![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/8ff74a15c2df3db18e526376f68cf7ac.jpeg)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/8ff74a15c2df3db18e526376f68cf7ac.jpeg)
Nama: Gereja: Alamat:
MURID KRISTUS
MELAYANI SEPERTI DIA
Buku Murid Senior Triwulan 4, tahun 2022
ISBN 978-623-5258-29-4
Penulis
Dian Susiarto Editor
Aryo Basuki Layout & Cover Garrick Gisala Kurnia Albert Edelfelt (Gambar Cover)
DAFTAR ISI
PRAKATA
Perkunjungan kepada yang Sakit/ 1
Mari Memuji Tuhan/ 4
Pengabdian Harta/ 7
Dipanggil untuk Memberitakan Injil/ 10
Paulus, Teladan Melayani dengan Segenap Hati/ 13
Tetap Memberitakan Injil/ 16
Ibadah yang Sejati/ 19
Melayani Kristus dengan Melayani Orang Lain/ 22
Berbuat Baik kepada Semua Orang/ 25
Ketaatan Maria/ 28
Ketaatan Yusuf/ 31
Kelahiran Yesus/ 34
Menyambut Sang Raja/ 37
Kritik dan Saran smbaptis.llb@gmail.com
Instagram: @smbaptis.llb
Penerbit
Lembaga Literatur Baptis Jl. Tamansari 16, Bandung 40116 Tlp. (022) 4203484; Fax (022) 4239734
Email: penerbitbaptis@gmail.com Anggota IKAPI
PRAKATA
Puji Tuhan, kita tiba pada triwulan keempat pada tahun 2022! Mengakhiri tahun 2022 ini, pelajaran demi pelajaran sepanjang triwulan 4 akan fokus pada tema: “Murid Kristus Melayani Seperti Dia.” Tema ini masih menjadi satu kesatuan dengan tema tahun 2022, “Berkualifikasi sebagai Murid Kristus”, dengan tujuan: Mempersiapkan peserta Sekolah Minggu agar berpengetahuan dan menjunjung tinggi ajaran Alkitab tentang kualifikasi murid Kristus yang sehat, misioner dan relevan.
Untuk tetap mengingatkan kita pada rangkaian tema sepanjang tahun ini, berikut kami tampilkan kembali urutannya seperti di bawah ini:
Triwulan 1
Murid Kristus
Menyangkal
Dirinya
2
Murid Kristus
Memikul Salibnya
3
4
Murid Kristus Melayani Seperti Dia
Kiranya Bapak, Ibu masih mengingat apa yang sudah pernah dipelajari dalam triwulan pertama sampai dengan ketiga. Jika ada kesempatan, cobalah mengumpulkan koleksi buku-buku yang telah Bapak, Ibu miliki sepanjang triwulan yang sudah dilewati, sembari membuka dan mengingat-ingat pelajaran-pelajaran apa saja yang sudah Bapak, Ibu pelajari. Tentu ada banyak sekali pelajaran yang berkesan, menginspirasi, menghibur hingga menguatkan Bapak, Ibu, bukan? Jika ada kesempatan untuk berbagi kesaksian dalam kelas, lakukanlah.
Jelang Natal pada tahun ini, mari mempersiapkan diri lebih baik lagi dalam belajar. Gunakanlah Buku Murid dengan baik. Bacalah uraian dalam Buku Murid dan setiap nas Alkitab yang disebutkan. Sebaiknya, semuanya itu dilakukan sebelum Bapak, Ibu masuk kelas pada hari minggu. Bawalah serta juga Alkitab, dan bekerjasamalah dengan guru kelas dalam mempersiapkan pertemuan demi pertemuan di kelas yang menyenangkan. Kiranya Roh Tuhan akan menolong, membimbing, dan membuat semuanya berhasil.
“Setiap pagi Ia membangkitkan hasratku untuk mendengarkan ajaranNya bagiku. TUHAN memberi aku pengertian; aku tidak berontak atau berbalik daripada-Nya.” (Yesaya 50:4b-5, BIS).
Murid Kristus Mengikut-Nya
PERKUNJUNGAN KEPADA YANG SAKIT
Sumber gambar: www.unidosus.org
Ayat Hafalan:
Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja. (3 Yohanes 1:2)
Kompetensi Belajar
Murid memahami tentang pentingnya berkunjung dan berdoa bagi yang sakit.
Adalah hal yang lumrah bagi kita untuk mengunjungi teman, kerabat atau keluarga, terlebih saat mereka sedang sakit. Namun pertanyaan bagi kita adalah apakah kehadiran kita berdampak pemulihan bagi si sakit, atau malah memperburuk keadaannya karena kita salah dalam berkunjung? Yang bahaya adalah kehadiran kita justru menjatuhkan mental si sakit sehingga ia tidak mau berjuang untuk sehat. Ingatkah Anda tentang Ibu mertua Petrus? (Markus 1:29-31). Ya, saat Yesus tahu bahwa Ibu mertua Petrus sakit, Yesus mengunjunginya dan menyatakan kuasaNya untuk kesembuhan ibu itu. Murid Kristus perlu melayani seperti Kristus. Kali ini kita akan belajar tentang pentingnya doa dan kunjungan, khususnya bagi orang sakit. Dari Yakobus 5:12-20 kita akan belajar memahami pentingnya berkunjung dan berdoa bagi orang sakit.
Sakit Versus Doa (13)
Apakah yang biasanya Anda lakukan saat sakit? Dan apakah yang Anda lakukan saat gembira? Hal sederhana yang bisa kita lakukan adalah, “Berdoalah saat engkau menderita, pujilah Tuhan saat engkau gembira!” Inilah yang harus kita lakukan sebagai anak-anak Tuhan. Tindakan itu sesuai dengan Firman Tuhan dalam Yakobus 5:13 yang menyatakan, “Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!”
Namun banyak anak Tuhan, lupa berdoa saat ia sedang sakit. Sebaliknya ia mengeluh (Bahasa Jawa: sambat) dan segera mencari obat sebagai usaha untuk sembuh dengan kekuatan dan caranya sendiri termasuk ke tenaga medis. Tidak salah, bila kita pergi berobat ke dokter saat kita sakit. Namun sudahkah kita berdoa sebelum berobat? Tujuan berdoa sebelum berobat adalah agar Tuhan memberi yang terbaik melalui tenaga medis yang tersedia bagi kesembuhan kita.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/51e39f6377beeb1ff9348fdc3ab6c119.jpeg)
Yakobus 5:12-20
Ya, doa memiliki kuasa sebagaimana yang dialami Elia. Yakobus 5:17-18 menyatakan, “Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguhsungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.” Bukti dari kuasa doa sungguh luar biasa, banyak di antara kita yang bisa menceritakannya. Jika demikian, mengapa kita tidak berdoa saat kita menderita?
Pentingnya Berkunjung (14)
Ketika kita sakit, apakah yang kita inginkan dari orang lain? Perhatian, perawatan, dan kasih sayang dari orang-orang dekat dengan kita, bukan? Ya, kita sangat membutuhkan hal-hal tersebut agar cepat pulih. Secara psikologis perhatian dari orang-orang terdekat, sangat penting dan turut mempercepat terjadinya pemulihan. Oleh karena itu kita perlu memperhatikan orang lain saat mereka sakit. Kita harus tepa salira, yaitu dapat menjaga perasaan (beban pikiran) dari si sakit. Kita perlu mendukung dan menguatkan si sakit baik secara fisik maupun mental. Kita perlu care peduli pada sesama kita, karena kita pun membutuhkan kepedulian orang lain saat kita sakit. Kunjungan kepada orang sakit adalah sangat penting dan perlu, tentunya dengan tetap memperhatikan aturan atau protokol kesehatan. Dalam Yakobus 5:14a (versi Alkitab Mudah Dibaca) dituliskan “Apakah kamu sakit? Panggillah penatua-penatua jemaat.” Untuk apa para penatua itu datang? Mereka datang untuk berkunjung dan mendoakan si sakit serta memberi semangat dan setidaknya mengurangi beban mental si sakit.
Alkitab versi Firman Allah Yang Hidup, FAYH, ayat 14 menyatakan, “dan mereka itu hendaknya berdoa untuk dia serta menuangkan sedikit minyak ke atasnya, sambil berseru kepada Tuhan supaya menyembuhkan dia.” Hal inilah yang perlu dilakukan saat kita mengunjungi orang yang sakit. Kita pasti senang, bahwa saat sakit, kita dikunjungi dan didoakan. Seolah kita mendapat kekuatan tambahan dalam menjalani keadaan kita dan berjuang untuk sehat kembali. Jika ini adalah sesuatu yang baik, maka kita perlu melakukannya bagi orang-orang sakit di sekitar kita.
Yakobus 5:15 versi FAYH menyatakan, “Maka doa mereka itu, jika dipanjatkan dengan iman, akan mendatangkan kesembuhan, karena Tuhan akan memulihkan kesehatannya; dan jika penyakitnya itu disebabkan oleh karena suatu dosa, maka Tuhan akan mengampuninya.” Doa dan kunjungan adalah perkara yang indah, karena dapat membawa kesembuhan dan penyelesaian masalah dosa bagi orang yang sakit dengan pengampunan Tuhan. Saat kunjungan dilakukan terjadi penguatan dan penghiburan. Saat doa dipanjatkan, kuasa Tuhan dinyatakan. Dalam kunjungan dapat terjadi proses interaksi yang indah. Orang yang sakit mendapat kesempatan untuk mencurahkan segala keluh kesahnya, sehingga ada kelegaan baginya dan orang yang berkunjung dapat memberikan tanggapan berdasarkan Firman Tuhan. Jika sakit itu ada kaitannya dengan dosa tertentu, maka kunjungan dapat menjadi kesempatan adanya pengakuan dosa dan peneguhan komitmen dari si sakit untuk hidup sesuai
Pentingnya Mendoakan dan Mengunjungi Orang yang Sakit (15-16)
Pelajaran 1: Perkunjungan kepada yang Sakit
kehendak Tuhan.
Perhatikan ayat 16 yang menyatakan, “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Ya, iman harus dinyatakan dalam perbuatan, sebaliknya hidup yang benar adalah bukti dari iman. Iman dan kebenaran harus nyata dalam setiap tindakan kita.
Kesimpulan
Kunjungan dan doa adalah salah satu bentuk kepedulian dan perhatian yang dapat kita lakukan untuk keluarga, teman, warga gereja, hamba Tuhan dan siapapun di sekitar kita, khususnya bagi mereka yang sedang sakit atau menderita. Saat kita melakukan kunjungan dan doa, khususnya kepada orang sakit, maka kita akan dapat melihat kuasa Tuhan dinyatakan bagi mereka.
Pencapaian Belajar
1. Jelaskan dengan kalimat Anda sendiri tentang pentingnya doa saat kita sedang sakit!
2. Jelaskan kepada kelas tentang pentingnya kunjungan berdasarkan pengalaman Anda!
3. Diskusikan dengan kelas pentingnya kunjungan dan doa bagi teman-teman yang sakit, dampak positif kunjungan dan doa bagi orang yang dikunjungi, dan metode kunjungan alternatif di masa pandemi ini!
Pendalaman
Bacalah Alkitab secara rutin untuk menambah pengetahuan Alkitab Anda, sekaligus mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya! Berikan tanda V untuk bagian yang sudah Anda baca selama seminggu ke depan!
Senin Selasa Rabu
Mazmur 127: 1-5 Mazmur 128:1-6 Mazmur 129:1-8
Kamis Jumat Sabtu
Mazmur 131:1-3 Mazmur 132:1-18 Mazmur 134:1-3
MARI MEMUJI TUHAN Mazmur 134:1-3
Ayat Hafalan:
Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! (Mazmur 103:2)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/12871c6efadc6ec1833fb2a074b676f0.jpeg)
Kompetensi Belajar
Murid memahami tentang memuji Tuhan bersama di Rumah Tuhan.
Pendahuluan
Ada satu bait dalam syair dalam lagu Ebiet G. Ade yang berjudul “Dendang Kita Bersama” yang menyatakan demikian: Dendang kebebasan gema potret merdeka Lahir dari jiwa tenteram sejahtera Setiap orang pun bebas untuk turut bernyanyi Meskipun sumbang lepas terdengar Ya, banyak di antara kita yang suka menyanyi. Namun apakah kita juga suka menyanyi untuk memuji Tuhan? Yesus yang adalah Guru Agung kita, pernah menyanyikan nyanyian pujian sebagaimana dicatat dalam Matius 26:30 dan Markus 14:26. Sebagai murid Yesus, kita perlu melayani seperti Yesus termasuk dalam hal menyanyi bagi Tuhan. Kita akan belajar dari Mazmur 134:1-3 berkenaan dengan memuji Tuhan.
Memuji Tuhan (1)
Manakah yang lebih Anda sukai, diejek atau dipuji? Pasti, kita lebih suka dipuji daripada diejek. Semua orang suka dipuji berkenaan dengan pribadi, anak cucu, pekerjaan dan lain sebagainya. Allah pun suka bila kita memuji-Nya. Subyek di Mazmur 134:1 adalah umat Tuhan. Mereka mengajak para hamba Tuhan yang melayani di rumah Tuhan untuk memuji Tuhan. Para hamba Tuhan ini adalah suku Lewi baik para imam maupun orang-orang yang memiliki tugas-tugas tertentu di rumah Tuhan. Mengapa kita harus memuji Tuhan? Kita harus memuji
Tuhan karena Dia pribadi yang layak dipuji, yang menciptakan langit bumi serta segala isinya termasuk manusia, dan yang telah menyelamatkan umat-Nya.
