian Baru (PB) karena istilah ini merupakan istilah umum yang berhubungan dengan penyembahan berhala. Sangat mungkin Yakobus dengan sengaja memilih istilah ini untuk mempertajam apa yang dimaksudkannya, yaitu bahwa jika seorang memang mengaku dirinya beragama seperti yang dipraktikkan oleh para penyembah berhala, maka dirinya harus mengukur kehidupan keagamaannya dengan mengekang lidahnya.

Kata “mengekang” ditulis di dalam tata bahasa yang menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukannya merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Ini berarti bahwa di dalam kehidupannya, seorang percaya memiliki suatu sikap hidup yang dibuktikan dengan perkataan yang benar. Menarik jika dilihat bahwa Yakobus menekankan jika yang mendapatkan dampak dari ketidakmampuan mengendalikan lidahnya adalah dirinya sendiri. Yakobus mengatakan bahwa orang tersebut “menipu dirinya sendiri” dan ibadah yang dilakukannya adalah sia-sia belaka.

2. Ibadah yang Sejati Diwujudkan dengan Pelayanan yang Tulus (27a) Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka.

Peranan ayah di dalam dunia Alkitab sangat penting di dalam mencukupi kebutuhan keluarganya. Perlu diketahui bahwa kata “janda-janda” di dalam konteks nas ini adalah mereka yang ditinggal mati oleh suaminya. Oleh karena tidak adanya suami atau ayah yang memenuhi keperluan mereka, maka Alkitab memberikan penekanan kepada pentingnya untuk melayani keperluan mereka yang tidak memiliki sumber penghidupan ini.

Walaupun ada banyak perintah di dalam Kitab-Kitab Taurat untuk memperhatikan janda dan yatim piatu, sangat mungkin pada masa PB pelayanan ini mulai bergeser sebagai akibat dari kejahatan yang dilakukan oleh bangsa Israel seperti yang dikecam oleh para nabi Perjanjian Lama. Contohnya dapat ditemukan di dalam Yesaya 1:17 di mana Yesaya berkata, “Belajarlah

20 Yakobus 1:27

Pelajaran 7: Ibadah Yang Sejati

berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”

3. Ibadah yang Sejati Dipelihara dengan Kehidupan yang Kudus (27b)

Kata “cemar” yang digunakan oleh Yakobus adalah kata yang sama yang digunakan oleh Petrus dalam 2 Petrus 3:14 ketika dia berkata bahwa kita harus berusaha untuk “kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya.” Namun yang lebih menarik adalah bahwa gambaran yang sama diberikan oleh Petrus di dalam 1 Petrus 1:19 ketika berbicara bahwa darah Yesus adalah “sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” Dengan kata lain Yakobus menuntut agar kita harus berusaha untuk menjaga diri kita sedemikian rupa sehingga memiliki kehidupan yang sama seperti Yesus yang tidak bercacat.

MELAYANI KRISTUS DENGAN MELAYANI ORANG LAIN

Matius 25:31-46

Ayat Hafalan:

Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Matius 25:40

Tujuan Pelajaran Kompetensi Belajar

Mendampingi murid menanggapi pentingnya mengingatkan orang-orang masa kini tentang pertanggungjawaban di akhir zaman.

Murid menanggapi pentingnya mengingatkan orang-orang masa kini tentang pertanggungjawaban di akhir zaman.

Saat Mengajar

1. Awali kelas dengan menyanyikan NP No. 338, “Nanti Berhadapan Muka.”

2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda (Lihat Pengantar dari Penulis).

3. Diskusi Pembuka:

• Tanyakan apa hubungan antara iman seseorang dengan perbuatan baik yang harus dilakukannya.

• Apakah tidak adanya perbuatan baik dalam diri seorang Kristen akan mempengaruhi keselamatannya?

4. Pembahasan Materi: lihat di halaman selanjutnya.

5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini: Matius 25:40.

6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini.

7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU INI.

8. Tutuplah kelas dengan doa.

22
8

Pembahasan Materi

Nas minggu ini merupakan bagian dari apa yang dikenal dengan sebutan Diskursus Bukit Zaitun yang dimulai pada pasal 24:1 hingga pasal 25:46. Di hadapan murid-murid-Nya Yesus menyampaikan apa yang menjadi tanda-tanda dari akhir zaman dengan banyak menggunakan perumpamaan. Setelah memberikan empat perumpamaan tentang Kerajaan Surga, Yesus mulai mulai menjawab pertanyaan para murid tentang tanda kedatangan-Nya (Matius 24:3). Ayat 31 diawali dengan pernyataan akan kedatangan Anak Manusia dalam kemuliaan-Nya.

1. Pengikut Kristus yang Sejati Melayani Orang Lain Tanpa Pilih Kasih

Ketulusan hati dari seorang murid Kristus nyata ketika mereka melihat orang yang lapar, haus, telanjang, dan sakit. Tanpa melihat latar belakang dan status sosial orang-orang tersebut, murid Yesus segera mengulurkan tangannya untuk memberi makan, minum, pakaian dan merawat orang yang sakit.

Terdapat tiga sebutan lain untuk pengikut Yesus di dalam nas ini:

a. Domba-domba (33)

b. Kamu yang diberkati oleh Tuhan (34)

c. Orang-orang benar (37)

Paling kurang terdapat tiga sebutan yang digunakan oleh Yesus bagi orang-orang percaya. Pertama, pengikut Kristus dikelompokkan sebagai domba yang ada di sebelah kananNya. Posisi di sebelah kanan bukan saja menunjukkan kasih yang diberikan oleh Yesus kepada pengikut-Nya, tetapi juga keistimewaan untuk berada di posisi yang terhormat. Kedua, Yesus menyapa mereka dengan sebutan, “mereka yang diberkati oleh Bapa-Ku.” Ketiga, pengikut Kristus disebut dengan “orang-orang benar.”

