FOODREVIEW INDONESIA
Tren Riset & Pengembangan Kopi
sebagai Pangan Fungsional
Literasi
Konsumen & Inovasi
Pangan
Fungsional
Umbi-Umbian:
basis Pangan Fungsional
Masa Depan
PANGAN FUNGSIONAL: PERLU KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
Tren Riset & Pengembangan Kopi
sebagai Pangan Fungsional
Literasi
Konsumen & Inovasi
Pangan
Fungsional
Umbi-Umbian:
basis Pangan Fungsional
Masa Depan
PANGAN FUNGSIONAL: PERLU KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
“Let food be thy medicine and medicine be thy food”
Secara turun-temurun, banyak masyarakat telah lama mengenal dan meyakini bahwa beberapa jenis pangan dapat digunakan untuk keperluan mencegah dan bahkan mengobati penyakit. Pandemi COVID-19 selama dua tahun belakangan ini justru semakin memperkuat keyakinan masyarakat mengenai peran pangan pada kesehatan. Beberapa lembaga berwenang dalam bidang kesehatan juga menyarankan konsumsi berbagai jenis pangan tertentu untuk membantu tubuh melawan COVID-19. Sesungguhnya, sudah sejak lama saran tersebut disampaikan oleh Hippocrates, Bapak Kedokteran, sebagaimana dikutip pada awal tulisan ini.
Daripada harus mengonsumsi obat untuk menyembuhkan penyakit lebih baik mengonsumsi pangan “tertentu” untuk mencegah jatuh sakit. Pangan “tertentu” inilah yang dalam literatur ilmiah sering disebut sebagai pangan fungsional (PF).
Jadi, apa pangan fungsional (PF) itu? Sayangnya, pertanyaan sederhana ini sulit dijawab karena definisi tentang PF ini beragam. Tidak ada satu definisi PF yang diterima oleh masyarakat global, baik di ranah ilmiah, industri maupun di pemerintahan.
Umumnya disepakati bahwa, walaupun erat dengan kesehatan, PF adalah pangan, bukan obat. Artinya, sebagaimana pangan pada umumnya, PF ini (i) dapat dikonsumsi sebagai bagian dari menu/diet regular seharihari, (ii) memiliki karakteristik sensoris (kenampakan, warna, tekstur, ukuran, konsistensi, cita rasa, dll.), dan (iii) memenuhi persyaratan keamanan, gizi dan mutu, sebagai pangan pada umumnya. Namun, PF harus (i) mengandung senyawa atau komponen tertentu yang memiliki potensi meningkatkan kesehatan dan mengurangi risiko penyakit, dan (ii) konsentrasi senyawa atau komponen tertentu tersebut pada tingkat yang aman dan cukup untuk memberikan khasiat kesehatan yang diinginkan. Senyawa atau komponen tertentu tersebut dapat berupa zat gizi, serat pangan, fitokimia, atau mikroba probiotik.
Menurut UU No. 18, 2012 tentang “pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman”. Indonesia jelas kaya dengan keanekaragaman sumber daya pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan yang khas dan mengandung senyawa atau komponen tertentu yang memiliki potensi meningkatkan kesehatan dan mengurangi risiko penyakit. Kekayaan ini merupakan potensi unik dan dapat menjadi daya saing yang kuat bagi produk Indonesia. Bahkan kekayaan ini berkembang menjadi budaya dan telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat (dan industri) dalam bentuk jamu dan produk tradisional lainnya.
Kekayaan tersebut dapat dimanfaatkan dalam bentuk PF. Pemerintah Indonesia perlu memanfaatkan hal ini sebagai
Hippocrates (460 SM-370 SM)
salah satu faktor pertumbuhan ekonomi (dan kesehatan) baru. Walaupun saat ini tidak (atau belum) ada sistem regulasi di dunia yang secara tegas mendefinisikan dan menggunakan istilah PF ini, tetapi menyadari betapa besarnya kekayaan sumber daya & budaya PF ini, maka Indonesia perlu memulainya sendiri. Indonesia perlu serius mempertimbangkan pengembangan ekosistem yang kondusif untuk pengindustrian PF. Perlu pula dikembangkan kebijakan dan regulasi untuk mendorong (misalnya dengan skema insentif) industri -khususnya industri kecil lokal, untuk memproduksi/ mengembangkan PF berbasis sumber daya dan kearifan lokal.
Pemerintah perlu pula menggalakkan dan mempromosikan riset dan inovasi yang memungkinkan industri memberikan pilihan produk PF beragam kepada masyarakat. Untuk itu, perlu pula didorong berbagai kegiatan riset, seperti riset eksplorasi sumber daya lokal bahan baku PF, meliputi sumber daya pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan, peternakan, eksplorasi dan identifikasi kearifan lokal dalam bidang PF, eksplorasi dan evaluasi aspek kesehatan masyarakat lokal dalam kaitannya dengan budaya dan kearifan lokal PF, sampai pada kajian aspek sosial ekonomi, analisis pasar, kelembagaan dan kajian kebijakan untuk peningkatan daya saing (industri) PF.
Perlu pula dikembangkan skema pendidikan dan promosi kepada masyarakat untuk memberikan dukungan pada industri dan produk PF lokal. Tidak kalah pentingnya, pemerintah juga perlu mengembangkan skema perlindungan terhadap berbagai kekayaan sumber daya PF yang beraneka ragam. Jangan sampai terjadi, kekayaan tersebut justru dimanfaatkan oleh negara lain. Ini merupakan ancaman serius, dan hal ini sudah pernah terjadi. Ke depan, pemerintah perlu lebih siap, karena minat dunia internasional terhadap PF ini sangat besar. Laporan Bank Dunia (2006) yang berjudul “Health Enhancing Foods: Opportunities for Strengthening the Sector in Developing Countries” telah secara jelas mengindentifikasi bahwa pengembangan PF ini merupakan kesempatan bagi negara berkembang. Bank Dunia mencatat bahwa pada tahun 2006 tersebut, telah terjadi peningkatan minat PF yang tinggi, sehingga memicu meningkatnya jumlah industri yang memproduksi PF, dan meningkat pula perdagangan internasionalnya. Data Bank Dunia ini diperoleh sebelum pandemi COVID-19. Kondisi sekarang, minat tentang PF ini semakin meningkat sebagaimana dilaporkan oleh berbagai lembaga bisnis di dunia.
Semoga sajian FoodReview Indonesia kali ini dapat memicu dan memacu industri PF di Indonesia, untuk terus berkembang dan berdaya saing.
Purwiyatno Hariyadi phariyadi.staff.ipb.ac.id
VOL. XVIII No. 3 Maret 2023
6 FORUM
8 FOOD INFO
22
Kopi merupakan salah satu jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Kopi diminati karena kandungan kafeinnya yang termasuk ke dalam golongan methylxhantines dengan sifat pshycostimulant atau memberikan efek terjaga ketika dikonsumsi.
Pemimpin Umum: Suseno Hadi Purnomo | Pemimpin Redaksi: Purwiyatno Hariyadi | Wakil Pemimpin Redaksi: Nuri Andarwulan
Redaktur Pelaksana: Himma Ellisa | Pemimpin Perusahaan: Pratomodjati | Wakil Pemimpin Perusahaan: Hindah Muaris
Pembaca Ahli: Desty Gitapratiwi | Staf Redaksi: Fitria Bunga Yunita | Sales, Advertising & Activities: Tissa Eritha
Digital Marketing: Fetty Fatimah | Business Development: Andang Setiadi | Desain & layout: Yanu Indaryanto
IT dan Website: Gugun Hendi Gunawan | Keuangan: Kartini, Padmawati Zainab
Penerbit: PT Media Pangan Indonesia
Alamat PT Media Pangan Indonesia: Jl Binamarga II No. 23, Baranangsiang, Bogor Timur 16143
Telepon: (0251) 8372333, (0251) 8322732 | +62 811 1190 039 | Fax: (0251) 8375754
Website: www.foodreview.co.id | E-mail: redaksi@foodreview.co.id, marketing@foodreview.co.id
ISSN: 1907-1280
Langganan Majalah
FoodReview Indonesia
Kepada FoodReview Indonesia
Mohon informasinya, apakah saat
ini majalah FoodReview Indonesia
masih memiliki layanan berlangganan, mengingat FoodReview Indonesia
sekarang dapat diakses secara gratis.
Terima kasih.
Dian Tangerang
Jawab
Saat ini layanan berlangganan
FoodReview Indonesia masih tersedia
untuk secara rutin memberikan majalah
langsung ke alamat surel terdaftar. Anda dapat menjadi pelanggan kami secara
langsung dan gratis dengan mengisi data
pada pranala berikut: https://bit.ly/ FRIDIGITAL. Terima kasih.
Edisi Keamanan Pangan
Dear FoodReview Indonesia, Apakah saya bisa mendapat edisi khusus mengenai keamanan pangan, kebetulan saya memerlukan referensi terkait bidang tersebut. Terima kasih.
Rahmat Pati
Jawab:
Keamanan pangan merupakan salah satu topik rutin yang diangkat oleh FoodReview Indonesia setiap tahunnya. Kami memliki koleksi tersebut dalam bentuk edisi cetak dan digital. Untuk pemesanan edisi cetak dapat melalui lokapasar kami di Tokopedia (https://www.tokopedia.com/ tokokulinologi) dan Shopee (https://shopee.co.id/ foodreview). Untuk edisi digital, dapat langsung membeli pada situs https://pustakapangan.com/ store/. Terima kasih.
Dear FoodReview Indonesia, Mohon info pengujian mikrobiologi apa saja yang direkomendasikan untuk produk susu bubuk? Terima kasih.
Ana Cikarang
Jawab:
Jenis pengujian yang direkomendasikan
untuk susu bubuk di antaranya adalah
bahan baku, in-process, lingkungan, umur simpan, dan produk akhir. Masing-masing dari jenis pengujian tersebut memiliki
kepentingan relatif yang berbeda. Untuk lebih lengkapnya, dapat disimak pada FoodReview Indonesia Edisi Juni 2021 (https://bit.ly/ junefoodreviewonline) hal 64 dengan judul:
Pengujian Mikrobiologi untuk Mutu dan Keamanan Produk Olahan Susu.