Ajakan ini dihubungkan dengan keterangan waktu “malam.” Artinya, memuji Tuhan, tidak hanya pada pagi, atau siang hari, namun juga pada malam hari. Memuji Tuhan itu tidak dibatasi oleh waktu. Malam juga dapat dihubungkan dengan keadaan duka, atau sedih. Mudah bagi kita untuk memuji Tuhan saat bahagia, tetapi sulit, bila yang terjadi tidak sesuai harapan. Ayat ini mengajak kita untuk memuji Tuhan dalam segala keadaan (1 Tesalonika 5:16-18).
Dalam memuji Tuhan, kita bukan sekedar menyanyi, sebagaimana orang pada umumnya. Penekanan yang utama adalah pada tujuan dari menyanyi itu yaitu memuji dan meninggikan Tuhan. Tindakan menyanyi adalah dalam rangka melayani Tuhan. Betapa pentingnya memuji Tuhan di setiap waktu untuk menyatakan kekaguman dan hormat kita pada Tuhan. Memuji Tuhan adalah sebuah keniscayaan yang harus kita lakukan.
Memuji Tuhan Bersama di Rumah Tuhan (2)
Umat Tuhan itu bisa menyanyi secara pribadi di rumahnya. Namun frasa “Angkatlah tanganmu” ditulis dalam bentuk jamak, artinya mengajak semua yang hadir di tempat itu. Ayat ini merupakan ajakan untuk memuji Tuhan secara kolektif. Memuji Tuhan secara bersama, memberi dampak yang berbeda daripada memuji Tuhan secara pribadi. Kita akan saling menguatkan karena ada interaksi dan kemeriahan dengan saudara seiman saat kita memuji Tuhan bersama-sama.
Kita bisa memuji Tuhan di mana saja. Namun ayat 2 menuliskan, “Angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilah TUHAN!” Frasa “tempat kudus-Nya” menunjuk pada rumah Tuhan. Umat Tuhan mengajak para hamba Tuhan untuk tidak menyia-nyiakan waktu mereka dengan perkara lain seperti mengobrol atau tidur. Adalah suatu yang indah manakala kita menggunakan waktu kita sebelum kebaktian, untuk menyanyi bagi Tuhan. Cara ini kita tempuh untuk membuat kita lebih siap dalam memuji Tuhan saat acara dimulai.
Memuji Tuhan di rumah Tuhan adalah perbuatan yang wajar. Ini terjadi karena rumah Tuhan (gedung gereja) adalah tempat yang memang dikhususkan bagi orang Kristen untuk bersekutu dan memuji Tuhan. Kita patut bersyukur jika kita bisa memiliki gedung gereja yang diterima oleh masyarakat sekitar. Ada banyak saudara seiman kita yang tidak memilikinya. Oleh karena itu, mumpung kita memiliki tempat untuk bersekutu dan seiring berkurangnya kasus Covid-19, baiklah kita selalu menggunakan gereja sebagai tempat untuk memuji Tuhan bersama-sama.
Memuji Tuhan Diberkati Tuhan (3)
Ayat 3 menyatakan “Kiranya TUHAN yang menjadikan langit dan bumi, memberkati engkau dari Sion.” Umat Tuhan ini mengucapkan berkat bagi para hamba Tuhan. Inilah keyakinan umat Tuhan akan janji bahwa orang yang memuji Tuhan akan diberkati Tuhan. Adanya janji ini tentu membuat para hamba Tuhan itu bersyukur karena akan diberkati Tuhan. Adanya janji ini juga memberi semangat dan motivasi bagi mereka untuk terus setia dan tulus dalam memuji Tuhan di rumah Tuhan.
Orang percaya pun perlu memberkati para petugas dalam kebaktian di gereja. Mungkin kita terbiasa dilayani dan adakalanya menuntut untuk dilayani dengan
Pelajaran 2: Mari Memuji Tuhan
sangat baik. Namun perlu diingat, sebagai umat Tuhan kita perlu memberkati para petugas itu dengan cara mendoakan mereka agar diberkati Tuhan, mengapresiasi (memuji) pelayanan mereka, menyemangati mereka untuk tetap tulus dan setia dalam melayani dan memuji Tuhan, atau dengan cara-cara lainnya. Mazmur 134 ini adalah nyanyian ziarah yang dinyanyikan orang Israel saat mereka datang ke Yerusalem atau Sion. Mereka harus menempuh perjalanan hingga ratusan kilometer untuk sampai ke Sion. Frasa “memberkati engkau dari Sion” menunjukkan bahwa karya dan berkat Tuhan tidak dibatasi tempat. Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dapat mengirimkan berkat-Nya di mana pun umat Tuhan berada, baik yang berada di rumah Tuhan, maupun mereka yang jauh dari rumah Tuhan.
Kesimpulan
Adalah hal yang indah untuk kita selalu memuji Tuhan karena Tuhan memang layak dipuji. Selain itu orang yang memuji Tuhan akan diberkati Tuhan. Meskipun dapat kita lakukan secara pribadi, mari antusias untuk memuji Tuhan di rumah Tuhan, karena kita dapat saling memberkati. Kita dapat memberkati umat Tuhan yang bersama-sama kita memuji Tuhan, kita juga dapat memberkati para petugas yang melayani di rumah Tuhan.
Pencapaian Belajar
1. Jelaskan secara singkat dengan kalimat Anda sendiri, alasan kita harus memuji Tuhan!
2. Jelaskan kepada kelas pentingnya memuji Tuhan secara kolektif di rumah Tuhan!
3. Tuliskan beberapa contoh hal-hal positif yang dapat Anda lakukan untuk mendorong para pelayan di gereja Anda, melayani dan memuji Tuhan dengan semangat!
Pendalaman
Bacalah Alkitab secara rutin untuk menambah pengetahuan Alkitab Anda, sekaligus mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya! Berikan tanda V untuk bagian yang sudah Anda baca selama seminggu ke depan!
BIBLE
READING PLANS
Senin Selasa Rabu
Maleakhi 1:1-5
Maleakhi 1:6-14
Maleakhi 2:1-9
Kamis Jumat Sabtu
Maleakhi 2:10-17
Maleakhi 3:1-5
Maleakhi 3:6-12
3
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/dd6d175fbde0f6ef059503e67121f6b7.jpeg)
PENGABDIAN HARTA
Maleakhi 3:6-12
Sumber gambar: fineartamerica.comAyat Hafalan:
Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN.
(Imamat 27:30)
Kompetensi Belajar
Murid mencoba menyatakan pengabdian harta kepada Tuhan.
Pendahuluan
Ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia, semua terdampak termasuk dalam bidang keagamaan. Banyak orang yang mengalami pemutusan hubungan kerja, penurunan yang drastis dalam pendapatan bisnisnya, bahkan banyak gereja mengalami penurunan jumlah persembahan. Kondisi tersebut wajar, mengingat wabah ini terjadi dalam skala global. Namun pertanyaannya, apakah kita tetap setia dalam pengabdian harta kepada Tuhan saat situasi tidak menentu? Hari ini kita akan belajar dari Maleakhi 3:6-12 tentang pengabdian harta.
Pengabdian Harta kepada Tuhan Tidak Terpengaruh Situasi (6-9)
Kitab Maleakhi ditulis oleh Nabi Maleakhi yang tinggal di Yehuda saat orang Israel baru kembali dari pembuangan. Usaha pekerjaan mereka baru dimulai dan kota yang mereka tempati tidak memiliki tembok sehingga rentan terhadap serangan perampok. Kondisi ekonomi mereka buruk. Sebagian besar masyarakat terlilit hutang, mereka harus membayar upeti kepada raja Persia, bahkan ada yang harus menjual anak-anak mereka sebagai budak agar dapat memperoleh gandum. Anehnya banyak yang suka berdosa. Mereka mempersembahkan binatang cacat sebagai kurban (Maleakhi 1:6-14), lalu ada yang suka berzinah, bersumpah dusta, dan lain-lain (Maleakhi 3:5). Para imam pun berdosa dengan menyampaikan ajaran yang salah (Maleakhi 2:1-9).
Namun, Tuhan itu tidak berubah kasih-Nya kepada Israel (ayat 6). Meski mereka telah sering menyakiti hati-Nya (ayat 7), bani Yakub tidak akan dilenyapkan. Oleh sebab itu, Tuhan menginginkan Israel tidak berubah dalam pengabdian kepada-Nya. Sayangnya, mereka berlagak seolah Tuhan tidak mengetahui dosa mereka. Akhirnya Tuhan marah, “Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku,…” (ayat 8-9) Ya, seharusnya pengabdian kita tak terpengaruh oleh situasi kondisi kita atau sekitar kita. Jika keadaan kita buruk, Tuhan layak diandalkan. Dia tidak berubah,
Maleakhi 3:6-12
tetap mahakuasa, mahabaik, dan pasti akan memenuhi kebutuhan umat-Nya. Yesus Guru Agung kita pernah memuji seorang janda miskin karena memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkahnya (Lukas 21:1-4). Sebagai murid Yesus kita harus mengabdikan harta kita tanpa terpengaruh oleh situasi ekonomi kita.
Pengabdian Harta kepada Tuhan Berupa Persembahan dan Persepuluhan (10)
Kata “menipu” di ayat 8 dan 9, dapat diterjemahkan sebagai merampok. Tidak memberikan persepuluhan sama dengan merampok Allah. Persembahan dan persepuluhan merupakan pengakuan iman bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, oleh Allah dan bagi Allah. Dia yang menciptakan kita. Dia memberi kesehatan dan keahlian sehingga kita dapat bekerja dan berpenghasilan. Dengan demikian, semua yang kita miliki berasal dari Allah. Selayaknya Allah menerima pengabdian harta kita. Persepuluhan yaitu 10% dari penghasilan yang kita miliki, merupakan ukuran minimum pengabdian harta kita kepada Allah, meski Dia berhak atas 100%. Persepuluhan telah diteladankan Abraham meski belum ada Hukum Taurat (Kejadian 14:18-20). Persepuluhan kemudian diatur dalam Hukum Taurat (Imamat 27:30). Sebagai wujud iman, maka persembahan persepuluhan hendaknya kita berikan dengan kerelaan dan sukacita (2 Korintus 9:7), termasuk untuk memberi lebih dari 10%.
Persembahan persepuluhan itu harus dibawa ke dalam rumah perbendaharaan. Rumah itu merupakan tempat penyimpanan gandum persembahan orang Israel, sehingga orang Lewi yang tidak bekerja karena mengurus peribadatan Israel, dapat terpenuhi kebutuhannya. Selain itu, persembahan persepuluhan dapat dimanfaatkan untuk menolong anak yatim, janda dan orang asing (Bacalah: Bilangan 18:21-24: Ulangan 14:28-29). Itulah sebabnya Allah memerintahkan mereka memberi persembahan dan persepuluhan. Pada masa kini, kita perlu setia memberikan persembahan dan persepuluhan kepada Allah melalui gereja tempat kita menjadi anggota agar kebutuhan dana untuk pekerjaan Allah terpenuhi.
Pengabdian Harta kepada Tuhan Mendatangkan Berkat (10-12)
Allah menegaskan bahwa pengabdian harta akan mendatangkan berkat. Allah menantang umat-Nya “…ujilah Aku !” Allah melarang umat-Nya mencobai Dia, tapi HANYA di ayat ini, Allah memerintahkan umat-Nya untuk mencobai Dia (Inggris: Test me). Prosedurnya adalah dengan lebih dahulu memberikan persepuluhan kita secara tulus dan jujur, maka Allah memberkati kita. Berkat-Nya bahkan sampai kita tidak mampu menampungnya, karena berkelimpahan. Beranikah Anda mencobai Allah dengan jujur memberikan persepuluhan Anda?
Perintah ini tidak dalam konteks bisnis atau ketamakan. Berkat yang diberikan Allah dalam konteks kecukupan. Allah akan menghardik belalang pelahap dan menjaga pertumbuhan kebun anggur sehingga hasilnya dapat memenuhi kebutuhan hidup (ayat 11). Selain itu, persembahan persepuluhan itu dapat untuk memberkati orang lain, sehingga bangsa lain memberkati Israel. Oleh karena mereka beriman kepada Allah, maka mereka hidup dengan sukacita dan negeri mereka menjadi negeri kesukaan (ayat 12).
Harta
Jika Anda memberi perpuluhan satu juta, tidak perlu mengharap Allah memberi keuntungan lima juta sehingga Anda makin kaya raya. Kita perlu sadar, bahwa kita bisa memberi persepuluhan karena Allah lebih dahulu memberkati kita. Allah berjanji membukakan tingkap-tingkap langit bagi kita, konteksnya tidak selalu harta. Mungkin berupa kesehatan, tetangga kita baik, dan lain sebagainya.