Siapakah yang dimaksud dengan “saudaraku yang paling hina dalam konteks ini?” Sebagian penafsir memahami ungkapan ini sebagai rujukan pada semua orang yang membutuhkan pertolongan, sedangkan sebagian lain mengaitkan ini dengan para pengikut Yesus Kristus. Di antara dua opsi ini, yang terakhir tampaknya lebih tepat. Di bagian sebelumnya Matius sudah mencatat bahwa siapa saja yang melakukan kehendak Bapa adalah saudarasaudara Yesus (12:48-50). Tidak heran Yesus menyebut murid-murid-Nya sebagai “saudarasaudara-Ku” (28:10). Yesus juga mengajarkan bahwa barang siapa menerima murid-murid-Nya dan memberikan secangkir air kepada mereka sudah menyambut diri-Nya sendiri (10:40-42).

2. Pelayan Kristus yang Sejati Menunjukkan Kerendahan Hati

Kerendahan hati orang-orang benar ini ditunjukkan ketika walaupun mereka sudah berada di posisi terhormat (sebelah kanan Sang Raja), mereka bertanya kepada Raja tersebut, “Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing . . . . bilamanakah kami melihat Engkau sakit . . .” Hampir dapat dikatakan bahwa ketika tangan kanan mereka memberi, tangan kiri mereka tidak tahu apa yang dilakukan oleh tangan kanannya. Tidak ada sedikitpun kesombongan yang nampak dari sikap orang-orang benar ini ketika pujian diberikan kepada mereka oleh Sang Raja. Sikap kerendahan hati sungguh-sungguh ditunjukkan oleh mereka yang melayani orang-orang yang kesusahan ini.

23
Matius 25:31-46

3.

Penyembah Kristus yang Sejati Menerima Kehidupan Kekal

Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (Matius 25:34b)

Ayat 34-40. Mereka yang berada di sebelah kanan mendapatkan sambutan dan pahala yang luar biasa dari Sang Raja (ayat 34). Respons positif ini berhubungan dengan perbuatan baik yang mereka lakukan terhadap Sang Raja. Secara lebih khusus, perbuatan baik ini dijelaskan sebagai berikut: “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (ayat 40).

Kata “terimalah” yang digunakan oleh Matius di dalam ayat 34 adalah kata yang berhubungan dengan warisan berupa tanah yang diturunkan seorang pewaris kepada keturunannya. Hal lain yang perlu diperhatikan di dalam tata bahasa Yunani bahwa apa yang diwariskan ini adalah sesuatu yang sudah terjadi dan memiliki dampak seterusnya. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa ketika seseorang menerima Kerajaan tersebut maka hal itu tidak akan pernah lagi diambil daripadanya. Itulah sebabnya kita meyakini bahwa keselamatan yang diterima oleh seseorang itu bersifat kekal dan tidak akan pernah hilang.

Dua hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan keselamatan yang diterima oleh orang percaya tersebut:

• Keselamatan tersebut penuh dengan kemuliaan.

Dua kali kata kemuliaan disebutkan ketika Matius membuka perumpamaan ini. Dikatakan bahwa Anak Manusia akan “datang dalam kemuliaan-Nya” dan bahwa “Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.” Pada saat Allah mewariskan kehidupan kekal kepada orang percaya, Dia juga akan mengizinkan semua orang percaya untuk menikmati kemuliaan yang dimiliki-Nya.

• Keselamatan tersebut bersifat selama-lamanya.

Di dalam ayat 34 disebutkan bahwa Kerajaan tersebut “telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan tersebut bersifat kekal selamanya, sebelum dunia ini dijadikan dan sampai selama-lamanya. Di lain pihak, tempat yang disediakan bagi mereka yang tidak percaya kepada Yesus pun bersifat kekal selamanya. Ayat 46 menunjukkan bahwa mereka akan “masuk ke tempat siksaan yang kekal.”

BERBUAT BAIK KEPADA KAWAN SEIMAN Galatia 6:1-10

Tujuan Pelajaran

Ayat Hafalan: Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.

Mendampingi murid melakukan suatu tindakan membantu orang lain di sekitarnya.

Kompetensi Belajar

Murid melakukan suatu tindakan membantu orang lain di sekitarnya.

Saat Mengajar

1. Awali kelas dengan menyanyikan NP No. 173, “Satu Kita Sekalian.”

2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda (Lihat Pengantar dari Penulis).

3. Diskusi Pembuka:

• Apa yang biasanya dilakukan oleh gereja ketika mendapati seorang anggotanya jatuh ke dalam dosa?

• Apa yang biasanya dilakukan oleh gereja ketika ada jemaatnya yang memiliki pergumulan beban yang berat.

4. Pembahasan Materi: lihat di halaman selanjutnya.

5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini: Galatia 6:1

6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini.

7. Baik untuk bertanya kepada para murid apakah mereka melakukan apa yang disarankan dalam LAKUKANLAH MINGGU INI pada minggu sebelumnya.

8. Tutuplah kelas dengan mendoakan anggota-anggota yang mundur dari persekutuan.

25
Galatia 6:2
9

Pembahasan Materi

Apakah wujud perbuatan baik kita kepada kawan seiman?

1. Mempedulikan Saudara yang Melakukan Pelanggaran (1)

Kata “pelanggaran” yang digunakan oleh Paulus di dalam ayat 1 bukan merupakan suatu dosa yang dengan sengaja dilakukan sebagai bagian dari gaya hidup, melainkan suatu kesalahan yang tidak disengaja oleh seorang percaya. Paulus tidak sedang berbicara mengenai orang yang terus-menerus hidup dalam dosa dan melakukan kejahatan. Seorang sarjana Perjanjian Baru mengatakan bahwa kalimat ini mengandung makna bahwa orang tersebut berusaha menghindari dosa tetapi kedahsyatan dosa tersebut menaklukkan dia sehingga terjadilah pelanggaran.

