FOODREVIEW INDONESIA
PREFERENSI KONSUMEN
Sensori Pangan: Pemasaran Vs. Kesehatan
Sensori Pangan: Pemasaran Vs. Kesehatan
Manusia memilih mengonsumsi pangan karena berbagai alasan. Alasan fisiologisnya bisa saja karena lapar. Selain itu, pilihan seseorang dalam mengonsumsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa di antaranya adalah selera atau preferensi pribadi, kebiasaan keluarga, pengaruh budaya, dan agama. Selain itu, alasan emosional, masalah kesehatan, tekanan sosial, kenyamanan, biaya, serta ketersediaan pangan juga turut memengaruhi keputusan tersebut. Terkadang, seseorang juga mempertimbangkan kelimpahan atau keterbatasan ketersediaan pangan dalam pengambilan keputusan makan mereka. Semua aspek ini berperan dalam membentuk preferensi dan kebiasaan makan seseorang.
Namun demikian, jika terdapat berbagai pilihan, sering kali alasan utama memilih pangan tertentu adalah karena cita rasanya yang nikmat. Misalnya, kita biasanya tidak memilih buah naga karena mereka merupakan sumber antioksidan yang sangat baik, melainkan karena rasanya yang enak dan menggugah selera. Secara umum, aspek sensori memang memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan memilih konsumsi pangan tertentu. Selain cita rasa, aspek sensori ini antara lain meliputi aroma, warna, tampilan, tekstur, dan asosiasi emosional lain yang dapat memengaruhi selera dan preferensi konsumen.
Karena alasan itulah, maka pemahaman mengenai peran aspek sensori ini juga menjadi faktor penting dalam industri pangan, sehingga ilmu sensori ini berkembang pesat. Pada praktiknya, aplikasi ilmu sensori ini banyak digunakan dalam proses pengembangan produk pangan baru dan strategi pemasarannya, untuk tujuan lebih disukai dan dipilih lebih banyak konsumen. Pada titik ini, praktisi ilmu sensori dan industri pangan perlu menunjukkan tanggung jawabnya, sebagai pengembang dan penyedia pangan untuk berkontribusi meningkatkan status kesehatan konsumennya. Artinya, industri pangan harus mengelola potensi konflik antara pemasaran dengan mengeksploitasi aspek sensori pangan untuk menarik konsumen dengan pertimbangan terhadap dampak konsumsi pangan yang dipasarkan tersebut terhadap kesehatan.
Kritik saat ini adalah bahwa industri (pengolahan) pangan dengan sangat berhasil mengembangkan berbagai produk olahan yang sangat dinikmati konsumen, sehingga konsumen cenderung mengonsumsinya secara berlebih, sehingga berpotensi menyebabkan diet yang tidak menyehatkan, dan meningkatkan prevalensi kegemukan (obesitas) dan berbagai penyakit
tidak menular yang diakibatkannya; seperti stroke, diabetes dan lain-lain. Kritik lebih tajam menyatakan bahwa industri telah berhasil (dan sengaja) mengembangkan produk pangan yang sangat enak sehingga menyebabkan konsumen menjadi ketagihan (addicted), untuk kepentingan pemasarannya.
Tentu kritik ini tidak sepenuhnya benar. Namun, kritik ini telah menyebabkan munculnya “gerakan” untuk meninggalkan pangan olahan. Karena itu, kritik ini perlu direspon dengan bijaksana oleh industri pangan. Secara umum, industri dapat melakukan reformulasi produk, untuk menunjukkan peran dan tanggung jawabnya sebagai bagian esensial dari sistem pangan berkelanjutan (Hariyadi, P. 2023).
Dapat dikemukakan di sini bahwa untuk menunjukkan tanggung jawabnya, industri pangan perlu memberikan informasi lengkap dan secara transparan tentang nilai gizi produk, termasuk memberikan informasi mengenai risiko kesehatan karena konsumsi berlebih, mengembangkan inovasi dengan tujuan berkontribusi pada kesehatan, dan melakukan praktik pemasaran yang bertanggung jawab berbasis ilmu pengetahuan. Industri pangan perlu pula mendukung edukasi publik mengenai pola pangan menyehatkan, berpartisipasi dalam riset dan pengembangan pangan dan kesehatan, serta berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan. Dengan tindakan ini, industri dapat berkontribusi pada peningkatan kesadaran dan akses konsumen terhadap pilihan pangan yang lebih aman, menyehatkan dan berkelanjutan.
Perlu ditekankan bahwa Industri pangan memiliki peran dan tanggung jawab penting dalam membangun kesehatan konsumennya. Semakin sukses industri pangan pengembangan produknya, sukses dalam pemasarannya, sehingga dikosumsi oleh banyak konsumen, maka semakin besar tanggung jawab industri tersebut untuk memastikan bahwa kesuksesan pemasaran produknya itu tidak justru berdampak negatif pada kesehatan masyarakat.
Semoga industri pangan Indonesia dapat menyikapi kritik ini dengan baik, bersama dengan ahli ilmu sensori pangan, mengaplikasikannya tidak hanya untuk keperluan pemasaran produk, tetapi juga untuk membangun kesehatan konsumen. Semoga informasi kami sajikan dapat bermanfaat dalam meningkatkan daya saing produk dan industri pangan Indonesia. Purwiyatno
6 FORUM
8 FOOD INFO
VOL. XVIII No. 7 Juli 2023
Tren Evaluasi Sensori
dalam Industri Pangan
Industri pangan merupakan bagian dari sektor industri pengolahan yang memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Kontribusi industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022 mencapai angka 18%. Di dalam sektor industri pengolahan, industri pangan tercatat tumbuh sebesar 4,9%.
Pemimpin Umum: Suseno Hadi Purnomo | Pemimpin Redaksi: Purwiyatno Hariyadi | Wakil Pemimpin Redaksi: Nuri Andarwulan
Redaktur Pelaksana: Himma Ellisa | Pemimpin Perusahaan: Pratomodjati | Wakil Pemimpin Perusahaan: Hindah Muaris
Pembaca Ahli: Desty Gitapratiwi | Staf Redaksi: Fitria Bunga Yunita | Sales, Advertising & Activities: Tissa Eritha
Digital Marketing: Fetty Fatimah | Business Development: Andang Setiadi | Desain & layout: Yanu Indaryanto
IT dan Website: Gugun Hendi Gunawan | Keuangan: Kartini, Padmawati Zainab
Penerbit: PT Media Pangan Indonesia
Alamat PT Media Pangan Indonesia: Jl Binamarga II No. 23, Baranangsiang, Bogor Timur 16143
Telepon: (0251) 8372333, (0251) 8322732 | +62 811 1190 039 | Fax: (0251) 8375754
Website: www.foodreview.co.id | E-mail: redaksi@foodreview.co.id, marketing@foodreview.co.id
ISSN: 1907-1280
dan Menengah (UMKM) pangan di
Kepada FoodReview Indonesia, Untuk seminar FoodReview Indonesia, apakah ada rekaman yang dapat diakses? Saya sangat tertarik untuk mengikuti tetapi saya berada di luar Bogor. Terima kasih.
Siska Surakarta
Jawab:
Mohon maaf, FoodReview Indonesia In-Depth Seminar tidak menyediakan rekaman seminar yang dapat diakses di luar kegiatan. Terima kasih.
Kepada FoodReview Indonesia
Mohon informasinya, apakah yeast extract termasuk ke dalam golongan alergen. Terima kasih.
Tiara
Jakarta
Jawab:
Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB University, Prof. Lilis Nuraida
FoodReview Indonesia
Dear FoodReview Indonesia, Kami ingin mengundang FoodReview
Indonesia untuk hadir dalam acara webinar kami. Bagaimana prosedurnya? Terima kasih.
Sekar Cikarang
Jawab:
Untuk mengundang FoodReview dalam
berbagai jenis acara, silakan mengirim undangan ke alamat surel kami di redaksi@ foodreview.co.id atau marketing@foodreview. co.id
dalam FoodReview In-Depth Seminar
menyampaikan bahwa yeast extract bukan termasuk ke dalam golongan alergen yang disebut sebagai “The Big 8” (milk, eggs, fish, crustacean shellfish, tree nuts, peanuts, wheat, and soybeans). Tetapi, karena yeast extract ini termasuk ke dalam protein maka tidak menutup kemungkinan terdapat
senyawa alergen dari potongan-potongan peptida. Untuk itu, perlu berhati-hati dan dilakukan pengujian lebih lanjut.
KIRIMKAN KOMENTAR atau pertanyaan Anda ke Forum
FOODREVIEW INDONESIA
Jl Binamarga II No. 23, Baranangsiang, Bogor Timur 16143 atau melalui whatsapp: +62 811-1190-039, email redaksi@foodreview.co.id
Cantumkan nama lengkap, alamat dan nomor telepon Anda. Semua surat yang masuk akan diedit terlebih dulu dengan tanpa mengubah maknanya.
If you have a friend or colleague who would be interested in receiving Foodreview Indonesia, please feel free to share the latest issue, and our special digital subscription offer with them today.
• Ketua Umum GAPMMI memenuhi
undangan dari FOOMA (The Japan Food Machinary Manufacturers Association ) untuk hadir pada
pameran pada tanggal 5-8 Juni 2023
lalu. Selain itu, beliau juga menjadi
narasumber tunggal dalam seminar
yang diadakan di sela-sela pameran
FOOMA dan membawakan topik
seputar tren industri pangan olahan di Indonesia.
• Ketua Umum GAPMMI, Adhi Lukman
dan Sekjen GAPMMI, Indrayana, hadir memenuhi undangan perayaan
setahun IEAT (Importers & Exporters Association of Taipei) yang ke-75
tahun, di Regent Taipei Hotel.
• GAPMMI ikut serta dalam pameran
Indonesia International Food Expo (IIFEX 2023) yang diadakan di Surabaya pertengahan Juni lalu.
GAPMMI juga mengadakan kegiatan
seminar pemberdayaan UMKM
dengan mengundang beberapa
penyuplai bahan baku pangan
olahan untuk memaparkan ide dan cara membuat pangan olahan yang
menarik menggunakan bahan baku yang mereka paparkan.
• PERGIZI PANGAN bekerja sama
dengan AIPGI dan GAPMMI
menyelenggarakan 5th International Symposium on Food and Nuttrition, Expo and Awards 2023. Mengambil tema Food and Nutrition Innovations for Sustainable Economy, Health and Well-being, simposium ini mengundang 8 narasumber ternama baik dari dalam dan luar negeri.
