Suara Baptis Edisi 2 2023

Page 1

ALKITAB BUKU, BENARKAH DITINGGAL?

Saya masih ingat betul seorang pendeta rekan baik saya pernah bercerita, bahwa tahun 2014 ketika ia ditempatkan di sebuah daerah terpencil di Pulau Bangka, tepatnya di Sungai Liat. Ia menjadi gembala jemaat di sebuah desa di daerah itu. Saat memimpin ibadah Minggu, ia membawa tablet yang berisi Alkitab digital. Selepas ibadah, salah satu anggota jemaat mendatanginya dan memprotes, mengapa tidak membawa Alkitab buku ke mimbar tetapi justru membawa tablet? Rekan saya ini kaget dengan protes itu. Dan ia berusaha dengan pelanpelan menjelaskan bahwa tablet yang ia bawa berisi Alkitab digital. Namun demi untuk tidak membuat geger jemaatnya, minggu berikutnya ia tak lagi membawa tablet ke mimbar.

Cerita itu pada tahun 2020 berubah. Hampir semua jemaat gereja itu sudah menggunakan Alkitab digital di gawai masing-masing. “Waktu itu memang jemaat belum banyak yang (meng)gunakan gawai. Tetapi sekarang, tua, muda, perempuan dan laki-laki semua menggunakan gawai. Bahkan ke gereja, Alkitab digital sudah ada di gawai mereka,” kata rekan saya ini.

Pandemi yang memaksa setiap orang untuk beradaptasi dengan teknologi digital membuat gereja ikut pula beradaptasi. Salah satu konsekuensinya, penggunaan Alkitab buku yang mulai ditinggalkan saat beribadah Minggu. Secara khusus kami menurunkan tulisan soal ini dalam edisi dua ini.

Cover majalah ini yang menggambarkan tangan lansia yang masih memegang Alkitab buku dengan sisi kiri dan kanan anak muda dengan Alkitab digital di gawai mereka menggambarkan kondisi jemaat Kristen pada umumnya saat ini.

Ada pula tulisan khusus soal Alkitab Terjemahan Baru (TB) versi 2 yang diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dalam rangka ulang tahun ke 69. Ulasan dari sisi teologis soal Alkitab ini juga kami hadirkan sehingga menambah pemahaman pembaca.

Bulan April yang identik dengan Paskah, kami menyajikan tulisan khusus tentang penanggalan perayaan Paskah yang setiap tahunnya berbedabeda. Mengapa berbeda? Silahkan Anda menikmati artikelnya.

Lembaga Literatur Baptis (LLB) terus berkomitmen menghadirkan buku-buku terbaru dan berkualitas bagi pembaca Kristen. Salah satu yang akan diterbitkan adalah Komik. Ya Komik, buku bergambar dengan cerita khusus bakal diterbitkan LLB tahun ini. Ulasan soal komik juga diturunkan sehingga pemahaman dan manfaat membaca komik bisa diketahui dan tidak hanya sekadar bacaan untuk menghabiskan waktu senggang.

Selain itu, tulisan ruang guru Sekolah Minggu (RGSM), rubrik jalan-jalan juga menjadi artikel-artikel yang memberi warna bagi pembaca untuk menikmati majalah ini.

Akhirnya, selamat merayakan Paskah, kebangkitan Kristus membebaskan kita dari belenggu dosa. Selamat menikmati edisi Suara Baptis.

Salam, Redaksi

Jendela 3

PEMIMPIN UMUM

Ir. John Serworwora, Ph.D.

PEMIMPIN REDAKSI

Philip Situmorang

REDAKSI

Juniati

KONTRIBUTOR

Djohan Lim | Ima Apriliyani A | Iswara Rintis | Tirza

Nahamani | Luana Yunavena | Ireina Ruth S

DESAIN SAMPUL & ISI

Yosua Agustian

SB ONLINE

Yohanes Aris | Tim Redaksi

PEMASARAN, IKLAN & DISTRIBUSI

Inung Suprayogi | Sri Rezeki | Tukran | Tim SB

ADMINISTRASI & KEUANGAN

Elfitri Febrianti Sitanggang

INDEKS

Liputan Khusus

NASIB ALKITAB BUKU

Liputan SIDANG TAHUNAN SINODE GPIB

UGAHARI, DIGITAL DAN PAPERLESS

Artikel

Isu Feminisme dalam Peringatan Hari

Perempuan dan Hari Kartini APA KATA ALKITAB?

REKENING

Bank Mandiri

KCP Bandung Cibeunying

No. Rekening 131-05-8000181-8

atas nama Lembaga Literatur Baptis

atau melalui Giro Pos No. 4000 004 235

atas nama Lembaga Literatur Baptis

Jl. Tamansari 16 Bandung 40116 Indonesia (mohon mengirimkan salinan bukti pengiriman melalui Official Hotline LLB 0812 1212 5116)

PENERBIT

Lembaga Literatur Baptis

ALAMAT/KONTAK

Jl. Tamansari 16 Bandung 40116 Indonesia

Telephone: (022) 420 3484

WA Hotline: 0812 1212 5116

Email: suarabaptis@gmail.com

FB: majalah suara baptis

IG: suarabaptis

SURAT TANDA TERDAFTAR (STT)

29 Maret 1988 No.1307/SK/DITJENPPG STT/1988

ISSN 1410-2439

INDEKS
4

Jendela Teologi

APAKAH ALKITAB

TERLALU RUMIT

BAGI MEREKA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA?

*)Andy Prime

Ketika berumur 18 atau 19 tahun saya belajar bagaimana membaca buku. Maksud saya benarbenar membacanya. Sebelumnya, bacaan saya terbatas pada menu di restoran atau hasil pertandingan sepak bola di televisi. Namun kemudian, saya membaca satu buku ini dan menemukan bahwa saya sangat menyukainya. Saya mulai berpikir mungkin membaca buku bukanlah ide yang buruk.

Seseorang memberi saya sebuah buku kecil yang ditulis oleh seorang pria super cerdas bernama John Owen (juga dikenal dengan sepatu bot kulit setinggi lutut dan terlalu banyak memakai minyak rambut). Saya melahap bukunya sampai habis. Setelah itu, saya mengunjungi toko buku Kristen lokal untuk melihat apakah mereka memiliki lebih banyak buku dari penulis ini. Saya menemukan satu buku yang berjudul The Death of Death in the Death of Christ, jadi saya membelinya dan membawanya pulang.

Di halaman pertama saya membaca (dalam bahasa Inggris kuno):

Kepada Pembaca—Jika Anda berniat untuk melangkah lebih jauh, saya mohon Anda untuk berhenti sebentar. Jika Anda, seperti banyak orang dalam zaman kepura-puraan ini, seorang pengamat tanda atau gelar, dan mencari ke buku seperti Cato mencari teater, untuk keluar lagi, — Anda telah mendapatkan apa yang Anda cari; selamat tinggal!

Izinkan saya memparafrasakannya: “Jika, pada skala idiot hingga profesor, Anda berada di ujung spektrum idiot, maka letakkan buku ini, dan

JENDELA TEOLOGI
5

mundurlah.” Satu halaman, satu kalimat, satu baris, dan saya diberi tahu, “Anda telah mendapatkan apa yang Anda cari; selamat tinggal!” Saya mendengar suara Owen mengejek saya selama berabad-abad mengatakan, Andy, menyerahlah; tidak ada gambar dalam buku ini, terlalu sulit bagimu, dan di luar jangkauanmu. Kembali saja menonton televisi. Jadi saya menutup buku itu, dan belum membacanya sejak saat itu.

Pertanyaan saya: Apakah hal yang sama berlaku untuk Alkitab? Apakah Alkitab hanya untuk para profesor, sarjana, akademisi, dan kutu buku? Apakah hanya untuk John Owen dan bukan untuk Andy Prime? Apakah hanya untuk pengkhotbah dan bukan untuk jemaat? Apakah hanya untuk kalangan menengah ke atas? Apakah Alkitab bisa dibaca orang-orang di lingkungan saya atau daerah kumuh di lingkungan Anda? Apakah Alkitab terlalu sulit? Apakah di luar jangkauan atau orang normal, dan hanya untuk beberapa orang terpilih saja?

“menderita” karena khotbah yang terlalu panjang. Namun, perhatikan bahwa Musa menyelesaikan khotbahnya dengan klimaks yang mengandung empat kalimat negatif dalam Ulangan 30:11-14. Firman yang hidup itu:

• Tidaklah terlalu sukar

• Tidak pula terlalu jauh

• Tidak di langit

• Tidak di seberang laut

Allah mengatakan Firman-Nya tidak terlalu rumit untuk Anda. Firman-Nya bukan tidak dapat diakses, bukan tidak praktis, bukan tidak mungkin untuk dipahami, Firman-Nya bukan hanya untuk orang elite, dan bukan hanya untuk pendeta atau gembala Anda saja. Untuk mengenal Allah dan memahami

Firman-Nya, Anda tidak harus menjadi manusia super rohani. Makna Firman-Nya tidak tersembunyi untuk mayoritas orang, dan hanya diketahui oleh orang super pintar atau mereka yang sudah membaca ratusan buku.