Paulus menggunakan sebuah istilah yang dipakai dalam dunia kelautan ketika berbicara mengenai “memimpin orang itu ke jalan yang benar.” Kata yang digunakan adalah kata yang biasanya digunakan untuk menjelaskan aktivitas mereka dalam memperbaiki jala-jala yang rusak sepulang dari menangkap ikan. Aktivitas “memulihkan” jala tersebut digunakan oleh Paulus untuk menjelaskan bahwa saudara seiman yang jatuh ke dalam pelanggaran tersebut harus dipulihkan karena, sama dengan jala tersebut, dia dapat dipakai lagi untuk pekerjaan Tuhan.

• Kepedulian datang dari saudara yang dewasa rohani

Penggunaan kata “saudara-saudara” bukanlah sekadar sapaan yang tidak memiliki makna yang mendalam. Hampir pada setiap pasal dalam Kitab Galatia, Paulus menggunakan kata ini untuk menyapa penerima suratnya. Hal ini menunjukkan suatu hubungan yang sangat dekat antara Paulus dan jemaat di Galatia. Dalam konteks pasal 6 ini, sapaan ini mengandung makna yang mendalam karena dengan kata lain Paulus sedang juga mengingatkan mereka bahwa tidak peduli seberapa besar dosa yang telah dilakukan, orang tersebut masih menjadi bagian di dalam persekutuan saudara di dalam Kristus. Lebih lanjut Paulus berbicara mengenai pentingnya pelayanan tersebut datang dari “mereka yang rohani.” Kata yang digunakan secara hurufiah memiliki arti “tubuh yang dikuasai oleh roh.” Merujuk kepada kehidupan seseorang yang akrab dan dikendalikan oleh Roh Kudus.

• Kepedulian dilakukan dengan tetap menjaga diri mereka Pada bagian sebelumnya dijelaskan bahwa saudara yang melakukan pelanggaran tersebut jatuh karena kedahsyatan dosa yang menggodanya dan hal ini dapat terjadi kepada siapa pun. Itu sebabnya Paulus memperingatkan bahwa sekalipun yang berusaha untuk memulihkan saudara tersebut adalah seorang yang lebih dewasa secara rohani, namun dia harus tetap “menjaga dirinya sendiri” supaya tidak terkena pencobaan. Perhatikan bahwa Paulus tidak menggunakan kata yang sama, “pelanggaran” di dalam bagian ini melainkan “pencobaan.” Sangat mungkin bahwa si penolong yang tidak memperhatikan dirinya sendiri akan mengalami sesuatu yang lebih fatal dari orang yang akan ditolongnya.

2. Memperhatikan Rekan yang Menanggung Beban (2-5)

Kata “beban” di dalam ayat 2 merujuk pada suatu beban yang berat untuk dipikul, bukan beban yang ringan atau biasa. Nasihat Rasul Paulus di ayat ini masih berhubungan dengan pasal 5:13-14, yaitu supaya jemaat saling melayani seorang akan yang lain oleh kasih sesuai dengan perintah utama dari Hukum Taurat, ”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”

26 Galatia 6:1-10

Berbuat Baik Kepada Kawan Seiman

Perintah tersebut dapat dilakukan, bukan karena mereka sanggup, tetapi karena Kristus telah menebus dan memerdekakan mereka dari kutuk dan kuk perhambaan Hukum Taurat (3:13; 5:1).

Melalui iman, mereka menerima Roh Kudus yang memampukan mereka untuk hidup menurut Roh, bukan lagi menuruti keinginan daging. Salah satu bentuk hidup menurut Roh adalah hidup saling bertolong-tolongan, hidup yang tidak bersifat egosentris, tetapi hidup yang seperti hidup Kristus yang selalu berorientasi mengasihi dan melayani orang lain. Itulah yang Paulus maksudkan dengan “memenuhi hukum Kristus.” Kristus menjadi panutan dan contoh tertinggi bagi hidup mengasihi dan melayani, menjadi model bagaimana hidup orang percaya seharusnya. Kristus telah menanggung beban kita, beban yang tidak satu pun kita sanggup untuk memikulnya, yaitu dosa serta akibatnya melalui penderitaan dan kematian-Nya. Karena itu kita dipanggil untuk bertolong-tolongan menanggung beban.

Pikullah beban satu sama lain – Pikullah (bastazo) adalah perintah yang bersifat terusmenerus, menunjukkan kebiasaan yang diharapkan. Tidak ada kata penghubung di antara ayat 1 dan 2, sehingga arti dari ayat ini harus dimengerti secara lebih luas daripada soal pemulihan saja. Paulus mau menganjurkan supaya mereka mempunyai kebiasaan untuk saling membantu. Kata allelon (satu sama lain) ada di awal dari ayat 2, menunjukkan tekanan. Seperti beberapa kali kita lihat, ada ketegangan di antara mereka dan Paulus mau supaya mereka saling melayani dan tidak lagi saling menghalangi

3. Memberkati Gembala yang Mengajar Jemaat (6-9)

Perbuatan baik selanjutnya yang harus dilakukan adalah untuk memberkati hamba Tuhan yang dipercayakan oleh Allah untuk mengajar jemaat-Nya. Dengan jelas ayat 6 berbicara kepada jemaat yang “menerima pengajaran dalam Firman” untuk kemudian “membagi segala sesuatu” dengan hamba Tuhan tersebut. Kata “membagi” adalah kata yang sama dengan kata “koinonia” atau persekutuan. Artinya adalah bahwa jemaat harus memperhatikan kebutuhan pendetanya.

Tidak kurang dari dua kali Paulus memberikan penekanan mengenai hal ini di dalam surat-suratnya yang lain. Kepada jemaat di Korintus Paulus mengingatkan, “Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu?” (1 Korintus 9:11). Selanjutnya ketika menasihati Timotius, Paulus menyatakan: Bukankah Kitab Suci berkata: “Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,” dan lagi “seorang pekerja patut mendapat upahnya” (1 Timotius 5:18).

Pelajaran 9:

Ayat Hafalan:

“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

KETAATAN MARIA

Lukas 1:38

Lukas 1:26-38

Tujuan Pelajaran

Mendampingi murid untuk mendapatkan pengertian tentang hamba yang taat kepada ketetapan Tuhan.