Dalam kegiatan tersebut, Ketua Umum GAPMMI, Adhi Lukman
menerima penghargaan atas
kepemimpinannya di GAPMMI dalam
pengembangan industri pangan
Indonesia yang turut memperkuat
ketahanan pangan dan gizi.
• Ketua Umum GAPMMI menjadi
narasumber dalam acara PraWidyakarya Nasional Pangan dan Gizi (Pra-WNPG), oleh Bappenas bekerja
sama dengan Kegizian Pengembangan
Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI).
Kegiatan ini membahas berbagai
aspek fortifikasi pangan, mencakup
perkembangan kebijakan dan program serta pelaksanaannya, masalah dan tantangan hingga
perbaikan untuk mengoptimalkan efektivitasnya. Hasil dari pertemuan ini merupakan masukan mengenai
topik-topik penting dan relevan yang
akan dibahas pada forum WNPG XII dan selanjutnya digunakan sebagai
masukan draf RPJPN 2025-2045.
• GAPMMI ikut serta dalam pameran
Indonesia International Food Expo (IIFEX 2023) yang diadakan di Surabaya pertengahan Juni lalu.
GAPMMI juga mengadakan kegiatan seminar pemberdayaan UMKM
dengan mengundang beberapa
penyuplai bahan baku pangan
olahan untuk memaparkan ide dan cara membuat pangan olahan yang menarik menggunakan bahan baku
pemberdayaan
yang mereka paparkan. PT. Himalaya
Mitra Sukses memaparkan berbagai
produk tepung bakso andalan mereka. Tak lupa, mereka menjelaskan
cukup rinci cara membuat bakso
beserta video proses pengolahannya. PT Niramas Utama memberikan
informasi manfaat dari nata de coco, cara pembuatannya serta contoh
pangan olahan menggunakan bahan baku nata de coco tersebut. Selain
itu ada PT Hakiki Donarta yang juga
memberikan berbagai informasi
produk bahan tambahan pangan
yang bermanfaat terutama bagi
para peserta seminar yang tertarik
membuat usaha pangan olahan
berupa kue dan banyak lainnya.
Acara “Food Technology Events by Informa Markets” di Chiang Mai beberapa waktu lalu dilengkapi dengan kegiatan mengunjungi pabrik dan berbagai proyek untuk mendemonstrasikan proses produksi, pengolahan, dan pengemasan serta inovasi teknologi ingridien pangan di Thailand.
Program Inisiatif BCG di Universitas
Chiang Mai, Mae Hia, merupakan pusat pembelajaran dan kolaborasi yang
Agrikultur Universitas Chiang
Mai melakukan penelitian tentang
efektivitas BSF dalam mengurangi
sampah organik di pabrik dan peternakan skala kecil untuk mengatasi
isu lingkungan dan meningkatkan ekonomi sirkular. Limbah pangan yang menjadi sumber makanan larva
BSF, kemudian larva dipanen sebelum
menjadi pupa yang menjadi makanan
hewan ternak. Larva tersebut diklaim
kaya akan zat gizi terutama protein dan lebih terjangkau daripada pakan ternak tradisional.
bertujuan untuk membangun jaringan dengan memanfaatkan dan memperluas penelitian dari sumber daya yang ada di daerah tersebut. Selain itu, program ini juga mempromosikan integrasi di berbagai bidang pengetahuan untuk menghasilkan penelitian yang terarah dan pembangunan berkelanjutan di wilayah Mae Hia. Berikut ini adalah beberapa lokasi program yang
dikunjungi:
Pabrik CPRAM di Provinsi Lamphun
merupakan pabrik pangan siap saji yang memproduksi produk pangan siap saji dalam kondisi beku. Produk ini dikenal luas dengan merek Jade Dragon Brand, Le Pan brand, Deli Thai brand, Delicasia Brand, CPRAM Catering Brand dan VG for Love Brand. Produk
tersebut diproduksi dan dijual lebih
dari 900 SKU melalui jalur 7-eleven, supermarket, restoran dan lebih dari
20.000 toko di Thailand serta diekspor ke seluruh dunia. Bahan baku yang
digunakan CP Ram diperoleh dari
pertanian organik petani lokal. Pabrik ini juga memiliki rencana pengembangan
Food Technology Exchange Center yang ditergetkan rampung pada tahun 2024. Tiga teknologi terintegrasi yang akan dikembangkan yaitu biotech, robotech dan digitech untuk mencapai rantai pasok berkelanjutan.
memproduksi dan menjual jagung manis olahan serta produk
pertanian lainnya dengan merek
“KC”. Jaringan penjualan ini meliputi
pelanggan domestik dan internasional di lebih dari 50 negara, seperti
Jepang, Korea, dan Taiwan, dan lain-
lain. Sunsweet menggunakan energi terbarukan yang berasal dari limbah hasil produksi. Uap yang dihasilkan digunakan untuk proses produksi jagung manis. Setelah kernel jagung diekstrak, bonggol jagung dan bagian lain yang tidak digunakan, dijadikan biomassa.
memproduksi YoRice Amazake, produk berbasis beras yang disebut sake manis non-alkohol. Minuman beras
ini adalah hasil fermentasi nasi Thailand
dengan koji. Dengan memproduksi
Amazake, YoRice berharap dapat
meningkatkan harga jual beras
menir sehingga petani mendapatkan
penghasilan lebih tinggi dan beras menir tersebut dapat dimanfaatkan.
Food berlokasi di Chiang Mai
telah menjadi produsen bumbu
industri berkualitas tinggi selama
19 tahun. Sejak tahun 1998 telah
meluncurkan merek “Pocket Chef & East Kitchen”, serta merek “Let’s Plant
Meat”. Diposisikan sebagai perusahaan pertanian kreatif karena ruang
lingkup bisnis Nithi berkembang dari manufaktur rempah-rempah hingga menjadi bisnis pertanian secara utuh.
rangkaian dari pameran Informa
Markets Thailand tahun ini, yaitu
“ProPak Asia 2023” yang akan diadakan
antara 14-17 Juni 2023, dan “Fi Asia 2023” (Food Ingredients Asia 2023)
yang akan diselenggarakan pada tanggal
20–22 September 2023. Fri-11
Food & Hotel Indonesia (FHI) 2023
akan kembali dilaksanakan pada
25-28 Juli di Jakarta International
Expo (JIEXPO). Berkelanjutan
menjadi salah satu konsep yang akan
diterapkan dalam pameran ini. FHI
2023 hadir dengan berbagai inovasi
yang dapat meningkatkan akses pasar global serta mengakselerasi dampak
positif terhadap lingkungan melalui
inisiatif keberlanjutan. “Pendekatan
keberlanjutan kami coba untuk
diaplikasikan dalam setiap tindahan
usaha bisnis yang berdampak positif. FHI memang didedikasikan sebagai pameran yang sadar akan dampak lingkungan di masa depan,” ujar Event Director FHI
2023, Juanita Soerakoesoemah dalam
Siaran Pers FHI 2023 beberapa waktu lalu.
Untuk mewujudkan konsep tersebut,
FHI 2023 akan berkolaorasi dengan
ALLAS project, sebuah inisiatif berbasis
komunitas yang mempromosikan
keberlanjutan dengan mengumpulkan
dan membersihkan wadah makanan
agar dapat digunakan kembali dan tidak terbuang. Selama pameran, FHI
menyediakan wadah makanan yang dapat digunakan kembali sehingga
dapat secara signifikan mengurangi
penggunaan plastik sekali pakai dan bahan sekali pakai lainnya. Hal ini tidak hanya membantu mengurangi limbah
tetapi juga mendukung ekonomi sirkular dengan memperpanjang umur material.
Selain itu, FHI 2023 juga menjalin kerja
sama dengan Alton Waste Management, penyedia jasa olah limbah terpercaya di Indonesia yang berfokus pada layanan distribusi limbah kardus.
FHI 2023 digelar bersamaan dengan ajang Hotelex Indonesia dan Finefood
Indonesia serta Retail Indonesia. Akses
masuk pengunjung FHI 2023 telah
dibuka melalui pre-registrasi hingga
tanggal 17 Juli 2023 di halaman https:// bit.ly/fhi2023pre-reg. Pengunjung
yang melakukan pre-regitrasi nantinya
akan mendapatkan akses masuk gratis
senilai Rp. 150.000,- untuk 4 hari penuh
penyelenggaraan FHI 2023. Calon
pengujung dapat mengakses https:// www.foodhotelindonesia.com/ untuk informasi lebih lanjut. Fri-35
Asosiasi Sensori Indonesia (ASENSINDO) resmi menetapkan
Dr. agr Wahyudi David, STP, M.Sc dari Universitas Bakrie sebagai
Ketua terpilih untuk periode tiga tahun ke depan. ASENSINDO merupakan
organisasi yang memiliki visi mewadahi
pengembangan ilmu sensori dan peningkatan kapasitas keahlian profesi sensori. Di industri pangan, evaluasi sensori memiliki peran yang krusial, salah satunya sebagai alat untuk
memahami preferensi dan persepsi konsumen terhadap produk pangan.
Pentingnya evaluasi sensori terletak pada kemampuannya untuk mengukur secara objektif atribut sensorik seperti rasa, aroma, tekstur, dan penampilan visual.
Penggunaan metode evaluasi sensori yang tepat, membantu produsen pangan untuk dapat memahami preferensi
konsumen, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan produk, serta melakukan perbaikan atau inovasi yang diperlukan.
Evaluasi sensori juga berperan dalam
memastikan konsistensi kualitas produk pangan, baik dari sisi rasa maupun
karakteristik sensorik lainnya. Dengan
memahami preferensi konsumen secara
mendalam, evaluasi sensori membantu
dalam pengembangan produk yang
dapat memenuhi harapan konsumen, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan menjaga daya saing di pasar industri pangan yang kompetitif. Pemilihan
ketua ASENSINDO dilakukan secara
virtual melalui Zoom yang menjadi
bagian dari kegiatan Kongres dan Kuliah
Umum ASENSINDO, 12 Juli 2023 lalu. Dalam sambutannya pascapemilihan, Wahyudi David menyampaikan agar
ASENSINDO dapat mewadahi banyak sektor yang terkait dengan sensori.