KIRIMKAN KOMENTAR atau pertanyaan Anda ke Forum FOODREVIEW INDONESIA Jl Binamarga II No. 23, Baranangsiang, Bogor Timur 16143 atau melalui whatsapp: +62 811-1190-039, email redaksi@foodreview.co.id
Cantumkan nama lengkap, alamat dan nomor telepon Anda. Semua surat yang masuk akan diedit terlebih dulu dengan tanpa mengubah maknanya.
If you have a friend or colleague who would be interested in receiving Foodreview Indonesia, please feel free to share the latest issue, and our special digital subscription offer with them today.
YES, SIGN ME UP
dingin,” ujar SPV Fresh
Yogya Department Store
Cabang Riau Junction, Bandung, Yuddi Yansyah
saat diwawancarai tim
FoodReview beberapa waktu lalu. Yuddi juga melanjutkan bahwa penggunaan vacuum skin packaging ini memiliki beberapa keuntungan
tersendiri seperti membuat produk daging terjaga
higienitasnya serta tidak
merusak tampilan karena produk dapat terlihat lebih
Kemasan menjadi salah satu nilai produk yang penting untuk diperhatikan. Tidak
hanya melindungi produk yang
dikemas, kemasan juga berperan untuk memberikan informasi pada konsumen serta memberikan sentuhan estetika yang diperlukan. Aspek
terakhir yakni estetika seringkali luput dipertimbangkan oleh produsen. Padahal, tidak sedikit konsumen yang
mempertimbangkan tampilan menarik
sehingga menjadi alasan dalam memilih produk tersebut. Hal ini ditangkap baik oleh Yogya Riau Junction Bandung yang
mengaplikasikan kemasan vacuum skin packaging pada produk daging beku (frozen) dan dingin (chilled).
“Proses singkatnya, saat daging datang akan dilakukan pemotongan. Setelah itu dilakukan pengemasan untuk kemudian ditaruh di rak penampil (display) dalam kondisi beku atau
detail. “Dari segi masa simpan, setelah menggunakan vacuum skin packaging ini produk menjadi lebih awet pada kondisi beku dan dingin. Karena lebih awet tentu mengurangi limbah juga sehingga menjadi lebih berkelanjutan,” imbuhnya.
Terkait dengan perawatan peralatan vacuum skin packaging, Business Development Executive Food Packaging
PT Syspex Kemasindo, Davina Nathania menyebutkan bahwa timnya selalu memberikan beberapa rekomendasi untuk kontrol mesin pengemasan seperti menjaga kebersihan mesin dan lingkungan sekitar untuk memastikan higienitas produk. “Selain itu, karena berhubungan dengan mesin, maka perlu juga diperhatikan perawatan berkala, termasuk operatornya yang mengoperasikannya, perlu diperhatikan agar selalu sesuai dengan prosedur standar operasional yang diterapkan,” kata Davina. Fri-35
Produk daging beku memiliki
titik kritis kerusakan yang perlu diantisipasi. Dengan penggunaan
kemasan yang tepat, tidak hanya
menjaga produk aman dan terhindar
dari kerusakan tetapi juga menambah
nilai produk karena tampilannya yang
menarik. Salah satu kemasan yang
dapat diaplikasikan pada produk daging
beku adalah vacuum skin packaging.
Memiliki fitur yang
ketat dan melekat
pada produk mencegah terjadinya
proses penguapan dan penyusutan
air dalam produk. Tidak hanya itu, terbatasnya oksigen juga mencegah
terjadinya kerusakan mutu produk
akibat oksidasi maupun kontaminasi
bakteri. Dengan menggunakan material film, produk yang dikemas juga terlihat
lebih jelas sehingga dapat menarik dan meningkatkan keputusan konsumen
dalam membeli. Informasi lain terkait
vacuum skin packaging dapat disimak
pada video di bawah ini. Fri-35
• Adhi S. Lukman menjadi narasumber
GAPMMI dalam Rapat Substitusi
Impor di sektor industri minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar, yang diadakan oleh Direktorat
Industri Minuman Tembakau dan Tanaman Penyegar Kementerian
Perindustrian RI, di Bogor (02/02)
dalam rangka pembahasan capaian kinerja substitusi impor yang diarahkan untuk kemandirian bahan
baku dan produksi.
• Ketua Umum GAPMMI, Adhi S.
Lukman hadir mendampingi Menteri
Perindustrian RI, Agus Gumiwang
Kartasasmita dalam acara peresmian
pabrik PT Bumi Indus Padma Jaya (BIPJ) Mayora Group, pabrik daur
ulang plastik khusus PET yang
memenuhi standar keamanan pangan (food grade) di Jombang (08/02).
• Pengurus GAPMMI Bidang
Kebijakan Publik, Lucia Karina
sebagai perwakilan dari Coca-Cola
Europacific Partners Indonesia atau
CCEP Indonesia dan Dynapack Asia
turut hadir mendampingi Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan
dalam peresmian pabrik daur ulang
botol plastik PET yang dikelola oleh
PT Amandina Bumi Nusantara, di Bekasi, Jawa Barat (08/02).
• SIEMENS mengundang GAPMMI
menjadi salah satu narasumber dalam
acara diskusi “Recover Stronger with Digital TransformationStrengthening your business towards the triple bottom line (People, Planet, Profit)” di Jakarta (22/02). Sekretaris
Jenderal GAPMMI, Indrayana hadir
menyampaikan paparan mengenai
profil industri pangan di Indonesia
secara umum, peranan rantai pasok
dalam sistem pangan, dukungan dari
pemerintah terhadap pertumbuhan
Gumiwang
industri pangan, serta program
pembangunan SDM oleh pemerintah
khususnya Industri Agro Kementerian
Perindustrian.
• Ketua Umum GAPMMI, Adhi S.
Lukman, didampingi oleh Ketua
Bidang Kerja Sama Internasional, Johan Muliawan menerima kunjungan
Courtessy Call Dubes Panama Manuel
Antonio Saturno Escala di Jakarta
(13/2) untuk perkenalan serta
berdiskusi terkait industri pangan di Indonesia.
• Ketua Bidang Pengembangan
dan Pembinaan UMKM GAPMMI, Betsy Monoarfa didampingi oleh
Komite Bidang Pengembangan
dan Pembinaan UMKM GAPMMI, Bpk Irwan S. Widjaja menerima
kunjungan dari Innovation Business
Association (INNOBIZ) dan Korea
Development Institute (KDI) ke kantor
GAPMMI di Jakarta (21/02). Adapun
topik diskusi adalah saling berbagi
seputar UMKM di mana INNOBIZ
ingin mencoba untuk menerapkan
program Knowledge Sharing Program
(KSP) kepada para pelaku UMKM di Indonesia, khususnya UMKM pangan
yang berada di bawah naungan
GAPMMI.
• Perwakilan GAPMMI, Rachmat
Hidayat menjadi narasumber Webinar
CIPSEvent virtual “Perdagangan dan Perannya terhadap Produktivitas dan Ketenagakerjaan di Industri Makanan dan Minuman” (15/02).
• Wakil Ketua Bidang Kerja Sama
Internasional, Lena Prawira mewakili
GAPMMI sebagai narasumber dalam
acara diskusi yang diadakan oleh
President University di Jababeka
(27/02) dalam rangka Inagurasi Prof Ki-Chan Kim sebagai International
Canchellor di President University.
Acara ini merupakan salah satu
bentuk dukungan GAPMMI terhadap perguruan tinggi/akademi.
• Saat ini Direktorat Jenderal
Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional
Kementerian Perindustrian sebagai
Sekretariat Nasional Indonesia
Partner Country Hannover Messe
2023, sedang melakukan koordinasi
teknis persiapan keikutsertaan
Indonesia sebagai Official Partner
Country Hannover Messe 2023, di mana Hannover Messe 2023
merupakan pameran tahunan
berskala lnternasional di bidang
teknologi industri manufaktur akan
dilaksanakan penuh secara daring pada tanggal 17-21 April 2023 di Hannover Jerman. lndonesia akan
mengusung tema “Making lndonesia
4.0”. Informasi detail terkait Hannover
Messe dapat disimak pada https:// indonesiahannovermesse.id/ Fri-27
Perubahan perilaku konsumen menjadi salah satu tantangan yang kini dihadapi oleh industri pangan di Indonesia. Tidak hanya tertarik pada hal-hal menyehatkan, konsumen juga namun menaruh perhatian pada produk yang berkelanjutan dan transparan dalam penyampaian informasi. “Industri pangan harus bisa memenuhi standar yang berlaku seperti SNI, sertifikat halal, dan standar yang ditetapkan oleh BPOM. Untuk bisa memenuhi hal tersebut, maka digitalisasi menjadi kuncinya,” ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Puti Juli Ardika.
Dalam Siaran Pers yang diterbitkan oleh Kementerian Perindustrian
(25/2/2023) Putu menambahkan bahwa dengan transformasi digital, industri
akan mampu memprediksi perilaku konsumen, sehingga mendukung daya saing produk-produk yang dihasilkan. Digitalisasi dapat dengan mudah menganalisis dan memprediksi perilaku konsumen serta mengidentifikasi apa yang menjadi tren konsumen. Hal ini karena data yang diperoleh dari pembelian produk pangan secara daring, baik dari suatu layanan pesan antar, loka pasar, mesin pencari, hingga media sosial yang dikumpulkan dapat dianalisis lebih lanjut. Penerapan teknologi digital memungkinkan produsen untuk memprediksi perilaku konsumen, memberikan wawasan berharga tentang preferensi konsumen hingga mengetahui kebiasaan belanja konsumen. Selain itu, digitalisasi juga dapat membantu meningkatkan efisiensi produksi. Fri-12
Pola Pangan Harapan (PPH) merupakan susunan beragam pangan, berdasarkan proporsi
keseimbangan energi dari sembilan
kelompok pangan. Skor PPH merupakan
parameter untuk mengukur seberapa
beragam dan seimbang konsumsi
pangan masyarakat, skor dilihat dari
nilai komposisi pola pangan dan gizi seimbang. Target capaian kualitas
konsumsi pangan (skor PPH) dapat
terwujud apabila setiap wilayah baik
kabupaten/kota maupun provinsi di Indonesia memiliki capaian konsumsi
pangan yang berkualitas mengarah pada
pola komposisi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA).