Kompetensi Belajar Saat Mengajar

Murid memahami hamba yang taat kepada ketetapan Tuhan.

1. Awali kelas dengan menyanyikan sebuah lagu Natal.

2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda (Lihat Pengantar dari Penulis).

3. Diskusi Pembuka:

• Awali kelas Anda dengan mendiskusikan apa yang teman-teman non-Kristen pahami tentang Yesus Kristus. Tekankan bahwa pelajaran minggu ini akan menolong mereka untuk dapat memberikan jawaban kepada mereka yang mempertanyakan ketuhanan Yesus Kristus.

4. Pembahasan Materi:

• Bacalah Yesaya 7:10-17 dan pahami latar belakang dari nubuatan ini.

• Pahami bahwa status sosial orang Galilea berada di bawah orang-orang Yahudi yang berada di Yudea. Tekankan dalam pengajaran Anda bahwa Allah tidak memilih gadis Yudea untuk rencana-Nya tersebut, tetapi seorang gadis dari Galilea.

• Mulai pembahasan materi Anda.

5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini: Lukas 1:38.

6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini.

7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU INI.

8. Tutuplah kelas dengan doa.

28
10

Pembahasan Materi

1. Mereka yang Mendapat Keistimewaan di Hadapan Tuhan

Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” Lukas 1:28.

Seperti kita ketahui bahwa di dalam Perjanjian Lama (PL), bangsa Israel terbagi ke dalam 12 suku yang tidak terbagi di dalam hal status sosialnya. Satu-satunya yang membedakan adalah bahwa suku Lewi tidak memiliki tanah pusaka mereka dan harus tinggal di wilayah-wilayah ke-12 suku tersebut. Setelah kembalinya bangsa Israel dari pembuangan di Babel, kondisi ini berubah dan secara wilayah dan status sosial tanah Palestina ini dibagi ke dalam tiga kelompok: Yudea, Samaria, dan Galilea. Orang-orang Yahudi yang tinggal di wilayah Yudea menganggap status mereka lebih tinggi dari kedua kelompok lainnya, bukan saja karena sebagian besar mereka adalah imam dan Ahli Taurat, tetapi juga karena keyahudian mereka yang masih murni tanpa adanya perkawinan campur dalam keluarga mereka.

Orang Samaria dianggap setengah Yahudi karena apa yang dilakukan oleh Raja Asyur ketika mereka menaklukkan ibukota Israel, Samaria, di dalam 2 Raja-raja 17:24-41. Demi menghindari kekosongan wilayah Samaria, Raja Asyur membawa orang-orang dari Asyur untuk menetap di Samaria sehingga terjadi perkawinan campur antara orang Israel dan penyembah berhala. Oleh karena itu orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria dan hal ini dapat dilihat ketika ada pertemuan antara Yesus dan wanita Samaria di dalam Yohanes 2 dan perumpamaan tentang ‘Orang Samaria yang baik hati’ di dalam Lukas 10:25-37.

Kelompok ketiga adalah orang Galilea, yang dari status sosial berada di tengah-tengah kedua kelompok di atas. Sejak zaman PL, wilayah Galilea memang terdiri dari suku-suku Zebulon dan Naftali, namun seringckali wilayah itu disebut “Galilea bangsa-bangsa lain” (Yesaya 9:1; Matius 4:15). Perkawinan campur antara orang Israel dengan bangsa Kanaan menyebabkan orang Yahudi dari Yudea tidak menganggap orang Galilea memiliki status sosial yang sama dengan mereka. Orang Galilea pun memiliki aksen yang berbeda dari orang Yudea (Matius 26:69).

Salam yang diucapkan oleh malaikat tersebut diulang sebanyak dua kali dalam bagian ini. Itu sebabnya penting untuk melihat bahwa Allah memang sungguh-sungguh memberikan kasih karunia-Nya bagi Maria untuk sebuah tugas yang sangat sulit.

Ingatlah bahwa orang yang dipilih Allah adalah orang yang mendapat kasih karunia Allah, dan orang yang dipakai Allah adalah orang yang akan memiliki kerendahan hati

2. Mereka yang Menunjukkan Teladan Kerendahan Hati

Beberapa minggu lalu sudah dijelaskan bahwa setiap wanita muda Yahudi memiliki doa khusus untuk masa depan mereka. Keyakinan akan adanya seorang perempuan muda yang akan melahirkan seorang Mesias menyebabkan mereka memiliki tiga doa yang selalu dinaikkan. Doa gadis-gadis Yahudi adalah sebagai berikut:

• Biarlah saya menikah.

• Biarlah ketika saya menikah saya akan melahirkan seorang anak laki-laki.

• Biarlah anak laki-laki tersebut akan menjadi Mesias yang menyelamatkan orang Yahudi.

29 Lukas 1:26-38

Tentu saja walaupun Maria meyakini akan hal tersebut dan mendoakannya, tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa caranya akan seperti yang diberitahukan oleh malaikat. Perlu diketahui bahwa Mesias dalam pikiran orang Yahudi adalah figur raja seperti Daud yang akan mengembalikan kejayaan Israel. Ketika melihat cara yang dipakai oleh Allah memakai dirinya menjadi alat kelahiran Sang Mesias, maka Maria menunjukkan kerendahan hatinya.

3. Mereka yang Meyakini Keajaiban Kuasa Firman Tuhan

Walaupun memiliki status sosial yang dianggap rendah oleh bangsa Yahudi lainnya, orang-orang Galilea seperti Maria tidak serta-merta menomorduakan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci. Berbeda dengan orang Samaria yang hanya memegang teguh kelima Kitab Musa, kehidupan penyembahan orang Galilea tidak berbeda dengan apa yang diajarkan di dalam PL. Peristiwa “tertinggalnya” Yesus di Bait Allah pada saat dia berusia 12 tahun menunjukkan bahwa Yusuf dan Maria, sebagai orang Galilea, masih setia kepada perintah-perintah Tuhan untuk datang tiga kali setahun ke Yerusalem untuk menyembah. Oleh karena itulah Maria bukan saja menguasai Firman Allah, tetapi menghidupi dan meyakini akan kuasa dari Firman Allah.