Musa berkata dalam Ulangan 30:14: “…firman ini sangat dekat kepadamu.” Pernyataan itu sederhana dan singkat. Firman Allah sangat jelas karena Dia telah membawanya sangat dekat. Cukup dekat untuk melihat, cukup dekat untuk mendengar, cukup dekat untuk menyentuh, cukup dekat untuk mengetahui. “Firman itu ada di mulutmu dan di hatimu.”

Ini bukan pertama kalinya dalam Ulangan kita memiliki bahasa “kedekatan”. Kembali ke Ulangan 4:5-8 kita membaca:

FIRMAN YANG HIDUP

Dengarkan Firman Allah dari Ulangan 30:14—”Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, . . .”

Di sini, dalam Kitab Ulangan, Musa berdiri di hadapan umat Allah, menyampaikan tiga khotbah yang sangat panjang. Memang orang-orang pasti

“Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti TUHAN, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?”

Kedekatan Allah menunjukkan kebesaran dan anugerah-Nya. Allah yang tak terbatas telah membuat diri-Nya dapat diketahui oleh manusia yang terbatas. Allah sumber segala hikmat telah memberikan hukum-Nya kepada bangsa yang

JENDELA TEOLOGI
6

bodoh. Allah semesta alam mengubah umat yang kecil dan tidak berarti menjadi kecemburuan bangsa-bangsa lain. Allah Yang Kudus mendekat kepada umat yang berdosa.

Konteks Kitab Ulangan mengungkapkan bahwa Musa tahu bangsa itu akan gagal. Memang, itu sudah diduga; bukan karena mereka tidak dapat memahami perintah Allah, tetapi karena mereka tidak mau menaati-Nya. Namun, seperti halnya mereka diduga akan gagal, konteksnya juga menunjukkan ada janji. Ulangan 30:6 menyatakan, “Dan TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup.”

Tanggapan yang sebenarnya terhadap Hukum Allah bukanlah sekadar ketaatan seperti Superman. Sebaliknya, kehidupan dapat ditemukan dengan mempercayai janji Allah untuk masa depan. Memilih hidup berarti percaya bahwa Allah telah datang dengan janji-janji-Nya.

FIRMAN KRISTUS

Kita maju beberapa ratus tahun kemudian, melewati tahun-tahun sejarah keselamatan dan Anda akan melihat penggenapan janji itu dalam Roma

10. Di sini kita menemukan Paulus menggunakan

bahasa Musa untuk membuat poin yang serupa, tetapi poinnya lebih luas. Dari kejelasan Firman Allah, dia menjelaskan kejelasan Kristus dan keselamatan. Paulus mengutip Ulangan 30 untuk merangkum Injil. Sama seperti memiliki Hukum Allah di mulut Anda dan mengetahuinya di dalam hati Anda tidak hanya untuk Superman dalam Ulangan 30, keselamatan juga tidak hanya untuk mereka yang memiliki kemampuan manusia super dalam Roma 10.

Kebesaran dan kasih karunia Allah terlihat dalam Firman-Nya karena dalam Firman-Nya kita dengan jelas melihat Juru Selamat, penggenapan janjijanji Allah pada masa lalu. Dalam Roma 10, semua fokus terarah pada Yesus. Anda tidak perlu naik ke surga untuk mengenal Allah karena Allah turun dalam pribadi Anak-Nya. Sedekat itu Dia. Anda tidak perlu turun ke kedalaman laut untuk diselamatkan karena Allah di dalam Yesus telah turun ke dalam kubur untuk bangkit kembali membawa kehidupan. Sebegitu jelasnya.

Maksud Paulus adalah bahwa keselamatan tidak ditemukan dalam upaya keras kita untuk mematuhi Hukum Allah. Itu terlalu sulit bagi kita. Sebaliknya, keselamatan ditemukan dalam kasih karunia-Nya. Kita bukan manusia super—dan kita tidak perlu menjadi seperti itu. Allah telah mendekat kepada kita lewat pribadi Allah-Manusia-Nya, Yesus. Yesus ini, yang taat ketika Anda tidak taat, mati terkutuk oleh

ketidaktaatan kita, sehingga kita dapat hidup dalam berkat ketaatan-Nya. Di dalam Dia, keselamatan didekatkan, berada dalam jangkauan kita, dan dapat diakses oleh semua orang tanpa perbedaan. Pentingnya kejelasan Kitab Suci adalah kejelasan Juru Selamat. Kemuliaan kejelasan Kitab Suci adalah kedekatan Juru Selamat.

MENGAPA INI PENTING

Mengapa doktrin ini penting dalam pelayanan? Sebagian besar orang di lingkungan Anda mungkin membaca lebih banyak daripada Anda atau saya membaca. Tetapi beberapa memang buta huruf. Menyadari hal ini, kita tidak dapat melepaskan diri dari fakta bahwa Tuhan telah mengungkapkan diri-Nya—secara sempurna dan akhirnya—dalam sebuah buku.

Jadi, saat kita melibatkan orang-orang yang memiliki sedikit pengalaman atau keinginan untuk membaca, mereka yang tidak memiliki pengalaman atau keinginan akan Alkitab, kita dapat memiliki keyakinan penuh bahwa saat kita membuka halamannya, Tuhan akan dekat dan Yesus akan menjadi jelas. Tentu, akan ada hal-hal yang mereka— dan kita—tidak sepenuhnya mengerti. Pengakuan iman Westminster menyatakan bahwa “Segala sesuatu di dalam Kitab Suci tidak sama jelasnya dalam dirinya sendiri”; artinya, beberapa ayat lebih sulit dipahami daripada yang lain. Rasul Petrus bahkan mengakui banyak tulisan Paulus yang sulit, tetapi tidak mustahil untuk dipahami, tidak pernah di luar jangkauan.

Oleh karena itu, pelayanan kita adalah pelayanan Firman. Oleh karena itu, tugas kita adalah mengkhotbahkan dan mewartakan Firman Allah sehingga Dia, melalui Roh Kudus-Nya, akan membuat mata yang buta dicelikkan saat Dia mengangkat tabir, dan sisik rontok dari mata para pendengar kita.

*Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara LLB dengan 9marks internasional Editor: Trisanti

JENDELA TEOLOGI
7

Liputan Khusus

NASIB ALKITAB BUKU SAAT INI

Satu per satu jemaat di Gereja Panitah di Anjungan, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat berdatangan di Minggu pagi awal Maret. Tak lama, gedung gereja berkapasitas 500 orang yang merupakan bagian dari Sinode Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) hampir penuh.

Pdt. Immanuel Nugroho yang menjadi gembala di gereja itu memulai ibadah Minggu pagi. Semua jemaat mengikuti ibadah dari awal sampai akhir. Di jemaat ini hampir tiga per empat jemaatnya membawa Alkitab buku untuk mengikuti ibadah. Demikian digambarkan Pdt. Nugroho saat bertemu redaksi Suara Baptis akhir Februari lalu.

“Jemaat di sini satu sama lain masih memiliki hubungan saudara, dan mereka masih menggunakan Alkitab buku dalam beribadah. Untuk pelayanan digital malah masih sedikit dilakukan di sini atau belum diterima sepenuhnya oleh jemaat. Ya, karena dianggap datang langsung lebih baik, seperti mereka datang ke rumah keluarga sendiri sambil membawa Alkitab buku,” kata Pdt.Nugroho.

Namun Pdt. Nugroho menambahkan, ada beberapa majelis dan jemaat yang kalau membaca Alkitab digital menggunakan gawai. “Karena tulisan di Alkitab gawai bisa diperbesar. Tapi kalau untuk warta kami membuatnya dua versi, dengan digital yang bentuknya PDF (Portable Document Format) yang disebar ke jemaat-jemaat dan yang cetak untuk lansia,” ujarnya.

Lain lagi dengan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Wirobrajan, Yogyakarta, Jawa Tengah. Kepada redaksi Suara Baptis akhir Februari lalu Pdt.Yosef, menyampaikan jemaatnya cukup banyak yang menggunakan Alkitab digital di gawai sedangkan Alkitab buku sedikit jemaat yang membawanya ketika ibadah hari Minggu.

“Bisa dikatakan jumlah membaca Alkitab melalui gawai bisa melebihi yang menggunakan buku. Tentu dengan pertimbangan pencarian yang lebih mudah, tampilan huruf yang lebih besar, warna yang lebih terang. Walaupun belum ada survei kuantitatif secara statistik terbuka kemungkinan dengan teknologi digital tersebut justru pengguna

LIPUTAN KHUSUS
8

Alkitab menjadi bertambah. Khususnya bagi warga lansia yang sebelumnya kesulitan membaca melalui buku. Kini bisa turut membaca Alkitab melalui gawai. Kebutuhan Alkitab di gereja kami dalam ibadah bagi jemaat cukup penting, karena kami menggunakan bacaan leksionari (daftar bacaan Alkitab) di mana jemaat harus turut menyimak dan merespons bacaan saat pelayanan Firman. Jadi bisa dikatakan sudah banyak jemaat yang tidak membawa Alkitab buku dalam ibadah di gereja, tetapi juga menambah pengguna Alkitab di ibadah, karena jemaat lebih mudah mengakses melalui gawai yang menjadi bawaan vital harian dalam mobilitas masing-masing jemaat,” ujar Gembala Sidang GKJ ini.