Kesimpulan
Memberi persembahan dan persepuluhan bukan soal situasi kondisi ekonomi. Kenyataannya Allah setia menyertai dan memberkati kita. Memberi persembahan dan persepuluhan adalah soal iman. Apakah kita cukup beriman bahwa Allah sanggup memelihara dan memberkati kita sehingga kita dapat menjalani hidup ini? Jika Anda beriman kepada Allah, maka Anda pasti akan berani memberikan persembahan dan persepuluhan, bahkan lebih dari 10% penghasilan Anda.
Pencapaian Belajar
1. Daftarkanlah lima situasi kondisi yang dapat memengaruhi Anda dalam memberi persepuluhan !
2. Hitunglah berapa persepuluhan yang harus diberikan jika Anda dalam situasi sebagai berikut:
a. Menjual rumah senilai Rp100. 000.000,00 perpuluhannya =
Mendapat transfer dana dari cucu senilai Rp2. 500.000,00 perpuluhannya
c. Mempunyai kambing yang melahirkan 2 anak senilai Rp8. 000.000,00 perpuluhannya
3. Praktikkanlah memberi perpuluhan dengan sejumlah uang mainan yang akan diberikan guru Anda!
Pendalaman
1. Tulislah tekad Anda untuk memberikan persembahan dan persepuluhan dengan jujur dan setia kepada Tuhan!
2. Bacalah Alkitab secara rutin untuk mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya!
READING PLANS
Senin Selasa Rabu
Roma 2:12-16 Roma 2:1-11 Roma 1:24-32
Kamis Jumat Sabtu
Roma 1:16-23 Roma 1:8-15 Roma 1:1-7
DIPANGGIL UNTUK MEMBERITAKAN INJIL
Roma 1:1-7
Sumber gambar: arthive.net/
Ayat Hafalan:
Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.
Korintus 9:16)
Kompetensi Belajar
Murid menanggapi tentang panggilan memberitakan Injil sebagai murid Kristus.
Pernahkah Anda berpikir siapakah diri Anda dan apa yang harusnya Anda lakukan? Pemahaman akan identitas diri sangatlah penting. Dengan memahami identitas diri, kita akan mengerti sesuatu yang harus kita lakukan dalam hidup ini. Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri.
Sebagai orang-orang yang percaya pada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat maka identitas kita ada di dalam Kristus, atau selalu terkait dengan Kristus. Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai pribadi yang memiliki identitas di dalam Kristus? Kita akan belajar dari Roma 1:1-7 tentang identitas kita di dalam Kristus yang akan menuntun kepada panggilan untuk memberitakan Injil Kristus.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/6579b4fd2c43408c624d5d6433d117f7.jpeg)
Pribadi Si Pemberita Injil (1)
Roma adalah salah satu surat yang ditulis oleh Paulus, meski jemaat Roma tidak didirikan oleh Paulus. Oleh karena itu Paulus perlu memperkenalkan identitasnya. Paulus menyatakan dirinya sebagai hamba, atau budak. Budak adalah golongan rendah di masyarakat. Budak ada untuk melakukan semua perintah majikannya. Namun demikian, majikan Paulus bukanlah orang biasa, tapi Kristus Yesus yang adalah Tuhan dan Juru Selamat baginya dan bagi jemaat Roma. Paulus juga memperkenalkan diri sebagai rasul yang berarti utusan atau delegasi. Ia membawa otoritas dari Kristus yang mengutusnya. Jabatan rasul ini hanya diberikan kepada mereka yang pernah hidup bersama Kristus, secara langsung melihat kebangkitan Kristus dan mampu melakukan tanda mukjizat. Paulus tidak pernah hidup bersama Kristus, namun ia ditemui langsung oleh Kristus dan ditetapkan sebagai pemberita Injil melalui Ananias (Kisah Para Rasul 9:15-16). Identitas sebagai budak dan rasul Kristus inilah yang membuat Paulus memiliki
wewenang untuk mengajar jemaat Roma. Sebelum Paulus mengenal Yesus, ia adalah orang yang disebut aphorismenoi eis ton nomon, orang yang memisahkan diri untuk mempelajari Hukum Taurat. Namun kemudian ia adalah aphorismenoi eis to euangelion atau orang yang memisahkan diri untuk Injil. Kata “dikuduskan” (ayat 1) berarti disisihkan atau dipisahkan untuk suatu keperluan khusus yaitu untuk menjadi pemberita Injil. Oleh karena itu, Paulus tidak menjalani hidupnya sembarangan, ia hidup untuk memberitakan Injil. Setiap orang percaya mengalami perjumpaan khusus dengan Yesus hingga akhirnya percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Perjumpaan itulah panggilan Allah bagi kita. Artinya, meski bukan rasul, setiap orang percaya sesungguhnya telah dipanggil untuk menjadi pemberita Injil. Setiap orang percaya adalah hamba Kristus (Roma 6:18). Kita tidak boleh hidup sembarangan, tapi hidup untuk memberitakan Injil-Nya.
Penjelasan tentang Injil (2-4)
Rasul Paulus menjelaskan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Injil. Di dalam Septuaginta, frasa “memberitakan Injil” berarti “memberitakan Kabar Baik” yang berkenaan dengan berita kedatangan Kerajaan Allah di tengah-tengah manusia yang semuanya itu telah digenapi dalam Yesus Kristus (Yesaya 40:9, 41:27, 52:7, 60:6, 61:1). Ayat 2 menegaskan bahwa Injil yang diberitakan oleh Paulus itu telah dijanjikan Allah kepada umat manusia melalui tulisan para nabi di Perjanjian Lama. Paulus menyatakan bahwa berita Injil itu berkenaan dengan pribadi Yesus yang berasal dari keturunan Daud (ayat 3). Kehadiran Yesus di bumi untuk memenuhi janji Allah kepada Israel dan janji keselamatan kepada umat manusia. Paulus menambahkan bahwa berita Injil juga tentang kuasa Yesus (ayat 4). Yesus adalah manusia sekaligus Allah yang berkuasa atas maut sehingga mampu bangkit dari kematian. Jadi, Injil adalah Kabar Baik tentang keselamatan di dalam Yesus yang dinubuatkan di Perjanjian Lama dan digenapi dengan kehadiran Yesus di dunia. Sebagai pemberita Injil, kita perlu fokus pada Injil. Memberitakan Injil bukanlah promosi tentang kegiatan gereja, bukanlah tentang hadiah sembako jika mau jadi Kristen, dan lain sebagainya. Memberitakan Injil adalah memberitakan Yesus Kristus tentang kelahiran, kematian, kebangkitan, kenaikan dan kedatangan-Nya kembali. Memberitakan Injil itu mengajak orang untuk beriman kepada Yesus sebagai satusatunya pribadi yang dapat membawa manusia sampai kepada Allah di surga.
Target Penerima Injil (5-7)
Tanggung jawab untuk memberitakan Kabar Baik itu dijalankan Paulus “untuk menuntun semua bangsa” (ayat 5) dalam arti suku atau ras. Semua suku atau ras yang ditemuinya, termasuk orang Yahudi, bangsanya, perlu mendengar Injil. Tujuan Paulus agar mereka percaya dan taat kepada nama Kristus. Selama masih ada yang belum percaya dan taat kepada Kristus, maka ia dan jemaat Roma harus memberitakan Injil. Selain itu, jemaat Roma harus memberitakan Injil, karena mereka memiliki keistimewaan, yaitu:
• Mereka milik Kristus (ayat 6).
• Mereka dikasihi Allah (ayat 7).
• Mereka dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus oleh Allah (ayat 7) yaitu dosa-dosa mereka sudah diampuni Allah.
Pelajaran 4: Dipanggil untuk Memberitakan Injil
• Mereka disertai Allah dengan kasih karunia dan damai sejahtera (ayat 7). Kita pun memiliki segala berkat dari Allah. Sama seperti Paulus dan jemaat Roma dipanggil dan diberkati untuk memberitakan Injil, maka kita wajib memberitakan Injil kepada segala bangsa. Mari kita lakukan mulai dari keluarga, tetangga, teman arisan, kumpulan pensiunan kita, dan lain sebagainya.
Kesimpulan
Identitas diri kita adalah sebagai hamba Kristus yang dipanggil untuk melayani Kristus dengan jalan memberitakan Injil-Nya. Marilah menghidupi identitas kita itu dengan memberitakan keselamatan di dalam Yesus kepada keluarga, kerabat dan kenalan kita agar mereka diselamatkan seperti kita.
Pencapaian Belajar
1. Apakah Anda menyambut panggilan Kristus untuk menjadi pemberita Injil-Nya? Sesungguhnya orang yang beriman kepada Kristus secara otomatis harus menjadi pemberita Injil Kristus
2. Apakah Anda menyetujui bahwa memberitakan Injil itu harus fokus pada Kristus dan bukan yang lain? Apakah akibatnya jika pemberitaan Injil tidak fokus pada Kristus?
3. Apakah Anda mendukung upaya-upaya yang dilakukan pribadi maupun gereja untuk memberitakan Injil? Apakah bentuk dukungan Anda terhadap pemberitaan Injil?
Pendalaman
Bacalah Alkitab secara rutin untuk menambah pengetahuan Alkitab Anda, sekaligus mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya! Berikan tanda V untuk bagian yang sudah Anda baca selama seminggu ke depan!
BIBLE
READING PLANS
Senin Selasa Rabu
Kisah Para Rasul 19:1-12
Kisah Para Rasul 19:13-20
Kisah Para Rasul 19:21-40
Kamis Jumat Sabtu
Kisah Para Rasul 20:1-12
Kisah Para Rasul 20:13-16
Kisah Para Rasul 20:17-32
PAULUS, TELADAN MELAYANI DENGAN SEGENAP HATI
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/2d3a4f7e671656d956488eb1de746e29.jpeg)
Sumber gambar: beritamukjizat.com
Ayat Hafalan:
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
12:11)
Kompetensi Belajar
Murid memahami pentingnya tetap setia memberitakan Injil meski banyak tantangan.
Kita sangat senang dengan orang-orang yang hidupnya menjadi berkat dan patut diteladani. Kita dapat mempelajari perjalanan hidup mereka dari awal hingga mereka dapat menjadi berkat, dan mengambil prinsip-prinsip yang berguna bagi kita, agar kita juga dapat menjadi berkat. Kita akan mempelajari teladan Rasul Paulus yang melayani dengan segenap hati dari Kisah Para Rasul 20:17-32.
Melayani dengan Kesungguhan (19-23)
Teladan pertama dari Rasul Paulus adalah kesungguhannya dalam melakukan pelayanan. Ia tidak melakukan pelayanan dengan sekadar (seadanya). Bukti bahwa Paulus melayani dengan sungguh-sungguh dapat kita lihat dari banyaknya air mata yang ia curahkan (ayat 19, 31). Air mata ini bukan tanda kelemahan, tetapi tanda keseriusannya melihat keterhilangan umat manusia, pemutarbalikan Injil dan lainlain. Paulus setia memberitakan Injil meski banyak tantangan, karena masih banyak orang yang belum bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (ayat 21). Kesungguhan Paulus juga terlihat dari betapa baiknya ia menginjili dan mengajar jemaat (ayat 20). Ia menegaskan bahwa ia akan memberitakan segala yang bermanfaat dan diperlukan jemaat selama masih ada kesempatan. Paulus setia memberitakan Injil meski banyak tantangan karena waktu hidupnya terbatas. Ia tidak tahu yang akan terjadi atas dirinya (ayat 22) termasuk kematiannya. Bukti kesungguhan Paulus juga terlihat dari fakta bahwa ia tidak takut sengsara dan penjara (ayat 23). Inilah alasan pentingnya kita setia memberitakan Injil meski ada banyak tantangan, karena kenyataannya, tantangan akan selalu ada sampai mati. Jika Paulus memberitakan Injil, hanya jika tidak ada tantangan, ia tidak akan pernah memberitakan Injil sama sekali. Mari kita meniru teladan Paulus yang sungguh-sungguh dalam melayani Tuhan.
Rasul
Melayani dengan Kesetiaan (Ayat 24)
Teladan kedua dari Rasul Paulus adalah kesetiaannya dalam melayani. Paulus tetap setia melayani walaupun nyawanya sering terancam (ayat 24) karena ia berusaha mencapai garis akhir dan menyelesaikan tugas pelayanannya sebagai persembahan yang terbaik bagi Tuhan. Tekad itu itu dinyatakannya dalam 2 Timotius 4:6-8, “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”
Pantas saja Paulus tetap setia memberitakan Injil meski banyak tantangan, karena ia menyakini bahwa menjadi pemberita Injil adalah tugas dari Allah dan ia harus mempertanggungjawabkannya kepada Allah (ayat 24). Ini seharusnya menjadi alasan kita juga untuk setia memberitakan Injil. Dalam kesetiaan, Rasul Paulus layak diacungi jempol. Ia menjaga imannya hingga akhir hayat dan setia melayani walau nyawa menjadi taruhannya. Inilah motivasi yang baik bagi kaum dewasa senior, untuk mendedikasikan hidup pada Tuhan. Kita bukan sekadar beriman, namun membuktikan iman itu tetap kuat meski dalam kesulitan. Mari meniru teladan Paulus yang setia melayani Tuhan sampai akhir hidupnya.