Catatan Penutup

Tutuplah kelas dengan memberikan penekanan bahwa walaupun Maria memiliki kelebihan dan teladan yang dapat menjadi pelajaran bagi orang Kristen saat ini, namun wanita yang dipakai oleh Allah untuk melahirkan bayi Yesus ini adalah wanita biasa dan tidak memiliki keilahian apa pun di dalam dirinya. Status Maria tidak berbeda dengan wanita-wanita hebat lainnya di dalam Alkitab seperti Hana, Sarah, dan Elisabet yang dipakai oleh Allah untuk menjalankan rencanaNya bagi umat-Nya.

Pelajaran 10: Ketaatan Maria

Ayat Hafalan:

KETAATAN YUSUF

1:21

Mendampingi murid untuk mendapatkan pengertian tentang hamba yang taat kepada perintah Tuhan.

Murid memahami tentang hamba yang taat kepada perintah Tuhan.

Tujuan Pelajaran Kompetensi Belajar Pendahuluan

Walaupun Allah berbicara kepada Yusuf melalui mimpi, tidak berarti bahwa cara yang sama akan tetap dipakai oleh Allah dalam menyatakan kehendak-Nya kepada manusia. Penulis Kitab Ibrani mengingatkan kita bahwa, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta” Ibrani 1:1-2. Pewahyuan Allah berakhir ketika Yohanes menuliskan penglihatannya di Pulau Patmos dalam Kitab Wahyu. Oleh karena itu Allah tidak lagi berbicara kepada manusia melalui nabi, rasul, ataupun mimpi. Satu-satunya cara Allah berbicara kepada manusia adalah melalui Alkitab, Firman Allah Yang Hidup.

Salah satu doktrin kekristenan yang penting dipegang teguh adalah “the virgin birth,” atau kelahiran dari seorang perawan. Doktrin ini penting karena menyatakan bahwa kehamilan Maria adalah bukan dari hasil pembuahan sperma dan sel telur seperti manusia lain. Kita meyakini bahwa setiap bayi di dunia ini yang lahir hasil pembuahan seperti itu akan membawa dosa warisan dari Adam dan Hawa. Oleh karenanya doktrin ini menegaskan bahwa Yesus Kristus tidak membawa dosa keturunan ketika dilahirkan dan selama hidup-Nya, Dia tidak dapat berbuat dosa.

Penting bagi kita untuk menghubungkan sapaan, “Yusuf, anak Daud,” yang diberikan oleh malaikat Tuhan kepada Yusuf (ayat 20) dengan silsilah Yesus di dalam Matius 1:1-14. Penekanan yang diberikan di dalam silsilah ini adalah hubungan antara Yesus dan Daud sebagai bukti nubuatan Allah bahwa Mesias akan lahir dari keturunan Daud. Oleh karenanya jelas sapaan tersebut merupakan peneguhan kepada Yusuf bahwa dialah yang dipilih oleh Tuhan dari keturunan Daud untuk menjadi “ayah” sang Bayi Mesias.

31
Matius 1:18-25
“Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”
Matius
11

Saat Mengajar

1. Pilihlah sebuah lagu yang bertemakan kekudusan Tuhan untuk mengawali kelas Anda.

2. Sekali lagi, ajak murid untuk membagikan 3P di dalam kelas Anda.

3. Diskusi Pembuka:

Ajaklah para murid untuk menyampaikan pendapat mereka tentang pengabdian tubuh mereka secara total. Hindari untuk memiliki sikap menghakimi dengan maksud agar mereka dapat terbuka kepada Anda sebagai guru.

• Tanyakan kepada murid pria di kelas Anda, apa yang akan mereka lakukan jika mereka ada di posisi Yusuf.

4. Pembahasan Materi:

Jelaskan secara singkat bahwa pada saat ini Allah tidak lagi berbicara kepada manusia melalui mimpi. Alkitab adalah satu-satunya cara Allah berkomunikasi kepada manusia.

• Berikan penjelasan mengenai doktrin kelahiran dari seorang perawan yang diyakini oleh kekristenan.

• Jelaskan apa yang biasanya terjadi dalam pertunangan dan pernikahan dalam tradisi Yahudi.

• Mulai pembahasan materi Anda.

5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini: Matius 1:21.

6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pandulah mereka di dalam diskusi ini.

7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU INI.

8. Tutuplah kelas dengan doa. Kutiplah Roma 12:1-2 sebelum doa penutup.

Pembahasan Materi

1. Meyakini akan Berkat bagi Mereka yang Menjaga Kekudusan

Tradisi Yahudi mengenal tiga tahap dalam pernikahan yang diawali dengan kesepakatan dari kedua keluarga untuk adanya satu ikatan pernikahan. Kemudian ikatan tersebut diumumkan kepada khalayak luas dan inilah yang dikenal dengan “pertunangan.” Berbeda dengan kebudayaan kita di Indonesia, pertunangan di dalam tradisi Yahudi memiliki ikatan yang sangat kuat walaupun keduanya belum hidup bersama dalam satu rumah. Pesta pertunanganpun dirayakan dengan meriah layaknya sebuah pernikahan di dalam kebudayaan kita.

Pasangan yang membatalkan pertunangan mereka akan disebut dengan perceraian dan hanya dapat dilakukan jika salah satu dari kedua mempelai tersebut meninggal atau melakukan perzinahan di luar pertunangan tersebut. Tahap terakhir adalah ketika keduanya untuk kemudian menikah dan hidup bersama.