Berdasarkan analisis skor PPH
selama sepuluh tahun terakhir, capaian
skor PPH nasional tahun 2022 berada
di angka 92,9 atau lebih tinggi dari
tahun sebelumnya. Hal ini menunjukan
adanya peningkatan kualitas konsumsi
pangan masyarakat. “Angka ini juga telah
melebihi target RPJMN tahun 2022, yaitu
sebesar 92,8. Skor 92,9 mengindikasikan
kualitas konsumsi pangan penduduk
Indonesia mengarah pada komposisi yang beragam, dan bergizi seimbang,”
ujar Plt Sekretaris Utama Badan Pangan
Nasional/National Food Agency (NFA)
Sarwo Edhy dalam Siaran Pers Badan
Pangan Nasional, 28 Februari 2023 lalu.
Sarwo melanjutkan bahwa capaian
ini merupakan akumulasi dari berbagai upaya pemerintah dalam meningkatkan
kualitas konsumsi pangan masyarakat. Ke depannya perlu ditingkatkan
kolaborasi dengan berbagai pihak guna mempercepat peningkatan konsumsi
masyarakat menjadi Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman atau B2SA.
“Tentunya akan terus kita dorong dan tingkatkan di tahun-tahun berikutnya.
Dalam Road Map NFA yang telah
disusun, di tahun 2024 kita targetkan
peningkatan skor PPH sampai 95,2 yang
ditandai dengan penurunan konsumsi
beras, serta diimbangi penambahan
konsumsi sayur, buah, umbi dan protein
hewani,” pungkasnya. Fri-35
Pelaku bisnis bakeri dan baked goods semakin meningkat di Indonesia. Arus informasi dan keterjangkauan menjadi faktor yang
mendorong hal tersebut. Untuk dapat
mewadahi antusiasme tersebut, PT
Zeelandia Indonesia membuka Zeelandia
Experience Centre yang dikhususkan
untuk pelaku bisnis bakeri dan baking
enthusiast/home baker. Selain belajar
mengenai dunia bakeri, Zeelandia
Experience Centre juga menawarkan
berbagai sumber daya dan fasilitas
untuk membantu mengeksplorasi ide-
ide, teknik, dan juga tren baru dalam
dunia bakeri & pastry.
Zeelandia Experience Centre berlokasi di North Point Commercial Unit NB No.01 Navapark, BSD City, Tangerang. Di dalamnya terdapat beberapa ruang yang dapat difungsikan seperti display showroom yang merupakan tempat bagi pelanggan untuk melihat beberapa produk yang dihasilkan. Zeelandia Experience
Centre menyediakan berbagai macam
koleksi pastry, seperti kue, kukis, dan viennoiseries yang dibuat oleh Chef Pastry
Zeelandia. Zeelandia Experience Centre diharapkan dapat menjadi tempat yang
tepat bagi para pelaku bisnis bakeri dan para pecinta baking untuk mempelajari segala hal tentang dunia bakeri. Fri-35
Penyusunan buku pedoman
suplemen kodeks makanan
Indonesia kedua untuk melengkapi
persyaratan batas cemaran pada tiga
monografi yaitu gliserol, propilen glikol
dan sorbitol sirup yang berpotensi
menghasilkan cemaran (impurities)
etilen glikol dan dietilen glikol dalam
makanan. Mengingat etilen glikol dan dietilen glikol berisiko menyebabkan
toksisitas pada manusia maka
persyaratan ini perlu ditambahkan.
Suplemen kodeks makanan Indonesia
kedua ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Kodeks Makanan
Indonesia 2018 dan suplemen
kodeks makanan Indonesia tahun
2022. Suplemen kodeks makanan
Indonesia kedua disusun oleh panitia
penyusun suplemen kodeks makanan
Indonesia kedua yang ditetapkan
melalui keputusan Menteri Kesehatan. Acara sosialisasi kodeks makanan
Indonesia yang kedua ini diadakan di Jakarta 21 Februari 2023 lalu oleh
Kemenkes dan salah satu narasumber
adalah perwakilan dari Gabungan
Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI), Patricia R. Tobing. Suplemen
kodeks makanan Indonesia kedua
merupakan suatu standar yang
digunakan untuk pengujian bahan
tambahan pangan serta untuk menjamin
penggunaan bahan tambahan pangan
yang baik dan benar. Bahan sosialisasi
dapat diunduh pada: https://bit.ly/
MATERI_SOSIALISASI_KMI Fri-27
Sehubungan dengan diterbitkannnya
Peraturan Perundang-undangan
Bidang Perpajakan terbaru
dalam rangka reformasi perpajakan di Indonesia, Direktotat Jenderal Pajak menggandeng Gabungan Produsen
Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI)
untuk bekerja sama menyelenggarakan sosialisasi Peraturan Perundangundangan Bidang Perpajakan secara
virtual yang dibagi dalam 3 (tiga) seri webinar pada tanggal 14, 16, dan 21 Februari 2023. Adapun peserta diikuti
oleh sekitar 300 orang dari perusahaan
anggota GAPMMI maupun dari asosiasi sektoral lainnya, serta dari pelaku UKM, dan perorangan. Pembagian materi
adalah sebagai berikut:
o SERI 1: Perpu No. 2/2022 tentang
Cipta Kerja; PP No. 44/2022
tentang Penerapan terhadap Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah; PMK No. 112/PMK.03/2022
tentang Nomor Pokok Wajib Pajak
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, Wajib Pajak Badan, dan Wajib Pajak Instansi Pemerintah.
o SERI 2: PP No.50/2022 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Hak
dan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan; PP No. 55/2022 tentang
Penyesuaian Pengaturan di Bidang
Pajak Penghasilan;
o SERI 3: PP No. 49/2022 tentang PPN
Dibebaskan dan PPN atau PPN dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Tidak Dipungut atas Impor dan/
atau Penyerah Barang Kena Pajak
tertentu dan/atau Jasa Kena Pajak
Tertentu dan/atau Pemanfaatan
Jasa Kena Pajak Tertentu dari Luar
Daerah Pabean; Proses Bisnis Sistem
Inti Administrasi Perpajakan.
o Materi sosialisasi dapat diunduh di: https://bit.ly/MATERI_SOSIALISASI_
PAJAK_GAPMMI_123 Fri-27
pengawet alami yang berasal dari
fermentasi air kelapa atau vinegar
bernama Cocovine. Berbahan baku lokal, alami, aman dan ramah lingkungan, Founder CV Loji Laju inovasi, Wiwik
Puntorini mengklaim bahwa produknya
telah teruji secara klinis dapat
menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli, Salmonella sp., dan Staphylococcus aureus.
Salah satu hal yang melatarbelakangi inovasi ini adalah melimpahnya
Bahan pangan dengan kandungan protein dan air yang tinggi seperti daging ayam, daging sapi, ikan, tahu, dan telur termasuk ke dalam bahan
yang mudah mengalami kerusakan
terutama kerusakan mikrobiologi.
Beberapa tanda bahan pangan yang
mengalami kerusakan mikrobiologi
diantaranya adalah produk berbau
tidak sedap, perubahan warna, hingga
berlendir. Karena potensi kerusakan
tersebut, tidak jarang produsen
menggunakan bahan pengawet guna
memperpanjang umur simpan suatu
produk. Namun dekimian, masih banyak
produsen yang tidak bertanggung jawab
dengan menggunakan bahan pengawet
berbahaya bukan untuk pangan seperti boraks dan formalin.
Melihat hal tersebut, CV Loji Laju
Inovasi mengembangkan bahan
ketersediaan air kelapa. “Air kelapa ini cukup melimpah. Bahkan, sebagian masih menganggapnya sebagai limbah,” ujar Wiwik. Produk Cocovine dijual
Rp70.000,- per liter dan penggunaannya sangat mudah yakni hanya mencelupkan produk ke dalamnya. Ada Sejak 2019, produksi Cocovine kini mencapai
30-50 liter per bulan. Produk ini
dipasarkan ke depot atau rumah potong ayam, pedagang ayam dan ikan, serta restoran boga bahari. Meski begitu, Wiwik mengungkap masih diperlukan
sosialisasi atau promo agar penggunaan pengawet alami ini bisa meluas sehingga bisa menggantikan formalin atau boraks yang berbahaya.
“Kami terus berharap, kehadiran
Cocovine tidak hanya dapat menjadi
bahan pengawet bagi banyak produsen yang menggunakan, tetapi dapat
membantu meningkatkan nilai ekonomis dari limbah air kelapa. Fri-12
Indonesia’s Food and Beverage Industry with Valuable Business
Kerupuk merupakan salah satu
jenis penganan yang akrab dengan masyarakat Indonesia. Selain
dinikmati sebagai camilan, kerupuk
terkadang juga dikonsumsi
sebagai lauk-pauk. Hal ini tentu perlu diperhatikan,
mengingat zat gizi pada
kerupuk hanya didominasi
oleh karbohidrat dan
kalori, sehingga termasuk
jenis yang sangat minim
gizi. Untuk meningkatkan
kandungan gizi kerupuk,
salah satu hal yang
bisa dilakukan adalah
reformulasi dengan
penambahan protein. Salah
satu bahan kaya protein
yang dapat diaplikasikan
pada kerupuk adalah rumput laut. Selain
itu, penambahan rumput laut juga dapat
memberikan rasa gurih yang khas dan renyah pada produk.
Salah satu UMKM asal Bekasi, Dolici
Mandiri Sukses mencoba mengolah
rumput laut dan jagung menjadi
kerupuk. Pemilik Dolici Mandiri
Sukses, Lia Farida menuturkan bahwa
pada mulanya ia mengikuti kegiatan
kaji terap pembuatan tortila rumput
laut yang diselenggarakan oleh Balai
Besar Pengujian Penerapan Produk
Kelautan dan Perikanan (BBP3KP) yang
difasilitasi Dinas Perikanan Kabupaten
Bekasi. Namun karena terkendala mesin pembuat tortila, Lia mencoba untuk membuat kerupuk dari resep tortila.