“Sensori bukan hanya uji pelengkap, tetapi jauh lebih dari itu banyak
prosedur yang dapat digunakan
dalam konteks komersialisasi maupun akademi. Untuk itu, kami berharap agar
dapat terus bekerja sama multisektoral sehingga lahirnya ASENSINDO dapat menjadi tonggak pengembangan sensori di Indonesia,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, ia juga mengucapkan banyak terima kasih kepada tim
formatur ASESINDO yakni Prof. Dr. Dede Adawiyah (IPB), Dr. Ervina (Binus), Dr. Zainal (Universitas Hasanuddin), Dr. Dwi Larasatie Nur Fibri (Universitas
Gadjah Mada), Dr. Wenny Bekti
Sunarharum (Universitas Brawijaya), Dr. Anton Rahmadi (Univeristas
Mulawarman), dan Dr. Kiki Fibrianto (Universitas Brawijaya) yang selalu memberikan arahan dan masukkan
untuk kelangsungan ASENSINDO
melebarkan kiprahnya baik di tingkat lokal dan global. “Keinginan kami ke depan semoga kehadiran ASENSINDO
dapat mewadahi tidak hanya di sektor pangan, tetapi juga sektor nonpangan. Semoga dapat terwujud dengan kerja
sama yang telah terjalin hingga saat ini,” pungkasnya. Fri-35
Rumput laut di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan lebih jauh.
Dikenal luas secara global, rumput
laut merupakan ingridien pangan yang
serbaguna dengan nilai gizi yang tinggi.
Perairan pesisir yang kaya di sekitar
Indonesia menyediakan lingkungan
yang ideal untuk budidaya rumput laut, dengan beragam spesies yang tumbuh
subur di perairan tersebut. Rumput
laut bukan hanya merupakan sumber
daya yang berkelanjutan dan dapat
diperbaharui, tetapi juga kaya akan zat
gizi, termasuk vitamin, mineral, dan asam amino penting. Potensi rumput
laut Indonesia untuk industri pangan
sangat menjanjikan, dengan manfaat zat
gizinya yang tinggi, beragamnya jenis spesies yang tersedia, dan prospek yang
menarik untuk produksi pangan yang
berkelanjutan
Pemerintah melalui Kementerian
Kelautan dan Perikanan akan
mengambangkan hilirisasi rumput
laut di dalam negeri, salah satunya dengan membangun pemodelan
budidaya rumput laut di lima lokasi.
“Strategi pemodelan digunakan untuk meningkatkan produktivitas rumput
laut sekaligus mendorong hilirisasi produk tersebut di dalam negeri. Untuk pelaksanannya, bisa menerapkan good aquaculture practices dari hulu ke hilir,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono dalam Siaran
Menteri Trenggono menambahkan
bahwa Indonesia memiliki lahan potensial untuk pengembangan rumput laut seluas 12 juta hektare yang tersebar di berbagai wilayah. Sejauh ini baru
0,8% potensi yang termanfaatkan dengan total produksi rumput laut tahun
2021 sekitar 9,09 juta ton. Produksi
rumput laut nasional didominasi jenis Eucheuma cottonii disusul Eucheuma spinosum, Gracilaria sp dan Sargassum sp. Nilai produksi rumput laut tahun
2021 sebesar Rp28.52 triliun. Tantangan lainnya, perdagangan rumput laut
Indonesia ke luar negeri sebagian besar dalam bentuk bahan baku. Hal ini karena belum optimalnya industri hilir di dalam negeri. Selain pemodelan, strategi lainnya yang diusung KKP
untuk meningkatkan produksi budidaya rumput laut nasional adalah melakukan revitalisasi di kampung budidaya dan sentra budidaya rumput laut, serta
pembangunan laboratorium kultur
jaringan rumput laut. Fri-35
Pengenaan BK tersebut diterapkan
untuk merek sebagaimana tercantum
dalam Keputusan Menteri Perdagangan
Nomor 1126 Tahun 2023 tentang
Daftar Merek Refined, Bleached, and Deodorized (RBD) Palm Olein dalam
Kemasan Bermerek dan Dikemas dengan
Berat Netto ≤ 25 Kg. “Saat ini, harga
referensi CPO mengalami peningkatan
yang menjauhi ambang batas sebesar
USD 680/MT. Untuk itu, merujuk pada
PMK yang berlaku saat ini, pemerintah
mengenakan BKCPO sebesar USD 18/
Periode Juli 2023, harga referensi
produk minyak kelapa sawit
(crude palm oil/CPO) untuk
penetapan bea keluar (BK) dan tarif
Badan Layanan Umum Badan Pengelola
Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BLU BPDP-KS) atau biasa dikenal sebagai
Pungutan Ekspor (PE) periode 1-15
Juli 2023 adalah USD 747,23/MT,
menguat USD 23,78 atau 3,29% dari
periode 16-30 Juni 2023. Penetapan
harga referensi CPO tersebut tercantum
dalam Keputusan Menteri Perdagangan
Nomor 1125 tahun 2023 tentang Harga
Referensi Crude Palm Oil yang Dikenakan
Bea Keluar dan Tarif Layanan Umum
Badan Pengelola Dana Perkebunan
Kelapa Sawit. Selain itu, minyak goreng (refined, bleached, and deodorized/RBD
palm olein) dalam kemasan bermerek
dan dikemas dengan berat netto ≤25 kg
dikenakan BK USD 0/MT.
MT dan PE CPO sebesar USD 75/MT
untuk periode1-15 Juli 2023,” kata
Direktur Jenderal Perdagangan Luar
Negeri Kementerian Perdagangan Budi
Santoso dalam Siaran Pers Kementerian Perdagangan.
Menurut Budi, peningkatan harga referensi CPO dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya kekhawatiran pasar atas produksi CPO yang menurun akibat cuaca kering dan panas dan adanya peningkatan impor CPO di India. Sementara itu, harga referensi biji kakao periode Juli 2023 ditetapkan sebesar
USD 3.114,88/MT, naik USD 145,79
atau 4,91% dari bulan sebelumnya.
Hal ini berdampak pada peningkatan
Harga Patokan Ekspor (HPE) biji kakao
pada Juli 2023 menjadi USD 2.812/MT, naik USD 142 atau 5,31% dari periode sebelumnya. Fri-35
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat konsumsi susu per kapita di Indonesia baru mencapai 16,27 kg per kapita per tahun, atau di bawah rata-rata negara-negara di Asia Tenggara. Sementara itu, pada tahun 2022, kebutuhan susu mencapai 4,4 juta ton, namun produksi susu segar kita baru mencapai 968.980 ton. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi hal tersebut seperti kecilnya skala
kepemilikan sapi, lahan terbatas, mahalnya biaya pembesaran, kurangnya pemahaman terhadap good dairy farming practices, mandeknya regenerasi peternak karena rendahnya minat anak muda (usia rata-rata peternak sapi perah Indonesia adalah 56 tahun), serta deraan penyakit kuku dan mulut (PMK) yang pernah menjangkiti lebih dari 538 ribu ternak di 17 provinsi pada tahun lalu, di mana 72 ribu ekor adalah sapi perah.
“Rendahnya minat anak muda ini sudah semestinya menjadi pengingat kita bersama. Untuk itu, program “Young Progressive Farmer Academy” menjadi penting sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas peternakan sapi perah di Indonesia. Program yang
dihelat PT Frisian Flag Indonesia (FFI) ini mendapat apresiasi Kementerian Perindustrian (Kemenperin). “Melalui program ini, para peternak muda dapat berperan untuk meningkatkan
produksi susu dalam negeri. Sebab, saat ini pasokan bahan baku susu dalam negeri baru tersedia 20%,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu
Juli Ardika di Jakarta.
Program "Young Progressive Farmer Academy” adalah salah satu inisiatif
Frisian Flag Indonesia untuk mendorong minat anak muda menjadi peternak dan meningkatkan kesejahteraan
peternak sapi perah di Indonesia
melalui pengembangan kapasitas. Program tersebut juga bertujuan untuk mencari peternak muda yang berpikiran progresif dalam mengembangkan
peternakan sapi perah yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan mereka, tetapi juga berkelanjutan atau ramah
lingkungan. “Hal ini sejalan dengan upaya mewujudkan masyarakat yang sehat, sejahtera, dan selaras dengan lingkungan,” pungkasnya. Fri-35
Industri persusuan (dairy) telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Dalam beberapa dekade terakhir, sektor ini merupakan yang paling dinamis dan inovatif di industri pangan. Perkembangan teknologi, peningkatan kesadaran konsumen akan kandungan zat gizi dan kesehatan, serta perubahan tren konsumsi telah mendorong transformasi yang signifikan dalam industri persusuan. Dari produk susu tradisional hingga inovasi baru seperti susu berbasis nabati. Industri persusuan terus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi konsumen yang semakin beragam. Meski demikian, inovasi dan segala hal terkait dengan produk pangan penting untuk terus memerhatikan aspek mutu dan keamanan yang berlaku.
Di Indonesia, untuk memastikan aspek tersebut, produk yang beredar perlu memenuhi beberapa regulasi yang diterapkan oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI (BPOM). Regulasiregulasi tersebut di antaranya adalah
1) Undang-Undang No. 18 Tahun 2012
tentang Pangan, 2) Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja, 3) Undang-Undang Nomor 33
Tahun 04 tentang Jaminan Produk
Halal, 4) Peraturan Pemerintah Nomor
17 Tahun 2015 tentang Ketahanan
Pangan dan Gizi, 5) Peraturan
Pemerintah Nomor 85 Tahun 2019
tentang Keamanan Pangan, 6) Peraturan
Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999
tentang Label dan Iklan Pangan, 7)
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko. “Di Indonesia, pangan olahan yang diproduksi atau
dimasukkan untuk diedarkan dilarang
menggunakan bahan baku yang dapat
mengganggu, merugikan, dan/atau
membahayakan; dan/atau bahan
baku yang mengandung narkotika, psikotropika, nikotin, tumbuhan
yang dilindungi, dan/atau satwa yang dilindungi,” ujar Ketua Tim Standardisasi dan Pengkajian Bahan Baku, Kategori, dan Informasi Produk Pangan Olahan, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan, Badan POM, Yeni Restiani, S.Si., Apt., MP. dalam FoodReview Indonesia In-Depth
Seminar: Designing Better Dairy Products yang diselenggarakan oleh FoodReview
Indonesia pada 8 Juni 2023 lalu di Bogor.
Lebih lanjut, Yeni juga menjelaskan mengenai susu dan produk susu yang sesuai dengan regulasi di BPOM.
Susu masuk ke dalam kategori 01.0 produk-produk susu dan analognya, kecuali yang termasuk kategori 02.0.
Pengetahuan terkait kategori pangan
kemudian berlanjut pada implementasi
kategori pangan pada penggunaan label. Berdasarkan Pasal PerBPOM No.
