dok. pribadi
Seputar Kampus
T
Kuritabaya, Media Lestarikan Eksistensi Bahasa dan Budaya Jawa
ahun ini, Universitas Negeri Malang (UM) kembali menorehkan prestasi di kancah nasional yakni melalui Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) 2021. Mufazatul Istiqomah (Akuntansi 2019), Nur Alfiyatuz Zahro (Akuntansi 2019), M. Hafidz Rifki F. (Akuntansi 2019), dan Fatimah Az-Zahra (Desain Komunikasi Visual 2019) berhasil menciptakan buku cerita Bahasa dan Budaya Jawa untuk siswa tingkat sekolah dasar (SD) dengan fitur lift the flap yang memadukan teknologi augmented reality untuk mengembalikan eksistensi bahasa dan budaya Jawa. Produk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kewirausahaan ini dibuat sebagai salah satu produk inovatif pertama di Indonesia yang diperuntukkan bagi anak usia SD, di mana seri pertama Kuritabaya ditargetkan untuk anak SD yang duduk di bangku kelas 1–3. Selain itu, program inovasi kreasi buku cerita anak ini menggunakan metode Whole Language Approach untuk dapat membantu para guru dan orang tua dalam menyampaikan teks berbahasa daerah melalui dongeng atau cerita beredukasi budaya yang disertai ilustrasi menarik serta disesuaikan bagi anak-anak. Sebagai media pembelajaran, tidak dapat dipungkiri bahwa hadirnya Kuritabaya tidak lepas dari semakin melemahnya penggunaan bahasa dan pengetahuan budaya yang saat ini ada di masyarakat, terutama untuk kalangan siswa SD. Padahal, dapat diketahui bersama bahwa Indonesia merupakan negara Bhinneka Tunggal Ika dengan beragam bahasa dan budaya yang perlu dilestarikan. Dengan demikian, latar belakang tersebut menjadi kunci diciptakannya Kuritabaya. Bahasa Jawa yang digunakan dalam Kuritabaya bertujuan agar pembaca dari berbagai wilayah
26 | Komunikasi Edisi 336
dengan dialek bahasa Jawa yang berbeda, dapat memahami isi buku dengan baik. Selain itu dalam buku seri pertamanya, Kuritabaya mengangkat budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) karena DIY memiliki bahasa Jawa tingkat standar yakni bahasa Jawa yang dapat dipahami oleh penutur bahasa Jawa lain yang berasal dari berbagai daerah di Jawa. Selain itu, wilayah DIY juga menjadi pusat kekayaan budaya baik dari situs bersejarahnya maupun aktivitas budaya masyarakatnya. Tim Kuritabaya menjelaskan beberapa tujuan yang ingin mereka capai melalui penciptaan Kuritabaya, di antaranya Kuritabaya dapat menjadi solusi untuk mengolaborasikan tipe belajar setiap orang baik kinestetik, audio, maupun visual, Kuritabaya dapat mengatasi permasalahan rendahnya minat siswa untuk mempelajari bahasa daerah karena lebih tertarik kepada budaya asing, dan Kuritabaya dapat mengajarkan nilainilai lokal budaya bangsa pada Generasi Z untuk menghindari punahnya kebudayaan atau bahkan pengambilalihan budaya oleh pihak asing. Sebagai penutup, Tim Kuritabaya berharap khususnya kepada generasi muda yang ada di Kota Malang untuk bisa lebih mengkritisi berbagai masalah yang ada sehingga dapat lebih berkontribusi dalam membantu masyarakat di lingkungan sekitar. Kontribusi tidak selalu harus dalam skala besar melainkan bisa saja dalam skala kecil karena yang terpenting adalah bermanfaat bagi masyarakat. Selaras dengan hal tersebut, Tim Kuritabaya juga berharap agar generasi muda lebih peka terhadap situasi budaya bangsa sendiri serta tidak melupakan kekayaan warisan budaya yang senantiasa harus dilestarikan. Nuriyatul