Sementara GKJ Dagen, Solo, Jawa Tengah Pdt. Atmo mengatakan, “Di kami ini jemaatnya masih banyak jemaat yang bawa Alkitab buku. Tapi untuk kaum muda sudah dengan gawai. Tapi memang lebih banyak yang menggunakan Alkitab digital yang ada di gawai mereka,” ujarnya saat berbicara dengan redaksi SB.

Banyaknya jemaat yang menggunakan Alkitab digital di gawai juga disampaikan Pnt David Wibisono sebagai Kepala bidang Inforkom di GPIB Horeb Jakarta. “Di kami sudah semua gunakan Alkitab di gawainya masing-masing. Hanya beberapa saja yang bawa Alkitab buku. Lebih mudah dan praktis saja.”

Sama halnya di Kota Medan tepatnya di GPIB Immanuel berada, menurut Ketua Majelis Jemaatnya Pdt. Johny A. Lontoh, jemaatnya juga cukup banyak yang menggunakan Alkitab digital lewat gawai. Alasannya karena mudah dibawa.

Di Distrik Heram Kota Jayapura, Papua, Gerrad Raja, yang adalah Majelis di Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Anugerah Yoka. Ia berkisah bahwa jumlah jemaatnya antara orang muda dan tua berimbang. Ada yang gunakan Alkitab buku dan digital.

“Kalau yang anak muda gunakan Alkitab di gawainya sedang orangtua masih bawa Alkitab buku,” ujarnya dengan logat Papua.

Senada dengan itu, Gembala

Sidang Gereja Baptis Indonesia (GBI) Sidomoyo, Yogyakarta, Jawa Tengah menurut Pdm. Mesakh Eka Timesa kepada Juniati dari SB mengatakan, sebagian besar jemaat masih membawa Alkitab buku. “Sebagian besar masih menggunakan Alkitab buku. Ada beberapa yang memakai digital di gawai mereka karena faktor penglihatan.”

Lain halnya dengan Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Kota Bogor, Jawa Barat, menurut Pdt. Haposan Manurung hampir semuanya menggunakan Alkitab digital di gawai. “Jemaat kami jumlahnya 200 jiwa lebih dan hampir semuanya menggunakan Alkitab digital di gawai saat beribadah hari Minggu.”

Di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Cibinong, Kabupaten Bogor menurut salah satu jemaatnya, Airin Siahaan, kebanyakan jemaat yang hadir saat ibadah minggu menggunakan Alkitab di gawainya. “Tak ada larangan menggunakan Alkitab di gawai. Sudah jarang saya lihat jemaat yang (mem) bawa Alkitab buku,” tuturnya.

Digital Tidak Membuat Distraksi

Soal jemaat yang gunakan Alkitab digital di gawai memang tak ada larangan. Apalagi ketika teknologi media komunikasi semakin berkembang ditambah pandemi Covid-19 selama kurang lebih tiga tahun. Interaksi jemaat di gereja yang berkurang dan harus ibadah online menjadikan Alkitab digital semakin luas digunakan.

Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, Pdt. Paulus Kariso Rumambi, memberikan pendapat soal Alkitab

LIPUTAN KHUSUS 9

digital yang digunakan jemaat di gereja-gereja. Dikatakannya, “Perkembangan zaman tak bisa dibendung. Dulu di GPIB tahun 1970-an, mau vocal grup saja di gereja ditolak, dibilang itu musik jalanan. Kala itu bapak-bapak yang dulu tahunya musik gereja hanya diiringi orgen saja. Tapi, akhirnya lama-lama masuk juga dan bukan hanya dengan gitar saja tapi macam-macam alat musik. Nah, begitu juga dengan Alkitab digital, kita akan melakukan itu (te)tapi harus diingat persekutuan dengan personal touch harus ada. Karena di situ dapat merasakan sesama, saling menopang dalam persekutuan. Sekarang, bagaimana tantangan kita untuk generasi milenial, generasi z dan generasi alfa? Dengan kreativitas dan inovasi dari kaum muda dengan penggunaan IT (Information and Technology) maka gereja harus terus berkembang dan menerima perubahan,” ujarnya.

Awal Februari 2023 lalu, dalam rangka ulang

tahun Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) ke 69, LAI mengeluarkan Alkitab Terjemahan Baru Edisi 2 (TB2). LAI tidak menutup mata dan tidak berdiam dengan perkembangan zaman.

Sekretaris Umum LAI, Sigit Triyono, kepada redaksi SB mengatakan, LAI terus mengupayakan agar Firman Tuhan dipahami, dimengerti, dan digunakan sebagai panduan hidup keseharian umat. Bahkan sejak tahun 2000, LAI sudah menerbitkan Alkitab digital dengan platform versi tahun tersebut. Saat itu file disimpan dalam CD (compact disc) dan harus diinstal ke PC (Personal Computer). Perkembangan teknologi digital terus diikuti. Adanya pandemi Covid-19 di tahun 2020 sampai 2023 ini, mempercepat LAI memanfaatkan berbagai platform digital untuk menyebarkan kabar baik sampai ujung bumi.

“Alkitab TB2 adalah produk yang masih baru terbit, penjemaatannya masih terus berjalan, maka

LAI mengambil kebijakan untuk menerbitkan dalam bentuk cetak terlebih dahulu. Alkitab TB2 juga disertai buku kecil penjelasan singkat Alkitab TB2 sehingga bisa dibaca oleh setiap orang. Dan, kami yakin edisi cetak kedua ini diterima oleh umat Kristen di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Soal berkembangnya Alkitab digital pada masa kini, menurut Dosen Kajian Antar-Agama, InterReligious Studies, Digital and Humanities Dr. Leonard Chrysostomos Epafras, kondisi ini harus diterima gereja.

“Itu keunikan dunia digital. Kita selalu berbicara pada progres (kemajuan). Tetapi digital tidak hanya soal progres tetapi juga soal kurasi dan juga stewardship. Mendokumentasikan adalah bagian dari itu. Alkitab yang diterjemahkan oleh LAI versi kedua itu proses dokumentasi iman yang tetap diperlukan bagi kita sebagai umat Kristen. Berapa orang yang (mem)baca Alkitab buku, itu persoalan lain. Sangat penting dokumentasi Alkitab buku untuk umat,” tandasnya.

Soal Alkitab buku sebagai dokumentasi iman bagi umat Kristen menurut Pdt.Yosef dari GKJ Wirobrajan, amat penting sehingga tidak mengubah prinsip otoritas Firman Allah dalam hidup umat Kristen.

“Antara Alkitab buku dan digital bukan persoalan. Selama hanya berubah dalam ‘cara penggunaan’. Sehingga Alkitab tetap digunakan meski tidak dalam bentuk buku, dan digital tidak ‘memecah’ (distract) saat kita beribadah kepada Tuhan. Bahkan dalam satu hal, bersyukur karena pengguna Alkitab digital di ibadah bisa menjadi lebih banyak karena jemaat lansia yang dulu mendengar sekarang ikut menyimak di gajet mereka.”

Penulis: Phil Artha

Editor: Juniati

LIPUTAN KHUSUS 10

MESIN CETAK

Johannes Guttenberg senangnya bukan kepalang. Hasil kreasi dan penelitian serta utakatik mesin yang ia geluti, akhirnya berbuah manis. Mesin cetak! Lahir saat memasuki abad 15 tepatnya di tahun 1440. Sejak muda ia sudah tertarik untuk terlibat dalam hal cetak mencetak. Ia berpikir keras untuk dapat membuat mesin cetak yang tidak lagi mengandalkan kayu yang ongkosnya mahal.

Maka di tahun 1436 ia mulai mencoba membuatnya. Dan ia berhasil membuatnya empat tahun kemudian. Teknologi cetak yang digunakannya, yaitu mencetak dengan blok kayu atau logam yang dipotong untuk mencetak huruf dan gambar pada kertas. Sebelumnya untuk mencetak digunakan blok kayu atau logam yang prosesnya sangat lambat dan mahal.

Penemuan mesin cetak Guttenberg lah yang membuat buku bisa dicetak lebih cepat dan lebih murah dengan jumlah besar sehingga penyebaran informasi yang lebih luas, mengubah cara orang berkomunikasi dan mengakses informasi, termasuk mencetak Alkitab atau Bibel kala itu.