31 Tahun 2018 tentang Label Pangan
Olahan dalam Ayat (2) disebutkan
bahwa nama jenis pangan olahan harus menunjukkan karakteristik spesifik
pangan olahan sesuai dengan kategori
pangan, kemudian dalam Ayat (4)
mengenai pangan olahan telah diatur
dalam SNI yang diberlakukan wajib, penggunaan nama jenis pangan olahan harus sesuai dengan SNI. “Untuk produk susu, juga terdapat ketentuan tersendiri
seperti pada produk susu (susu bubuk, susu UHT, susu pasteurisasi, dan susu steril) wajib mencantumkan tulisan
peringatan yang memuat: Tidak untuk
menggantikan Air Susu Ibu; Tidak cocok
untuk bayi sampai usia 12 bulan,” imbuh
Yeni. Untuk mengimplementasikan kategori pangan, juga perlu dilakukan
perhitungan karakteristik dasar.
“Perhitungan karakteristik dasar terkait komponen susu dalam pangan olahan meliputi: kadar lemak susu, total padatan susu bukan lemak, lemak susu dari total padatan, lemak susu dihitung terhadap bahan kering, kadar protein susu, kandungan padatan susu, dan kadar air terhadap bahan tanpa lemak,” pungkas Yeni.
Pengembangan alternatif susu berbasis nabati telah menjadi tren yang signifikan dalam industri pangan, baik untuk alasan kesehatan, keberlanjutan, maupun etika. Produk susu nabati, seperti susu kedelai, almond, oat, dan kacang-kacangan lainnya, menawarkan alternatif yang bebas dari produk
hewani dan dapat menjadi pilihan yang menarik bagi individu dengan preferensi pola konsumsi tertentu, seperti vegetarian atau vegan. Dengan inovasi yang terus berkembang, industri susu nabati terus menghadirkan produk yang semakin mirip dengan rasa dan tekstur susu sapi, menjadikannya pilihan yang menarik bagi konsumen yang ingin beralih ke pola konsumsi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kendati demikian, ada beberapa tantangan ketika menciptakan produk berbasis protein nabati seperti pentingnya pertimbangan dalam
memilih bahan baku yang meliputi kualitas, asal, hingga sumbernya. Hal
ini penting untuk melihat komposisi fisiologi yang berbeda pada tingkat
lemak, protein, serat, dan ukuran partikel yang bervariasi.
“Selain itu, tantangan lain adalah sifat organoleptik yang sering diasosiasikan dengan ‘off-notes’ dan juga rasa kacang, pahit, dan lain sebagainya,” tutur
Senior Applicationn Specialist Dairy & Ice Cream, Palsgaard Asia Pacific, Chua
Li Ying. Dalam kesempatan tersebut, Li Ying juga memaparkan mengenai
tren-tren yang muncul selama tahun
2023 mengenai produk susu dan alternatif susu, serta faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi kategori terkait. Konsumen mencari produk yang tidak hanya enak rasanya, tetapi juga fungsional dan bermanfaat bagi
kesehatan mereka. Selain itu, konsumen juga menuntut lebih banyak protein dari berbagai sumber. Selanjutnya, setelah rasa dan flavor, tekstur adalah
atribut konsumen yang paling penting
selanjutnya untuk produk-produk
berbasis nabati. “Clean label pada
produk pangan, jejak karbon dan air
serta kesejahteraan hewan akhirnya juga
bermain penting dalam pengembangan produk berbasis nabati bagi konsumen saat ini,” tambah Li Ying.
Meski altenatif susu berbasis
nabati terus mengalami peningkatan, produk susu tradisional (susu sapi)
tak kehilangan kiprahnya bahkan terus
berinovasi untuk menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan
konsumennya. Salah satu hal yang
perlu diperhatikan dalam mendesain
minuman berbasis susu adalah peran
bahan tambahan pangan seperti
penggunaan pengemulsi dan penstabil. Keduanya memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas dan stabilitas minuman berbasis susu. Pengemulsi adalah zat yang membantu mencampur dan menyebarkan molekul lemak secara merata dalam minuman, mencegah
terjadinya pemisahan atau pengendapan krim. Selain itu juga meningkatkan tekstur, kenikmatan saat dikonsumsi, dan pengalaman sensori secara keseluruhan dari produk minuman. Di sisi lain, penstabil membantu menjaga kestabilan dan konsistensi minuman dengan mencegah pengendapan partikel padat atau bahan lainnya. Berkontribusi pada kelembutan dan kekentalan produk, memastikan pengalaman minum yang diinginkan dan menarik.
“Penggunaan pengemulsi dan penstabil yang sesuai dalam minuman berbasis susu tidak hanya
meningkatkan umur simpan produk, tetapi juga meningkatkan penampilan, tekstur, dan penerimaan konsumen
secara keseluruhan,” ujar Guru Besar
Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan, IPB University, Prof. Dr. Nuri Andarwulan. Ada beberapa jenis pengemulsi yang biasa digunakan seperti lesitin, mono- and diacylglycerol (MDAG), Diacetyl Tartaric Acid Esters of Mono- and Diglycerides (DATEM), Emulsifier Complexes, Sodium or Calcium
Stearoyl Lactylate – (SSL or CSL). “Ada karakteristik yang ideal untuk sebuah pengemulsi di antaranya adalah dapat mengurangi tegangan antarmuka dua cairan yang tidak bercampur, stabil baik dari segi fisik dan kimia, inersia, dan kompatibel dengan ingridien lain di dalam formulasi. Tidak menyebabkan
iritasi, tidak beracun dalam konsentrasi yang digunakan serta tidak memberikan warna atau rasa pada produk pangan yang ditambahkan,” imbuh Nuri.
Dalam kesempatan yang sama,
Guru Besar Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, IPB University, Prof. Dr. Purwiyatno Hariyadi juga menuturkan bahwa minuman yang menyediakan zat gizi dan kenyamanan semakin populer di kalangan konsumen yang fokus pada kesehatan dan kesejahteraan. Hal ini pula yang mendorong pertumbuhan minuman berbasis susu. Di Indonesia, pertumbuhan ini bisa dilihat dari produk minuman berbasis susu yang awet pada suhu ruang (shelf-stable). “Pengertian ini berarti produk pangan yang aman disimpan pada suhu ruang dan tidak mudah rusak. Tentu, produk ini juga tidak memerlukan penyimpanan pada lemari es kecuali setelah dibuka,” ujarnya. Merujuk pada US-FDA (21CFR120.3), produk shelf stable berarti produk yang disegel rapat dan, saat disimpan pada suhu ruangan, tidak menunjukkan pertumbuhan mikroba apa pun. Produk pangan ini dikategorikan menjadi dua kelompok yakni (i) pangan asam/diasamkan, dan (ii) pangan berasam rendah. Fri-35
pengolahan air limbah (dengan
konsumsi energi dan air pada nilai emisi CO2 yang jauh lebih rendah dan tanpa adanya limbah di Tempat Pembuangan
Berfokus pada flavor, Kerry meresmikan pusat manufaktur
baru “Karawang Taste Facility”
yang berlokasi di Karawang, Jawa
Barat, Indonesia. Flavor Asia Tenggara, terutama Indonesia memiliki spektrum
yang sangat luas dan potensial untuk
dikembangkan lebih lanjut. Cita rasa
otentik yang berasal dari kuliner lokal
seperti soto ayam berbumbu kunyit, bumbu balado, dan lain sebagainya.
“Flavor Indonesia seakan tidak ada
habisnya untuk dieksplorasi. Kami ingin
membawa cita rasa ini lebih global dengan menggabungkan teknologi
yang kami miliki sehingga flavor khas
Indonesia ini dapat diaplikasikan lebih
luas dalam variasi produk pangan,” tutur
President & CEO, Kerry Asia Pacific, Middle East & Africa, John Cahalane
dalam Konferensi Pers di pabrik Kerry
Karawang yang berlangsung beberapa
waktu lalu.
Dalam kesempatan tersebut, juga disebutkan mengenai aspek
keberlanjutan yang diaplikasikan di dalam pabrik. Beberapa inisiatif
berkelanjutan seperti instalasi
Akhir, TPA). Selain itu, terdapat pula pengendalian iklim terkomputerisasi yang memungkinkan pengumpulan data untuk meningkatkan efisiensi serta penggunaan sumber-sumber lokal dan peralatan utilitas yang dirancang sesuai standar efisiensi energi terkini.
“Pembukaan pabrik ini tidak hanya dalam rangka memperluas jangkauan pasar Asia Tenggara, tetapi juga mempertimbangkan bagaimana produk pangan dengan gizi yang lebih berkelanjutan juga dibentuk di sini. Dengan kerja sama beberapa produsen pangan terdepan, kami akan memanfaatkan teknologi global kami untuk menciptakan cita rasa yang sesuai dengan preferensi spesifik konsumen Asia,” ujar CEO Kerry Group, Edmond Scanlon. Selain melengkapi pabrik lainnya di Indonesia, Kerry Karawang
Taste Facility juga berkomitmen untuk terus menjaga mutu dan kualitas dari cita rasa, fungsionalitas, kesehatan, dan kebugaran.
“Pabrik Karawang adalah langkah maju yang signifikan dalam mewujudkan dunia dengan gizi yang lebih
berkelanjutan, di mana kami berinovasi dengan para pelanggan kami dalam
menciptakan produk-produk yang lezat dan berkualitas,” pungkasnya. Fri-35
Beberapa waktu lalu, International Agency for Research on Cancer (IARC), merilis sebuah catatan
tanya-jawab (https://monographs.iarc. who.int/wp-content/uploads/2023/06/ Meeting134-QA-June2023.pdf ) berisi
evaluasi lebih lanjut terkait efek karsinogenik (atau penyebab kanker)
yang disebabkan oleh pemanis aspartam pada manusia. Hasil ini sempat
membuat keramaian di media sosial dan media arus utama. Meskipun, disebutkan
bahwa hasil lebih lanjut mengenai
temuan tersebut akan diumumkan pada 14 Juli 2023.
Hasil penilaian terhadap dampak
kesehatan pemanis buatan non-gula
aspartam dirilis pada tanggal
14 Juli
2023 oleh International Agency for Research on Cancer (IARC), World Health Organization (WHO), dan Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari
Food and Agriculture Organization (FAO) (https://www.who.int/news/item/1407-2023-aspartame-hazard-and-riskassessment-results-released). Dalam
rilis tersebut aspartam masuk ke dalam
kelompok 2B “dimungkinkan berisiko
kanker pada manusia” dan JECFA
mengonfirmasi konsumsi harian yang
diterima sebesar 40mg/kg berat badan.