Tak disangka, inovasi yang dilakukan membuahkan hasil. Lia sukses mengembangkan
kerupuk rumput laut
bermerek Sipulut. Sejak
2019 hingga kini, Lia
telah memproduksi 367
kemas Sipulut dalam
sebulan. Kerupuk ini dapat diperoleh di ritel modern seperti Hypermart, Papaya
Galery, BlokM market, dan beberapa toko oleh-oleh.
Lia mengaku, sangat
mudah memperoleh bahan baku kerupuk, yakni rumput laut jenis Gracilaria dan Sargassum, namun sedikit kesulitan untuk mendapat jagung. Padahal
produknya sangat mengandalkan kedua bahan ini, karena dalam komposisinya
Sipulut mengandung 30% rumput
laut dan 30% jagung. Meski sudah
merambah penjualan daring (Tokopedia, TikTok Shop, Facebook), namun karena
terbentur biaya promo, Lia merasa
jika pemasaran yang dilakukan
belum optimal. Namun Lia yakin
produknya yang berkualitas dan sudah
mengantongi sertifikat halal juga PIRT
ini disukai semua kalangan dan bisa
lebih luas dipasarkan. Fri-12
Indonesia
Kopi merupakan salah satu jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Kopi diminati karena kandungan kafeinnya yang termasuk ke dalam golongan methylxhantines dengan sifat pshycostimulant atau memberikan efek terjaga ketika dikonsumsi.
Saat ini, kopi tidak hanya dianggap
sebagai komoditas perdagangan saja, tetapi juga lebih meluas hingga sampai pada objek kajian sains. Pada fase ini, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi konsumen untuk membeli dan mengonsumsi kopi. Faktorfaktor tersebut di antaranya adalah cita rasa, kandungan kimia, efek terhadap kesehatan serta aspek sosial dan lingkungan. Hal ini juga menjadi bagian penting dari riset mengenai kopi yang terus mengalami peningkatan (Gambar
1). Penelitian terhadap kopi ini juga diprediksi akan semakin didalami hingga
2-3 tahun ke depan.
Pada periode publikasi terkini (tahun 2022-2024 per Februari 2023), riset kopi terkait dengan pangan fungsional dan farmaseutikal banyak terfokus pada hubungannya dengan kesehatan (6,802 hits dari 11,558 hits pencarian) dan kandungan bioaktifnya (1,720 hits dari 11,558 hits pencarian) (ScienceDirect, 2023). Hal ini menunjukkan bahwa riset-riset dengan topik ini masih sangat diminati oleh kalangan akademisi global. Namun sayangnya, riset kopi di Indonesia masih sangat minim dan mayoritas publikasi dengan kata kunci “Indonesia” diisi oleh topik seputar kimia pangan dan isu lingkungan. Dari
Sciencedirect.com beserta prediksi jumlah publikasi dari tahun 2023 sampai 2025
Sumber: sciencedirect.com (diakses & diolah)
sini, terlihat jelas bahwa riset kopi perlu ditingkatkan mengingat Indonesia merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di dunia.
Riset terkait konsumsi harian lebih diminati
Tidak bisa dimungkiri bahwa cita rasa adalah salah satu faktor yang paling penting pada kopi. Selain menjadi salah satu aspek penentu kualitas dan harga kopi, cita rasa kopi yang unik membuat kopi menjadi sistem pengantaran yang ideal untuk komponen bioaktif.
Biji kopi dan seduhan kopi secara umum mengandung berbagai macam komponen bioaktif, termasuk kafein, asam klorogenat, trigonelin, melanoidin, kafestol, kahweol, komponen volatil dan
berbagai jenis polifenol lain. Komponenkomponen ini, terutama asam klorogenat, methylxanthine dan polifenol dilaporkan memiliki berbagai khasiat diantaranya sebagai anti peradangan, antioksidan, detoksifikasi, antidiabetes, antibakteri, antikanker, modulasi gula dan lemak darah, peningkatan sistem imun dan pencegahan penyakit kardiovaskular (Febrianto dan Zhu, 2023). Komponen-komponen ini
umumnya mempunyai rasa pahit dan sepat, sehingga konsumsinya secara
langsung sangat terbatas. Namun, keberadaan komponen bioaktif ini dalam kopi justru berkontribusi memberikan cita rasa unik pada seduhan kopi.
Berdasarkan karakteristik tersebut, kopi menjadi studi yang menarik
terutama pada kajiannya sebagai pangan
fungsional dengan menitikberatkan pada
efeknya pada kesehatan berdasarkan
konsumsi secara normal. Di sini, kopi
dianggap sebagai bagian dari menu
makan (diet) yang umum dikonsumsi
sehari-hari. Jenis kajian yang dilakukan
umumnya bersifat cross-sectional atau
acute consumption untuk melihat efek
konsumsi kopi secara kontinu terhadap
kesehatan individu. Selain itu, riset juga
banyak diarahkan untuk mengetahui
efek dari teknik penyajian kopi dan
penambahan bahan pangan fungsional
lain ke dalam kopi terhadap aktivitas
biologisnya baik secara in-vivo ataupun
in-vitro.
Berbeda halnya dengan riset kopi
sebagai bahan baku farmaseutikal. Riset
pada area ini umumnya kurang populer
apabila dibandingkan dengan riset pada area pangan fungsional. Hal ini salah
satunya disebabkan oleh tereliminasinya karakter utama dari kopi, yaitu karakter sensorinya. Produk yang dihasilkan
umumnya mempunyai karakteristik
yang tidak jauh berbeda dari produkproduk farmaseutikal secara umum
yang dikemas dalam kapsul atau tablet yang tidak mencirikan kekhasan “kopi”.
Kajian-kajian pada area ini umumnya
berhubungan dengan potensi biologis
ekstrak kopi green bean ataupun
roasted, efek pengolahan terhadap
kandungan kimia ekstrak dan metodemetode pengolahan alternatif untuk mengoptimalkan karakter fungsional pada biji kopi.
Peluang kontribusi akademisi
Indonesia dalam riset kopi masih
terbuka lebar. Hal ini juga didukung
dengan perkembangan tren kopi
di Indonesia. Secara geografis, kopi
Indonesia kaya akan jenis dan karakter yang menjadikannya objek menarik
untuk diteliti. Keragaman plasma nutfah
kopi yang ada di Indonesia pun sangat
tinggi. Hal ini sangat potensial untuk
dikaji lebih lanjut. Namun, terdapat
beberapa topik kajian spesifik yang
menjadi tren dalam ekosistem global
terutama terkait pengembangan pangan
fungsional. Riset-riset yang potensial
tersebut antara lain:
1. Pengembangan produk kopi dengan
aktivitas biologis yang tinggi
berimbang dengan cita rasa yang baik.
Kajian ini dilatarbelakangi dengan
fenomena bahwa tingginya kandungan
bioaktif pada kopi berbanding terbalik
dengan kualitas cita rasanya. Kajiankajian pada topik ini mengutamakan
munculnya produk kopi berkualitas
dengan cita rasa baik namun juga
tetap memiliki aktivitas biologis yang
tinggi. Riset-riset pada topik ini antara
lain:
a. Pengembangan proses pengolahan
kopi baru: Hal ini mencakup prosesproses pengolahan kopi yang masih
berupa proses eksperimental, antara lain carbonic maceration, anaerobic fermentation, digested
coffee dan lain-lain. Kajian-kajian
tentang pengolahan ini masih
minim terutama kaitannya dengan
kandungan kimia dan potensi hasilnya untuk pangan fungsional.
b. Pengembangan fortified/enrichedcoffee: Kajian ini mencakup
penambahan bahan-bahan aktif atau ingridien untuk memperkaya
kandungan gizi kopi dan karakter
fungsionalnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan kopi sebagai
pangan fungsional sekaligus
sebagai sistem pengantaran yang efektif. Bahan aktif atau bahan
lain mungkin tidak cocok untuk
dikonsumsi secara langsung
dikarenakan rasa yang tidak enak
atau tekstur yang tidak mudah
diterima. Kopi digunakan untuk
me”masking” karakter tersebut
sehingga mudah diterima oleh konsumen.
c. Pengembangan metode brewing/ ekstraksi kopi: Kajian ini mencakup efek dari berbagai metode
brewing/ekstraksi kopi terhadap
kandungan kimia seduhan/ekstrak
kopi. Kandungan kimia tersebut
kemudian dikaitkan dengan cita
rasa dan aktivitas biologis seduhan
sebagai fungsinya untuk pangan fungsional.
2. Pengembangan produk kopi tanpa efek samping. Kajian pada topik ini
didasarkan pada fenomena munculnya pasar-pasar kopi yang dikhususkan untuk karakteristik konsumen
tertentu, misalnya, kopi rendah kafein
dan kopi rendah asam. Adapun risetriset dalam topik ini antara lain:
a. Penggunaan pelarut pada praperlakuan kopi: Kajian ini
merupakan pengembangan atau
alternatif pra-perlakuan yang
saat ini banyak dilakukan untuk
menghasilkan kopi dekafeinasi (kopi dengan kadar kafein rendah).