Mesin cetak Guttenberg digunakan untuk mencetak bibel pada masa reformasi protestan, tetapi bukan untuk mencetak Alkitab. Namun mesin cetak Guttenberg memainkan peran penting dalam pencetakan dan penyebaran kitab suci tersebut. Alkitab sendiri sudah ada jauh sebelum ditemukannya mesin cetak Guttenberg, dan telah dicetak dalam berbagai bentuk.

Namun, mesin cetak Guttenberg memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah pencetakan bukubuku, termasuk dalam pembuatan bibel dan Alkitab yang kemudian dicetak dengan teknologi cetak yang lebih modern. Mesin cetak Guttenberg menggunakan jenis huruf cetak yang dapat dipindahkan secara individu, yang memungkinkan pencetakan lebih cepat dan lebih efisien daripada teknik pencetakan yang lebih tua seperti tinta dan pena.

Tentu saja Alkitab buku yang dicetak saat ini ada jasa dari Guttenberg. Memang tidak ada yang benarbenar tahu berapa banyak salinan dari Alkitab telah dicetak, dijual, atau didistribusikan sejak pertama kali terbit. Usaha Lembaga Alkitab untuk menghitung jumlah Alkitab yang dicetak antara tahun 1816 dan tahun 1975 menghasilkan angka 2.458.000.000. Sebuah survei yang lebih baru, yang melakukan penelitian antara tahun 1972 sampai dengan tahun 1992, merujuk ke angka 6.000.000.000 ditulis lebih dari 2.000 bahasa dan dialek.

Sejarah Alkitab Terjemahan Baru

Alkitab Terjemahan Baru yang diterbitkan tahun 1974 sudah berusia setengah abad. Proses penerjemahannya sendiri telah dimulai sejak awal tahun 1950an di bawah pengawasan Lembaga Alkitab Belanda (Nederlandsch Bijbel Genootschap). Awalnya dimaksudkan sebagai pembaruan terjemahan berbahasa Melayu oleh Pdt. W.A. Bode (Perjanjian Baru terbit 1938), namun rencana ini meluas menjadi upaya untuk menghasilkan terjemahan baru dalam bahasa Indonesia. Salah satu alasan terpentingnya adalah perkembangan bahasa Indonesia yang sangat pesat pasca Kemerdekaan Republik Indonesia. Sementara Alkitab terjemahan baru masih dikerjakan di bawah naungan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang berdiri tanggal 9 Februari 1954, Perjanjian Lama bahasa Melayu terjemahan Dr. H.C. Klinkert (abad ke-19) dan Perjanjian Baru terjemahan Pdt. Bode pernah digabung dan diterbitkan tahun 1958. Terbitan “darurat” ini dikenal sebagai Alkitab Terjemahan Lama..

Sementara itu, atas mandat Majelis Agung Waligereja Indonesia, sejak tahun 1955 tim penerjemah Kitab Suci Katolik juga mempersiapkan terjemahan Perjanjian Lama lengkap yang mencakup Deuterokanonika. Menjelang perampungan Alkitab

LIPUTAN KHUSUS
DARI KE DIGITAL Liputan Khusus 11

Terjemahan Baru (TB), tim Lembaga Biblika Indonesia (LBI) yang dipimpin oleh Pater Dr. C. Groenen, OFM, mengusulkan kepada Presidium Konferensi Uskup se-Indonesia untuk menerima terjemahan LAI. Usul ini diterima oleh para uskup, lalu disampaikan dalam konsultasi Alkitab Terjemahan Baru tanggal 10-22

Juni 1968 di Cipayung, Bogor. Kedua tim, LAI dan LBI, kemudian berkolaborasi untuk merampungkan Alkitab TB. Kebersamaan yang melahirkan Alkitab

Terjemahan Baru tercatat sebagai kerjasama oikumenis pertama di dunia dalam penerjemahan dan penerbitan Alkitab.

Alkitab TB terbit tahun 1974, disusul edisi Katolik yang memuat Deuterokanonika tahun berikutnya. Tanpa terasa, Alkitab TB telah hadir dan mengakar di antara gereja-gereja dan berbagai kalangan umat

Kristiani penutur bahasa Indonesia. Namun, Alkitab

Terjemahan “Baru” lambat laun berubah menjadi terjemahan “lama” yang perlu diperbarui berdasarkan teks-teks sumbernya (Ibrani, Aram, dan Yunani).

Melanjutkan kebersamaan lintas-gereja dalam penerjemahan Alkitab di tanah air, pembaruan Alkitab TB dilakukan dengan mencermati perkembangan bahasa Indonesia masa kini, penelitian naskahnaskah kuno Alkitab, kajian-kajian mengenai makna teks, dan berbagai bidang ilmu yang mendukung penerjemahan Alkitab (seperti linguistik, arkeologi, dan kajian lintas-budaya).

Kata-kata usang seperti “ganja” (1Raj. 7:2, 17), “mengkhamirkan” (Gal. 5:9), dan “ipuh” (Am. 5:7) perlu dibarui dengan kata-kata yang lebih dikenal sekarang. Contoh lain adalah terjemahan kata Yunani ekklesia. Di era Perjanjian Baru ekklesia terutama digunakan untuk menyebut jemaat lokal yang beribadah di rumah-rumah. Namun, istilah “gereja” sewajarnya digunakan dalam konteks yang berbicara tentang ekklesia sebagai tubuh Kristus yang tak terbatas pada satu jemaat (misalnya, Ef. 1:22-23).

Setelah melalui berbagai tahap diskusi dan konsultasi, termasuk konsultasi regional yang diselenggarakan LAI bersama LBI di wilayah Indonesia Timur, Tengah, dan Barat (2016-2017) dan konsultasi nasional pembaruan Alkitab TB (2018), masukan dari berbagai forum ini telah diolah kembali hingga akhirnya dapat diterbitkan sebagai Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua (TB2).

Alkitab digital

Saat teknologi digital mulai berkembang memasuki abad 20, maka semua yang digital mulai muncul termasuk Alkitab digital. Di tahun 1971 Alkitab digital pertama kali diperkenalkan. Kala itu Ted Nelson, insinyur komputer membuat program bernama “Xanadu.” Program ini memungkinkan pengguna komputer dapat membaca teks Alkitab dan teks lainnya di layar komputer. Sejak itu, diikuti pengembang-pengembang aplikasi untuk menciptakan Alkitab digital.

Salah satunya dikeluarkan oleh Online Bible pada 1989. Menyusul tahun 1995, oleh situs Bible Gateway yang mengeluarkan Alkitab digital dan menjadi salah satu pembuat aplikasi Alkitab digital terbesar di dunia.

Tak heran di masa kini, kita mudah sekali mengunduh lewat komputer, ponsel pintar, dan tablet. Seiring dengan perkembangan teknologi, Alkitab digital semakin mudah diakses dan populer di seluruh dunia. Dan, bahkan digunakan umat Kristen saat ibadah di gereja.

Sumber: https://www.thoughtco.com/johannes-gutenberg-andthe-printing-press-1991865

Magfiroh, Vivi. (2013). Johann Gutenberg: Penemu Mesin Cetak. Bekasi: Terang Mulia Abadi.

Penulis: Phil Artha Editor: Juniati

LIPUTAN
KHUSUS
12

Alkitab Buku Vs Alkitab Digital

70% RESPONDEN TAK BAWA ALKITAB BUKU

Penggunaan Alkitab buku di kalangan anak muda sudah tak lagi dibawa saat datang ibadah di hari Minggu. Berdasarkan survei yang dilakukan Suara Baptis tentang penggunaan Alkitab buku pada usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai usia 60 tahun ke atas didapati bahwa 70 % dari 130 responden tak lagi membawa Alkitab buku. Mereka lebih nyaman membawa Alkitab digital dalam sebuah gawai.

Bahkan didapati ketika jemaat bersaat teduh pribadi di rumah, lebih dari 57% menggunakan Alkitab digital. Demikian pula ketika mereka mempersiapkan renungan atau pendalaman Alkitab/ komsel, lebih dari 58% menggunakan Alkitab digital. Secara umum, 57% responden lebih sering menggunakan Alkitab digital.

Alkitab Digital

Penerimaan Alkitab digital di gereja sepertinya semakin terbuka di kala berbagai kemudahan hidup sehari-hari sudah beralih ke dalam sebuah gawai. Mulai dari cara berbelanja, cara bertransaksi keuangan, cara pembayaran dengan uang elektronik, cara bersosialisasi dan berkomunikasi melalui media sosial, cara membaca buku hingga cara berbakti lainnya semua dilakukan secara online. Apalagi ketika pandemi Covid-19 seolah-olah dipercepat.

Berikut ini beberapa alasan mengapa orang Kristen saat ini lebih memilih Alkitab digital di gawai mereka dibanding Alkitab buku:

• Lebih praktis, bisa dibawa ke mana saja dan bisa membaca Alkitab kapan saja (90%).

• Kemudahan menemukan kitab, adanya referensi dan catatan tambahan, bahkan bisa

membandingkan berbagai terjemahan lainnya (75%).

