Anak-anak sangat puas dengan kegiatan pawai ogoh-ogoh yang mereka laksanakan. Mereka ingin mengulang lagi keseruan melakukan pawai. Kemudian salah satu anak bertanya kepada Pak Made. Agung
: Kapan, ya kita bisa pawai ogoh-ogoh lagi, Pak?
Pak Made
: Menurut kalian, kapan kira-kira, ya?
Nyoman
: Tahun depan, Pak.
Agung
: Wah, lama banget, ya. Padahal, saya pengen megambel, lagi lho.
Surya
: Iya, Pak, gara-gara latihan megambel beleganjur saya jadi bisa main ceng-ceng. Ternyata asyik, lho...
Nyoman
: Iya, Pak. Selain main kempur, saya juga mau belajar main kendang sama Agung, Pak.
Pak Made
: Kalau hanya untuk megambel beleganjur, kita tidak perlu menunggu tahun depan.
Agung
: Terus, kapan dong, Pak, kita bisa megambel lagi?
Pak Made Nah, hari raya Galungan dan Kuningan kan ada kegiatan Ngelawang. Agung
: Oh, iya. Berarti, kita bisa megambel beleganjur lagi dong, Pak?
Pak Made
: Iya, betul. Wah, sepertinya kita sudah punya rencana untuk projek kita selanjutnya, nih.
Anak-anak menjawab serentak, “Asyik…!” Dari projek Pawai Ogoh-Ogoh ini, anak-anak menemukan bahwa membuat ogoh-ogoh itu bukan kegiatan yang sederhana karena membutuhkan pelibatan orang dewasa di sekitarnya. Melalui investigasinya, anak belajar untuk merancang pawai ogoh-ogoh yang aman untuk anak. Projek ini adalah contoh nyata bagaimana guru merancang kegiatan yang dapat melibatkan orang tua, masyarakat, dan potensi lingkungan sekitar. Sinergi yang baik ini akan sangat menunjang keberlangsungan projek.
Catatan Ngelawang merupakan tradisi budaya Bali yang dilaksanakan dalam rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan. Ngelawang berasal dari kata lawang yang artinya pintu. Dalam tradisi ngelawang ini, anak-anak mengarak barong dari pintu ke pintu keliling desa, dengan diiringi gambelan beleganjur.
BAB 3 Rancangan Projek Pelajar Pancasila
83