Permasalahan yang muncul
dari proses dekafeinasi adalah
ketidakselektifan pelarut yang
digunakan (air atau etil asetat)
sehingga tidak hanya mengesktrak
kafein dari biji kopi namun juga
komponen bioaktif dan cita rasa
yang bermanfaat. Target dari
kajian ini adalah pemisahan yang
selektif, di mana produsen mampu
mengekstrak komponen yang tidak
diinginkan tanpa mengurangi nilai gizi dan cita rasa kopi itu sendiri.
b. Eksplorasi dan pemanfaatan
varietas kopi baru: Merupakan
potensi kajian yang sangat potensial dilakukan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh tingginya
keragaman plasma nutfah yang dikembangkan di Indonesia. Pemanfaatan perlu dilakukan untuk
memetakan potensi dari plasma nutfah tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Sebagai contoh, saat ini muncul kopi Liberika
sebagai alternatif dari kopi Robusta dan Arabika. Kopi ini mulai diminati dikarenakan karakteristiknya yang
memiliki kandungan kafein rendah setara Arabika namun tidak terlalu asam. Kajian kandungan kimia dan efek kesehatan dari konsumsi kopi ini belum banyak dipublikasikan.
c. Fraksinasi selektif: Kajian ini
bertujuan untuk mendapatkan
fraksi tertentu dari kopi yang
mempunyai aktivitas biologis dan cita rasa yang diinginkan. Salah
satu yang umum digunakan adalah
metode ultrafiltasi. Seduhan kopi merupakan campuran (mixture)
dari berbagai komponen kimia yang dapat berinteraksi menguatkan (synergistic) atau melemahkan (antagonistic). Pemisahan antara fraksi dengan komponen berberat molekul rendah (low molecular weight/LMW) dan berberat molekul tinggi (high molecular weight/
HMW) menunjukkan bahwa setiap fraksi kopi mempunyai
aktivitas biologis yang berbeda tergantung dari komposisi antara
LMW dan HMW-nya. Riset ini prospektif untuk mendapatkan produk kopi yang memiliki kualitas cita rasa dan aktivitas biologis dengan mekanisme tertentu yang diinginkan.
Maret Mei
Food and Beverage Indonesia
Jakarta, 10-13 Mei 2023
Allfood Indonesia 2023PackPro Indonesia 2023
Jakarta, 9-12 Maret 2023
Agro Food Indonesia/FDE Food & Drink Expo/ Food & Drinks Pack Expo/ Food & Drink Tech Expo
Jakarta, 17-20 Mei 2023
Juni Juli
Digital Transformation Indonesia Conference & Expo 2023
Indonesia Food Exhibition
Jakarta, 15-18 Juni 2023
Jakarta, 12-13 Juli 2023
FOOD & HOTEL INDONESIA
Jakarta International Expo, 25 - 28 July, 2023
Agustus September
Jogja International Food & Hotel Expo 2023
Yogyakarta, 4-6 Agustus 2023
Indonesia Halal Industry & Islamic Finance Expo
Jakarta, 10-13 Agustus 2023
Bali Interfood Expo
Bali, 7-9 September 2023
Jakarta International Premium Product Fair 2023
Jakarta, 14-17 September 2023
Oktober November
Celebes International Food & Hotel Expo 2023
Makassar 6-8 Oktober 2023
Desember
SIAL Interfood
Jakarta, 8-11 November 2023
Solo Food Beverage and Chef Festival
Solo, 8-10 Desember 2023
pengolahan kopi
Hasil samping pengolahan kopi
merupakan potensi yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Bahkan
dalam tahap tertentu, limbah kopi
menjadi masalah lingkungan yang cukup serius. Pengolahan kopi
menghasilkan hasil samping berupa
kulit buah kopi basah (pada wet dan honey process), kulit kopi kering
(pada dry process) dan ampas kopi
seduhan (pada industri minuman
kopi dan kafe). Bahan-bahan ini kaya
akan karbohidrat, protein, serat dan komponen bioaktif. Namun sayangnya, bahan-bahan ini lebih banyak dibuang
dan tidak termanfaatkan. Kajian terbaru
banyak berfokus pada penggunaan
bahan-bahan tersebut sebagai bahan
baku pangan dan pangan fungsional.
Kandungan kimia yang menjadi
fokus utama adalah serat pangan dan komponen polifenol. Pengembangan
produk banyak diarahkan pada potensi
hasil samping kopi sebagai sumber indigestible carbohydrate sebagai
dietary fiber pada formulasi pangan
rendah kalori. Komponen polifenol juga
dapat diekstraksi dari hasil samping
pengolahan kopi untuk mendapatkan
ekstrak bioaktif yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan pangan fungsional.
Untuk dapat menangkap potensi
riset pada kopi, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah satu
kendala yang banyak ditemui dalam
kajian-kajian topik pangan fungsional
adalah terbatasnya akses akademisi/ peneliti/praktisi ke fasilitas analisis.
Tentunya ini akan menyulitkan
akademisi untuk dapat melakukan studi secara komprehensif dan memenuhi standar saintifik. Kolaborasi dengan
berbagai pihak perlu ditingkatkan untuk mengakselerasi kajian-kajian tersebut supaya Indonesia sebagai
negara penghasil kopi dunia juga tidak tertinggal dalam hal tren riset kopi dunia.
Referensi:
Sciencedirect. 2023. https://www.sciencedirect.com/. diakses pada 8 Februari 2023coffee
Febrianto, N. A., & Zhu, F. (2023). Coffee bean processing: Emerging methods and their effects on chemical, biological and sensory properties. Food chemistry, 412, 135489. Advance online publication. https://doi. org/10.1016/j.foodchem.2023.135489
Oleh Indah Epriliati
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Perhimpunan Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia (P3FNI)
Produk pangan berperan memfasilitasi manusia menjadi lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih keberlanjutan. Peranan dan kontribusi pangan sangat terlihat pada sistem kekebalan tubuh, ketersediaan komponen genetik tertentu yang dikendalikan oleh virus, atau sebaliknya komponen aktif yang berperan dalam konsep epigenetik dan telomere.
Ekonomi berbasis iptek adalah
kegiatan yang bertujuan untuk
menjalankan kehidupan lebih baik
didasarkan pada data sebab-akibat logis
dengan harapan dapat membangun argumentasi ukuran-ukuran yang
ditetapkan sebagai kondisi sehat dan/ atau bahagia. Salah satu bentuk ekonomi ipteks adalah adanya tren pangan
berbasis nabati (plant-based foods)
yang pada awal kemunculannya diduga
sebagai upaya perbaikan gizi masyarakat global. Namun demikian, dampak
dari produksi tersebut juga memiliki
pengaruh pada pemanasan global dan konsekuensi lainnya.
Tanaman herbal, rempah, juga
tanaman liar telah diketahui merupakan
sumber komponen aktif nabati
(fitokimia) dalam menstimulasi
terjadinya kontribusi-kontribusi
kritis penentu status kesehatan tubuh
manusia (minimal hewan coba dari ujiuji pengganti in vivo klinis manusia/ surrogate). Glahn et al. (1996) telah
berusaha membuat tetapan rasio uji in vivo manusia dengan pengganti/ surrogate in vitro kultur sel Caco-2
meniru kondisi tubuh manusia untuk
mineral besi dalam bentuk transfer dari asupan pangan tertentu. Bland (2021) menulis bahwa fitokimia dapat
selaras dengan sistem penyinyalan (signaling) dalam tubuh manusia. Fenol, misalnya, yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan tanaman dari predatornya ditemukan sesuai dengan
kebutuhan sistem kekebalan tubuh manusia. Mekanisme fungsi fitokimia di dalam tubuh secara kuat dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dan juga aktivitas mikrobiota di dalam sistem pencernaan manusia.
Keunggulan dan kontribusi penting fitokimia dalam kualitas kesehatan/ hidup manusia sering menjadi alasan (booster) para pebisnis memilih bidang pangan untuk “memenuhi” kebutuhan masyarakat. Bahkan, produsen sangat kreatif mengemas informasi hasil riset menjadi produk yang memiliki daya tarik tinggi dari konsumen untuk mendukung keberhasilan industrinya
(animo konsumen membeli produk). Ini adalah keberhasilan pada aspek populis di dalam suatu proses perdagangan yang ditandai dengan tahap penjenamaan (branding) dan positioning dalam pemasaran. Dalam upaya mencapai positioning maka banyak dikembangkan
Research & Development (R&D)
untuk menghasilkan produk pangan yang mampu mendorong konsumen memutuskan untuk membeli. Semakin
banyak konsumen yang tertarik
melakukan pembelian produk itu, dinilai
semakin berhasil industrialisasinya.
Kontribusinya dalam sistem pangan
adalah keberlanjutan ekonomi dengan
memanfaatkan badan pengetahuan (body knowledge) hasil riset.
Dalam rangka mengembangkan produk, produsen juga memberi
sentuhan aspek fancy pada produknya, dengan menampilkan dekorasi dan fenomena tidak biasa. Pengertian dan sinonim dari kata fancy menurut
Merriam-Webster Dictionary antara lain: dekorasi, kemewahan, ornamen. Kategori fenomena tidak biasa
(uncommon) itu mencakup kesan visual, fenomena mengebul (penggunaan nitrogen cair pada suhu ruang dan tekanan 1 atmosfir) atau meleleh
(produk panas chocolava, mozzarella cheesy products), bahkan juga permainan perubahan warna seperti degradasi
warna antosianin biru ke merah atau
pada bunga telang biru ke hijau-tidak
berwarna ke kuning dengan permainan
pH/tingkat keasaman (rainbow drink), dan lain-lain. Terutama akibat tren
produk kuliner yang saat ini meningkat, telah terjadi perkembangan variasi
produk dari teknik-teknik unik oleh
profesi koki ataupun oleh chef yang juga mudah ditemukan di berbagai lokasi.
Sayangnya, penciptaan fanciness tidak
disertai dengan penguasaan iptek yang memadai. Kasus “ciki ngebul“ tergolong masalah akibat kekurangan tanggung
jawab produsen dalam menerapkan
fancy booster. Ketersediaan gawai
di genggaman membuka peluang
masyarakat awam pun terpicu untuk
mencoba menerapkan fanciness tanpa
literasi yang cukup. Mereka perlu
bantuan literasi saat mengadopsi segala
sesuatu dari media elektronik agar tidak
terjadi risiko bencana kesehatan baik
skala kecil atau besar, terutama anggota
masyarakat yang perlu perlindungan
(anak-anak). R&D pangan fungsional
diharapkan tidak tergoda melakukan
pengulangan risiko seperti "ciki ngebul", mengingat pengawetan komponen
bioaktif praktis dapat dilakukan pada
suhu rendah serta oksigen terbatas.
Produsen juga menciptakan fanciness
dalam iklan untuk mendukung sloganslogan yang diklaim, terutama untuk
produk-produk zaman dulu yang
diangkat ke pasar elektronik sebagai
phygital, yaitu kebutuhan pengalaman
fisik/visual terutama yang dikaitkan
dengan rancangan digital yang cermat; atau sekedar slogan kesehatan sebagai
dampak dari hampir dua tahun hidup
bersama pandemi COVID-19. Selaras
dengan hal ini, di Indonesia juga
telah diatur klaim pangan melalui
regulasi Pengawasan Klaim pada
Label dan Iklan Pangan Olahan dalam
Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 1 tahun 2022. Pangan
fungsional melebur dalam regulasi
klaim fungsi atau klaim klinis atau
klaim pencegahan risiko kesehatan.