Kedua lembaga tersebut melakukan
tinjauan independen namun saling
melengkapi untuk menilai bahaya
potensi karsinogenik dan risiko
kesehatan lain yang terkait dengan
konsumsi aspartam. Ini merupakan kali
pertama IARC mengevaluasi aspartam
dan kali ketiga bagi JECFA. Setelah
meninjau literatur ilmiah yang tersedia, kedua penilaian mencatat keterbatasan
dalam bukti yang ada terkait dengan
kanker (dan efek kesehatan lainnya).
IARC mengklasifikasikan aspartam
sebagai “dimungkinkan berisiko
kanker pada manusia” (Grup IARC 2B)
berdasarkan bukti terbatas mengenai kanker pada manusia (khususnya, karsinoma hepatoseluler, yaitu jenis kanker hati). Terdapat juga bukti terbatas mengenai kanker pada hewan percobaan dan bukti terbatas terkait dengan mekanisme yang mungkin menyebabkan kanker.
JECFA menyimpulkan bahwa data yang dievaluasi tidak memberikan alasan yang memadai untuk mengubah jumlah harian yang diterima sebelumnya (ADI) sebesar 0-40 mg/kg berat badan untuk aspartam. Oleh karena itu, komite tersebut mengonfirmasi bahwa aman bagi seseorang untuk mengonsumsinya dalam batas ini per hari. Sebagai contoh, dengan sebuah kaleng minuman ringan diet yang mengandung 200 atau 300 mg aspartam, seorang dewasa dengan berat badan 70 kg perlu mengonsumsi lebih dari 9-14 kaleng per hari untuk melebihi jumlah harian yang diterima, tanpa memperhitungkan konsumsi dari sumber pangan lain.
Aspartam adalah pemanis buatan yang sudah banyak digunakan secara meluas sejak tahun 1980 untuk beberapa produk pangan. Beberapa produk yang menggunakan aspartam
sebagai pemanis seperti minuman soda diet, minuman kemasan, permen karet, es krim, sereal, yoghurt, dan lain sebagainya. Fri-35
produksi PT Galih Sagu Papua (GSP)
adalah salah satu produsen yang
mengolah sagu menjadi beras. CoFounder PT GSP, Leisy Chandra
mengatakan bahwa sejak 2021 BSMP
resmi dikomersialkan dan cocok untuk masyarakat yang mengadopsi pola
hidup sehat. Beras Sagu Mama Papua
memiliki warna merah cokelat gelap, dengan komposisi 80% tepung sagu
dan tepung jagung yang (juga) bebas
gluten dan gula. Produksi beras sagu ini kini mencapai sekitar 18 ton per bulan, namun bisa kurang dan lebih tergantung banyaknya permintaan pembelian yang diterima. Leisy mengungkap tak kesulitan memperoleh tepung sagu
Tak banyak yang tahu bahwa sagu
kini tersedia dalam bentuk bulir seperti beras. Namanya beras
sagu. Sebenarnya, beras sagu sudah dikembangkan oleh Badan Penerapan
dan Pengkajian Teknologi (BPPT) sejak
2014. Menggunakan teknologi esktruder, beras sagu dibentuk menyerupai
bulir beras. Beras sagu diharapkan
menjadi alternatif sumber karbohidrat
pengganti nasi. Beras sagu diklaim lebih
menyehatkan karena mengandung
angka indeks glikemik yang rendah
sehingga dapat mengurangi kadar gula
dalam darah, menurunkan berat badan dan menurunkan risiko penyakit jantung dan diabetes.
Beras Sagu Mama Papua (BSMP)
sebagai bahan utama, karena pihaknya bekerja sama dengan ANJ Group. Beras Sagu Mama Papua tersedia dalam
berbagai kemasan, mulai dari 200 gr, 1 kg, 5 kg, dan 20 kg. Untuk diferensiasi, beras sagu ukuran 200 gr tersedia dalam
berbagai varian bumbu seperti bumbu
balado, bumbu bali, bumbu rendang, bumbu nasi uduk, dan bumbu gulai.
Dengan klaim bebas gula, bebas
gluten, rendah glikemik indeks, rendah natrium dan tanpa bahan pengawet, beras sagu ini bisa menjadi pilihan bagi Anda yang ingin mencoba menjalankan pola makan sehat. Produk ini dipasarkan secara daring di berbagai lokapasar, dan di pasar lokal dan ritel seluruh Indonesia. Fri-12
Kitosan merupakan limbah
cangkang udang yang
potensial dijadikan
sebagai bahan baku edible
coating. Di Indonesia, cangkang
udang termasuk kepala, kulit, dan ekor sangat berlimpah
karena udang diekspor dalam
bentuk daging beku tanpa
bagian-bagian tersebut. Selain
itu, sudah sejak lama, proses
pascapanen menjadi titik
kritis di mana susut pangan (food loss) dapat terjadi, terutama pada
sayur dan buah. Aplikasi penggunaan
edible coating dapat menjadi salah satu alternatif untuk mencegah susut pangan
karena bisa memperpanjang masa simpan sayur dan buah.
Hal tersebut yang melatarbelakangi
M. Hafid Rosidi menciptakan Chitasil, edible coating berbahan kitosan.
Memulai penelitian di tahun 2018, Chitasil berhasil dipasarkan pada
2019. Hafid menyasar para produsen kelompok tani, distributor, industri ekspor impor serta ritel buah dan sayur untuk memasarkan produknya. Produk ini tersedia dalam bentuk cair dan bisa langsung digunakan dengan cara menyemprotkan atau mencelupkan buah dan sayur ke dalamnya.
“Untuk memperpanjang masa simpan nanas, salak, dan wortel biasanya Chitasil hanya disemprotkan ke seluruh
permukaan produk, dan untuk pisang, mangga, dan tomat sebaiknya dicelupkan hingga seluruh bagian buah dan sayur tercelup”, tutur Hafid. Dengan cara seperti ini maka masa simpan buah dan sayur tersebut rata-rata meningkat 2-3 kali lebih lama jika disimpan dalam suhu ruang. Hafid mengungkap 1 liter edible coating miliknya dapat digunakan untuk 1 ton buah dan sayur.
Edible coating berbahan baku kitosan, asam organik dan aquades ini bisa dikatakan 100% alami, ramah lingkungan, tidak berbau, berasa, transapran, dan aman dikonsumsi. Hal ini telah teruji dan dibuktikan oleh lebih dari 20 komunitas yang menggunakannya. Hafid mengatakan bahwa produknya dapat menjaga kelembapan di dalam buah dan sayur, mencegah oksigen masuk sehingga dapat menghambat proses oksidasi dan pencokelatan, serta bersifat antibakteri sehingga mencegah pembusukan sayur dan buah.
Meski sudah dipasarkan secara luring dan daring namun Hafid mengaku masih harus melakukan promosi, kampanye dan edukasi bahwa penggunaan edible coating ini lebih baik untuk membantu mengurangi susut pangan. Hafid berencana akan menjajal pasar internasional, dengan mengekspor produknya ke negara produsen sayur dan buah yang sesuai dengan hasil riset perusahaan. Fri-12
JULI
FOOD & HOTEL INDONESIA
Jakarta International Expo, 25 - 28 Juli 2023
Jogja International Food & Hotel Expo 2023
Yogyakarta, 4-6 Agustus 2023
Indonesia Halal Industry & Islamic Finance Expo
Jakarta, 10-13 Agustus 2023
The 3rd Indonesia International Food & Beverages Processing, Packaging, Ingredients and Supply Chain Exhibition 2023
Jakarta, 23-25 Augustus 2023
Bali Interfood Expo
Bali, 7-9 September 2023
Jakarta International Premium Product Fair 2023
Jakarta, 14-17 September 2023
Celebes International Food & Hotel Expo 2023
Makassar 6-8 Oktober 2023
SIAL Interfood
Jakarta, 8-11 November 2023
Solo Food Beverage and Chef Festival
Solo, 8-10 Desember 2023
Oleh Wahyudi David
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Bakrie
dan Asosiasi Sensori Indonesia (Asensindo)
Industri pangan merupakan
bagian dari sektor industri pengolahan yang memiliki
kontribusi signifikan terhadap
perekonomian Indonesia.
Kontribusi industri pengolahan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022
mencapai angka 18%. Di dalam sektor industri pengolahan, industri pangan tercatat tumbuh sebesar 4,9%.
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI)
memproyeksikan industri pangan bertumbuh 5-7%. Hal ini dipicu oleh
pertumbuhan konsumsi produk olahan pangan di Indonesia.
Untuk mampu bersaing dalam pertumbuhan ini dibutuhkan inovasi produk pangan. Pengembangan produk pangan olahan saat ini sudah berubah secara perlahan bergeser dari product/resources driven innovation ke consumer driven innovation. Oleh sebab itu maka dibutuhkan riset yang
berbasis penerimaan konsumen dalam pengembangan produk.
Sensori merupakan salah satu cara uji untuk mengetahui apakah produk pangan dapat diterima oleh konsumen. Analisis sensori mengukur karakteristik dari produk pangan seperti tekstur, flavor, rasa, tampilan, aroma dan lainnya.
Pada prinsipnya evaluasi tidak hanya
mencakup prosedur namun juga kriteria penelis serta analisis statistik yang tepat sehingga memberikan hasil dan intepretasi yang tepat pula.
Penetapan tujuan dari evaluasi sensori akan sangat menentukan peran dan jumlah dari panelis dalam uji tersebut, apakah sabagai konsumen atau sebagai “alat penguji’’. Objektif atau tujuan uji yang jelas juga berdampak pada penentuan prosedur dan analisis statistik yang tepat untuk digunakan.
Perkembangan evaluasi sensori
saat ini tidak hanya mengukur respon
indra manusia saja namun juga telah
menggunakan unsur persepsi. Persepsi
merupakan pemaknaan dalam proses
pengindraan, sehingga setiap panelis
bisa saja memiliki persepsi yang
berbeda-beda tergantung pada banyak
hal, seperti misalnya latar belakang
budaya, agama, tingkat ekonomi, sosial dan lain sebagainya. Persepsi
panelis lebih cenderung terkait dengan
penafsiran informasi yang diterima yang mungkin berhubungan dengan interaksi di masa lalu.
Analisis Sensori yang tradisional seperti uji pembedaan, uji deskriptif, preferensi dan uji hedonik masih tetap banyak digunakan dan berkembang
menjadi teknik yang lebih baru, lebih cepat dan lebih lengkap, seperti Check All That Apply (CATA), napping (N), Flash Profile, Temporal Dominance Sensation dan lainnya. Selain itu, aspek sosialekonomi, lingkungan, pengetahuan gizi, diet, emosi, kesehatan, kemasan dan lainnya menjadi faktor analisis.