Melayani Tanpa Pamrih (Ayat 33-35)
Teladan ketiga dari Rasul Paulus adalah ia melayani tanpa pamrih. Pelayanan tanpa pamrih adalah pelayanan yang dilakukan dengan tidak mengharapkan balasan atau tidak ada maksud tersembunyi untuk keuntungan pribadi. Beberapa buktinya adalah: Pertama, ia tidak mengharapkan harta benda dari jemaat (ayat 33), dalam hal ini ia tidak pernah mencari kekayaan dari kegiatannya mengabarkan Injil (2 Korintus 12:14). Kedua, Paulus bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri (ayat 34). Ketiga, Paulus bekerja untuk dapat membantu jemaat yang kekurangan dan menjadi contoh bagi jemaat (ayat 35). Kutipan Paulus dari Yesus, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima,” merupakan tradisi lisan yang mengajak kita menjadi saluran berkat bagi orang lain. Rupanya Paulus tidak saja memikirkan pertanggungjawaban kepada Allah, tetapi juga kepada manusia, sehingga ia melayani tanpa pamrih. Prinsip ini juga menjadi alasan pentingnya kita setia memberitakan Injil meski banyak tantangan karena kita perlu bertanggung jawab atas nasib sesama manusia (ayat 26-27). Kasihan mereka akan menuju neraka, jika tidak percaya Yesus. Paulus tidak ingin dianggap lalai karena tidak menginjili orang yang ditemui. Alasan lain sehingga Paulus tetap setia dan tanpa pamrih memberitakan Injil karena ada pihak jahat yang getol menyesatkan dan merenggut jemaat Allah (ayat 28-30). Paulus tidak ingin hal itu terjadi. Ia juga tetap setia memberitakan Injil meski banyak tantangan, karena ia yakin bahwa Tuhan akan menyertai para pemberita Injil dengan kasih karunia dan akan memberikan penghargaan (bagian, warisan) kepada orang percaya (ayat 32). Mari meniru teladan Paulus yang tanpa pamrih melayani Tuhan.
Kesimpulan
Tidak ada yang dapat mengetahui hati. Namun kita bisa melihat pelayanan yang segenap hati dari perbuatan yang kasat mata. Paulus adalah teladan kita untuk
Paulus, Teladan Melayani dengan Segenap Hati
melayani Tuhan dengan segenap hati. Ia sungguh-sungguh, setia dan tanpa pamrih dalam pelayanannya. Ketiga kualitas itu membuat Paulus setia memberitakan Injil meski banyak tantangan dengan alasan: 1) Masih banyak orang yang belum percaya kepada Yesus, 2) Umur kita terbatas, 3) Tantangan akan selalu ada, 4) Kita harus memberi pertanggungjawaban kepada Allah, 5) Kita bertanggung jawab atas nasib sesama manusia, 6) Ada pihak jahat yang ingin merusak jemaat Allah, dan 7) Tuhan akan menyertai dan memberi penghargaan kepada kita. Mari melayani Tuhan dengan tetap setia memberitakan Injil meski banyak tantangan..
Pencapaian Belajar
1. Jelaskan tiga kualitas pelayanan yang diteladankan Paulus sebagai bukti bahwa ia melayani dengan segenap hati!
2. Jelaskan ciri-ciri orang yang melayani dengan tidak segenap hati berdasarkan tiga kualitas pelayanan Paulus! Apakah Anda pernah melayani tapi tidak dengan segenap hati? Mengapa?
3. Apakah tujuh alasan bahwa kita harus tetap setia memberitakan Injil meski banyak tantangan itu, masih relevan pada masa kini? Berikan contoh peristiwa masa kini yang ada hubungannya dengan salah satu atau semua alasan tersebut!
PendalamanBacalah Alkitab secara rutin untuk menambah pengetahuan Alkitab Anda, sekaligus mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya! Berikan tanda V untuk bagian yang sudah Anda baca selama seminggu ke depan!
Senin Selasa Rabu
Yohanes 1:1-28 Yohanes 1:29-34 Yohanes 1:35-51
Kamis Jumat Sabtu
Yohanes 2:1-12
Yohanes 2:13-25 Yohanes 3:1-26
TETAP MEMBERITAKAN INJIL
Sumber gambar: medium.comAyat Hafalan:
Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
Kompetensi Belajar
Murid menanggapi tugas memberitakan Injil kepada orang lain agar mereka selamat.
Apakah Anda pernah merasa tersaingi dalam hidup ini? Mungkin di tempat kerja, dalam usaha atau bisnis, dalam keluarga, bahkan dalam pelayanan. Saat tersaingi, mungkin kita mengalah, undur dan pesimis dalam hidup. Apa yang perlu kita lakukan seandainya persaingan itu terjadi dalam pelayanan?
Hari ini kita akan belajar dari keadaan yang dialami oleh Yohanes Pembaptis saat para muridnya merasa pelayanan Yesus menjadi saingan bagi mereka. Dari Yohanes 3:22-26 kita akan belajar alasan kita harus tetap setia melayani Tuhan dalam pemberitaan Injil meskipun ada saingan.
Karena Tuhan yang Memberi Sukses (22-24, 27)
Yesus telah mengundang perhatian banyak orang, salah satunya dengan mukjizat mengubah air menjadi anggur di Kana (Yohanes 2:1-11). Selain itu para murid melakukan pembaptisan di hadapan Yesus, yang membuat banyak orang datang kepada-Nya (ayat 22, 26). Akibatnya, yang menghadiri pelayanan Yesus, lebih banyak daripada tempat Yohanes Pembaptis. Kenyataan semacam ini, biasanya membuat orang menjadi malas dan undur, ia merasa lebih baik mengalah daripada harus bersaing.
Namun reaksi Yohanes Pembaptis sangat mengagumkan. Dia tidak merasa tersaingi apalagi iri hati pada Yesus. Yohanes Pembaptis tetap setia melayani, sekalipun tidak jauh dari tempatnya, ada Yesus yang lebih hebat darinya. Perhatikan ayat 23b “dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis”. Tuhan tetap memberikan kepada Yohanes Pembaptis, orang-orang untuk dilayani dan memberi sukses kepadanya. Ia tidak merasa sebagai orang yang gagal dalam pelayanan, karena ia
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/d2c205b60fc79ea05c0ca678a4256df7.jpeg)
3:22-26
sudah melaksanakan tanggung jawabnya. Yohanes menyadari bahwa suksesnya adalah karunia dari surga (ayat 27). Ukuran sukses adalah sesuai dengan yang Tuhan percayakan kepadanya, tidak lebih dan tidak kurang. Itulah alasan kita perlu tetap setia melayani Tuhan dalam pemberitaan Injil meskipun sudah ada banyak gereja besar di sekitar kita, karena Tuhanlah yang mengatur bagian atau kesuksesan tiap pelayanan. Tuhan yang mempertemukan kita dengan orang-orang yang haus Injil, Tuhan yang mendatangkan orang-orang untuk kita layani dan untuk bergabung dengan gereja kita. Bagian kita adalah tetap setia menjangkau jiwa-jiwa yang belum percaya.
Karena yang Penting Kristus Diberitakan dan Dimuliakan (25-30)
Sebenarnya Yohanes Pembaptis tidak masalah dengan keberadaan Yesus dan pelayanan-Nya, namun murid-muridnya tidak terima sehingga protes di ayat 26. Yohanes Pembaptis tahu posisinya dan menempatkan Yesus pada tempat utama. Ia melakukan itu karena menyadari keberadaan dirinya (ayat 28). Yohanes tetap melayani dengan setia dan semangat karena ia telah menempatkan dirinya pada posisi yang tepat, ia adalah “the right man on the right place.”
Bagi Yohanes Pembaptis, Yesuslah yang diutus Allah Bapa untuk menyelamatkan manusia, sedangkan ia hanyalah pendahulu yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan-Nya. Ketika Yesus semakin populer, Yohanes Pembaptis semakin bersukacita, seperti sahabat mempelai laki-laki, melihat mempelai lakilaki bertemu mempelai perempuan. Ya, Yesus harus di depan dan makin besar, sedangkan Yohanes Pembaptis harus berada di belakang. Kristus harus menjadi pusat pemberitaannya, karena Dialah satu-satunya yang dianugerahkan Allah Bapa untuk menyelamatkan manusia (ayat 27-30).
Alasan kita perlu tetap setia melayani Tuhan dalam pemberitaan Injil meskipun sudah ada orang lain yang juga memberitakan Injil, karena yang penting Kristus diberitakan dan dimuliakan. Kita tidak perlu merasa sebagai saingan. Ketika Paulus ada di penjara dan mendapat informasi bahwa ada orang yang memberitakan Injil karena dengki kepadanya dan karena ingin memperberat hukumannya di penjara, Paulus berkomentar, “Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita.” (Filipi 1:15-18). Paulus senang jika Yesus makin populer, diberitakan apalagi dimuliakan. Dalam kehidupan kita bergereja pun adalah penting untuk melihat bahwa Kristus harus menjadi yang utama. Menempatkan Kristus sebagai yang utama akan menjaga gereja dan para pemberita Injil dari godaan untuk menyombongkan diri.
Karena Masih Banyak Orang yang Belum Percaya (31-36)
Yohanes Pembaptis menegaskan kepada para muridnya bahwa Yesus memiliki kuasa di atas segalanya. Ayat 31 menyatakan, “Siapa yang datang dari surga adalah di atas semuanya.” Yohanes Pembaptis juga mengajarkan bahwa Yesuslah satu-satu-Nya yang diutus Allah Bapa dan diurapi Roh Allah secara tak terbatas (ayat 34). Orang-orang yang menerima dan percaya kepada fakta-fakta tentang Yesus Kristus sebenarnya sedang mengakui bahwa Allah itu benar (ayat 33). Pada saat sama, mereka yang percaya kepada Yesus Kristus akan selamat, beroleh hidup kekal (ayat 36).
Sayangnya ayat 32 menyatakan, “…tetapi tak seorang pun menerima kesaksianNya itu.” Yesus datang dari surga, dan membawa berita surga, tetapi masih banyak yang tidak percaya. Kenyataan itu berakibat pada penyaliban Yesus, bahkan oleh orang-orang yang telah melihat mukjizat-Nya secara langsung. Ini artinya, kita perlu tetap setia melayani Tuhan dalam pemberitaan Injil meskipun sudah ada orang lain yang juga memberitakan Injil, karena kenyataannya masih banyak orang yang belum menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya.
Kesimpulan
Ada seseorang yang memberi kesaksian keselamatan bahwa ia percaya Yesus setelah 11 kali mendengar berita Injil dari orang yang berbeda-beda. Kenyataan semacam itu ada. Oleh karena itu kita perlu tetap memberitakan Injil karena Tuhan yang memberi sukses, karena yang penting Yesus diberitakan dan dimuliakan, dan karena masih banyak orang yang belum percaya.
Pencapaian Belajar
1. Apakah Anda setuju dengan tiga alasan di atas bahwa kita harus tetap memberitakan Injil meski seolah ada saingan di sekitar kita? Mengapa?
2. Apakah Anda mau mendukung program gereja dalam PI meski sudah ada banyak gereja di sekitar Anda? Apa bentuk dukungan yang dapat Anda berikan?
3. Tulislah tekad Anda untuk tetap setia memberitakan Injil kepada orang-orang di sekitar Anda meskipun sudah ada orang lain yang melakukannya!
Pendalaman
Bacalah Alkitab secara rutin untuk menambah pengetahuan Alkitab Anda, sekaligus mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya! Berikan tanda V untuk bagian yang sudah Anda baca selama seminggu ke depan!
PLANS
Senin Selasa Rabu
Yakobus 1:1-8 Yakobus 1:9-11 Yakobus 1:12-15
Kamis Jumat Sabtu
Yakobus 1:16-18 Yakobus 1:19-21 Yakobus 1:22-27
IBADAH YANG SEJATI
Yakobus 1:27
Sumber gambar: https://lifehopeandtruth.com/
Ayat Hafalan:
Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
(Yohanes 12:26)
Kompetensi Belajar
Murid melakukan sebuah pelayanan kepada orang kesusahan di sekitarnya.
Tentunya Anda ingat bahwa saat di dunia, Yesus selalu peduli kepada orangorang yang menderita. Yesus menolong mereka yang sakit atau dikuasai roh jahat, memberi makan mereka yang tidak membawa bekal saat menghadiri pengajaranNya, dan lain sebagainya.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/d556e90606b5868a2a7d120d8b72b6a9.jpeg)
Yakobus yang adalah saudara satu Ibu dengan Yesus, memahami teladan Yesus dan menulis Surat Yakobus. Ia mengajarkan, bahwa ibadah kita adalah sia-sia bila tidak berdampak pada kehidupan kita sehari-hari. Ia bahkan menegaskan bahwa ibadah yang murni dan tak bercacat (tanpa campuran sesuatu yang cemar) adalah mempedulikan orang-orang yang menderita sambil menjaga diri dari pengaruh dosa dunia. Sebagai murid Yesus, kita harus melayani seperti Yesus, dengan mempelajari arti ibadah sejati dari Yakobus 1:27.
Menolong Mereka yang Berada Dalam Kesulitan (27a)
Dalam beribadah, kita telah diajarkan untuk tidak menjadi orang yang hanya suka mendengarkan Firman Tuhan, namun kita harus menjadi orang-orang yang melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan kita. Yakobus menegaskan hal tersebut di ayat 22, “… hendaklah kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.”