• Besarnya huruf dalam Alkitab digital serta kecerahan layar dapat disesuaikan dengan mata sehingga membaca Alkitab digital terasa lebih mudah (66%)

Selain itu, Alkitab digital dirasa lebih awet, tidak mudah rusak (sobek/terlipat/terlepas), kemudahan menyalin ayat (copy paste) untuk persiapan renungan, adanya tambahan bahan renungan harian, hingga adanya fitur pencarian kata. Salah satu keunikan Alkitab digital adalah fasilitas suara sehingga bisa membaca sambil mendengarkan, atau menyetir sambil mendengarkan Alkitab suara.

Aplikasi Alkitab Digital

Saat ini banyak beredar aplikasi Alkitab digital yang gratis maupun yang berbayar. Mulai dari aplikasi lokal, seperti Alkitab (Yuku) dan Alkitab Sabda hingga buatan luar. Misalnya aplikasi yang cukup populer adalah YouVersion. YouVersion sudah didownload dan terpasang lebih dari 500 juta perangkat di seluruh dunia. Aplikasi ini memberikan 2.500 versi Alkitab dalam 1.750 bahasa. Aplikasi ini juga dilengkapi Alkitab suara dengan lebih dari 65 bahasa.

Saat ini, pembaca Alkitab digital dapat membaca ayat-ayat Firman Tuhan dalam berbagai versi terjemahan dan bahasa. Membandingkan ayat dengan berbagai versi terjemahan Alkitab digital yang ada. Dapat mencari dengan mudah data referensi silang antar ayat, catatan keterangan ayat hingga komentator dari berbagai pemikir dan sarjana Alkitab. Kekayaan dan penafsiran ayat Alkitab dapat digali lebih dalam dari berbagai sumber hanya dengan sebuah gawai, di mana saja dan kapan saja, tanpa batas ras, negara dan umur.

LIPUTAN KHUSUS
13
Liputan Khusus

Bagaimana nasib Alkitab buku? Walaupun saat ini hanya 30% jemaat yang membawa Alkitab buku ketika ke gereja. Dari hasil survei, terlihat sekitar 43% jemaat tetap setia membaca Alkitab buku ketika melakukan renungan pribadi maupun pendalaman Alkitab.

Dikutip dari wordsrated.com data penjualan Alkitab buku di Amerika setiap tahun tercatat kurang lebih 20 juta Alkitab. Sementara guinnessworldrecords.com mencatat Alkitab buku masih tercatat sebagai buku non fiksi yang paling banyak terjual di seluruh dunia.

Beberapa alasan utama jemaat tetap setia dengan Alkitab buku:

Pertama, Lebih fokus membaca dan merenungkan Firman Tuhan dari Alkitab buku tanpa gangguan notifikasi atau bunyi dari berbagai aplikasi yang ada di gadget (82%). Kedua, bisa diberi catatan dan tulisan tangan di bagian tertentu dari Alkitab cetak (71%). Ketiga, jemaat tetap merasa lebih nyaman ketika memegang dan membalik halaman Alkitab buku (66%). Keempat, sudah terbiasa membaca Alkitab cetak sejak kecil (32%). Kelima, kurang nyaman membaca terlalu lama dari layar (32%), Keenam, repot harus menggeser-geser layar (16%).

Hal lainnya yang membuat jemaat tetap mencintai Alkitab buku karena Alkitab tersebut memiliki kenangan tersendiri (misalnya Alkitab pernikahan, Alkitab baptisan, Alkitab hadiah ulang tahun).

Salah satu responden mengatakan, “Entah kenapa Alkitab buku itu memberi kesan tertentu yang membuat kita tahu mencari satu bagian pada saat butuh. Apalagi Alkitab yang sudah dipakai bertahun-tahun. Seperti memberi memori waktu saya (mem)baca/(mem)pelajari…”

Merenungkan Firman-Nya

Karena Alkitab adalah Firman Tuhan yang diberikan untuk dibaca secara pelan, mendalam, direnungkan (siang dan malam) dan berulang-

ulang, maka hal yang harus dipertanyakan adalah: apakah dengan membaca Alkitab digital, jemaat bisa merenungkan Firman Tuhan secara mendalam? Apakah demi sebuah kepraktisan, kita kehilangan esensi dalam membaca Firman Tuhan?

Ketika bersaat teduh pribadi, kita ingin membangun keintiman bersama Tuhan dengan membaca ayat-ayat Alkitab secara mendalam (deep reading) dan merenungkan Firman-Nya. Dan hal ini sepertinya masih sulit ditemui jika menggunakan Alkitab digital. Harus diakui, membaca Alkitab digital di layar sebuah gawai sering discroll secara cepat, hanya sekilas dan instan saja tanpa kedalaman, seperti yang biasa kita lakukan dengan berbagai sosial media.

Pada Akhirnya Semua Akan…

Jika pada akhirnya semua akan beralih ke Alkitab digital (People of the Screen[1]), akan terasa aneh saat pernikahan kudus, pendeta mengatakan kepada kedua mempelai, “Silahkan di download Alkitab digital sebagai Alkitab pernikahan hadiah dari gereja untuk kalian berdua.”

Pertanyaan terakhir dari survei yang dilakukan adalah apakah kamu akan beralih ke Alkitab format lain (dari Alkitab digital ke Alkitab buku dan sebaliknya)? Kami menemukan bahwa Jemaat yang biasa menggunakan Alkitab buku, 51% tidak masalah membaca Alkitab digital dan 26% tidak akan beralih ke Alkitab digital. Sebaliknya, jemaat yang biasa menggunakan Alkitab digital, sebanyak 70% masih membaca Alkitab buku dan hanya 12% yang tidak akan beralih ke Alkitab buku.

Bagaimana dengan Anda, mana yang dipilih? Alkitab buku atau Alkitab Digital?

Penulis: Djohan Lim

Editor: Phil Artha

LIPUTAN KHUSUS
Alkitab Buku
14

Artikel

ALKITAB dan PEDOMAN

HIDUP UMAT

*) Dr. Sigit Triyono.

Salah satu ciri makhluk hidup adalah berubah. Berubah dalam ukuran (volume maupun jumlah) juga berubah dalam kualitas. Yang tidak berubah pastilah benda mati. Begitupun dengan bahasa. Bahasa yang hidup, yang aktif digunakan, pastilah juga mengalami perubahan.

Bahasa yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan berelasi, selalu mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Misalnya kata “preman” di tahun tujuh puluhan berarti “tidak resmi”. Dalam penerapannya, misalnya polisi berpakaian preman, berarti dia sedang tidak memakai pakaian dinas. Sekarang kata “preman” dikonotasikan dengan para pelaku kejahatan. Misalnya ada beberapa “preman” di Pasar Tanah Abang.

Bahasa di dalam Alkitab memerlukan pembaruan dari segi ejaan dan penulisan. Bukan saja kata yang

berubah makna, ejaan atau penulisan kata pun diperbarui dari masa ke masa. Alkitab terjemahan baru dua (TB 2) sedapat mungkin mengikuti kaidah terkini, dengan acuan pada Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD edisi kelima, 2022) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI edisi kelima, 2017).

Selain membarui penulisan dan kosa kata yang semakin usang, Alkitab TB2 meninjau kembali beberapa padanan dalam Alkitab TB 1974 dari segi ketepatan, kejelasan, dan kewajaran bahasa yang digunakan. Pada umumnya prinsip penerjemahan yang mencirikan Alkitab TB 1974 tetap dipertahankan dalam Alkitab TB 2, yakni mengutamakan terjemahan yang cenderung harfiah tetapi tetap memberi ruang bagi terjemahan yang agak bebas demi kejelasan dan ketepatan makna yang diungkapkan.

Usia teks-teks Alkitab sudah sedemikian kuno, antara dua sampai tiga milenia. Sangatlah wajar jika terdapat kata-kata yang sulit dipahami, apalagi jika kata-kata itu hanya digunakan satu kali dalam seluruh Alkitab. Oleh karena itu, ada ayat-ayat yang terbuka untuk diterjemahkan dengan beberapa padanan yang berbeda. Tentu saja, tidak semua pilihan yang terbuka ini dapat dihadirkan sekaligus

ARTIKEL TEOLOGI
15

sehingga terjemahan-terjemahan Alkitab dalam

berbagai bahasa di dunia memilih salah satu arti yang mungkin dari teks-teks yang sulit. Alkitab TB

2 pada umumnya mempertahankan padanan dalam TB. Namun, bilamana perlu, terjemahan Alkitab TB 1974 ditinjau kembali dengan mempertimbangkan penelitian naskah-naskah sumber Alkitab dan kajiankajian mengenai maknanya.

Hal-hal di atas menjadi alasan dasar pentingnya pembaruan terjemahan Alkitab dan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerbitkan Alkitab TB 2 yang diluncurkan pada 9 Februari 2023. Pada dasarnya

Alkitab TB 2 melanjutkan apa yang telah dimulai dalam Alkitab TB 1974 dan membarui terjemahannya agar terus menyapa umat Tuhan dari berbagai latar

belakang gereja, tradisi, dan generasi.