Pada 2021 sudah diterbitkan ISO 20784:2021 Guidance on substantiation for sensory and consumer product claims di mana banyak sekali produsen pangan membuat klaim terkait atribut sensori dari produknya. Pada awalnya klaim sensori ini hanya sebatas produk kosmetik namun saat ini tidak sedikit pula produsen pangan memberikan informasi pada kemasannya terkait klaim sensori.
Oleh sebab itu, saat ini sudah dikembangkan analisis multisensori yang menggabungkan antara karakteristik sensori dari produk dengan aspek emosional panelis/konsumen (nonsensori). Aspek emosional ini misalnya terkait dengan brand, sehingga produk yang dikembangkan akan sesuai dengan harapan emosional dari konsumen. Untuk dapat mendeteksi respon panelis yang alami, maka saat ini juga dikembangkan true-to-life testing, di mana pengujian sensori diupayakan akan mirip dengan kondisi sesungguhnya saat dikonsumsi secara normal. Tentunya dalam pengumpulan data respon panelis tersebut data yang dikumpulkan akan menjadi lebih komplek, seperti mengambil/ menangkap data dalam bentuk facial coding yang akan memberikan informasi
terkait dengan intensitas emosional dalam proses konsumsi.
Dengan adanya perkembangan
kecerdasan buatan Artificial Intelengence (AI), serta bantuan mechine learning
memudahkan pengembangan produk.
AI dan data mining akan memperkaya
pengetahuan tentang kebutuhan
konsumen. Sebagai contoh misalnya, hasil data mining dapat dilakukan
text analysis atau sentiment analysis
dari media daring yang kemudian
memberikan gambaran tentang
karakteristik sensori apa yang menjadi
kunci pada produk yang dikembangkan.
Untuk pemenuhan kebutuhan akan analisis data yang cukup kompleks
tersebut maka dibutuhkan suatu metode yang sudah multi-variable atau multi-attribute. Karena sangat banyak
informasi yang didapat belum dapat
dimanfaatkan sebagai data dalam analisis sensori, sehingga terkadang
hasil analisis menjadi tidak compatible dalam menjawab secara objektif, sebagai gambaran umum, pilihan analisis
statistik yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.
Sebagai contoh, misalnya preference mapping (PM), PM menggunakan data
yang bersifat uji beda, uji kesukaan dan uji deskripstif sekaligus, sehingga pengolahan datanya dapat berupa
Multifactor Analysis (MFA). MFA
merupakan analisis statistik yang
mampu mengolah data kuantitatif dan
kualitatif dalam grup yang terstruktur.
Adapun tampilan dari MFA dapat
berupa Principle Component Analysis (PCA) dan Multiple Correspondence Analysis (MCA). Saat ini PM sudah bisa ditampilkan dalam bentuk Countour
Plot sehingga dapat diketahui secara spesifik hubungan preference data
dengan objektif data, lebih lanjut dapat
memudahkan intepretasi data dan dapat
menjawab apakah ada hubungan antara preferensi panelis/konsumen dengan
karakteristik yang dikembangkan.
Kelebihan lain analisis PM ini yaitu dapat
menggunakan beberapa sampel dan mengidentifikasi berbagai stratifikasi demografi dari panelis/konsumen yang terlibat. Untuk menunjang analisis ini, sudah banyak perangkat lunak aplikasi statistik yang menyediakan fitur khusus sehingga memudahkan analisis sensori
dengan kompleksitas data yang ada. Pada akhirnya, tren perkembangan ilmu sensori dipengaruhi oleh perkembangan aplikasi statistik, psikologi dan ilmu pemasaran. Namun demikian, penggunakan analisis sensori tradisional tetap akan digunakan dengan menggabungkan dengan analisis lebih cepat dengan bantuan teknologi dan multi-disiplin. Evaluasi sensori menjadi bagian dalam pengambilan keputusan dalam pengembangan produk pangan bukan saja terkait dengan keputusan dalam strategi pasar namun juga apakah produk dapat diterima oleh konsumen.
Referensi:
Ruiz-Capillas, C.; Herrero, A.M. Sensory Analysis and Consumer Research in New Product Development. Foods 2021, 10, 582. https://doi.org/10.3390/ foods10030582
Sarah Kemp (2021), Trends in food sensory science. Food Science and Technology, 35: 46-50. https://doi. org/10.1002/fsat.3504_13.x
Gabungan Produsen
Makanan Minuman Indonesia
Pemerintah Indonesia, melalui
Kantor Dagang & Ekonomi
Indonesia (KDEI) di Taipei
ikut serta dalam Pameran Taipei
International Food Show yang
diselenggarakan pada 14–17 Juni 2023 di Taipei, Taiwan. Pada pameran kali ini, KDEI mengajak serta beberapa produsen pangan yang telah dikurasi untuk disesuaikan dengan selera konsumen
Taiwan.
Ketua Umum GAPMMI, Adhi Lukman
didampingi Sekjen GAPMMI, Indrayana
juga turut menghadiri rangkaian
kegiatan the 4th Indonesia-Taiwan
Dialogue on the Food Industry di Taipei, Taiwan pada 12-16 Juni 2023 lalu.
Keduanya melakukan kunjungan ke
Food Industry Research and Development Institute (FIRDI) dan ke perusahaan Biozyme. Perusahaan Biozyme adalah perusahaan enzim pertama yang
terdaftar secara legal di Taiwan dan merupakan perusahaan terbesar di dunia yang telah beroperasi selama lebih dari 40 tahun. Biozyme memproses produk sayuran dan buah-buahan lokal menjadi produk enzim konsentrat tinggi
bergizi melalui proses sistem fermentasi berlapis.
Pertemuan tersebut kemudian
dilanjutkan di Bureau of Foreign Trade, Ministry of Economic Affairs Taiwan. Delegasi Indonesia dipimpin oleh
Sesditjen Industri Agro, didampingi
Kepala KDEI Taipei, Direktur ASDIPI,
Sesditjen KPAII, perwakilan Sesditjen
Industri Agro, Direktorat IMLHP, Direktorat Industri Mintemgar, Ketua
Umum & Sekjen GAPMMI, serta beberapa perusahaan Indonesia.
Sementara delegasi Taiwan dipimpin oleh Deputy Director General, Bureau of Foreign Trade, Ministry of Economic Affairs, didampingi oleh Taiwan Food & Drug Administration (TFDA), TETO, CDRI, CSR, FIRDI dan TAITRA serta beberapa perusahaan lokal. Pertemuan
tersebut membahas beberapa hal penting terkait kerja sama industri
tepung glukomanan Indonesia, teknologi untuk meningkatkan umur simpan rempah, pabrik cerdas, kerja sama sektor swasta dan pameran industri pangan, kerja sama ingridien pangan natural serta membahas regulasi keamanan pangan di Taiwan berkenaan dengan masalah impor mi instan asal Indonesia.
Masih dalam rangkaian kegiatan tersebut, juga diadakan Taiwan
Indonesia Halal Food Business Seminar
2023. Dalam seminar ini, Kepala
Badan Penyelenggara Jaminan Produk
Halal (BPJPH) Kementerian Agama, Muhammad Aqil Irham dan Ketua
Umum GAPMMI, Adhi Lukman menjadi
narasumber utama. Kepala BPJPH
menyampaikan beberapa perspektif
era baru halal di Indonesia dan target
Pemerintah Indonesia sebagai global
hub for halal di tahun 2024.
Sementara itu, Ketua Umum GAPMMI
menyampaikan potensi, peluang dan tantangan industri pangan di Indonesia. Beliau menyampaikan, dari
segi nilai, Taiwan menjadi negara ke20 ekspor produk semi olahan dan produk pangan olahan Indonesia di tahun 2022 lalu. Ekspor produk pangan terbesar ke Taiwan meliputi krimer nabati, mi instan, suplemen pangan, wafer, biskuit, bihun, permen dan saus cabai. Peluang pengembangan industri pangan halal adalah populasi penduduk Muslim dunia yang terus bertambah (26,4% pada 2030), pengeluaran
konsumen untuk pangan halal adalah terbesar dalam perdagangan produk halal. Tantangannya, peraturan yang menjadi lebih ketat, kebijakan yang membatasi penyembelihan halal meningkat, meningkatnya harga pangan menyebabkan kerawanan pangan serta perbedaan dalam standar halal dan persyaratan sertifikasi yang merupakan hambatan untuk bisnis halal. Fri-27
Sekretariat GAPMMI
ITS Office Tower Lt. 8 Unit 16, Nifarro Park Jl. Raya Pasar Minggu KM. 18, Jakarta Selatan 12510
Telp/Fax. (021) 29517511; Mobile. 08119322626/27
Hp. 08156720614
Email: gapmmi@cbn.net.id
Website: www.gapmmi.id
Oleh Winiati P. Rahayu
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
SEAFAST Center IPB
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia
Preferensi konsumen mempunyai peran
penting dalam pengambilan keputusan
untuk konsumsi pangan sehari-hari.
Pendidikan keamanan pangan dan
penyebaran informasi yang semakin masif
melalui berbagai sarana mendorong
penyebaran mengenai pangan termasuk
keamanan pangan dengan lebih baik.
Konsumen semakin menyadari
bahwa mereka mempunyai hak
pilih dan dapat menggunakan
preferensinya untuk menilai, memilih dan kemudian mengonsumsi pangan.
Kondisi pandemi COVID-19 yang sempat terjadi juga banyak memengaruhi
preferensi konsumen terhadap pangan.
Selain kondisi pandemi COVID-19 yang cenderung menjadikan konsumen
lebih sadar akan kesehatan tubuhnya, adanya perubahan iklim, kesadaran
akan limbah pangan dan perhatian
terhadap kemungkinan tersedianya
sumber pangan baru turut mendorong
terjadinya perubahan perilaku dan pilihan konsumen terhadap pangan.
Secara naluri konsumen akan
mencari, memilih, dan mengonsumsi
pangan yang enak/lezat, mudah di
dapat dan murah. Hal ini karena acara
makan telah menjadi kebiasaan yang
menyenangkan. Maka tidak heran
apabila selebrasi terhadap acara yang
menyenangkan dibarengi dengan acara
makan-makan dengan menu yang
beragam dan lezat. Perhatian terhadap
nilai gizi dan keamanan pangan dapat
terkalahkan oleh pertimbangan
kelezatan makanan. Padahal dari segi
kemanfaatan, konsumen harusnya
lebih mempertimbangan nilai gizi
pangan yang dikonsumsi dan dari
segi kesehatan konsumen harusnya
lebih mempertimbangan keamanan pangannya.