Salah satu bukti menjadi pelaku Firman Tuhan menurut Yakobus adalah dengan “mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka” (ayat 27a). Secara khusus pada waktu itu Yakobus melihat para yatim piatu dan janda seringkali diabaikan dan sering mendapat perlakuan yang semena-mena. Ya, pada zaman itu mereka adalah orang-orang yang menderita, karena peluang untuk mencari nafkah sangat sulit, dan mereka tidak memiliki pelindung yang menaungi atau menjaga
mereka. Kita sebagai orang percaya diajak untuk peduli dan mempraktikkan kasih secara nyata kepada sesama yang mengalami kesulitan. Kita harus memahami juga bahwa ayat tersebut juga berlaku kepada semua orang yang mengalami kesulitan dan yang membutuhkan pertolongan. Secara umum kita bisa melihat bahwa begitu banyak orang yang membutuhkan pertolongan, khususnya saat ini banyak yang terdampak pandemi Covid-19. Kesulitan yang mereka alami di antaranya dalam hal ekonomi, pekerjaan, pendidikan, sosial dan bahkan berimbas juga di dalam pelayanan gereja. Menolong mereka yang berada dalam kesulitan adalah bukti kasih dan iman kita sebagai pelaku Firman. Inilah wujud nyata ibadah sejati kita yang harus kita nyatakan kepada sesama kita, terkhusus saudara seiman. “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” (Galatia 6:10)
Menjaga Diri agar Tidak Dicemarkan Dunia (27b)
Perkara-perkara duniawi yang berlebihan seringkali memasuki gereja dan kehidupan rohani orang percaya. Lalu apakah yang harus kita lakukan? Ayat 27b menyatakan untuk “menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.” Istilah “menjaga diri” bukanlah berarti menjauhkan diri dari dunia secara total dan kita tidak berhubungan dengan dunia ini, menyendiri ke tempat-tempat terasing. Yakobus sedang berbicara tentang hal praktis bahwa ibadah yang sejati adalah memperhatikan orang-orang yang menderita dan menjalankan pelayanan tersebut tanpa terpengaruh oleh sistem dunia yang menyesatkan, seperti materialisme, kesombongan, dan ketamakan.
Ya, tanpa disadari bahaya kesombongan materalis masuk gereja, seperti mengenakan perhiasan yang berlebihan saat mengikuti kegiatan gereja, memamerkan besarnya sumbangan ke gereja dan lain sebagainya. Demikian juga ada pemahaman yang menganggap bahwa orang kaya adalah orang yang diberkati Tuhan, sementara orang miskin adalah orang yang berdosa kepada Tuhan, makin mendukung perilaku materialis. Beberapa orang akhirnya berlomba untuk memamerkan materinya. Mereka tidak ingin malu saat ke gereja, sehingga berhutang barang walau miskin, bahkan ada yang korupsi atau melakukan dosa-dosa lain agar dapat disebut sebagai orang yang diberkati. Inilah hal yang harus diwaspadai, orang tidak lagi berfokus kepada pengajaran yang benar di dalam Tuhan, namun menekankan keduniawian.
Kesatuan Antara Pelaksanaan dan Sikap Pelayanan (1:22, 2:17)
Menolong sesama yang dalam kesulitan dan menjaga diri agar tidak dicemarkan dunia adalah satu kesatuan. Dalam menjalankan pelayanan kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita, harus kita laksanakan dengan sikap bijaksana. Tindakan menolong sesama dan menjaga diri dari kecemaran dunia yang dilaksanakan dengan sikap bijaksana, merupakan ibadah yang sejati. Menolong sesama tanpa menjaga diri dari pengaruh dunia, adalah sekedar pelayanan sosial semata. Sedangkan menjaga diri dari pengaruh dunia tanpa melakukan sesuatu apapun bagi orang yang membutuhkan, adalah omong kosong belaka. Itulah yang disampaikan Yakobus 1:22, “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.”
Pelajaran
Ibadah yang Sejati
Ya, kesatuan pelaksanaan dan sikap dalam menolong orang yang menderita adalah bentuk iman yang nampak dalam tindakan. Yakobus 2:17 menyatakan, “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu ______ _____________ adalah _________.” Iman kita pada Kristus harus diwujudnyatakan.
Kesimpulan
Menolong mereka yang berada dalam kesulitan serta menjaga diri agar tidak dicemarkan oleh dunia adalah langkah nyata yang harus disinergikan bersama dengan kawan kita seiman. Kesatuan pelaksanaan pelayanan dan sikap dalam menjalankan pelayanan kepada mereka yang membutuhkan pertolongan adalah bukti kita pelaku Firman.
Pencapaian Belajar
1. Siapakah orang yang menderita dan membutuhkan pertolongan di gereja atau lingkungan Anda? Daftarkan dan jelaskan keadaan mereka kepada kelas!
2. Apakah kecemaran duniawi yang Anda temui di sekitar gereja Anda? Apakah yang dapat Anda lakukan untuk mencegah perbuatan-perbuatan cemar itu masuk ke gereja Anda?
3. Apakah sikap-sikap yang akan Anda perlihatkan kepada orang-orang yang menderita di gereja Anda? Tunjukkanlah kepada mereka, hari ini atau sepanjang minggu ini!
4. Rencanakan bersama kelas untuk menolong mereka yang menderita di lingkungan gereja, khususnya yatim piatu atau janda yang dalam kekurangan! Lakukan sesuai kemampuan kelas dalam minggu ini!
Pendalaman
Bacalah Alkitab secara rutin untuk menambah pengetahuan Alkitab Anda, sekaligus mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya! Berikan tanda V untuk bagian yang sudah Anda baca selama seminggu ke depan!
PLANS
Senin Selasa Rabu
Matius 24:15-28 Matius 24:29-36 Matius 24:37-44
Kamis Jumat Sabtu
Matius 24:45-51 Matius 25:1-13 Matius 25:14-46
MELAYANI KRISTUS DENGAN MELAYANI ORANG LAIN Matius 25:31-46
Sumber gambar: www.crosswalk.comAyat Hafalan:
Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
(Matius 25:40)
Kompetensi Belajar
Murid menanggapi pentingnya mengingatkan orang-orang masa kini tentang pertanggungjawaban di akhir zaman.
Pada saat ini agak sulit untuk membedakan pengikut Yesus yang sejati dan yang palsu, demikian juga antara Kristen dan non-Kristen. Ada orang yang mengaku Kristen tapi suka melakukan tindakan kejahatan. Sebaliknya, ada orang non-Kristen yang baik dan suka bersedekah. Ya, akan tiba saatnya Tuhan sendiri akan memisahkan manusia ke dalam dua kelompok, yang diterima-Nya dan yang ditolak-Nya. Kita akan belajar dari Matius 25:31-46 tentang alasan pentingnya mengingatkan orang-orang masa kini akan pertanggungjawaban di akhir zaman.
Agar Manusia Sadar Akan Penghakiman Kristus (31-33)
Pada akhir zaman, Yesus akan datang sebagai hakim dan bersemayam di takhta kemuliaan-Nya. Yesus berhak menjadi hakim karena Dialah yang telah menciptakan segala sesuatu (Kolose 1:16). Sebagai Pencipta sekaligus pemilik atas segala ciptaan, Yesus berhak meminta pertanggungjawaban kepada manusia yang diciptakan-Nya. Pada ayat 31 ini, Yesus digambarkan bertakhta sebagai Raja sekaligus Hakim yang menentukan nasib umat manusia. Keberadaan ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Penghakiman-Nya akan menentukan nasib seseorang, antara mengalami sengsara selamanya atau mengalami kebahagiaan kekal. Penghakiman Yesus tidak terbatas pada orang Kristen saja, atau orang Yahudi saja, tetapi seluruh umat manusia, dari bangsa dan agama apapun juga. Inilah alasan pentingnya kita mengingatkan orang-orang masa kini tentang pertanggungjawaban di akhir zaman yaitu agar mereka sadar bahwa Yesus pencipta alam semesta akan datang kembali untuk meminta pertanggungjawaban setiap orang berkenaan dengan perbuatan mereka. Sudahkah kita bersiap untuk menghadapi pengadilan Kristus?
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/c966a8132741cbacc3cec39881854d8e.jpeg)
Agar Manusia Sadar Akan Hidupnya (34-46)
Seluruh umat manusia akan dikelompokkan menjadi 2 grup saja. Pertama, kelompok domba yaitu orang benar (ayat 34, 37). Domba ini adalah orang yang beriman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya sehingga orang itu dianggap benar di mata Allah (Roma 5:1). Mereka yang ada di kelompok domba ini mendapat sambutan dan pahala yang indah oleh karena mereka melakukan perbuatan baik kepada orang-orang yang hina. Kelompok domba itu memberi makan dan minum kepada mereka yang membutuhkan, memberi tumpangan pada orang asing, memberi pakaian pada orang yang telanjang, mengunjungi orang sakit, dan mengunjungi mereka yang dipenjara (ayat 35-40).
Namun demikian penjelasan ini tidak mengajarkan bahwa keselamatan seseorang ditentukan oleh perbuatan baiknya. Tidak. Frasa “terimalah kerajaan” dalam bahasa aslinya dapat diterjemahkan sebagai “warisilah kerajaan” sesuatu yang tidak diusahakan manusia, tetapi sudah disiapkan Allah bagi orang percaya bahkan sebelum dunia dijadikan (ayat 34). Kelompok domba ini juga tidak merencanakan bahwa perbuatan baik mereka akan digunakan untuk membayar tiket masuk kerajaan. Itulah sebabnya mereka terkejut. Perbuatan baik yang sudah menjadi gaya hidup mereka untuk peduli kepada orang-orang yang membutuhkan itu, ternyata mendapat penghargaan yang seindah itu (ayat 37). Keselamatan kita hanya karena kasih karunia Allah yang kita terima dengan beriman kepada Kristus.
Kedua, kelompok kambing yaitu orang terkutuk yaitu orang yang tidak percaya kepada Kristus. Mereka diusir dari hadapan Yesus untuk menuju ke dalam api yang kekal yang telah tersedia bagi Iblis dan para pengikutnya (ayat 41). Yesus sebagai hakim melihat kelompok ini TIDAK melakukan sesuatu untuk orang-orang yang hina itu (ayat 45). Mereka tidak melakukan perbuatan itu karena mereka tidak percaya kepada Kristus sehingga tidak meneladani Kristus.
Yesus tidak membuat kelompok ke-3, karena tempatnya hanya dua, yaitu surga dan neraka. Kedua kelompok tersebut dihakimi berdasarkan hidup yang telah dijalani, yang sebenarnya merupakan perwujudan iman mereka. Iman kita kepada Yesus akan tercermin dari pelayanan kita kepada orang hina. Jika kita mengaku sebagai orang Kristen maka pasti hidup kita akan melayani Kristus dengan melayani orang-orang hina itu. Jika tidak, mungkin kita adalah kelompok kambing. Inilah alasan pentingnya kita mengingatkan orang-orang masa kini tentang pertanggungjawaban di akhir zaman yaitu agar kita sadar bahwa cara hidup kita merupakan perwujudan iman, kepada Yesus atau bukan kepada Yesus. Sudahkah kita hidup sesuai iman kita kepada Kristus?
Agar Manusia Sadar Akan Konsekuensi Pilihannya (34, 41, 46)
Kedua kelompok tersebut masing-masing mendapatkan keputusan akan tujuan akhir mereka. Manusia hidup dihadapkan pada pilihan-pilihan dan tiap pilihan akan membawa konsekuensi. Pilihan berkenaan dengan Yesus, membawa konsekuensi yang bersifat kekal, tidak dapat dibatalkan maupun diubah di tengah jalan. Jika kita memilih beriman kepada Kristus sehingga kita melayani Kristus dengan menolong orang-orang yang hina, maka konsekuensinya kita akan mewarisi kerajaan. Sebaliknya jika kita tidak percaya Kristus sehingga tidak mau melayani Kristus, maka konsekuensinya kita akan menuju api yang kekal.
Inilah alasan pentingnya kita mengingatkan orang-orang masa kini tentang pertanggungjawaban di akhir zaman yaitu agar kita sadar bahwa tiap pilihan ada konsekuensinya. Sadarkah kita akan konsekuensi pilihan kita?
Kesimpulan
Oleh karena Yesus akan meminta pertanggungjawaban dari setiap manusia, oleh karena pertanggungjawaban itu berkenaan dengan hidup yang kita jalani dan oleh karena pertanggungjawaban itu membawa konsekuensi kekal, maka kita perlu mengingatkan orang-orang masa kini tentang pertanggungjawaban di akhir zaman. Sebagai murid Kristus mari kita siap menyambut hari penghakiman itu. Orang yang beriman pada Kristus pasti akan meneladani Kristus dengan melayani orang-orang hina yang ada di sekitarnya.
Pencapaian Belajar
1. Apakah Anda setuju dengan tiga alasan bahwa kita harus mengingatkan orangorang masa kini tentang pertanggungjawaban pada akhir zaman? Mengapa Anda setuju alasan 1, 2 dan 3?