Dalam menghadapi era digital, LAI tidak menutup mata dan tidak berdiam diri. Analisis kritis terus dilakukan dan memunculkan banyak peluang untuk menjangkau semua generasi sesuai dengan Visi LAI.

Sejak tahun 2000, LAI sudah menerbitkan Alkitab digital dengan platform versi tahun tersebut. Saat itu file disimpan dalam Compact Disc (CD) dan harus diinstal ke Personal Computer (PC). Perkembangan teknologi digital terus diikuti. Adanya pandemi Covid-19 di tahun 2020 sampai 2023 ini, mempercepat LAI memanfaatkan berbagai platform digital untuk menyebarkan kabar baik sampai ujung bumi.

Berbagai platform digital yang gunakan, seperti Website, Apps, Facebook, Instagram, Twitter, YouTube, Teve, Radio, TikTok, Webtoon, WhatsApp Group, Email blass, Podcast, Online Shop, Line, LinkedIn, dan Metaverse dalam mengupayakan agar Firman Tuhan dipahami, dimengerti, dan digunakan sebagai panduan hidup keseharian umat.

Namun demikian oleh karena Alkitab TB2 adalah produk yang masih baru terbit, penjemaatannya masih terus berjalan, maka LAI mengambil kebijakan untuk menerbitkan dalam bentuk cetak terlebih dahulu. Alkitab TB2 juga disertai buku kecil Penjelasan Singkat Alkitab TB2.

LAI adalah lembaga yang berfungsi sebagai “logistik”nya gereja-gereja di bidang Alkitab. Dari perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi berbagai program selalu melibatkan para mitranya. Mitra utama LAI adalah gereja-gereja.

LAI tidak mengambil alih tugas dan panggilan gereja dalam mendekatkan umat kepada Alkitab. LAI bersama gereja melakukanya secara sinergis.

Ada berbagai program yang sudah dilaksanakan LAI bersama gereja-gereja dalam mandat “Bible engagement” atau upaya menjadikan Alkitab sebagai pedoman hidup umat. Kursus Alkitab, seminar Alkitab, Talk show Alkitab, Pengembangan Komunitas-komunitas Sahabat Alkitab dari anak, remaja, pemuda, dewasa, sampai lanjut usia (lansia), sudah sedang dan akan terus dilakukan LAI bersama semua mitranya.

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim 3: 16).

Salam Alkitab untuk semua.

ARTIKEL TEOLOGI
16
*)Penulis adalah Sekretaris Umum Lembaga Alkitab Indonesia

Artikel

Bangun Kebiasaan Anak

Membaca Alkitab

MULAI DARI ORANG TUA

*)Luana Yunaneva

Menjadi orang tua adalah proses belajar seumur hidup, pun menghadapi segala problematikanya. Salah satu persoalan yang kerap dikeluhkan oleh para orang tua adalah anak yang malas membaca. Secara khusus di tengah keluarga Kristen, membaca Alkitab kerap menjadi PR tersendiri, baik sebagai tugas dari sekolah maupun pembangunan karakter oleh orang tua. Penyebabnya pun beragam. Mulai dari anak yang mudah bosan, anak yang lebih suka main game, bahkan anak lebih suka berlama-lama main aplikasi Tiktok dan Intagram (IG) Reels sesuai tren perkembangan media sosial seperti saat ini.

Padahal sebagai orang tua, tentu kita ingin anak memiliki kebiasaan membaca untuk menambah wawasan. Lebih jauh, tentu kita ingin anak-anak gemar membaca Alkitab sebagai landasan hidup orang beriman. Bila perlu, kita mengenalkannya sedini mungkin, melalui buku-buku cerita dan Alkitab khusus anak.

Pada dasarnya, Allah menciptakan otak kita dengan pembagian, yaitu pikiran sadar (conscious mind) dan pikiran bawah sadar (subconscious mind). Keduanya bekerja secara paralel dan saling memengaruhi. Pikiran sadar berhubungan dengan analitikal, rasional, memori jangka pendek, will power, dan critical factor. Sedangkan pikiran bawah sadar memengaruhi sebesar 88 hingga 90 persen kehidupan kita sehingga menentukan pola pikir, nilai, sikap, dan kebiasaan.

Artikel
17

Pada anak usia dini, yaitu usia nol hingga enam tahun, tentu kebiasaan membaca lebih mudah diterapkan dibandingkan anak usia sekolah. Pasalnya, pikiran bawah sadarnya masih sangat aktif, bahkan sejak anak baru lahir ke dunia. Jadi, apapun yang dialami, didengar, dilihat, diucapkan oleh orang tua dan dirasakan oleh anak, langsung diterima dan direkam oleh pikiran bawah sadarnya. Bahkan tanpa penyaringan sama sekali, layaknya spons yang menyerap air di sekelilingnya. Hal ini dikarenakan critical factor yang belum terbentuk. Nah, kondisi inilah dinamakan hipnosis.

Pada anak usia enam, tujuh hingga sebelas tahun, critical factor sudah mulai terbentuk, namun masih sangat lemah.

Sementara anak usia dua belas tahun ke atas, critical factor sudah terbentuk. Jadi ketika sudah ada pola pemikiran atau mindset yang tertanam di dalam dirinya, orang tua memerlukan waktu dan usaha ekstra untuk melakukan perubahan pada diri anak. Terbentuknya critical factor membuat apa pun yang dialami, didengar, dilihat, dan dirasakan oleh anak, disaring dulu alias tidak langsung diterima. Apapun yang diterima oleh indera anak, akan disaring dulu. Mana yang dianggap sesuai dengan dirinya,

itulah yang anak diterima, dimasukkan ke pikiran bawah sadarnya, dan diterapkannya di kemudian hari. Sementara, apapun yang diterima oleh indera anak, namun tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dipegangnya, otomatis akan ditolak.

Bapak dan Ibu yang terkasih, sebelumnya, izinkan saya berbicara kepada Anda dari hati hati sebagai sesama orang tua. Untuk membantu anak berubah, hal yang paling utama dan harus kita lakukan adalah mengubah diri sendiri dulu. Apapun yang terjadi pada diri anak, pada dasarnya adalah hasil dari pendidikan yang kita berikan di rumah. Kalau kita mau anak kita bersikap baik, tentu kita harus berperilaku yang baik. Begitu pun jika kita ingin anak kita rajin membaca, kita pun harus membaca sesering mungkin di rumah.

Untuk melakukan perubahan pada anak dengan metode hipnoterapi, saya selalu melakukannya dengan proses komunikasi langsung dengan anak. Untuk kasus anak, rata-rata memerlukan waktu sekitar satu jam, di luar waktu konsultasi bersama orang tua yang dilakukan lebih dulu.

Biasanya, saya mengawalinya dengan meningkatkan harga diri anak. Pada dasarnya Allah menciptakan manusia baik adanya dan seturut

ARTIKEL
18

gambar-Nya. Maka dari itu, ketika anak memiliki harga diri yang rendah, ini akibat dari masalah perilaku. Anak yang kelihatan bermasalah, seringkali dimarahi atau diomeli orang tua, guru, dan temantemannya. Jika hal ini dialami anak berulang kali, akan masuk ke dalam pikiran bawah sadarnya dan berubah menjadi program pikiran yang mengendalikan perilakunya.

Bisa dikatakan, ini seperti lingkaran setan yang saling memperkuat diri. Di rumah ada pengalaman tumbuh kembang yang tidak kondusif, menyebabkan perilaku yang kurang baik. Mengalami hal tersebut, anak memilih mencari penerimaan, cinta, atau pengakuan dengan cara-cara yang kurang bisa diterima lingkungan. Lingkungan yang merasa kesal pun memberinya label sebagai anak bermasalah. Semakin banyak orang yang mengatakan bahwa anak ini bermasalah, anak pun semakin yakin bahwa dirinya bermasalah

Harga diri adalah fondasi perubahan diri. Jika proses terapi dilakukan tanpa meningkatkan harga dirinya, perubahan pun tidak dapat optimal. Semakin tinggi nilai atau rasa hormat yang kita berikan pada citra diri anak, anak pun merasa semakin berharga, baik di matanya sendiri maupun di mata orang lain.

Konsep diri terdiri dari banyak subkonsep diri. Tidak heran jika ada subkonsep diri di berbagai bidang, seperti olahraga, bahasa, penampilan, relasi, finansial, dan sebagainya.

Saat kita ingin anak rajin membaca Alkitab, sebagai orang tua, kita harus memiliki konsep diri yang tepat tentang Alkitab itu sendiri. Secara pribadi, kita harus meyakini, bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber kebenaran atas keselamatan hidup kita di dunia. Allah berbicara kepada manusia,

selain melalui doa dan khotbah yang kita terima dari penginjilan, juga melalui Alkitab. Tidak hanya dibaca, tetapi juga dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu di sekolah, pekerjaan, maupun hidup bermasyarakat.