Beberapa kejadian besar seperti
layaknya pandemi COVID-19 telah
mendorong konsumen untuk belajar
berimprovisasi dan beradaptasi dengan
kondisi ini, meskipun telah melalui
kondisi tersebut, kebiasaan baru yang
telah menjadi praktik bagi konsumen
yang baik pascakeadaan ini salah
satunya adalah kebiasaan mencuci
tangan. Fasilitas cuci tangan sekarang ini
telah tersedia di mana saja. Kebiasaan
lainnya adalah perubahan perilaku
konsumen dalam pembelian, penyiapan, dan konsumsi pangan, konsumen cenderung masak sendiri di rumah dibandingkan dengan membeli makanan jadi yang jaminan keamanan pangannya bergantung dari penjual.
Kebiasaan pembelian pangan dan pola konsumsi konsumen memang
terus-menerus akan bergeser seiring dengan perubahan zaman dan pola hidup. Akhir-akhir ini berkembang
sumber pangan baru yang juga sangat banyak dikemukakan, dibahas dan dipamerkan dalam World Congress of Food Science and Technology di Singapura yaitu pangan berbasis
tumbuhan (plant based foods). Pangan ini digunakan sebagai alternatif dari
pangan hewani. Di Indonesia, hal ini
sudah lazim karena masyarakat kita
telah terbiasa mengonsumsi pangan asal
tumbuhan dalam pola pangan seharihari. Tahu, tempe, berbagai serealia, juga
sayur seperti jamur dan lainnya telah
memenuhi kebutuhan konsumsi pangan masyarakat kita.
Kondisi ini telah disambut baik
oleh industri pangan, mereka ingin
memenuhi kebutuhan konsumen yang
ingin hidup lebih sehat dengan pola
hidup sehat termasuk ketersediaan
pangan yang sehat pula. Industri pangan berusaha mengembangkan berbagai
jenis pangan dengan didasari atas
pemenuhan gizi khusus bagi konsumen tertentu, misalnya untuk segmen ibu
hamil, ibu menyusui, olahragawan, konsumen dengan diet tertentu, seperti misalnya yang membutuhkan rendah gula, garam dan lemak (GGL). Akhirakhir ini juga semakin banyak dan beragam pangan untuk tujuan khusus tersebut, misalnya untuk orang yang autis, orang yang tidak dapat mencerna laktosa, untuk mendukung kesehatan secara umum atau biasa dinamakan pangan fungsional.
Pangan berbasis tumbuhan umumnya
didesain untuk kebutuhan khusus, misalnya yang intoleransi laktosan
karena tidak mengonsumsi susu sapi
maka kebutuhannya akan dipenuhi
dari sari kacang-kacangan, misalnya
kacang hijau, kacang kedelai, kacang
tanah dan kacang almond. Di lain sisi, potensi alergen dapat terjadi akibat
konsumsi biji-bijian ini bagi yang peka. Tidak hanya alergen, biji-bijian yang
tidak terproses dengan baik di awal
menjelang atau sesudah panen dapat
ditumbuhi oleh kapang toksigenik
penghasil mikotoksin. Umumnya
potensi pada biji-bijian saat di ladang
dengan kadar air yang relatif masih
tinggi adalah cemaran kapang Fusarium
penghasil deoksinivalenol, fumonisin dan sebagainya. Penyimpanan bijibijian yang tidak kering benar pun
masih berpotensi dapat ditumbuhi
kapang penyimpanan seperti Aspergillus dan Penicillium toksigenik yang dapat
menghasilkan aflatoksin dan okratoksin. Cemaran lainnya pada bahan baku
ini adalah logam berat apabila ladang
pertaniannya berada di lingkungan
pabrik, landasan pesawat maupun
jalan tol. Oleh karena itu pergeseran
preferensi pun membutuhkan dukungan keamanan pangan terhadap pangan yang baru dikembangkan.
pengetahuan dan praktik
Survei yang pernah dilakukan di Jakarta terhadap pengetahuan dan praktik keamanan pangan selama
pandemi yang diikuti oleh 443
orang ibu rumah tangga bertujuan untuk mengetahui perubahan
preferensinya akibat adanya pandemi
covid 19. Responden yang umumnya
berpendidikan akademi/perguruan
tinggi, penghasilan sebanyak 4,5 juta –15 juta per bulan dan juga pengeluaran
untuk pangan sebesar 1-3 juta per bulan sedikit berubah preferensi terhadap pola konsumsi pangannya. Sumber
pangan siap saji yang banyak dipilih
responden adalah warung makan (36%)
dan pesan antar (30%) dengan alasan
rasa makanan yang sesuai dengan selera (46%). Peningkatan konsumsi pangan
siap saji yang dibeli dengan sistem pesan antar/delivery umumnya menggunakan
kemasan plastik. Hal ini juga memberi
perhatian terhadap keamanan
pangannya. Isu migrasi komponen
plastik dalam makanan utamanya
makanan panas mulai mendapat
perhatian dari konsumen. Hal lainnya
dalam sistem delivery ini adalah kotak
penghantar makanan yang sebaiknya
dapat memepertahankan mutu dan
keamanan pangan yang dibawanya.
Selama pandemi terjadi peningkatan
persentase kebiasaan responden yang
memasak sendiri di rumah (66%)
dibandingkan dengan sebelum pandemi
(56%). Lain halnya dengan kebiasaan makan di restoran yang mengalami
penurunan pada masa pandemi menjadi hanya 11%, dibandingkan dengan
sebelum pandemi (24%). Adapun faktor
rasa makanan (39%) dan kebersihan
pelayanan (34%) menjadi pertimbangan utama responden dalam memutuskan sumber pangan.
Pada umumnya responden yang
adalah ibu rumah tangga pada penilaian tingkat pengetahuan diketahui sebagian besar (75,82%) memiliki pengetahuan
yang kurang dalam cara penyimpanan
makanan pada suhu aman serta
penggunaan air dan bahan baku yang
aman. Lebih dari separuh (53, 66%)
responden juga memiliki pengetahuan
yang kurang dalam hal pencegahan
COVID-19 dan mencegah kontaminasi silang pada pangan. Sementara 48% responden memiliki pengetahuan yang baik dalam hal menjaga kebersihan diri dan 65% memasak makanan
hingga matang. Namun mereka (80%)
menjalankan praktik keamanan pangan dengan baik.
Konsumen dalam menggunakan
preferensinya tentunya dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti perhatian terhadap kesehatan, lingkungan, kondisi sosial ekonomi dan kebiasaan
sehari-hari. Penilaian terhadap
keamanan pangan tentunya tidak
dapat dilihat hanya dari aspek pola konsumsi pangan saja melainkan juga harus diamati preferensinya sejak
pemilihan bahan baku, bahan tambahan pangan, pengelolaan dan proses pengolahan pangannya. Kemajuan
teknologi termasuk teknologi informasi memungkinkan konsumen mendapat informasi yang masif mengenai hal ini. Berbagai sarana informasi tersedia seperti media sosial, media visual dan berbagai media lainnya. Konsumen
dituntut untuk dapat memilih dan memilah informasi yang berguna bagi perbaikan pola pangannya yang akan berdampak pada peningkatan kesehatan dan kebugarannya yang didapat dari pangan yang bermutu dan aman.
Referensi
FAO. 2022. Thinking about the future of food safety –A foresight report. Rome. https://doi.org/10.4060/ cb8667en
Minamilail WA, Nuraida L, Rahayu WP. 2022. Pengetahuan dan praktik keamanan pangan ibu di Jakarta selama masa pandemi Covid-19. Jurnal Mutu Pangan: Indonesian Journal of Food Quality, 9(2), 84-91. https://doi.org/10.29244/jmpi.2022.9.2.
Soon JM, Vanany I, Abdul Wahab IR, Hamdan RH, Jamaludin MH. 2021. Food safety and evaluation of intention to practice safe eating out measures during covid-19: Cross sectional study in Indonesia and Malaysia. Food Control. doi:10.1016/j. foodcont.2021.107920.
Oleh Elvina A. Rahayu
Lembaga Pemeriksa Halal
Kajian Halalan Thayyiban (LPH KHT) Muhammadiyah
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pangan di Indonesia
terus mengalami peningkatan. UMKM menjadi kekuatan dominan dalam menggerakkan perekonomian dan memperkaya keragaman produk pangan lokal. Tidak hanya itu, UMKM pangan juga menjadi tulang punggung
perekonomian lokal di banyak daerah, menciptakan lapangan kerja, serta
memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan kuliner tradisional yang tak ternilai. Dalam rangka menyambut wajib sertifikasi halal produk pangan pada tahun 2024 mendatang, maka perlu juga melihat bagaimana aspek halal ini menjadi potensi untuk UMKM pangan terutama terkait penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP).
Salah satu kendala pelaksanaan proses sertifikasi halal bagi pelaku usaha (PU) Mikro adalah akses untuk mendapatkan jaminan kehalalan ingridien (baik bahan baku, bahan tambahan maupun bahan penolong) yang mereka gunakan. Jaminan tersebut adalah sertifikat halal atas bahanbahan yang digunakan pada produk. Perhatian khusus perlu diberikan kepada pemilihan dan pengunaan BTP. Karena penggunaan BTP hanya dalam jumlah kecil, maka proses pembeliannya pun tidak dalam jumlah yang besar. Konsekuensi terhadap hal tersebut adalah seringkali produk BTP yang diperoleh oleh PU Mikro merupakan produk kemas ulang (repack), yang informasi terkait asal-usul produsennya tidak jelas. Ketiadaan informasi ini menyebabkan kendala dalam proses sertifikasi halal produk-produk PU Mikro.
Saat ini penggunaan BTP sudah tidak dapat dihindari untuk digunakan di pelaku usaha, termasuk UMKM pangan. Aturan penggunaan BTP di Indonesia ditetapkan dan diatur pada
PerBPOM No. 29 Tahun 2017 untuk
pengawasannya, sementara terkait jenis
BTP dan jumlah penggunaannya ada
di dalam PerBPOM No. 11 Tahun 2019
dan khusus untuk perisa terdapat pada
PerBPOM No .11 Tahun 2021.
Berdasarkan hal tersebut, LPH-KHT
Muhammadiyah melakukan survei
secara daring terhadap PU Mikro Kecil.
Survei tersebut terkait penggunaan BTP
secara umum dan pola pembelanjaan
PU terhadap ketersediaan BTP untuk
keperluan proses produksinya.
