warisanrimba
Merancang Situs
Mrancang
Jadi Pilihan Obyek Wisata Religi di Rembang Indonesia memiliki banyak sekali lokasi yang menyajikan pemandangan alam yang sangat indah. Sebagian lokasi dengan pemandangan dan suasana alam yang indah dan asri itu ada di dalam wilayah Perum Perhutani. Salah satu lokasi potensial itu ada di Rembang. Namanya Situs Mrancang. Kini, Situs Mrancang sedang digadang-gadang untuk menjadi wisata rintisan yang diproyeksikan akan menjadi obyek wisata religi pilihan terdepan. Nah, apa saja keunggulan dan nilai unik Situs Mrancang di Rembang itu?
A
da suasana menarik di lokasi Situs Mrancang, Rembang, Rabu, 7 Oktober 2020. Di hari itu, Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan melakukan pertemuan dengan Camat Gunem, Ahmad Solchan; Kepala Desa Trembes, Sofyan; dan beberapa perwakilan Karang Taruna Desa Trembes. Pertemuan itu digelar guna membahas pembukaan Obyek Wisata Rintisan Situs Mrancang. Di kesempatan itu, Administratur Perhutani KPH Mantingan, Widodo Budi Santoso, melalui Kepala Seksi (Kasi) Perencanaan KPH Mantingan, Sumarto, menyampaikan, Perhutani mendukung pembukaan Situs Mrancang sebagai obyek wisata religi. Situs Mrancang berada di Petak 85c dengan luas 6,10 hektare. Nantinya, operasional obyek wisata
64 DUTA Rimba
religi itu dikelola dengan sinergi antara masyarakat, pemuda, karang taruna, serta instansi pemerintah terkait. “Untuk ketentuan penggunaan kawasan hutan dalam wisata rintisan nantinya harus memenuhi beberapa kriteria dan aturan yang ada di Perhutani yang sudah diatur oleh Prosedur Kerja. Beberapa indikator harus dipenuhi dalam pembukaan kawasan wisata rintisan, antara lain atraksi, aksesibilitas, amenities ataupun fasilitas lain, akomodasi, kebersihan dan keramahtamahan dalam berwisata,” jelas Sumarto. Sedangkan Camat Gunem, Ahmad Solchan, dalam sambutannya mengharapkan, dalam proses membuka Wisata Rintisan tersebut betul-betul dibuat perencanaan yang matang dan berkesinambungan yang meliputi semua lini, sejak masyarakat, Pemerintah Desa, Kecamatan, dan
Kabupaten. Solchan menjelaskan, menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 bahwa Konservasi Sumber Daya Alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam dan kawasan harus tetap mempunyai sistem penyangga kehidupan, pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta ekosistemnya. “Untuk mewujudkan kawasan wisata alam dan religi, kita perlu menggandeng dan mensinergikan semua pihak terkait, mulai dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dipermades), Dinas Pariwisata, Dinas Pertanian, Kelompok Tani Hutan, dan Perhutani sebagai pengelola Kawasan Hutan. Yang lebih penting tidak mengubah fungsi kawasan hutan sebagai penyangga di situs Mrancang sehingga tetap lestari guna
NO. 86 • TH. 14 • september - oktober • 2020