2. Apakah Anda mau menyambut tugas untuk mengingatkan orang-orang masa kini tentang pertanggungjawaban pada akhir zaman? Bagaimana caranya?
3. Apakah Anda mau mendukung program gereja untuk menolong orang-orang yang hina? Apakah bentuk dukungan Anda?
Pendalaman
Bacalah Alkitab secara rutin untuk menambah pengetahuan Alkitab Anda, sekaligus mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya!
READING PLANS
Senin Selasa Rabu
Galatia 3:1-29 Galatia 4:1-20 Galatia 4:21-31
Kamis Jumat Sabtu
Galatia 5:1-15 Galatia 5:16-26 Galatia 6:1-10
BERBUAT BAIK KEPADA SEMUA ORANG
Galatia 6:1-10
Ayat Hafalan:
Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawankawan kita seiman.
(Galatia 6:10)Kompetensi Belajar
Murid melakukan suatu tindakan membantu orang lain yang di sekitarnya.
Siapakah di antara kita yang tak pernah bersalah? Tentu kita semua pernah bersalah. Ketika kita bersalah, ada orang-orang yang baik hati yang menolong kita bangkit dari kesalahan kita dan melanjutkan hidup (move on) bersama Tuhan. Itu adalah suatu perkara yang membahagiakan. Hari ini kita mau belajar tentang berbuat baik kepada semua orang. Galatia 6:1-10 mengajak kita untuk melihat secara menyeluruh hingga kepada hal yang menjadi prioritas kita. Mulai dari berbuat baik kepada semua orang, berbuat baik kepada kawan-kawan, dan berbuat baik kepada kawan-kawan kita seiman.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/cfd58cb2fcd22ac34d6945b49f9b1b04.jpeg)
Berbuat Baik kepada Semua Orang (10a)
Berbuat baik adalah perkara yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Perbuatan baik kita bukanlah agar kita mendapat keselamatan dan kehidupan kekal. Ketika kita melakukan perbuatan baik, ini adalah tanda bahwa kita adalah orang percaya yang telah menerima kasih dan keselamatan dari Tuhan. Ya, Kristus menjadi panutan dan contoh tertinggi bagi hidup mengasihi dan melayani, itulah sebabnya Kristus harus menjadi model cara hidup orang percaya untuk berbuat baik kepada semua orang (Yohanes 13:34).
Perbuatan baik dapat kita nyatakan kepada siapun juga tanpa mengenal batas waktu, tempat, sosial, pekerjaan, dan semua latar belakang kita. Bentuk perbuatan baik itu bermacam-macam di antaranya menolong mereka yang sakit, menyokong dana bagi mereka yang kekurangan, dan lain sebagainya yang dapat disesuaikan dengan keadaan mereka yang membutuhkan pertolongan. Bahkan kita dapat berbuat baik kepada orang yang membenci kita atau musuh kita (Lukas 6:27). Berbuat baik kepada musuh akan mencerminkan jati diri kita di dalam Kristus. Dengan berbuat baik kepada semua orang, sesungguhnya sama dengan menceritakan dan
membagikan kasih Kristus kepada mereka.
Berbuat Baik kepada Kawan-Kawan (9a)
Berbuat baik dapat kita lakukan kepada semua orang, ya kepada siapapun juga. Namun karena keterbatasan kemampuan kita untuk berbuat baik kepada semua orang, kita perlu membuat skala prioritas. Bagaimana kita dapat berbuat baik kepada orang yang tak kita kenal, sedangkan keadaan kawan yang kita kenal, yang dekat dengan kita, tidak kita perhatikan. Nah, ini tentu menjadi perhatian bagi kita dan menjadi prioritas bagi arah perbuatan baik kita.
Kawan-kawan yang dimaksud adalah kawan kita yang terdekat, bisa sahabat, teman, tetangga, keluarga, kerabat, dan seterusnya. Ya, perbuatan baik kita akan lebih efektif jika kita arahkan kepada orang yang kita kenal. Mengenal di sini dalam arti mengetahui latar belakang hidupnya, situasi kondisi yang sebenarnya, dampaknya bila kita menolong atau tidak menolong orang itu dan lain sebagainya. Pengetahuan tentang orang yang akan kita tolong, akan menjadikan bantuan kita tepat guna dan menjadi berkat bagi orang itu. Setidaknya kita menjadi teladan dalam berbuat baik, seperti yang dinyatakan dalam Titus 2:7a, “dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik.” Demikian juga Alkitab menasihatkan kita agar kita tidak jemujemu berbuat baik karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai hasil dari perbuatan baik itu berupa kebaikan juga.
Berbuat Baik kepada Kawan Seiman (10)
Prioritas utama perbuatan baik kita adalah kepada kawan kita seiman. Bagaimana tidak, masakan kita tidak memperhatikan kawan seiman lebih dulu, yang lebih dekat dengan kita, lebih memahami kita, lebih memiliki kaitan dengan kita dalam soal iman daripada orang lain pada umumnya? Alkitab memberi alasan bahwa kita harus berbuat baik kepada saudara seiman. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh (I Korintus 12:13). Selanjutnya Efesus 4:16 menyatakan bahwa kita semua telah diikat menjadi satu untuk bertumbuh dan membangun diri dalam kasih. Inilah yang harus kita lakukan sebagai satu tubuh yakni membangun diri dalam kasih melalui perbuatan baik.
Berbuat baik kepada kawan kita seiman menunjukkan ikatan senasib sepenanggungan di dalam Kristus. Saudara-saudara seiman ini bisa di gereja, sesama gereja Baptis se BPD hingga secara Nasional se GGBI, dan teman-teman seiman denominasi lain yang berada dekat dengan kita. Bentuk perbuatan baik yang dapat kita lakukan di antaranya: kita dapat saling menanyakan kabar lewat telepon atau WA dan berbagi beban pergumulan dan saling mendoakan. Kita juga bisa saling mengingatkan dan menasihati, memberikan dorongan semangat untuk terus berpengharapan di tengah situasi saat ini. Kita juga bisa memberi bantuan yang bersifat material untuk saudara seiman yang mengalami kesulitan materi, atau dengan cara-cara dan bentuk lainnya. Pasti ada pengorbanan untuk melakukan itu semua, baik tenaga, waktu, uang, pemikiran, kenyamanan, dan sebagainya. Perbuatan baik yang kita lakukan mungkin sederhana, tetapi benih yang baik yang kita tabur dalam ketaatan dan kesetiaan, tidak akan pernah sia-sia.
Kesimpulan
Sebagai murid Kristus, berbuat baik adalah hal yang sepatutnya kita lakukan. Namun demikian karena keterbatasan kita, maka kita perlu membuat skala prioritas dalam berbuat baik. Kita perlu berbuat baik terutama kepada saudara seiman, kemudian kepada kawan-kawan kita, dan kemudian kepada semua orang.
Pencapaian Belajar
1. Siapakah orang-orang yang membutuhkan pertolongan di sekitar Anda yang masuk kategori semua orang, kawan-kawan atau saudara seiman? Buatlah daftar tiga nama untuk masing-masing kategori!
2. Seandainya Anda mempunyai kemampuan untuk menolong mereka semua, apakah bentuk pertolongan yang akan Anda berikan kepada mereka?
3. Praktikkanlah perbuatan baik secara pribadi kepada saudara seiman dan kepada kawan-kawan dalam minggu ini! Ingatlah, bentuk perbuatan baik tidak selalu berupa bantuan materi. Laporkan hasilnya pada guru dan kelas Minggu depan.
Pendalaman
Bacalah Alkitab secara rutin untuk menambah pengetahuan Alkitab Anda, sekaligus mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya!
Berikan tanda V untuk bagian yang sudah Anda baca selama seminggu ke depan!
READING PLANS
Senin Selasa Rabu
Yesaya 41:1-7; 42:1-9 Yesaya 49:1-7
2 Samuel 7:1-17
Kamis Jumat Sabtu
Yesaya 7:10-15 Yesaya 9:1-6 Lukas 1:26-38
KETAATAN MARIA
Lukas 1:26-38
Ayat Hafalan:
Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu. (Lukas 1:38)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/5c888c277b22741fa844087f52d6d36b.jpeg)
Sumber gambar: i.etsystatic.com
Kompetensi Belajar
Murid memahami hamba yang taat kepada ketetapan Tuhan.
Ketaatan adalah perkara yang tidak mudah untuk dilakukan, terlebih ketika seseorang yang diperintahkan untuk taat itu tidak mengerti tugas yang harus dikerjakannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa ketaatan adalah perubahan sikap dan tingkah laku seseorang untuk mengikuti perintah dari orang lain. Ketaatan membutuhkan perubahan seseorang, dari tidak mau menjadi mau melakukan perintah, walau kadang sulit untuk dimengerti atau dipahami. Hari ini kita akan belajar tentang ketaatan dari Maria, Ibunda Yesus. Dari Lukas 1:26-38 kita akan menggali unsur-unsur ketaatan yang dimiliki oleh Maria sebagai pribadi yang menjadi teladan ketaatan kita. Dalam ketidakmengertiannya Maria tetap percaya, berserah dan siap melakukan yang Tuhan kehendaki dan perintahkan.
Tidak Mengerti Namun Percaya (28-29)
Maria menjadi teladan bagi kita dalam hal tidak mengerti namun percaya. Betapa tidak, dalam kegamangannya ia diberitahu Malaikat Gabriel bahwa dirinya akan menjadi alat bagi Tuhan dengan mengandung Juru Selamat dunia, yaitu Yesus Kristus, Anak Allah Yang Mahatinggi (Lukas 1:30-32). Maria tidak mengerti mengapa dirinya yang dipilih, mengapa ia yang ditemui dan disapa oleh Malaikat Gabriel, hingga ia terkejut dan bertanya-tanya apa arti semua itu? (ayat 28-29). Ya, secara manusia peristiwa ini mengejutkan dan membingungkannya. Bagaimana tidak, ia akan mengandung tanpa hubungan suami istri, lalu apa kata dunia nanti? Ia akan menghadapi situasi-situasi sulit berkenaan dengan berita dari malaikat itu. Adalah perbuatan yang indah yang dilakukan oleh Maria ketika ia mendapat
Lukas 1:26-38
pesan dari Tuhan melalui malaikat-Nya. Maria tidak melakukan tindakan bodoh dengan menertawakan berita tersebut, namun dengan penuh hormat ia menerima dengan ucapan syukur. Maria juga tidak menanggapi berita itu sebagai suatu kebohongan (hoaks), namun ia percaya sepenuhnya bahwa Tuhan mempunyai rencana yang indah bagi dirinya dan dunia. Itulah teladan yang indah yang Maria tunjukkan bagi kita. Ia tetap percaya walau tidak benar-benar mengerti perkara yang Tuhan nyatakan kepadanya dan yang akan terjadi kemudian. Maria percaya dalam ketidakmengertiannya bahwa Tuhan akan melakukan yang terbaik bagi dirinya dan dunia sesuai dengan rencanaNya. Adakah sesuatu yang tidak Anda mengerti dari kehendak Tuhan? Tirulah teladan Maria dengan tetap percaya kepada pribadi dan janji Tuhan sehingga Anda dapat menaati ketetapan Tuhan.
Tidak Mengerti Namun Berserah (34-35, 38a)
Dalam ketaatan ada faktor perubahan yang terjadi dalam diri penerima perintah dan perubahan itu akan menentukan bahwa ia layak disebut taat atau tidak. Dalam hal ini Maria membuktikan bahwa ia pribadi yang taat ketika Malaikat Gabriel telah menyampaikan pesan tersebut, ia bertanya dengan sopan meskipun berita yang ia terima itu melampui pikiran manusia (ayat 34). Adalah wajar saat seorang wanita menanyakan cara ia dapat mengandung tanpa ada suami. Inilah ketidakmengertian Maria yang diutarakan kepada Gabriel yang membawa berita itu kepadanya. Namun demikian mengapa Maria tidak dihukum, sedangkan Zakharia mendapat hukuman karena mempertanyakan cara kehendak Tuhan diwujudkan dalam hidupnya kepada malaikat yang membawa berita itu? (Lukas 1:20).
Patut kita yakini bahwa Allah mahatahu dan mahaadil sehingga perbedaan tindakan kepada Maria dan Zakharia pasti didasarkan pada kedua sifat itu. Pertanyaan yang diajukan Zakharia lebih kepada ketidakpercayaan dan tanpa penyerahan diri, karena sebagai keluarga imam ia mempunyai pengetahuan tentang Abraham dan Sara yang mempunyai keturunan di usia tua (Lukas 1:18). Sedangkan pertanyaan Maria berdasarkan kerendahan hati untuk mendapatkan klarifikasi karena ia berkomitmen menjaga kekudusan di hadapan Tuhan sampai tiba saatnya bersuami. Maria bertanya dan mendapat jawaban dari Gabriel, kemudian ia merespons dengan tepat berita itu dengan berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan.” Maria menyadari jati dirinya di hadapan Allah dan berserah pada Allah atas hidupnya karena ia hamba-Nya. Adakah sesuatu yang tidak Anda mengerti dari kehendak Tuhan? Tirulah teladan Maria dengan tetap berserah kepada pribadi dan rencana Tuhan sehingga Anda rela menaati ketetapan Tuhan.