Survei dilakukan secara daring
terhadap 185 responden yang berlokasi
hampir di seluruh Indonesia. Responden
terbanyak berasal dari Jawa barat
dengan skala usaha lebih dari 91%
adalah kelompok PU Mikro dan sisanya
adalah PU Kecil. Pelaku usaha Mikro
berdasarkan PP No. 7 Tahun 2021
adalah pelaku usaha yang memiliki
modal di luar tanah dan bangunan
sebesar kurang dari 1 miliar. Responden dari survei ini memiliki produk berupa pangan siap saji, produk pangan kemasan dengan masa simpan yang
kurang dari 7 hari (tidak perlu izin edar) dan produk pangan kemasan yang lebih dari 7 hari.
Dari hasil survei, diketahui BTP yang paling banyak digunakan adalah perisa, pewarna, pemanis dan pengemulsi.
Hasil tersebut kemudian diolah dan dibandingkan dengan data impor BTP yang diizinkan dan diawasi oleh otoritas berkompeten dalam hal ini adalah BPOM.
dengan 2022 terkait perisa
menunjukkan bahwa kelompok perisa
yang diimpor berupa bahan atau
senyawa perisa, seperti ekstrak yeast, lemon oil serta keju bubuk dan parut.
Sementara pemanis merupakan BTP yang juga banyak digunakan oleh PU Mikro.
Hasil temuan menunjukkan sebanyak
65,09% PU Mikro membeli BTP dalam
bentuk eceran dan kemasan utuh, 15,38% dalam bentuk eceran dan grosir
dengan kemasan utuh. Selebihnya PU
Mikro membeli dalam bentuk grosir dan repack sebesar 1,18% serta ecer dan repack sebanyak 7,1%. Untuk ukuran, ada beberapa kategori yang dipilih oleh
PU Mikro di antaranya adalah ukuran
<100 g sebanyak 58,43%, ukuran
500 g sampai 1 kg sebanyak 12,5%, ukuran 100-250 gr sebanyak 9,64% dan ukuran 250-500 g sebanyak 6,63%. Dari pembelian sejumlah BTP tersebut, responden menyatakan bahwa 87,43%
informasi terkait dengan BTP didapat secara utuh, 10,18% informasi terkait dengan BTP ada yang tersedia dan tidak, sementara 1,8% BTP yang dibeli oleh
PU Mikro dalam survei ini menyatakan
informasi terkait BTP tidak lengkap
bahkan 0,6% menyatakan tidak tersedia informasi terkait BTP yang mereka beli.
kehalalan
Keju bubuk atau pun parut merupakan salah satu jenis BTP yang berisiko dari perspektif kehalalan. Selain keju, bahan lain yang juga berisiko
adalah perisa yang memiliki persentasi tinggi dibeli dan digunakan oleh PU Mikro. Selain perisa, BTP selanjutnya adalah pengemulsi. Salah satu jenis BTP pengemulsi yang perlu diperhatikan titik kehalalannya adalah gelatin. Data impor pengemulsi dari tahun 20192022 menunjukkan tren yang terus meningkat. Bagi PU Mikro, gelatin sering dibeli dalam bentuk repack yang tentu tidak disertakan informasi pada kemasannya.
Diperkirakan ada sekitar 6,63% sampai dengan 9,64% PU Mikro membeli BTP dengan jumlah 250 sampai dengan 1 kg. Penggunaan gelatin tidak sebesar penggunaan bahan lain, namun lebih besar dari jumlah BTP perisa. Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam survei ini adalah penggunaan
pemanis, jika ditinjau dari data impor
tahun 2019 sampai dengan 2022, jenis
BTP pemanis aspartam menjadi yang terbanyak disusul dengan sakarin. Dari segi perspektif kehalalannya, sakarin dapat digolongkan ke dalam daftar positif, sementara aspartam memiliki titik kritis kehalalannya dari segi sumber dan proses.
Terkait BTP pemanis, telah diatur
terkait jumlah maksimal per kategori
produk dan per ADI (Acceptable Daily Intake). Hal ini sesuai dengan yang
tertuang pada PerBPOM No 11 Tahun
2019 tentang Penggunaan BTP Pemanis
Buatan bahwa pemanis seperti sakarin
tidak dapat digunakan pada produk
pangan yang khusus diperuntukkan
bagi bayi, anak usia di bawah tiga tahun, ibu hamil dan/atau ibu menyusui.
Konsekuensinya, penggunaan BTP
tersebut haruslah disebut dalam daftar
komposisi, untuk memberikan informasi kepada konsumen bahwa produk mengandung pemanis buatan, dan tidak dikonsumsi oleh anak balita dan ibu hamil menyusui. Sejauh pengamatan yang dilakukan oleh tim kami, produk produk mikro kecil masih banyak yang belum mengetahui batasan penggunaan pemanis.
Selanjutnya adalah penguat rasa atau yang biasa disebut masyarakat sebagai
MSG. BTP ini sangat banyak digunakan oleh PU Mikro. Kelompok penguat rasa yang terdata dalam catatan impor adalah asam glutamat dan garam glutamat yaitu MSG. Dari perspektif kehalalan, asam glutamat sebagai bahan pembuat
MSG merupakan produk mikrobial yang memiliki titik kritis kehalalannya. Dari
ketersediaan informasi yang diperoleh
terhadap BTP yang digunakan, ada 10% responden yang tidak memiliki
informasi BTP yang dibeli, bahkan
ada kurang dari 1% responden tidak
mendapatkan informasi yang diperlukan
terkait sumber BTP yang mereka gunakan.
BTP dari perspektif kehalalan
harus ditinjau dari sumber dan proses produksinya. Gelatin merupakan
BTP yang dapat berfungsi sebagai
pengemulsi atau penstabil. Gelatin
merupakan bahan yang dapat berasal
dari sapi, ikan dan babi. Sumber yang
digunakan umumnya merupakan bahan
sisa dari proses utamanya seperti
kulit jangat dan tulang. BTP lain yang
memiliki titik kritis kehalalan seperti
pengemulsi yang berasal dari asam
lemak dan garamnya, gliserol, pewarna
alami seperti beta karoten, pemanis
PU Mikro sering memiliki masalah
jika harus menggunakan salah satu BTP yang mereka perlukan. Masalah tersebut menjadi bertambah rumit jika pemilik toko tidak memiliki kepedulian untuk
memberikan informasi yang diperlukan oleh PU mikro yang mungkin dalam proses sertifikasi halal.
Hasil survei yang dilakukan oleh LPHKHT Muhammadiyah, menunjukkan
hampir 100 responden sepakat
memerlukan toko bahan halal untuk
memenuhi kebutuhan bahan untuk produksi mereka. Tentunya hasil survei terhadap harapan dari responden
agar toko bahan halal tersedia, sebenarnya menjadi salah satu fungsi dari pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan penduduk negeri ini yang mayoritas muslim. Karena halal adalah kebutuhan penduduk mayoritas negeri ini. Sebagai contoh, di Eropa, masalah
alergen menjadi hal yang krusial. Kurang dari 1% penduduknya bermasalah dengan bahan bahan alergen, namun
dengan sigap pemerintah Uni Eropa mengakomodasi kepentingan masalah alergen ini dengan ketersediaan wajib klaim dari PU yang menggunakan bahan alergen. Untuk itu, harapan serupa juga muncul terkait BTP untuk para PU Mikro sehingga tidak menghambat proses
sertifikasi halal dan menjadikan PU Mikro semakin berdaya saing.
Referensi:
Data primer Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Tahun 2019, 2020, 2021 dan 2022 dari BPS Statistik Indonesia.
seperti aspartam.
PT REL-ION STERILIZATION SERVICES
Eliminasi Bakteri Patogen, Sterilisasi, Polimerisasi
021-88363728, 021-8836 3729
021-88321246
yayuk@rel-ion.co.id
www.rel-ion.com
PT INDESSO NIAGATAMA & PT INDESSO CULINAROMA
INTERNASIONAL
Snack Seasonings, Savory Ingredients, Aroma Chemicals, Essential Oils & Food Ingredients
021 386 3974
021 385 0538
contact@indesso.com
www.indesso.com
PT KH ROBERTS INDONESIA
At KH Roberts, we leverage our deep expertise in flavour science and strong understanding of consumers’ needs to craft future flavours that deliver delight to consumers around the world.
021 87900778 / 021 89700723
info.id@kh-roberts.com
www.kh-roberts.com
https://www.linkedin.com/company/kh-roberts/
089-9999-7867
info@catalystconsulting.id
www.catalystconsulting.id
Catalyst Consulting consulting.catalyst
Ottera
Oterra is the largest provider of naturally sourced colors worldwide
65-6631 9294
sgcaso@chr-hansen.com
https://oterra.com
Trade Exhibition
Indonesia’s leading comprehensive hospitality, food & beverage international trade exhibition Hospitality, Food & Beverage
+ 62 21 2525 320
+6282113713099
foodhotelindonesia@informa.com
www.foodhotelindonesia.com
@foodhotelindonesia_fhi
Food & Hotel Indonesia
Food & Hotel Indonesia
Food & Hospitality Series_ID
PT. Sarana Karya Utama
Toll Manufacturing (Beverages)
031-3981571
sku@sakatama.com
www.sakatama.com
GNT Group B.V.
EXBERRY® is the leading brand of Coloring Foods for the food and beverage industry. Coloring Foods are made from fruits, vegetables, and edible plants using a physical manufacturing process processed with water.
+65 6659 4180
info-singapore@gnt-group.com
www.exberry.com
BENEO Asia Pacific Pte. Ltd.
Food Ingredients
BENEO offers functional ingredients from natural sources. It helps improve a product’s nutritional and technological characteristics and actively supports customers in the development of more balanced and healthy food products.
+65-6778-8300
contact@beneo.com
www.beneo.com
Want to see Your Company in this section? Send us an email : tissa@foodreview.co.id | andang@foodreview.co.id
Warna yang menarik dan sesuai dengan ekspektasi konsumen
dapat meningkatkan daya jual suatu produk. Pewarna juga merupakan
komponen yang tidak hanya memberikan
estetika visual pada produk pangan, tetapi juga berperan dalam menciptakan
pengalaman sensori yang menarik bagi
konsumen. Saat ini, pewarna pangan
alami juga mengalami peningkatan
permintaan yang cukup signifikan. Untuk itu, FoodReview Indonesia edisi mendatang
akan menyajikan informasi mengenai
pewarna yang digunakan dalam industri
pangan mulai dari sumber pewarna yang digunakan, jenis-jenis pewarna baik
sintetis maupun alami, manfaat dan risiko
terkait penggunaanya, serta memerhatikan
keamanan dari pewarna yang digunakan.
Tidak lupa, semoga pembahasan ini juga
dapat menjadi inspirasi untuk dapat terus
meningkatkan daya saing industri dan produk pangan di Indonesia.