2. Membuktikan Janji-Nya bagi Mereka yang Menaati Kehendak-Nya

Hukuman bagi wanita Yahudi yang melanggar janji pertunangan atau pernikahan adalah hukuman rajam sampai mati, dan inilah yang sangat mungkin menimpa Maria jika

32
Matius 1:18-25

Yusuf menceraikannya. Maria akan dianggap sebagai wanita yang berdosa karena berzinah. Tidaklah mudah bagi Yusuf untuk menaati perintah malaikat dan mengakui bahwa bayi tersebut adalah dari Roh Kudus. Sepanjang pemahaman Yusuf akan Perjanjian Lama (PL), tidak pernah didapatinya seorang wanita yang hamil dari Roh Kudus. Oleh karena itu, iman Yusuf adalah iman yang berdasarkan ketaatannya kepada Tuhan. Inilah yang penulis Kitab Ibrani katakan bahwa, “iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari apa yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1).

Penting untuk menekankan kepada murid Anda bahwa sering kali kita menghindari untuk melakukan apa yang benar karena khawatir dengan apa yang akan dipikirkan dan dikatakan oleh tentang keputusan kita tersebut. Seperti layaknya Yusuf, kita harus memilih untuk taat kepada Allah daripada melakukan sesuatu atas persetujuan manusia.

3. Menjalani Karya-Nya dalam Menggenapi Rencana Keselamatan-Nya

Sekali lagi perlu kita ingat bahwa sebagai anak muda Yahudi yang saleh, sangat mungkin Yusuf memahami bahwa sudah 400 tahun Firman Tuhan tidak pernah dinyatakan kepada bangsa Yahudi. Selama itu pula tidak ada nabi yang bernubuat ataupun malaikat yang datang kepada orang Yahudi di dalam mimpi. Lalu kemudian malaikat Tuhan datang kepada seorang muda sederhana di kota kecil Nazaret dan menyatakan bahwa dia dan tunangannya akan dipakai oleh Tuhan untuk menggenapi nubuatan-Nya ratusan tahun sebelumnya.

Catatan Penutup

Sangat mungkin Yusuf mati sebelum Yesus beranjak dewasa sehingga namanya tidak lagi disebut setelah Yesus berumur 12 tahun. Pernahkah Anda membayangkan berada di tempat Yusuf, mengalami dan melakukan perkara besar yang dipercayakan oleh Allah kepadanya tetapi kemudian tidak lagi disebutkan di dalam Alkitab? Kita harus pahami bahwa Alkitab dengan sengaja menghilangkan peranan “bapa duniawi” Yesus supaya yang ditinggikan adalah Bapa surgawi-Nya. Namun demikian, pelajaran yang dapat ditarik adalah: Walaupun kita sudah melakukan banyak hal yang luar biasa bagi Tuhan, setiap kita harus siap untuk tidak diingat oleh orang karena yang jauh lebih penting adalah nama Yesus yang ditinggikan.

Pelajaran 11: Ketaatan Yusuf

KELAHIRAN YESUS

Ayat Hafalan:

Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Lukas 2:1-7

Tujuan Pelajaran

Lukas 2:6-7

Mendampingi murid memberi tanggapan perihal peristiwa kelahiran Yesus Kristus.

Kompetensi Belajar

Murid memberi tanggapan perihal peristiwa kelahiran Yesus Kristus.

Pendahuluan

Permasalahan dalam Penanggalan

Catatan untuk para guru:

Sehubungan dengan penekanan pelajaran ini kepada fakta sejarah dari kelahiran Yesus maka penulis merasa penting untuk memperlengkapi para guru dengan artikel singkat yang ditulis untuk menolong Anda memahami bagaimana menjawab skeptis yang mempertanyakan ketimpangan data yang ada di dalam Alkitab. Bijaklah untuk melihat informasi mana yang perlu disampaikan kepada murid.

Menyertakan dua tokoh yang pernah memerintah sejarah Romawi dalam satu peristiwa bukanlah tanpa masalah. Penyebutan nama Kirenius (Lukas 2:2) dan Herodes (Matius 2:1) dalam narasi kelahiran Yesus mendapat perhatian khusus dari para sejarawan Kristen. Catatan sejarah membuktikan bahwa Herodes yang membunuh bayi-bayi di Betlehem meninggal pada tahun 4 SM, sementara Josephus, seorang sejarawan Yahudi, menulis bahwa sensus yang diadakan oleh Kirenius baru terjadi pada tahun 6 M. Bagaimana mungkin Yesus lahir 13-14 tahun sebelum sensus Kirenius diadakan. Beberapa pandangan dikemukakan para ahli Perjanjian Baru untuk mencoba merekonsiliasi ketimpangan data ini.

Pandangan pertama dengan mudah mengatakan bahwa Lukas keliru dengan menyebutkan bahwa Kirenius yang menjadi wali negeri Siria. Teolog yang sependapat dengan hal ini menyebutkan bahwa seharusnya yang dicatat oleh Lukas adalah Sentius Saturnius yang menjadi Wali Negeri Siria pada tahun 6 – 4 SM, tepat pada waktu Yesus dilahirkan (Robert H. Stein 1992). Pandangan kedua cenderung untuk mengatakan bahwa kekeliruan justru dilakukan oleh Josephus perihal masa pemerintahan Kirenius sehingga data Lukas tetap valid. Kecil kemungkinan pandangan ini dapat dipertanggungjawabkan mengingat sumber-sumber extra

34
12

biblikal lainnya mendukung catatan Josephus. Pandangan lebih memungkinkan diberikan oleh Darrel Bock yang mengatakan bahwa kata prote atau pertama kali lebih tepat diterjemahkan menjadi sebelum sehingga kalimat tersebut menjadi “Inilah pendaftaran yang diadakan sebelum Kirenius menjadi wali negeri di Siria” (Darell Bock, 1994).

Saat Mengajar

1. Awali kelas dengan menyanyikan lagu dari Buku NP No. 42, ”Palungan di Kandang.”

2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda..

3. Diskusi Pembuka:

• Tanyakan kepada murid apakah mereka pernah meragukan bagian-bagian dari cerita kelahiran Yesus seperti yang dijelaskan oleh Alkitab. Jika ada, minta mereka sampaikan bagian mana yang mereka ragukan.

• Jika salah satu keragu-raguan orang adalah mengenai penanggalan dan waktu Yesus dilahirkan, jelaskan bahwa pelajaran ini akan membahas mengenai hal tersebut.