Tidak Mengerti Namun Siap Melakukan (38b)
Unsur ketiga dalam ketaatan adalah kesiapan untuk melakukan perintah. Maria mendapat berita yang luar biasa dari Malaikat Gabriel. Maria memang tidak mengerti alasan Tuhan mempunyai rencana ini baginya namun ia percaya. Ia pun berserah sepenuhnya pada Tuhan. Bukti lain dari ketaatan Maria adalah kesiapannya untuk melakukan yang Tuhan kehendaki, seperti yang ia nyatakan dalam kalimat “… jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (ayat 38b). Segala konsekuensi mungkin berkecamuk dalam pikiran Maria, mulai dari mengandung di luar nikah, pengalaman pertama mengandung, reaksi tunangannya
Pelajaran 10: Ketaatan Maria
serta keluarga dan tetangganya terhadap keadaan itu, risiko yang mungkin terjadi saat persalinan, persiapan-persiapan yang belum ia lakukan, serta perkara-perkara lainnya. Nampaknya semua yang sedang berkecamuk itu tidak mendominasi pilihan sikap Maria. Sebaliknya, ia justru mengambil keputusan untuk tunduk kepada maksud dan rencana Tuhan yang lebih besar dari segala risiko yang akan dihadapinya. Maria memilih melakukan yang Tuhan kehendaki dalam hidupnya. Adakah sesuatu yang tidak Anda mengerti dari kehendak Tuhan? Tirulah teladan Maria dengan siap melakukan kehendak Tuhan itu karena yang terbaik telah disiapkan Allah bagi Anda.
Kesimpulan
Ketika Tuhan menyatakan rencana-Nya yang indah bagi kita dengan memilih kita untuk menjadi alat-Nya, mari menjalankannya dengan penuh ketaatan. Percaya, berserah, dan siap melakukan itulah ketaatan. Mari kita ikuti teladan Maria dan menjadi pribadi-pribadi yang taat kepada Tuhan.
Pencapaian Belajar
1. Jelaskan dengan kalimat Anda sendiri tentang “tidak mengerti namun percaya” sesuai dengan penjelasan di pelajaran 10 ini!
2. Jelaskan dengan kalimat Anda sendiri tentang “tidak mengerti namun berserah” sesuai dengan penjelasan di pelajaran 10 ini! Apakah Anda pernah tidak berserah kepada Tuhan seperti Zakharia? Mengapa?
3. Apakah Anda pernah mengalami keadaan “tidak mengerti namun siap melakukan” berkenaan dengan kehendak Tuhan? Ceritakanlah pengalaman Anda!
Pendalaman
Bacalah Alkitab secara rutin untuk menambah pengetahuan Alkitab Anda, sekaligus mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya! Berikan tanda V untuk bagian yang sudah Anda baca selama seminggu ke depan!
Senin Selasa Rabu
Matius 2:1-12 Matius 2:13-15 Matius 2:16-18
Kamis Jumat Sabtu
Matius 2:19-23 Matius 1:1-11 Matius 1:12-25
KETAATAN YUSUF
Matius 1:18-25
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/e9619289e8bc513445eda9b80676b288.jpeg)
Ayat Hafalan:
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (Matius 7:21)
Sumber gambar: pinterest.com
Kompetensi Belajar
Murid memahami tentang hamba yang taat kepada perintah Tuhan.
Pernahkah kita melihat bangunan yang mangkrak? Mungkin kita merasa kasihan atas uang yang terbuang sia-sia. Salah satu penyebab mangkraknya suatu proyek adalah adanya pihak-pihak yang tidak taat dalam menjalankan kesepakatan atau perintah yang diberikan. Akibatnya dana habis sebelum proyek selesai, konstruksi atau desain bangunan tidak seperti yang diharapkan, dan sebagainya. Ujung-ujungnya, pemilik proyek dipermalukan karena pekerjaannya tidak tuntas. Disadari atau tidak, Tuhan sedang melaksanakan proyek-Nya dalam hidup kita atau proyek-Nya melalui hidup kita untuk kepentingan orang banyak. Sayangnya proyek itu dapat tertunda penyelesaiannya, atau kacau apabila kita tidak taat melakukan bagian kita. Hari ini kita mau belajar dari Matius 1:18-25 tentang ketaatan Yusuf yang dilibatkan dalam proyek Tuhan untuk umat manusia. Secara khusus kita akan melihat bukti ketaatan Yusuf kepada perintah Tuhan.
Yusuf Rela Memperhatikan Firman Allah (18-24)
Saat mengetahui bahwa Maria hamil bukan dengan dirinya, Yusuf bermaksud menceraikan Maria dengan diam-diam. Mengapa? Yusuf adalah seorang yang tulus hati dan tidak ingin mencemarkan nama Maria. Bila Yusuf membongkar kehamilan itu kepada masyarakat, maka nama Maria cemar dan Maria akan dijatuhi hukuman mati dengan cara dirajam batu. Ketika Yusuf mempertimbangkan rencana itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “…janganlah engkau takut mengambil Maria menjadi isterimu…” (ayat 20). Malaikat itu tidak berkata, “Jangan sakit hati.” Tuhan tentu tahu hati Yusuf yang lebih merasa takut daripada sakit hati. Ia takut menghadapi kenyataan yang begitu menggoncangkan hidupnya dan dengan
Matius 1:18-25
segala risiko yang akan diterimanya bila ia meneruskan hubungan dengan Maria. Namun cermatilah bahwa setelah bangun dari tidurnya, Yusuf mengambil Maria menjadi isterinya. Jika Yusuf bukan orang yang memperhatikan Firman Allah, tentu keputusannya akan berbeda dari yang diFirmankan Allah melalui malaikatNya. Ketaatan Yusuf terbukti dari kerelaannya untuk memperhatikan Firman Allah. Yang dimaksud dengan memperhatikan di sini mencakup memberi telinga, mengarahkan pandangan, tidak mengizinkan apapun mengganggu konsentrasi, merenungkan pesan yang disampaikan sehingga tidak akan lupa dan sebagainya. Jika tidak ingin salah melangkah dan mau mewujudkan rencana indah Allah dalam hidup kita atau melalui hidup kita, kita harus taat memperhatikan Firman-Nya atau petunjuk-Nya.
Yusuf Rela Melakukan Perintah Allah dengan Segera (24)
Sungguh luar biasa ketaatan Yusuf. Sebelum tidur ia mempertimbangkan rencana untuk menceraikan Maria, saat bangun dari tidurnya, Yusuf langsung mengambil Maria menjadi istrinya. Kalimat di ayat 24 menyatakan, “…Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.” Ia bukan seorang militer, ia seorang tukang kayu, tetapi sikapnya terhadap perintah Allah, seperti seorang militer yang langsung melaksanakan perintah komandannya. Kita tidak melihat ada perbantahan dari Yusuf kepada Tuhan, bahkan pertimbangannya diabaikan dan langsung melaksanakan perintah Tuhan.
Kadang pekerjaan Iblis bukanlah mempengaruhi orang itu untuk melawan perintah Tuhan. Iblis sering juga menggoda orang percaya untuk menunda melakukan perintah Tuhan sehingga makin lama, perintah itu dilupakan dan tanpa disadari kita sudah melawan Tuhan. Saat kita menunda melaksanakan perintah Tuhan dengan alasan apapun, sebenarnya kita sedang terjerat godaan Iblis. Kita perlu bertobat.
Yusuf tidak mengerti semua hal, tapi ia melakukan perintah Allah dengan segera karena ia mempercayai Tuhan yang akan melakukan perkara indah dalam hidupnya dan dalam hidup umat manusia. Ia sedang dilibatkan dalam proyek besar Allah untuk menghadirkan Juru Selamat manusia dan untuk menggenapi nubuat nabi Yesaya (ayat 23). Kita melihat bahwa ketaatan Yusuf terbukti dari kerelaannya untuk melakukan perintah Allah dengan segera, tanpa menundanya. Jika ingin mewujudkan rencana indah Allah dalam hidup kita atau melalui hidup kita, marilah kita taat dengan segera melakukan perintah Allah.
Yusuf Rela Berkorban Demi Rencana Allah (25)
Yusuf pantas untuk sakit hati saat mengetahui bahwa tunangannya telah hamil bukan dari perbuatannya. Meski mereka bertunangan, dalam budaya Yahudi pada masa itu, tunangan ini sudah berstatus suami istri, hanya saja mereka tidak boleh melakukan hubungan suami istri sebelum menjalani upacara pernikahan. Itulah sebabnya di ayat 19, mereka sudah disebut sebagai suami istri. Namun saat Yusuf melakukan perintah Tuhan untuk mengambil Maria menjadi istrinya, ia tidak boleh bersetubuh dengan Maria. Apakah Yusuf sakit hati? Tidak ada penjelasan tentang perasaan Yusuf saat menjalani itu, tetapi komitmennya untuk segera melaksanakan perintah Allah pasti membuat dia dengan sukarela mengorbankan kepentingannya demi proyek Allah.
Ketaatan Yusuf
Jika Yusuf bersetubuh dengan Maria sebelum Yesus lahir, orang dapat berkata bahwa Yesus lahir dari hasil persetubuhan mereka. Kelahiran Yesus dari seorang perawan adalah penting karena Firman Allah harus digenapi (Yesaya 7:14), karena untuk menunjukkan kuasa Allah yang hebat, karena Yesus haruslah tanpa dosa bahkan sejak dalam kandungan dan alasan-alasan lainnya. Kita melihat bahwa ketaatan Yusuf terlihat dari kerelaannya untuk berkorban agar rencana Allah terwujud dan tidak terganggu oleh kepentingan pribadinya. Jika ingin mewujudkan rencana indah Allah dalam hidup kita atau melalui hidup kita, marilah kita taat dengan rela berkorban bagi rencana Allah.
Kesimpulan Allah yang empunya proyek akan dipermalukan bila kita tidak taat melaksanakan bagian kita. Marilah kita meniru teladan Yusuf untuk taat pada perintah Allah. Ketaatan Yusuf ditunjukkan dengan memperhatikan petunjuk Allah, dengan segera melakukan perintah Allah dan dengan rela mengorbankan kepentingannya agar proyek Allah terlaksana. Mari berbenah diri agar kita taat seperti Yusuf.
Pencapaian Belajar
1. Jelaskan dengan kalimat Anda sendiri tiga bukti bahwa Yusuf adalah orang yang taat kepada perintah Tuhan!
2. Apakah yang mungkin akan terjadi seandainya Yusuf tidak menaati perintah Tuhan?
3. Apakah Anda sudah menaati perintah Tuhan sama seperti Yusuf? Apakah kendala terbesar Anda untuk menaati perintah Tuhan? Pendalaman
Bacalah Alkitab secara rutin untuk menambah pengetahuan Alkitab Anda, sekaligus mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya! Berikan tanda V untuk bagian yang sudah Anda baca selama seminggu ke depan!
READING PLANS
Senin Selasa Rabu
Lukas 1:1-25 Lukas 1:26-38
Lukas 1:39-45
Kamis Jumat Sabtu
Lukas 1:57-66
Lukas 1:67-80
Lukas 2:1-7
KELAHIRAN YESUS
Lukas 2:1-7
Ayat Hafalan:
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
(Matius 22:37-38)
Kompetensi Belajar
Murid mampu memberi tanggapan perihal peristiwa kelahiran Yesus Kristus.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/8504e337976d9646f4dcd624971f044f.jpeg)
Pada masa Natal dan Tahun Baru beberapa orang biasanya mulai mempersiapkan diri untuk perjalanan pulang kampung. Beberapa persiapan di antaranya adalah membeli tiket angkutan umum, menyiapkan makanan, pakaian, oleh-oleh, dan lain-lain. Semua itu dilakukan untuk bertemu keluarga di tempat tujuan.
Dari Alkitab, kita tahu bahwa ada sepasang manusia yang sedang menempuh perjalanan pulang kampung, tetapi bukan untuk perayaan Natal dan Tahun Baru. Mereka itu adalah Yusuf dan Maria. Hari ini, kita akan mengambil tiga nilai penting dari perjalanan Yusuf dan Maria sebagaimana yang dikisahkan dalam Lukas 2:1-7.
Menghormati Pemimpin (1-2)
Yusuf dan Maria menghargai serta menghormati Kaisar Agustus, pemimpinnya. Mereka menjalankan perintah Kaisar untuk mendaftarkan status mereka sebagai penduduk Betlehem (ayat 1). Mereka tidak melawan dengan berbagai argumen, tetapi menjalankan perintah itu. Dalam perikop ini, pemimpin yang dimaksud adalah pemerintah yang sedang berkuasa. Mereka harus kita hormati sesuai pernyataan Alkitab, “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.” (Roma 13:1). Beberapa contoh ketaatan kepada pemerintah a.l.: menaati peraturan lalu lintas, membayar pajak, dan lain-lain. Ingatlah perkataan Yesus “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Matius 22:21)
Pemimpin lain yang perlu kita hormati adalah mereka yang dipanggil khusus untuk mengajarkan Firman Allah. “Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh
Sumber gambar: fineartamerica.com
Lukas 2:1-7 menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka.” (I Tesalonika 5:12-13a, bandingkan dengan Ibrani 13:7, 17). Pelajarilah Bilangan 12:1-16, yang mengajarkan bahwa bila kita tidak menghormati hamba Tuhan, maka Tuhan yang akan bertindak terhadap kita. Daud adalah salah satu contoh pribadi yang menghormati orang yang diurapi Tuhan sehingga ia tidak mau membunuh Raja Saul meski ia memiliki kesempatan itu (I Samuel 24:10). Dalam semuanya itu, penghormatan kita yang utama dan terutama adalah kepada Allah Bapa pemilik hidup kita.