Klaim menurut PerBPOM No. 1 tahun
2022 adalah segala bentuk uraian yang
menyatakan atau menyarankan baik
secara langsung atau tidak langsung
tentang karakteristik tertentu mencakup
asal-usul bahan, kadar zat gizi, sifat, produksi, pengolahan, komposisi atau
faktor mutu lainnya. Mengenai iklan
oleh pihak produsen, PerBPOM tersebut
mewajibkan produsen memenuhi pasal
4, yaitu keselarasan informasi label pada kemasan yang disetujui saat mengajukan perizinan. Dengan penerbitan regulasi ini, maka terdapat kreativitas fanciness secara bertanggung
jawab dan komplementer
dengan bukti ilmiah sebatas
temuan yang diterima saat
ini. Berdasarkan dinamika
badan pengetahuan, hal ini masih terbuka
peluang untuk
kesepakatan baru terusmenerus.
Penguasaan kategori
pangan fungsional/pangan
berklaim, misalnya, akan
berharga bagi pelaku industri, khususnya R&D dan pemasaran. R&D industri pangan yang ingin memanfaatkan peluang
tren perdagangan terkait pangan dan kesehatan memerlukan peta fisiologis baru (epigenetik/telomere)
dan disinkronkan dengan ketentuan
negara-negara tujuan produk pangan fungsional. Data ilmiah yang mendukung produk diperlukan termasuk keamanan dan perlindungan data privasi.
Penelitian ilmiah telah menerapkan
asumsi-asumsi untuk mengendalikan
kondisi pengukuran sehingga terdapat
fenomena indikatif khusus dari faktor yang dikaji. Oleh karena itu, ada
keterbatasan dalam penarikan deduksi atas temuan bukti ilmiah. Semakin
lengkap aspek penelitian yang dilakukan
dan menjadi badan pengetahuan, maka hasil integrasi temuan penelitian
menjadi kebaruan yang mampu menjadi
jendela baru dalam penarikan deduksi
sehingga mengatasi keterbatasan
asumsi. Dengan demikian, fanciness
yang didasarkan pada bukti ilmiah yang
diterima benar saat ini dapat terdisrupsi
oleh hasil-hasil berikutnya atau semakin
dikukuhkan. Dinamika ini akan terus
berlanjut sampai terdapat pembaharuan
kesepakatan secara terus-menerus
antara para pemerintahan negara
yang terlibat di dalam perdagangan.
Walaupun para konsumen tidak
selalu dipengaruhi oleh hal tersebut
dan fanciness, terutama terkait
phygital, secara signifkan tetap meningkat. Hal yang perlu
disikapi adalah teknologi
pendukung fanciness
yang tidak dikuasai
produsen pada
kalangan tertentu, akibat dari literasi
rendah tentang
zat dan senyawa
yang membawa
risiko bahaya
berbasis ilmu
dasar. Penguasaan
ilmu-ilmu dasar untuk
teknologi pangan
memfasilitasi kemampuan
mengendalikan risiko
bahaya dalam proses
pengolahan atau pun penyajian.
Meta analisis adalah jawaban untuk hal ini. Big data akan memberi informasi penting dalam dinamika penerimaan
pangan fungsional oleh berbagai
pihak terkait. Khusus untuk pangan fungsional yang menjadi perdebatan di internasional karena perbedaan mazhab di berbagai negara, maka bukti ilmiah menjadi jembatan penting.
Keterbatasan penelitian dan publikasi yang pada dasarnya adalah pembangun badan pengetahuan yang digunakan
untuk membangun ekonomi berbasis
ipteks ini dicatat dalam Nature oleh
Kozlov (2023) bahwa pada periode
1950-2010 tidak ada lagi “kesaktian”
yang mampu membawa angin segar (groundbreaking) sehingga terdapat
kelengkapan badan pengetahuan.
Kecenderungan publikasi riset yang
tidak bersifat “dekonstruktif” untuk
“kebenaran” yang diakui saat ini, maka mengukuhkan kesimpulan deduktif yang ada. Kecenderungan temuan pada periode tersebut berlandaskan temuan sebelumnya dan kurang mengisi cerukceruk kesenjangan kajian yang bersifat substantif komplementer. Hal ini akan
menjadi beban bagi industri karena
investasi industrialisasi yang dirintis
sejak R&D dihadapkan pada regulasi baru berdasarkan temuan terbaru yang berkebalikan arah. Contoh nyata adalah
Gula Garam Lemak (GGL), refined foods, whole grain, atau ultraprocessing foods.
Padahal investasi R&D merupakan biaya yang besar untuk menjadikan produk
yang mencapai positioning. Sementara
penelitian mengerucut ke satu sisi
(kehidupan) dan di dalam penerapannya
oleh pebisnis (industri) menimbulkan
kejenuhan pasar dan berbagai dimensi
kehidupan masyarakat juga tidak
terpenuhi. Kejenuhan pasar mendorong
penciptaan produk-produk fancy baru
terus-menerus sehingga volume produk
varian banyak agar menjaring peluang
pembelian dari konsumen. Tahap
berhias dari suatu industri agar mampu menangguk “keputusan membeli” dari konsumen menjadi rawan saat varian terus menggelembung menjenuhi pasar yang menghasilkan proporsi permintaan tidak akurat karena varian tidak
dihitung sebagai item produk tetapi hanya kategori produk saja (registrasi kategori produk Kemerindag).
Kekhasan pangan fungsional harus jelas fungsinya sehingga permintaan
tetap terjaga. Karena fungsi pangan fungsional langsung berdampak dalam fisiologi tubuh konsumen, maka diperlukan akurasi data valid untuk memutuskan industrialisasinya melalui produk fancy selaras momentum pasar saat ini. Di mana data ini dikelola?
Bagaimana data ini tersedia dekat dengan masyarakat? Critical mass penggiat pangan fungsional dapat memberi kontribusi di tingkat praksis masyarakat terkecil sekalipun.
Berdasarkan definisi dan penciri kategori pangan fungsional, data dan validasi dari hal-hal fancy yang telah muncul di pasar disajikan pada Tabel 1 dan 2. Solusi seturut rekomendasi tim ahli dari literatur tentang kajian klaim membutuhkan tim independen objektif dalam menyikapi kasus-kasus yang muncul. Tim bersifat temporer dan dinamis diisi oleh berbagai pakar sesuai kebutuhan. Kemajuan dari dinamika ini akan memberi fungsi baik dan membentuk critical mass yang diperlukan untuk membangun sistem pengawasan yang lebih baik dan meningkatkan literasi yang diperlukan masyarakat konsumen dan industri.
Berdasarkan data Tabel 1., validasi
diperlukan untuk mengawal upaya menjaring pembeli tanpa informasi yang menyesatkan. Hal ini tentu saja tidak mudah dari sudut pandang berbagai pihak. Pertimbangan untuk R&D tentang fanciness suatu produk
Tabel 2. Ke depan, jika literasi mengenai epigenetik dan telomere semakin luas di masyarakat, sangat memungkinkan untuk dikembangkan analisis kelayakan yang dilandaskan pada keragaman individu berbasis etnisitas dan genome. Aplikasi kemampuan tersebut antara
1. Organik/alami SNI – pangan organik Sistem budidaya
2. Slow food Belum ada/ keputusan konsumen Sistem pengolahan
3. Utuh (whole foods) %Keutuhan dibanding bahan asalnya
% komponen dibanding bahan utuh
4. Home cooking Belum ada/ keputusan konsumen Belum ada
5. Konsep thinking design Belum ada Belum ada
6. Fine foods Belum ada Belum ada
7. Culinary arts Belum ada/ keputusan konsumen Belum ada
8. Eco-consumption Green tick Belum ada 9.
related probiotics/ prebiotics/ symbiotic/postbiotic Klaim/ keputusan konsumen Klinis 10. Nutrasetikal ingredien/ suplemen Klaim/ keputusan konsumen Klinis
11. Ingridien/cuisine etnik/eksotik Klaim/ keputusan konsumen
Belum ada/geographic identification
12. Self-care Klaim Klinik
Nihil bahan hewani/ keputusan konsumen
*sebagian besar mengikuti sumber: Summer Fancy food expo https://www.specialtyfood.com/shows-events/summer-fancy-food-show
Tabel 2. Indikator kekhasan dari fanciness – ketersediaan regulasi dan pemikiran
No. Kategori Produk Fancy Kekhasan Analisis Risiko Analisis Risiko Umum
1. Pangan organik/alami Status budidaya bahan – SN pangan organik sudah tersedia
2. Slow food Sistem olah-saji bukan tipe cepat saji
3. Pangan utuh (whole foods) 100% komponen organ utuh
4. Home cooking Kelayakan situs produksi
5. konsep thinking design Etik dari deskripsi iklan
6. Fine foods
Berkualitas tinggi dan tidak biasa sehari-hari (socio-based class)
7. Culinary arts Belum ada sinkronisasi
8. Eco-consumption Amdal secara hulu dan hilir
9. Gut-health related probiotics /prebiotics/ symbiotic/ postbiotic
10. Nutrasetikal ingredien/ suplemen
Komposisi mikroba usus (microbiome) sesuai PerBPOM No 1 tahun 2022 – probiotik
Sesuai PerBPOM No 1 tahun 2022 – klaim
11. Ingredien/cuisine etnik/ eksotik Identitas etnik/eksotik
12. (Food for) self-care Fungsi fisiologis
13. Kesehatan mental
14. Nabati /vegan
Sesuai PerBPOM No 1 tahun 2022
Sesuai PerBPOM No 1 tahun 2022 – pangan olahan basis nabati
lain pada 3D printed sushi dengan memperhatikan kebutuhan gizi yang dihitung sesuai regulasi per individu sehingga setiap konsumen wajib mengirim biodata biologi melalui aplikasi health test kit saat memesan (Muzdakis, 2020). Dengan demikian, maka produsen juga perlu memiliki pula basis data berupa data genome/ etnis/ atau cukup allowance daily intake
Sesuai PerBPOM No. 1 Tahun 2022
(ADI) seperti saat ini; meski belum banyak diimplementasikan dalam R&D, kecuali pada perusahaan besar/pioner. Bagaimana tata kelola etik atas data biologi masyarakat di tangan industri? Ini akan semakin pelik ketika produk diekspor dan/atau diimpor.