4. Pembahasan Materi:

• Jelaskan bahwa Lukas adalah seorang sejarawan dan dalam pendahuluannya dia melakukan penelitian mendalam sebelum membukukannya.

• Mulai pembahasan materi Anda.

5. Saat Menghafal. Latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini: Lukas 2:6-7.

6. Pandulah mereka di dalam mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan.

7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU INI.

8. Tutuplah kelas dengan doa.

Pembahasan Materi

1. Keakuratan Jejak Kelahiran Sang Pencipta

Sebagai seorang sejarawan, Lukas memastikan informasi yang dia sampaikan kepada pembacanya sesuai dengan fakta sejarah. Hal ini dapat dilihat bagaimana Lukas menyebutkan bahwa Zakharia mendapatkan penglihatan pada masa Herodes menjadi raja di Yudea. Selanjutnya dapat dilihat ketika Lukas menjelaskan masa pelayanan Yohanes Pembaptis pada tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius dan pada saat bersamaan Pontius Pilatus menjadi Wali Negeri Yudea, Herodes menjadi raja wilayah Galilea (Lukas 3:1-2). Hal serupa dapat ditelusuri di dalam Kisah Para Rasul bagaimana Lukas sebagai penulis juga menyertakan detail sejarah seperti ini.

Faktor terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah untuk memahami kepada siapa pada mulanya Injil Lukas itu ditulis. Lukas 1:1 menjelaskan kepada kita bahwa Injil ini disiapkan dengan sangat teliti untuk dipersembahkan kepada seorang yang bernama Teofilus. Walaupun tidak banyak yang kita ketahui tentang Teofilus, namun dari sapaan yang diberikan oleh Lukas, yaitu “yang mulia,” menunjukkan bahwa penerima kitab ini adalah seorang Yunani yang memiliki jabatan yang cukup tinggi. Sangat mungkin bahwa Injil ini adalah traktat penginjilan yang diberikan oleh Lukas kepada Teofilus yang pada waktu itu belum menjadi orang percaya.

35
Lukas 2:1-7

2. Kesetiaan Janji Kelahiran Sang Mesias

Sebenarnya peraturan sensus Romawi tidak mewajibkan Maria untuk ikut dalam sensus bersama dengan Yusuf. Namun sang istri tentu saja tidak ingin melahirkan tanpa didampingi oleh suami tercinta, oleh karenanya Maria memutuskan untuk ikut di dalam perjalanan tersebut walaupun harus menempuh perjalanan tidak kurang dari 140 km tersebut. Kesetiaan pasangan muda ini terhadap perintah Tuhan dan kepada satu yang lain tidak dapat dipungkiri, namun ada satu kesetiaan lain yang dinyatakan oleh nas ini yang penting untuk dipelajari. Lukas tidak sekedar memberikan informasi bahwa Betlehem adalah kota Daud dan Yusuf (serta Maria) berasal dari “keluarga dan keturunan Daud.” Namun dua hal ini justru mengingat pembaca Perjanjian Lama untuk kembali mengingat janji yang Allah berikan kepada Raja Daud bahwa Sang Mesias akan lahir dari keturunannya. Suatu perjanjian yang diberikan oleh Allah yang penuh dengan kasih setia kepada raja yang setia kepada Tuhannya. Oleh karena itu penting untuk memberikan penekanan mengenai kesetiaan Allah kepada murid-murid Anda. Jika Allah adalah Allah yang setia di dalam menepati janji yang diberikan-Nya lebih dari 900 tahun sebelumnya, maka Allah akan tetap setia kepada setiap janji-Nya.

3. Kesederhanaan Jalan Kelahiran Sang Raja Dunia

Penting bagi kita untuk tidak menarik kesimpulan lebih dari apa yang dinyatakan oleh Alkitab. Cerita-cerita Natal sering kali melebih-lebihkan narasi Natal ini sehingga terkesan Yusuf dan Maria terlalu miskin sehingga hanya dapat melahirkan di kandang atau pemilik-pemilik penginapan di Betlehem dengan kasar menolak kedatangan kedua orang tua Yesus. Namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa Sang Raja Dunia memilih untuk lahir dengan segala kesederhanaannya, tepat seperti apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus di dalam Filipi 2.

Pelajaran 12: Kelahiran Yesus

Ayat Hafalan:

MENYAMBUT SANG RAJA

Tujuan Pelajaran

Mendampingi murid melakukan sebuah bentuk penghormatan kepada Yesus.

Kompetensi Belajar

Murid melakukan sebuah bentuk penghormatan kepada Yesus.

Pendahuluan

Para majus dan Raja Herodes adalah dua figur yang menonjol di dalam nas pelajaran ini. Perhatian kita sering kali tertuju kepada rombongan para cendekiawan yang datang membawa persembahan mereka yang berharga kepada Yesus. Keangkuhan dan iri hati Herodes ketika mendengar ada Raja lain yang baru dilahirkan mengalihkan pandangan kita kepada yang seharusnya menjadi fokus dari nas ini, yaitu “Anak” itu (Matius 2:9, 11)

Para Majus

Pada mulanya istilah “majus” diberikan secara khusus kepada kelompok imam Media dan Persia yang memiliki kemampuan khusus untuk menafsirkan mimpi. Namun kemudian penggunaan istilah ini meluas dengan meliputi kelompok orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi termasuk di dalamnya para astrolog, juru ramal, dan orang-orang bijak lainnya. Kitab Daniel menunjukkan kepada kita bahwa peranan para penafsir mimpi sangat penting khususnya bagi raja-raja yang berkuasa. Daniel dan teman-temannya dapat dikatakan termasuk dalam golongan “majus” menurut penjelasan di atas tersebut.

