rimbaopini
Membangun Partisipasi Masyarakat Desa Hutan dengan Komunikasi
S
ebagai mahluk sosial yang hidup bermasyarakat dan berkelompok, manusia menjalin hubungan dengan sesamanya. Itu bukti adanya keinginan berkelompok yang sudah menjadi kebutuhan sifat, identitas, dan falsafah hidup manusia. Selama manusia masih menjunjung tinggi nilai-nilai, dia tak mau terpisah atau terisolasi dari sesamanya. Tanpa sokongan orang lain, martabat manusianya akan terasa menurun dan kebahagiaannya suram. Manusia tanpa sesamanya tak punya fungsi apa-apa. Untuk menghubungkan diri dengan manusia lain, perlu ada jalinan komunikasi, agar saling mengerti, saling menolong, dan saling melengkapi (take and give). Komunikasi merupakan sarana vital untuk mengerti diri sendiri, mengerti orang lain, memahami apa yang ia butuhkan dan apa yang orang lain butuhkan, serta apa yang menjadi pemahaman kita dan pemahaman semua. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian komunikasi sama dengan perhubungan. Tetapi beberapa ahli mengemukakan pemahaman lain. Noel Gist dalam bukunya “Fundamentals Sociology” mengatakan, "Bilamana interaksi sosial meliputi pengoperan arti-arti dengan menggunakan lambang-lambang itulah komunikasi". Sedangkan Carl J
78 DUTA Rimba
Hovland, dalam bukunya “Social Communications”, menjelaskan, komunikasi adalah proses bilamana seseorang individu (komunikator) mengoper stimulan untuk mengubah tingkah laku individu lainnya (komunikan). Jadi, ada dua nilai yang selalu ada dalam komunikasi. Nilai pertama dalam informasi yang berupa lambang-lambang atau gambaran yang menjadi stimulan. Nilai kedua adalah persuasive, yaitu proses pemindahan pesan itu mencapai satu sasaran; orang yang menerimanya dan memahaminya. Pengertian secara ontologis, komunikasi adalah proses pemindahan dan pengoperan arti, nilai, pesan, melalui media atau lambang-lambang baik dengan bahasa lisan, tulisan, atau isyarat. Sedangkan pengertian secara aksiologis, merupakan proses pemindahan pesan dari komunikator kepada komunikan. Secara epistemologi, komunikasi bertujuan mengubah tingkah laku, pola pikir, atau sikap orang lain, untuk dapat mencapai ide yang sama demi tujuan yang sama pula. Kata “Partisipasi” sering diartikan sebagai ambil bagian dari suatu kegiatan. Suatu arti yang mengandung arti pasif. Padahal tidak demikian. Semangat pasif dapat berkembang ke arah aktif bersama-sama dengan yang mengambil inisiatif.
Oleh: Ir. Mubarak N.A. Sigit, MM*)
Pola Hidup MDH Hampir seluruh sumber mata pencaharian utama masyarakat desa sekitar hutan (MDH) ada pada daya produksi dari tanah di lingkungannya. MDH punya kebiasaan hidup lamban sesuai alam lingkungan yang tak banyak berubah sepanjang masa. Namun, dengan kondisi masyarakat yang berbeda, akan terjadi perbedaan-perbedaan kebiasaan dan motivasi. Umumnya MDH menghormati tata batas hutan di dalam lingkungannya. Sebab, tata batas hutan tersebut diproyeksikan di lapangan sesuai kebiasaan, kemampuan, dan motivasi-motivasi yang ada pada kelompok masyarakat tersebut. Kebiasaan kelompok masyarakat ini adalah bertani secara menetap dan kemampuannya dibatasi tenaga tangan dan kaki tanpa alat yang dapat menggandakan daya kerjanya. MDH khususnya kelompok tani hutan menjadikan garis merah adanya partisipasi masyarakat untuk kegiatan kehutanan di dalam kawasan hutan Perum Perhutani. Pada perkembangan selanjutnya, tampak adanya disharmoni di dalam hubungan antara Perhutani dan MDH. Pertumbuhan penduduk dan kesempatan kerja di dalam desa maupun di dalam hutan dengan pola kepengurusan lama tak lagi memelihara keseimbangan semula, maka timbul kejadian pencurian kayu,
NO. 82 • TH. 14 • januari - februari • 2020