Permasalahan juga dapat timbul dari seni kuliner yang sedang trending namun saat ini belum ada regulasi
tentang risiko kesehatan/keamanan
pada aspek fanciness dari seni yang
diterapkan mirip kasus ‘ciki ngebul’.
BPOM telah mempublikasikan
pemutakhiran tata kelola keamanan
tentang penggunaan nitrogen cair
dalam pangan untuk para produsen.
Hal ini merupakan perkembangan
bagus; ke depan sebaiknya semakin
banyak panduan antisipatif untuk fancy
trend dalam pangan di masyarakat
melalui sistem surveilan yang lebih
baik, termasuk pada pangan fungsional
dan nutrasetikal. Jebakan seni kuliner
dicontohkan dengan produk meniup gas
nitrogen yang berasal dari campuran
cairan nitrogen di dalam produk.
Penjelasan yang kurang bertanggung
jawab dan jauhnya informasi Material Safety Data Sheet (MSDS) yang tersedia
dalam bahasa yang dimengerti
masyarakat; atau sebaliknya kualitas
sekolah dan literasi menunjukkan
betapa penting peran critical mass dalam
literasi dapat mencegah kejadian yang
tidak diinginkan. Critical mass dalam
jumlah cukup akan memfasilitasi pihakpihak pada sistem pangan fungsional
untuk mengawal sehingga antisipasi atas
risiko bahaya dapat dilakukan sedini
mungkin.
Produk fancy merupakan angin
segar dengan antusiasme baru dalam
dunia komersialisasi pangan, termasuk
pangan fungsional. Sebagian penerapan
fanciness terjadi pada pangan dan juga
dalam boosting fungsional yang akhirakhir ini tampak diterima sangat baik
setelah pandemi COVID-19. Pangan
fungsional juga masih mengalami
penerimaan yang tidak tuntas oleh
berbagai pihak dan regulator yang
menyusun sebagian komponen dalam
sistem pangan, dalam hal ini sistem pangan untuk pangan fungsional.
Diperlukan critical mass di seluruh
rangkaian sistem pangan pada setiap
agen sistem pangan untuk mendapatkan
literasi dan surveilan yang berfungsi
mengantisipasi fenomena indikatif
dari suatu dinamika tren pangan
fancy di Indonesia. Literasi yang baik
terutama adalah penguasaan informasi
dan penerapan MSDS setiap bahan
tambahan atau bahan umum yang
tersedia di dalam masyarakat yang
berpotensi menarik untuk penciptaan
fanciness. Kemajuan PerBPOM Nomor
1 Tahun 2022 merupakan langkah awal
yang besar dan baik, perlu dilengkapi
dengan pemutakhiran literasi secara regular dalam bahasa yang mudah
dipahami masyarakat umum atau
industri sehingga menghindarkan
penyalahgunaan di akar rumput oleh setiap agen sistem pangan.
Referensi:
BPOM. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 1 Tahun 2022. www.peraturan.go.id diakses 3 Februari 2023
Bland, J. S. Application of phytochemicals in immune disorders: their roles beyond antioxidants. Integrative Medicine: A clinician’s Journal20(5), 16-21 (2021).
Glahn, R. P., Wien, E. M., van Campen, D. R., & Miller, D. D. Caco-2 cell iron up take from meat and casein digests parallels in vi vo studies: use of novel in vitro method for rapid estimation of iron bioavailability. Journal of Nutrition, 126, 332-339 (1996).
Kozlov, M. ‘Disruptive’ science has declined – and no one knows why, The proportion of publications that send a field in a new direction has plummeted over the past half-century. Nature 613, 225 (2023) doi: https://doi. org/10.1038/d41586-022-04577-5
Merriam-Webster Dictionary. https://www.merriamwebster.com/thesaurus/fanciness diakses 20 Januari 2023
Muzdakis, M. Tokyo Restaurant Offers 3D Printed sushi tailored to your Health Needs. Augustus 2020 https:// mymodernmet.com/3d-printed-sushi-singularity/ diakses 3 Februari 2023
Makanan Minuman Indonesia
Percepatan transformasi digital di seluruh rantai pasokan dan transisi
energi bersih perlu didukung
dengan sumber daya manusia (SDM)
dengan literasi digital yang mumpuni.
Selain itu, iklim ekonomi, geopolitik, investasi kondusif, dan ekosistem
pangan global yang kolaboratif juga
diperlukan untuk mewujudkan
ketahanan pangan dan keberlanjutan positif sosial dan lingkungan. Dengan
demikian, SDM yang memiliki kualitas
untuk memahami hal-hal tersebut
menjadi begitu penting guna terciptanya
lingkungan industri pangan yang efektif dan efisien.
Untuk mewujudkan lingkungan
tersebut, Gabungan Produsen Makanan
dan Minuman Indonesia (GAPMMI)
berkolaborasi dengan Schneider
Electric mengadakan diskusi media
dengan tema “Transformasi Industri
Pangan yang Pintar & Sustainable dalam
Memperkuat Ketahanan Pangan dari
Krisis Global” di Jakarta (16/2) yang
menghadirkan beberapa pembicara
seperti Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian RI, Putu Juli
Ardika, Ketua Umum GAPMMI, Adhi S.
Lukman, dan Business Vice President
Industrial Automation Schneider Electric
Indonesia, Martin Setiawan.
Acara tersebut juga menghasilkan
kerja sama antara GAPMMI dan
Schneider Electric yang dilatarbelakangi
oleh komitmen pelaku industri
pangan nasional dalam upaya
percepatan transformasi digital
untuk menghadapi tantangan masa
depan dan meningkatkan daya saing
di pasar global. Kemitraan strategis ini merupakan bentuk perwujudan
penandatanganan MoU GAPMMI dan Schneider Electric sebelumnya. Dalam kurun waktu tiga tahun ini, kerja sama direncanakan untuk mencakup pengembangan pendidikan, kurikulum pelatihan, program pelatihan dan sertifikasi kompetensi bagi SDM di industri pangan, dengan targetnya para tenaga profesional di bidang engineering OT, operations, dan tenaga IT yang akan memperoleh bimbingan dan pelatihan.
Percepatan transformasi digital industri pangan untuk meningkatkan ketahanan, kelincahan dan keberlanjutan, yang mencakup empat fokus area yaitu smart
manufacturing, smart facilities, smart food safety dan smart supply chain.
Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian RI, Putu Juli Ardika, menyampaikan bahwa pemerintah akan terus melakukan
berbagai upaya untuk mendorong daya saing industri pangan di Indonesia, termasuk memastikan ketersediaan
bahan baku untuk mendukung proses produksi. Jaminan ini tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Perindustrian yang memastikan industri bisa memperoleh bahan baku melalui neraca komoditas. Fri-27
menampilkan Twilite Orchestra dari Addie MS yaitu persembahan simfoni untukmu Indonesia (lagu ciptaan Kepala Badan POM, Penny K. Lukito), serta memberikan apresiasi dan penghargaan kepada lintas sektor baik dari sektor lembaga, pelaku usaha, maupun perorangan yang berkontribusi dalam membangun kemandirian bangsa di bidang obat dan makanan, termasuk penanganan COVID-19. Fri-27
GAPMMI turut berkolaborasi dengan
Kedeputian III Bidang Pengawasan
Pangan Olahan Badan POM dalam
Acara Puncak Perayaan HUT Badan
POM RI ke-22 yang dilaksanakan di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, pada 15 Februari 2023 lalu. Kegiatan
ini sekaligus Unjuk Kinerja dan
Apresiasi Badan POM pada masa
tiga tahun pandemi COVID-19.
Pada kesempatan ini Badan POM
Sekretariat GAPMMI
ITS Office Tower Lt. 8 Unit 16, Nifarro Park Jl. Raya Pasar Minggu KM. 18, Jakarta Selatan 12510
Telp/Fax. (021) 29517511; Mobile. 08119322626/27
Hp. 08156720614
Email: gapmmi@cbn.net.id
Website: www.gapmmi.id
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
Kebutuhan akan pangan fungsional meningkat sejalan
dengan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan.
Pangan fungsional merupakan pangan yang mengandung
komponen yang bermanfaat untuk meningkatkan fungsi
fisiologis tertentu, dan atau mengurangi risiko sakit.
Syarat suatu produk pangan
dikatakan sebagai pangan
fungsional adalah berbentuk
alami, bukan kapsul, tablet atau bubuk; dikonsumsi dalam diet sehari-hari dan sudah terbukti secara biologis dapat
mencegah atau mengontrol penyakit
Komponen pada pangan fungsional
merupakan senyawa-senyawa bioaktif
yang memiliki fungsi fisiologis khusus
bagi kesehatan. Komponen fungsional
tersebut dapat berupa komponen yang
sudah dikenal sebagai penyusun pangan
seperti serat pangan, vitamin dan mineral, atau dapat berupa komponen
yang baru diidentifikasi seperti
isoflavon, kolin dan kolesterol.
Sebagian besar senyawa bioaktif
yang menentukan peran dalam
pangan fungsional terdapat pada
tanaman, yang memiliki berbagai
mekanisme sebagai pangan
fungsional, misalnya menurunkan
kadar lipid dan kolesterol, memiliki sifat anti kanker serta
sifat fungsional lainnya. Indonesia
sebagai negara “megabiodiversity”
terbesar ketiga memiliki sumber energi
hayati yang melimpah, namun bahanbahan tersebut belum dimanfaatkan
secara optimal. Padahal aneka pangan lokal tersebut berpotensi sebagai sumber pangan fungsional. Beberapa pangan sudah dieksplorasi untuk mendapatkan manfaat komponen bioaktifnya, akan tetapi masih banyak yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Di antara pangan lokal Indonesia, umbi-umbian memiliki komponen fungsional terutama serat dan komponen tertentu yang baru diidentifikasi.