Fokus pada Tujuan (3-5)
Saat kita mengendarai kendaraan maka kita harus fokus ke depan, agar kita melaju di jalan yang tepat, tidak mengganggu pengendara lain dan tidak celaka hingga sampai tujuan dengan selamat. Yusuf dan Maria fokus pada tujuan mereka untuk kembali ke Betlehem sesuai dengan perintah Kaisar (ayat 3-4). Tentu bukan hal yang mudah karena perjalanan dari Nazaret ke Betlehem bukan dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum dengan jalan dan fasilitas yang baik. Menurut Google jarak Nazaret ke Betlehem adalah 156,3 km yang dapat ditempuh selama 2 jam 30 menit dengan mobil. Jika berjalan kaki dengan rute terdekat maka waktu tempuhnya 31 jam untuk jarak 145 km.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/e6b304b54399d689b9e4c95b9f979de0.jpeg)
Ada kemungkinan perampok atau binatang buas menyerang dalam perjalanan. Di samping itu, cuaca tidak selalu sesuai yang mereka harapkan. Kondisi Maria yang sedang hamil dan perbekalan yang mereka bawa, membuat perjalanan itu tidak mudah. Namun mereka mengikuti rencana Tuhan dan fokus pada tujuan untuk ikut terlibat dalam menggenapi rencana Allah bagi bangsa-bangsa. Fokus pada tujuan akan menolong kita bertahan ketika godaan untuk menyimpang datang dalam hidup kita. Fokus pada tujuan tentu akan mendapat penyertaan Allah dan menikmati kebahagiaan dan keindahan yang sudah disiapkan Allah di akhir perjalanan.
Menempatkan Yesus pada Tempat yang Tepat (6-7)
Tempat itu sangat penting bagi kita. Kalau saat naik angkutan umum, kita tidak mendapat tempat duduk, pasti hal itu tidak menyenangkan. Jika kita tidak memiliki rumah tempat tinggal, pastilah kita sangat sedih. Yusuf dan Maria mengalami
Kelahiran Kristus
peristiwa tidak mendapat tempat yang layak untuk melakukan persalinan. Syukurlah meski sederhana mereka mendapatkan kandang hewan untuk persalinan dan palungan untuk meletakkan bayi Yesus. Apakah kita meletakkan Yesus di tempat yang tepat dalam hidup kita? Banyak orang tidak meletakkan Yesus di tempat yang layak bagi-Nya. Hingar bingar perayaan Natal kadang melupakan dan menggeser Yesus dari tempat yang seharusnya. Yesus seharusnya ditempatkan di palungan hati kita.
Ketika Penulis melayani di Kupang bersama Tim Rebana untuk Pengungsi Timor-Timur, seorang dokter Rumah Sakit Baptis menjelaskan pada Penulis bahwa bentuk hati manusia mirip palungan. Sungguh luar biasa ! Yesus rindu hadir menempati hati tiap manusia. Hati itu sebenarnya tempat darah kotor dibersihkan. Yesus ingin lahir di palungan hati kita dan membersihkan serta menyucikannya. Tidakkah kita rindu hati kita dibersihkan dan disucikan oleh Yesus Kristus? Mari tempatkan Yesus dalam hati kita!
Kesimpulan
Sebagaimana teladan Yusuf dan Maria dalam menanggapi kelahiran Yesus, kita pun perlu memberi tanggapan yang tepat pada peristiwa kelahiran Yesus. Kita harus menghargai dan menghormati pemimpin, kita juga harus fokus pada tujuan, dan yang terutama kita harus memberi tempat yang layak bagi Yesus dalam hidup kita.
Pencapaian Belajar
1. Apakah Anda menyetujui tiga pokok penting dari peristiwa kelahiran Yesus di atas? Mengapa?
2. Apakah Anda menyetujui bahwa tiga pokok penting di atas bermuara pada mengutamakan Yesus di atas segalanya? Mengapa?
3. Apakah Anda menyambut ajakan untuk menempatkan Yesus di tempat yang tepat dalam hidup Anda? Mengapa? Ceritakan kesaksian singkat Anda kepada kelas!
Pendalaman
Bacalah Alkitab secara rutin untuk menambah pengetahuan Alkitab Anda, sekaligus mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya! Berikan tanda V pada bagian yang sudah Anda baca seminggu kedepan!
PLANS
Senin Selasa Rabu
Lukas 2:8-20 Lukas 2:21-40 Lukas 2:41-52
Kamis Jumat Sabtu
Lukas 3:1-20
Lukas 3:21-28 Matius 2:1-12
MENYAMBUT SANG RAJA
Matius 2:1-12
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/55a84381daca06381389ef1ffe22650a.jpeg)
Ayat Hafalan:
Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orangorang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus!
30:5)
Sumber gambar: aleteia.org
Kompetensi Belajar
Murid mampu melakukan sebuah bentuk penghormatan kepada Yesus.
Belajarlah dari orang yang diberkati maka engkau pun akan diberkati. Dengan belajar dari orang-orang yang diberkati maka kita akan mengikuti prinsip-prinsip yang baik dan benar dalam hidup mereka yang telah membuat mereka menikmati perkara-perkara yang baik dan indah itu. Kali ini kita akan belajar dari para Majus yang menempuh perjalanan jauh untuk menyambut Yesus, Sang Raja. Ada 3 aspek yang ditunjukkan oleh para Majus dalam memberikan penghormatan kepada Yesus, Sang Raja.
Penghormatan kepada Sang Raja Membutuhkan Iman
Orang Majus adalah orang pilihan Tuhan, terbukti dari kesempatan yang Allah berikan untuk melihat petunjuk Tuhan, “Kami telah melihat bintang-Nya di Timur...” (ayat 1) Mungkin, orang lain juga melihat bintang itu, namun yang membedakan adalah tanggapan selanjutnya terhadap bintang itu. Orang Majus melihat bintang itu dan memaknainya dengan serius sebagai petunjuk Allah, sehingga mereka rela melakukan perjalanan jauh dari Timur menuju Yerusalem hanya berbekal petunjuk itu.
Tidak ada petunjuk lain, namun iman mereka kuat, hingga sampai ke Yerusalem. Lalu, mereka berusaha mendapatkan petunjuk tambahan dengan pergi ke istana Herodes. Mereka mengira kelahiran seorang raja, pastilah ada dalam istana, ternyata mereka salah. Namun mereka tetap beriman, sebagaimana terlihat dari kalimat, “… kami datang untuk menyembah Dia.” (ayat 2). Bandingkanlah dengan para imam kepala dan ahli Taurat yang memiliki petunjuk dari tulisan para nabi, tapi mereka tidak mencari Sang Raja itu. Mereka hanya memberitahu bahwa Sang Raja itu mungkin ada di Betlehem (ayat 6). Syukurlah bintang itu muncul lagi, dan menuntun mereka sampai di rumah Sang Raja dan mereka bersukacita karenanya (ayat 9-10).
2:1-12
Iman para Majus itu juga terlihat dari sikap mereka yang sujud menyembah Yesus, yang hanyalah seorang anak kecil yang masih bergantung pada orang tuanya dan ada dalam keluarga miskin.
Dibutuhkan iman yang kuat, untuk menganggap anak kecil miskin itu sebagai raja orang Yahudi. Demikian juga di masa Natal ini, kita perlu memiliki iman pada Yesus untuk dengan sukarela dan sukacita memberi penghormatan kepada-Nya. Tanpa iman, kita akan merayakan Natal hanya karena tradisi rutin. Mungkin juga Natal kita terasa hambar, karena yang kita harapkan bukan Yesus, tetapi makanan enak, pakaian baru, dan lain sebagainya. Natal tidak akan berarti tanpa Yesus ada di hati.
Penghormatan kepada Sang Raja Membutuhkan Pengorbanan
Orang Majus datang dari Timur menuju tempat yang jauh, tentu membutuhkan banyak persiapan. Jumlah mereka tidak mungkin hanya 3. Perjalanan yang jauh membutuhkan bekal dan personil yang banyak. Mereka juga menghadapi banyak tantangan. Alkitab tidak mengisahkan tantangan mereka, tetapi jebakan Herodes merupakan salah satunya. Anehnya mereka menjalani dengan semangat dan kerja sama yang baik terlihat dari tekad mereka di ayat 2, “…kami datang untuk menyembah Dia.” Lalu setelah mendapat petunjuk dari istana, ayat 9 menyatakan, “Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka.” Seolah tidak perlu istirahat dan penundaan. Betapa semangatnya mereka.
Perjalanan jauh membutuhkan pengorbanan waktu, dana, tenaga dan lainlain. Namun tidak berhenti di situ, saat bertemu Yesus, mereka mempersembahkan emas, kemenyan dan mur. Persembahan ini sudah merupakan pengorbanan besar dari para Majus. Maukah kita berkorban untuk memberikan penghormatan kepada Yesus? Mungkin ada orang yang sibuk menyiapkan masakan bagi para tamu yang akan datang ke rumahnya di hari Natal sehingga ia memilih untuk tidak ikut Kebaktian Natal. Betapa suatu ironi. Marilah kita menjadikan Yesus sebagai pusat perayaan Natal ini, sehingga pengorbanan apapun rela kita lakukan demi menghormati Yesus, Sang Raja.
Penghormatan kepada Sang Raja harus yang Terbaik (10)
Para Majus memberi emas, kemenyan dan mur (ayat 12). Pada masa itu ketiga macam barang itu adalah komoditas yang mahal harganya. Setelah itu, tidak ada petunjuk bahwa mereka menyesal telah memberi persembahan atau mereka mengharap imbalan dari Yesus. Para Majus ini tulus dan memberikan yang terbaik bagi Yesus. Bukan hanya 3 macam persembahan itu, pemberian terbaik mereka juga dari pengorbanan yang sudah mereka curahkan untuk dapat sampai ke Betlehem. Saat akan pulang, Allah memberi petunjuk baru melalui mimpi dan mereka beriman kepada Allah. Sebenarnya lebih mudah melalui jalan yang sudah pernah dilewati, namun meski ribet, mereka beriman pada Allah dengan mengambil jalan lain. Bagaimana dengan iman kita? Jika kita beriman bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat bahkan adalah Raja dari segala raja, maka kita patut memberikan yang terbaik kepada-Nya.
Kita sudah diberkati Tuhan dengan pekerjaan, pendidikan, usaha dan lainlain, teristimewa anugerah pengampunan dosa dan keselamatan. Apakah kita mau memberikan yang terbaik bagi Tuhan? Persepuluhan, persembahan, tenaga,
Menyambut Sang Raja
pemikiran, pelayanan kita melalui gereja-Nya dan lain-lain. Mungkin kita merasa sudah lanjut usia sehingga tidak dapat memberikan yang terbaik bagi Tuhan seperti ketika kita masih muda. Namun Tuhan mengharapkan pemberian terbaik berdasarkan kemampuan yang ada pada kita (Janda miskin di Lukas 21:1-4). Apapun yang kita mampu berikan bagi penghormatan kepada Yesus, asal itu yang terbaik, persembahkanlah !
Kesimpulan
Imanlah yang membuat para Majus mencari Yesus. Imanlah yang membuat para Majus rela berkorban bagi Yesus. Imanlah yang membuat para Majus mempersembahkan yang terbaik bagi Yesus. Bagaimana dengan kita, apakah kita memiliki iman yang membuat kita rela memberikan penghormatan kepada Yesus, Sang Raja?
Pencapaian Belajar
1. Apakah bentuk-bentuk pengorbanan dan persembahan terbaik yang dapat diberikan kelompok usia dewasa senior bagi Tuhan?
Bentuk pengorbanan:
b. Bentuk persembahan:
2. Apakah pengorbanan yang dapat Anda dan teman-teman kelas Anda berikan bagi Tuhan di masa Natal ini? Lakukanlah secara kolektif bersama teman-teman kelas Anda!
3. Apakah persembahan talenta yang dapat Anda dan teman-teman kelas Anda berikan bagi Tuhan di masa Natal ini? Lakukanlah secara kolektif bersama temanteman kelas Anda!
Pendalaman
Bacalah Alkitab secara rutin untuk menambah pengetahuan Alkitab Anda, sekaligus mempersiapkan Anda untuk mengikuti pelajaran berikutnya! Berikan tanda V untuk bagian yang sudah Anda baca selama seminggu ke depan!
PLANS
Senin Selasa Rabu
Yesaya 9:1-7 Filipi 2:5-11 Zakharia 9:9-10
Kamis Jumat Sabtu
1 Timotius 1:12-17 Wahyu 19:11-16 Mazmur 103:1-22
![](https://assets.isu.pub/document-structure/221019093935-01d948d78c72312a7350663d6700a4c7/v1/13866a9d53232bc74a1765a8566ba74d.jpeg)