Sesudah kita mantap memegang teguh Alkitab sebagai konsep diri, perlahan kita mengenalkannya kepada anak dengan rajin membaca pada saat teduh maupun membacakan cerita khusus anak. Bila kita tidak memberikan nilai pada konsep Alkitab, harga diri mereka terhadap Alkitab pun rendah. Tentunya, dibutuhkan konsistensi untuk melakukannya setiap hari.

Setelah kita melakukan repetisi atau pengulangan aktivitas membaca Alkitab kepada anak, ini akan membantu proses masuknya kebiasaan positif ini ke pikiran bawah sadar. Hasilnya pun berbeda-beda pada setiap anak. Yang terjadi adalah salah satu dari tiga pola di bawah ini:

Satu, perubahan drastis atau seketika. Dua, perubahan sedikit demi sedikit setiap harinya. Tiga, stagnan selama beberapa saat dan tiba-tiba terjadi perubahan mengikuti salah satu dari dua pola perubahan di atas.

Kuncinya adalah sabar dan bertekunlah. Perubahan di level pikiran bawah sadar ibarat memelihara tanaman, sehingga harus terus disiram dan dipupuk setiap hari. Sampai pada waktunya nanti, tumbuh bunga yang indah dan muncul ke permukaan berupa perubahan perilaku yang nyata pada diri anak.

Penulis adalah praktisi sekaligus pengajar hipnoterapi di @serenityhipnoterapi.id sejak 2018, sekaligus pengajar BNSP dalam bidang public speaking

Editor: Phil Artha

ARTIKEL
19

Liputan

SIDANG TAHUNAN SINODE GPIB

UGAHARI, DIGITAL DAN PAPERLESS

Persidangan Sinode Tahunan (PST) Gereja

Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) 2023 resmi dibuka pukul 14.47 WIB di Aula Raja Inal Siregar (RIS), kantor Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Rabu, akhir Februari lalu. Sidang itu dibuka Dr. Naslindo Sirait, Kepala Biro Perekonomian Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara, mewakili Gubernur Sumut. Didampingi fungsionaris Majelis Sinode GPIB, dipimpin Ketua Umum Pdt.Paulus Kariso Rumambi, pembukaan sidang ditandai dengan pemukulan gondang batak. Selain pejabat Provinsi Sumut, hadir pula Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Jeane Marie Tulung, perwakilan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) wilayah Sumatera Utara dan tokoh gereja serta tokoh masyarakat lainnya.

Rangkaian pembukaan acara diisi tarian Melayu disusul tarian khas Aceh yang dibawakan sejumlah remaja anggota Persekutuan Teruna GPIB Yope Belawan, Medan. Hampir 1.000 orang memenuhi aula itu dan khusuk mengikuti seluruh rangkaian acara hingga ibadah pembukaan. Sebelumnya, di hari Selasa (21/2), pertemuan 600 pendeta GPIB yang disebut Konven Pendeta dibuka bertempat di Gedung Alfa Omega GPIB Immanuel Medan.

Yang menarik saat pembukaan Konven Pendeta, tarian asal suku Batak Karo turut dimainkan untuk menyertai prosesi persembahan dalam ibadah.

Ketua Panitia dan juga Ketua Musyawarah

Pelayanan Sumut - Aceh Pdt. Johny A. Lontoh memberikan informasi pada redaksi SB, konsep tarian tradisional yang dimasukan dalam pembukaan

Konven dan PST 2023 adalah konsep untuk mengedepankan budaya dan kearifan lokal yang ada di Sumatera Utara.

Selain seni tari daerah Sumut – Aceh yang ditampilkan, panitia juga menyiapkan booth-booth Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bagi gereja-gereja peserta. Booth-booth inilah yang menarik ratusan peserta. Aneka makanan hingga kain-kain khas dijual di booth-booth itu.

Ketua Panitia Pdt. Johny A. Lontoh menjelaskan mengapa melibatkan UMKM warga gereja. “Hadirnya UMKM adalah bagian konsep dalam Konven dan PST 2023, di mana UMKM itu yang menyediakan sejumlah barang, misalnya makanan khas Sumut, kain atau ulos dan UMKM ini merupakan program diakonia musyawarah pelayanan (Mupel) SumutAceh. Sekaligus juga menjadi ajang promosi hasil pemberdayaan warga gereja secara ekonomi,” tandasnya.

Selain sisi ibadah dengan nuansa etnik, lalu sisi ekonomi yang melibatkan warga gereja, panitia pelaksana Konven dan PST GPIB 2023 patut diacungkan jempol. Mengapa? Karena menggiring semua peserta untuk lebih peduli dan membiasakan menggunakan digitalisasi.

Digitalisasi itu mulai proses pendaftaran online, proses pembayaran keikutsertaan yang nontunai hingga materi-materi sidang dalam link khusus. Belum lagi peserta sidang tidak diperkenankan untuk membawa gelas air mineral namun dengan menggunakan tumbler atau tempat air minum.

ARTIKEL
20
Dokumentasi sidang sinode GPIB

Peserta juga ditempat dalam ruang sidang utama dan sidang-sidang kelompok menggunakan area

kompleks GPIB Immanuel seluas satu hektare. Hanya hotel saja yang ditempatkan terpisah untuk menampung ratusan peserta.

“Setiap tahun kegiatan seperti ini selalu berada di hotel-hotel berbintang, namun pada tahun ini, kita menggunakan semangat Ugahari atau kesederhanaan, digitalisasi, paperless dan ramah lingkungan. Sehingga kami memaksimalkan venuevenue yang ada di kompleks gereja ini,” terang Pdt. Johny A. Lontoh.

Konsep ugahari pertama kali didengungkan

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) saat sidang raya ke 16 di Nias tahun 2014 silam.

Menurut KBBI, “ugahari” (atau ke-ugahari-an) adalah kesederhanaan, kesahajaan; walaupun harta yang bersangkutan melimpah ruah, ia tokoh hidup dalam “ugahari” dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa “ugahari” adalah kesiapan untuk hidup sederhana, merasa pada dengan yang ada, tidak serakah dengan yang ada (kendati berlimpah-ruah). Ini juga menyiratkan bahwa seseorang yang hidup dalam ke-ugaharian tidak harus bertarak (asketis) dalam kehidupan. Ia tidak perlu munafik dengan kehidupan ini. Yesus Kristus menjalani kehidupan yang sangat ugahari, sehingga bahkan bantalpun Ia tidak punya untuk meletakkan kepala-Nya (Matius 8:20; Lukas 9:58). Kristus tidak juga tabu menerima undangan makan dari orang-orang kaya.

Dari konsep itulah menurut Pdt. Johny, panitia melaksanakan rangkaian kegiatan hampir seminggu penuh di Kota Medan dengan persiapan-persiapan yang dilakukan. Konsep ugahari juga didukung Ketua Umum Majelis Sinode GPIB. “Ini bentuk penghematan sehingga itu berarti menghemat dana dari jemaat-jemaat,” ujarnya dalam wawancara dengan media yang hadir.

Di lapangan, memang ada riak-riak kecil yang dihadapi panitia, semisal, proses registrasi ulang yang sulit dialami beberapa peserta. “Ya memang budaya digital ini tidak sepenuhnya berjalan mulus awalnya karena belum terbiasa, namun ini menjadi contoh keugaharian di mana teknologi bisa membantu untuk memperlancar kegiatan besar seperti ini. Ini bisa ditiru untuk kegiatan tahun berikutnya,” ujar Pdt.Johny.

Proses Konven dan PST 2023 selama sepekan berjalan lancar. Peserta merasa terbantu dengan proses jalannya sidang dengan semua materi yang dapat diunduh, proses akomodasi dan transportasi hingga konsumsi.

Gereja Harus Bersatu

Pelaksanaan Konven dan PST GPIB 2023 juga diapresiasi oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen (Bimas Kristen), Dr. Jeanne Marie Tulung dalam sambutannya saat pembukaan PST. Menurutnya, gereja harus bersatu dan menyatu di tengah keanekaragaman yang ada.

“Saya menyampaikan suasana batin Kementerian Agama Republik Indonesia bahwa kami menekankan dan menempatkan kerukunan sebagai hal yang sangat penting, menjunjung tinggi kerjasama dan mendeklarasikan kedamaian. Kita menyadari dalam segala perbedaan namun justru berbeda dan beragam, kita penting untuk menyatu dan bersatu. Karena untuk membangun bangsa ini tidak bisa diserahkan pada salah satu atau dua pihak saja tetapi kepada kita semua,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan bahwa tema yang diusung GPIB hebat, memberdayakan warga gereja secara intergenerasional guna merawat jejaring sosial dan ekologis dalam konteks budaya digital yang sesuai dengan pesan dari Menteri Agama agar terus memperbarui semangat dan mengikat diri sesama anak bangsa dan anak manusia atas dasar kemanusiaan dalam wadah NKRI.