Umbi uwi (Dioscorea alata) berpotensi untuk dikembangkan menjadi pangan fungsional karena memiliki indeks glikemik rendah, serat pangan tinggi, vitamin C, mineral, dan antioksidan. Salah satu komponen serat pangan umbi uwi adalah glukomanan yang merupakan jenis serat larut. Umbi uwi juga memiliki komponen alkaloid dan steroid sapogenin sebagai antiinflamasi. Dalam umbi Dioscorea sp. juga terdapat senyawa inulin yang dapat berfungsi sebagai prebiotik.
Umbi uwi memiliki kadar protein cukup tinggi dibandingkan umbi-umbian lain dan kadar karbohidrat tinggi, namun rendah gula. Komposisi ini tepat sebagai konsumsi penderita diabetes yang harus membatasi konsumsi gula dan cukup protein. Menurut Helen et al. (2013) konsumsi umbi uwi dapat menurunkan kadar gula darah dan berat badan dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan sifat sensoris, umbi uwi memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan jenis-jenis lain yang masih
satu marga (Dioscorea spp), sehingga tepat apabila uwi merupakan alternatif pangan fungsional dari Indonesia.
Alternatif pengolahan umbi uwi adalah menjadi tepung uwi dan produk-produk turunannya. Tepung uwi mengandung karbohidrat 80,28%, aktivitas antioksidan 84,22%, kadar abu 4,01%, serat kasar 8,08%, protein 4,74%, kadar lemak 1,85% dan inulin 1,52 mg/100 g. Adanya
beberapa komponen fungsional seperti
antioksidan dan serat ini menjadi
peluang untuk membuat inovasi pangan
fungsional dari tepung uwi. Tepung uwi
dapat menggantikan sebagian tepung
terigu pada pembuatan biskuit. Biskuit
tepung uwi dengan penambahan labu
kuning memiliki kadar beta karoten
5.919,34 μg/100g dan serat pangan 9,77%.
Ubi jalar merupakan komoditas
pangan di Indonesia yang relatif murah
dan mudah didapat karena banyak
dijumpai di pasaran. Karbohidrat
pada ubi jalar salah satunya adalah
oligosakarida sebagai komponen bioaktif pada pangan fungsional. Ubi jalar juga
mengandung serat pangan, karotenoid
dan antosianin sebagai komponen
fungsional. Komponen utama karotenoid
pada ubi jalar adalah β-karoten (8690%), yang merupakan provitamin A.
β-karoten memiliki tingkat aktivitas
vitamin A tertinggi dibanding karotenoid lainnya. Kandungan β-karoten pada ubi jalar kuning dapat mencapai 2.500 mg/100 g umbi. Senyawa antosianin yang terdapat pada ubi jalar berfungsi sebagai antioksidan dan penangkap
radikal bebas, sehingga berperan
dalam mencegah terjadinya penuaan, kanker, dan penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis.
Penganekaragaman ubi jalar
dilakukan agar tercipta produk-produk yang menarik bagi konsumen yang
mengarah ke pangan fungsional. Produk
pengembangan pangan fungsional dari ubi jalar yang dilakukan antara
lain minuman sinbiotik ubi jalar
menggunakan starter Lactobacillus casei. Minuman sinbiotik ubi jalar dapat berperan sebagai antimikroba, antikarsinogenik, antidiare dan antiosteoporosis. Proporsi sari ubi jalar ungu: susu skim (3:1) dan penambahan
Lactobacillus casei 2% menghasilkan minuman sinbiotik ubi jalar yang paling disukai. Minuman sinbiotik ubi jalar ini memiliki total probiotik 1,56x 109 CFU yang memenuhi syarat sebagai minuman fungsional pada SNI yoghurt 2981:2009 sebesar 1x107 CFU (Mawar et al., 2018).
Ganyong berpotensi sebagai sumber karbohidrat dengan total karbohidrat pada umbi ini mencapai 93,79% dari berat kering. Umbi ganyong umumnya digunakan untuk produksi tepung. Kadar
amilosa tepung ganyong lebih tinggi dibandingkan dengan tepung terigu yaitu pada tepung ganyong sebesar 2530% dan amilopektin 70-75%. Umbi ganyong memiliki kadar serat 10,4 %, yang potensial sebagai sumber pangan fungsional.
Tepung ganyong dapat menggantikan sebagian tepung terigu dalam pembuatan mi ganyong. Mi dengan substitusi tepung ganyong dan tepung wortel memiliki kadar antioksidan lebih tinggi (47,04%) dibandingkan mi dari tepung terigu (32,76%).
Umbi suweg (Amorphopallus campanulatus) merupakan tanaman
umbi-umbian yang memiliki kadar
karbohidrat paling kecil namun tinggi
serat dan memiliki indeks glikemik yang rendah, sehingga sangat potensial untuk dijadikan bahan pangan fungsional. Suweg mengandung alkaloid, tanin, flavonoid, protein dan asam amino, sterol serta terpenoid. Suweg memiliki kadar serat pangan tinggi (13,71%) sehingga saat diolah menjadi tepung
umbi suweg, daya cerna patinya rendah yaitu 61,75. Daya cerna pati dari umbi suweg secara in vitro lebih rendah dibandingkan dengan tepung singkong yaitu 75,25%.
Salah satu olahan umbi suweg adalah menjadi pangan sarapan (breakfast cereal) dengan penambahan bekatul terstabilisasi. Komposisi tepung suweg dan stabilized rice bran 3:1 menghasilkan breakfast cereal paling disukai dengan kadar serat pangan 15,934%, antioksidan 75,097% dan protein 11,7 %. Breakfast meal flakes tepung suweg dengan penambahan bekatul terstabilisasi mampu menekan kadar MDA dalam darah sehingga dapat menghambat stres oksidatif.
Referensi
Aini, N., Sustriawan, B., Wahyuningsih, N., & Mela, E. (2022). Blood Sugar, Haemoglobin and Malondialdehyde Levels in Diabetic White Rats Fed a Diet of Corn Flour Cookies. Foods, 11(12), 1819. https://doi.org/10.3390/foods11121819
Helen, O., Olusola, A, E., Eghosa, I., & Bond, A, U. (2013). Dioscorea alata L. reduces body weight by reducing food intake and fasting blood glucose level. British Journal of Medicine & Medical Research, 4(3), 1871–1880.
Mawar, L. A., Aini, N., & Wijonarko. (2018). Formulasi minuman sinbiotik dari susu dan ubi jalar menggunakan Lactobacillus casei. JITIPARI, 5(3), 74–84. http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/jtpr/article/ view/1991/1766
PT REL-ION STERILIZATION SERVICES
Eliminasi Bakteri Patogen, Sterilisasi, Polimerisasi
021-88363728, 021-8836 3729
021-88321246
yayuk@rel-ion.co.id
www.rel-ion.com
PT. Mitra Kualitas Abadi (Catalyst Consulting) Training, Consulting, Assesment/audit, Mystery Shopping Provider
089-9999-7867
info@catalystconsulting.id
www.catalystconsulting.id Catalyst Consulting consulting.catalyst
PT. ESCO CHEMICALS MITRAUTAMA
Food Ingredients and Additives Company
(021) 22223455, (021) 29670163
0817-844438
info@escochemicals.co.id
www.escochemicals.co.id
031-3981571
sku@sakatama.com
www.sakatama.com
PT INDESSO NIAGATAMA & PT INDESSO CULINAROMA
INTERNASIONAL
Snack Seasonings, Savory Ingredients, Aroma Chemicals, Essential Oils & Food Ingredients
021 386 3974
021 385 0538
contact@indesso.com
www.indesso.com
Ottera
Oterra is the largest provider of naturally sourced colors worldwide
65-6631 9294
sgcaso@chr-hansen.com
https://oterra.com
Trade Exhibition
GNT Group B.V.
EXBERRY® is the leading brand of Coloring Foods for the food and beverage industry. Coloring Foods are made from fruits, vegetables, and edible plants using a physical manufacturing process processed with water.
+65 6659 4180
info-singapore@gnt-group.com
www.exberry.com
PT KH ROBERTS INDONESIA
At KH Roberts, we leverage our deep expertise in flavour science and strong understanding of consumers’ needs to craft future flavours that deliver delight to consumers around the world.
021 87900778 / 021 89700723
info.id@kh-roberts.com
www.kh-roberts.com
https://www.linkedin.com/company/kh-roberts/
Indonesia’s leading comprehensive hospitality, food & beverage international trade exhibition Hospitality, Food & Beverage
+ 62 21 2525 320
+6282113713099
foodhotelindonesia@informa.com
www.foodhotelindonesia.com
@foodhotelindonesia_fhi
Food & Hotel Indonesia
Food & Hotel Indonesia
Food & Hospitality Series_ID
Flavor didefinisikan sebagai sebuah kombinasi yang kompleks dari sensasi penciuman, pengecapan, dan trigeminal yang dirasakan selama proses pengecapan. Flavor dapat dipengaruhi oleh efek taktil, panas, nyeri dan/atau kinestetik. Serangkaian proses yang kompleks ini menjadi
tantangan tersendiri bagi industri pangan untuk mengembangkannya terutama yang sesuai dengan tuntutan konsumen saat ini. Tidak hanya flavor tunggal -sweet, savory-, konsumen
menginginkan kombinasi antarflavor dan sesuatu yang luar biasa. Pencarian akan pengalaman rasa global yang baru dan berbeda juga mendorong tren flavor yang kompleks seperti perpaduan
flavor manis dengan manis, manis dengan umami, manis dengan asam, manis dengan pedas, dan lain sebagainya. FoodReview
Indonesia edisi mendatang bermaksud menyajikan
informasi mengenai hal tersebut, mulai dari flavor klasik hingga perkembangannya saat ini. Tidak lupa, semoga pembahasan ini juga dapat menjadi inspirasi untuk dapat terus meningkatkan daya saing industri dan produk pangan di Indonesia.
If you have a friend or colleague who would be interested in receiving FoodReview Indonesia, please feel free to share the latest issue, and our special digital subscription offer with them today.