Tradisi gereja menyebutkan “tiga” orang majus berdasarkan persembahan yang mereka bawa: Emas, kemenyan, dan mur. Adalah Tertulian pada awal abad ke-3 yang pertama kali menyebutkan bahwa para majus adalah “raja-raja” dari Timur. Kemudian baru pada akhir abad ke-6lah para majus dikenal dengan nama Melchior, Balthasar, dan Gasper, walaupun Matius sendiri tidak menyebutkan nama-nama mereka. (D. A. Carson, 2010)

37 Matius 2:1-12
“Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”
Matius 2:6 13

Herodes

Sepanjang Perjanjian Baru (PB) kita diperkenalkan kepada beberapa Herodes yang berinteraksi dengan tokoh-tokoh di dalam PB. Kitab Matius untuk pertama kalinya menyebutkan nama Raja Herodes, atau yang biasa dikenal dengan “Herod the Great,” atau Herodes Agung. Lahir dari hasil perkawinan campur orang Yahudi dan Idumea, Herodes dipercaya oleh Romawi ketika terjadi perang di Palestina. Roma mengangkat Herodes menjadi Gubernur pada tahun 47 SM dan tujuh tahun kemudian dia mulai dikenal dengan sebutan Herodes Agung. Kepiawaiannya dalam memimpin dan membangun tidak diragukan lagi mengingat bahwa dialah satu-satunya pemimpin di tanah Palestina yang mampu untuk menciptakan perdamaian setelah peperangan demi peperangan melanda daerah itu. Herodeslah yang memperluas dan memperindah Bait Allah yang dibangun kembali oleh Ezra. Itu sebabnya para sarjana PB menyebut Bait Allah pada zaman Yesus sebagai “The Herod Temple,” atau Bait Allah Herodes.

Saat Mengajar

1. Awali kelas dengan menyanyikan lagu dari Buku NP No. 54, “Kami Tiga Orang Majus.”

2. Tanamkan “Bagikan 3P” ini sebagai bagian penting di dalam kelas Anda.

3. Diskusi Pembuka:

• Awali kelas Anda dengan menanyakan kepada masing-masing murid tindakan apa dari para majus yang menolong mereka memahami lebih dalam hubungan mereka dengan Tuhan Yesus. Harapkan jawaban seperti: Pengorbanan, penyembahan, sukacita, pengakuan ketuhanan, dan lain sebagainya.

4. Pembahasan Materi:

• Jelaskan bahwa penting untuk melihat bahwa jika Tuhan menggunakan orang-orang bijak dari Timur ini untuk menyembah Yesus, maka sebagai orang yang sudah diselamatkan kita harus juga siap untuk dipakai untuk menyembah-Nya

• Jelaskan secara singkat siapa Herodes dan siapa para majus.

• Mulai pembahasan materi Anda.

5. Saat Menghafal. Setelah selesai membahas materi, latihlah murid-murid Anda untuk menghafalkan ayat hafalan minggu ini: Matius 2:6.

6. Sangat baik untuk mengatur waktu kelas sedemikian rupa sehingga para murid dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.

7. Tantang para murid untuk berani melakukan apa yang tertulis dalam LAKUKANLAH MINGGU INI.

8. Tutuplah kelas dengan doa.

Pembahasan Materi

1. Pengorbanan dari Kelompok Penyembah

Sering kali kita bangga melihat ada sekelompok cendekiawan, bangsawan yang datang menyembah Yesus dari daerah Timur. Namun ada satu hal yang harus kita sadar adalah mengapa yang datang menyembah Yesus justru raja-raja dari luar daerah Israel, bukan dari Israel sendiri.

38
Matius 2:1-12

Pelajaran

Menyambut Sang Raja

Hal lain yang dapat kita lihat di sini adalah pengorbanan dari para raja ini, datang dari jauh, untuk menyembah Yesus. Bangsa Israel mengetahui dengan persis di mana Raja orang Yahudi akan dilahirkan, tetapi yang pertama kali menyembah adalah orang-orang non-Yahudi. (Herman Ridderbos, 1987)

2. Pengakuan kepada Raja yang Disembah

Ayat 11 dengan jelas memberikan dua petunjuk bahwa Yesus bukan lagi bayi di kandang Betlehem. Pertama, Matius menjelaskan bahwa para majus masuk ke dalam “rumah itu,” dan yang kedua adalah penggunaan kata “Anak” yang berbeda dengan apa yang Lukas 2:16 gunakan yaitu “bayi.” Para majus yang bukan orang Yahudi mengakui bahwa Yesus adalah Raja orang Yahudi dan mereka datang untuk menyembah Raja tersebut. Mereka tidak berubah pikiran ketika mendapati fakta bahwa Herodes, yang menganggap dirinya raja orang Yahudi, tidak mengetahui dan tidak mengakui bahwa Yesus adalah Raja. Mereka pun tidak mengubah niatnya ketika mendapati bahwa Raja yang baru dilahirkan tersebut tidak menempati istana yang mewah melainkan sebuah rumah yang sederhana. Para majus menyembah Yesus karena apa yang mereka lihat sesuai dengan apa yang mereka pelajari dan alami sejak penampakan bintang tersebut. Pengakuan para majus akan Yesus sebagai Raja ditunjukkan ketika mereka lebih taat kepada malaikat yang menampakkan dirinya dalam mimpi kepada mereka daripada taat kepada perintah Herodes.

3. Persembahan dari Para Penyembah

Para majus menjelaskan tujuan kedatangan mereka untuk “menyembah Dia” (Matius 2:2). Penyembahan menjadi perhatian khusus bagi Matius, tidak kurang dari sepuluh kali Matius merujuk kepada penyembahan kepada Yesus Kristus di dalam kitabnya ini. Bahkan kitabnya diawali dengan penyembahan para majus kepada Yesus ketika Dia dilahirkan (Matius 2:2, 8, 11) dan diakhiri dengan penyembahan kepada Yesus sebelum dia naik ke surga (Matius 28:17).

Para majus menunjukkan penyembahan sejati lebih daripada imam kepala dan Ahli Taurat yang memahami dengan betul nubuatan dalam Perjanjian Lama mengenai kelahiran Mesias di Betlehem. Mereka juga membuktikan bahwa persembahan sejati mereka adalah ketaatan

13:

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.