Tak hanya itu, ia pun mengapresiasi apa yang telah GPIB lakukan sejak berdiri hingga sekarang. “GPIB menjadi mitra strategis dan kami merasa ditemani dan kami berterima kasih akan hal itu. Sepanjang awal berdiri 31 Oktober 1948 (75 tahun) ini. GPIB telah turut aktif menjahit republik ini sejak muda usia, menjaga kerekatan antar anak bangsa, merancang kerukunan internal dan antar umat, memelihara keberimanan, peningkatan literasi umat dan membuka akses yang bermutu pada pendidikan agama dan pendidikan keagamaan di semua lapisan umat.”

Peran sosial kemasyarakatan GPIB, kata Jean Tulung juga terasa. “Peran lain juga dirasakan, seperti, bidang budaya, ekonomi, kesehatan dan lainnya dengan handal. Hal itu harus terus dilakukan dan memberi contoh-contoh hebat untuk kelangsungan bangsa,” tutupnya.

Penulis: Phil Artha

Editor: Juniati

ARTIKEL
21

Departemen Pemuda

All Out for Jesus

SEMANGAT PEMUDA YANG

MULAI PUDAR

Hal apa yang paling menarik dari agama Kristen bagi anak muda? Anda mungkin akan menemukan jawaban, seperti ibadahnya yang menggugah, musik yang hebat (full band), lighting yang memukau, multimedia yang canggih, bisa menjalin relasi dalam komunitas dengan kegiatan yang keren, khotbah yang memotivasi, atau lokasi tempat ibadah di pusat perbelanjaan yang strategis. Jika Anda berkesempatan menanyakan ini kepada anak muda di sekitar Anda, hitunglah berapa orang yang menjawab: Injil.

Tak dapat dipungkiri semakin banyak pemuda yang terjebak hanya pada euforia dari tampilan luar gereja dan agama, namun tidak sungguh-sungguh memahami alasan mengapa mereka mengikut Yesus. Ibadah akhirnya hanya menjadi rutinitas, bagian dari gaya hidup modern di mana di luar gedung gereja mereka juga menikmati kesenangan duniawi dan bebas melakukan segala sesuatu. Mengaku percaya, tetapi terus-menerus berbuat dosa tanpa ada usaha yang nyata untuk mengkalibrasi hati dengan kebenaran Injil.

Dalam upaya mempertahankan iman, kaum muda juga berhadapan dengan tantangan yang unik, yaitu logika mereka sendiri. Jika Anda adalah orang tua, barangkali Anda setuju dengan pernyataan bahwa anak-anak saat ini punya pemikiran yang cerdik. Jika ada yang tidak mereka sukai, ada saja alasan dan strategi mereka untuk tidak melakukannya. Demikian juga dengan Firman Tuhan. Berbagai rasionalisasi

Departemen Pemuda BPN GGBI
BPN GGBI dok.IBYC 2019
22

terhadap perintah Allah diyakini sebagai kebenaran demi kenyamanan hidup di dunia ini, salah satunya adalah Amanat Agung untuk mengabarkan Injil.

“Mengabarkan Injil bukan tugas saya, itu tugas para hamba Tuhan yang telah berkomitmen sepenuh waktu dalam pelayanan gereja.” Ini adalah rasionalisasi paling umum yang diungkapkan banyak umat Kristiani. Berikutnya, para pemuda akan mengatakan “Tugas saya adalah belajar dengan baik, lulus, bekerja di bidang yang saya citacitakan, berusaha sebisa mungkin untuk sukses, atau setidaknya hidup mapan. Selama saya rajin ke gereja, tentu Tuhan berkenan.”

Injil tidak pernah bicara tentang kemapanan dan rasa nyaman. Sebaliknya, Yesus dengan jelas mengatakan sejak awal bahwa mereka yang ingin mengikut-Nya harus meninggalkan segala sesuatu, termasuk kebutuhan dan keinginan diri sendiri. Pernyataan ini sangat keras, sehingga dengan jelas membuka mata bahwa banyak murid Kristus tidak benar-benar memberikan segala sesuatu bagi Dia. Apa yang bisa dilakukan agar kaum muda Kristen memahami semua ini?

Salah satu jawabnya adalah dengan kegiatan dari Departemen Pemuda Gabungan Gereja Baptis Indonesia, yaitu Indonesian Baptist Youth Conference (IBYC) 2023 yang akan diadakan di Surabaya pada tanggal 29 Juni-1 Juli 2023. Acara ini mengangkat tema “All Out”, sebuah idiom yang dalam bahasa Indonesia punya arti beberapa, yaitu “dengan seluruh tenaga”, “berusaha mati-matian” atau “memberikan segalanya”. Bersama dengan 2000 peserta lainnya, kaum muda akan diberkati melalui ibadah dan kebaktian kebangunan rohani (KKR), talkshow, pameran dari berbagai bidang profesi, serta kegiatan-kegiatan fellowship lainnya. Ini adalah kesempatan bagi para pemuda untuk merenungkan kembali Injil sebagai dasar dari iman, meneguhkan komitmen untuk menjadi militan di tengah dunia yang semakin tidak karuan, dan memenangkan semakin banyak jiwa bagi Tuhan.

Memang setiap individu dikaruniai dengan bakat dan minat di berbagai bidang. Allah pun menciptakan beragam profesi untuk ditekuni oleh manusia. Meski demikian, Injil dan profesi bukanlah dua hal yang sama sekali terpisah. Allah menanamkan misi Injili dalam setiap pekerjaan di dunia. Sayangnya, hal ini relatif jarang diajarkan kepada kaum muda baik itu di rumah maupun di komunitas gereja.

Gereja lokal saat ini bisa jadi tidak kekurangan jumlah anggota pemuda, namun gereja Tuhan memerlukan kaum muda yang memahami dan menghidupi kebenaran Injil serta militan mengabarkannya, apapun konsekuensinya. Rindukah Anda untuk melihat pemulihan dan perubahan terjadi atas generasi penerus?

Departemen Pemuda BPN GGBI
dok.IBYC 2019 Tim IBYC 2023 Weepy Grace D. Editor: Juniati dok.IBYC 2019
23
dok.IBYC 2019
RGSM

DUA KECENDERUNGAN YANG HARUS

‘DIWASPADAI’ DARI SEKOLAH MINGGU

Bagian 2

*)Iswara Rintis Purwantara

Ketika sebuah gereja sedang menyelenggarakan RUG (rapat urusan gereja) sekarang menjadi musyawarah gereja (muger) untuk mengambil keputusan tentang setuju atau tidaknya memanggil seseorang menjadi gembala sidangnya, ada sebagian orang protes, “Kenapa anak-anak kecil itu dilibatkan dalam rapat sepenting ini?” Memang benar, beberapa anak usia pra-remaja tampak hadir dalam rapat. Namun sebagian yang lain menyanggah, “Memangnya kenapa? Mereka kan anggota gereja juga.”

Pertanyaannya adalah: siapa yang salah, orang-orang yang protes, atau orang-orang yang menyanggah itu? Jawabannya adalah: bisa keduaduanya.

Keputusan Terpenting dalam Hidup Seseorang

Di satu pihak, orang-orang yang protes itu jelas salah. Apa keputusan terpenting yang seseorang

harus ambil di dalam hidupnya? Memilih universitas, atau fakultas di perguruan tinggi? Bukan. Memilih bidang pekerjaan? Bukan. Memilih pasangan hidup? Benar, ini sangat penting, namun bukan yang terpenting. Lalu apa? Jawabannya adalah: menerima atau menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya – inilah keputusan yang akan menentukan nasibnya dalam kekekalan. Kalau anak-anak usia pra-remaja itu benar-benar anggota gereja, mereka pasti sudah dibaptis. Kalau mereka sudah dibaptis, mereka seharusnya sudah pernah mengambil keputusan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi mereka. Lalu kenapa Anda meragukan kemampuan mereka terlibat dalam pengambilan sebuah keputusan yang kurang penting dari itu? Kenapa Anda meragukan beroperasinya Roh Kudus di dalam diri mereka?

Keputusan Terburuk Sebuah Gereja

Di lain pihak, orang-orang yang menyanggah itu juga bisa salah. Bukan rahasia lagi bahwa banyak guru Sekolah Minggu (SM) yang terlalu menganggap

RGSM
26
RGSM

serius jawaban ‘ya’, atau pengakuan verbal anakanak kelas Madya, atau Pratama, bahkan Indria, tentang iman dan percaya mereka. Ketika diingatkan orang, “Anak-anak itu masih terlalu kecil, kenapa Anda merekomendasikan mereka kepada Gereja untuk dibaptis?” mereka akan menukas, “Loh, anakanak itu sendiri kok, yang mengaku percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi mereka. Kita kan harus menghargai keputusan mereka. Lagi pula,” demikian tambah mereka, “tidak ada kok, yang memaksa-maksa mereka”. Gereja bisa salah mengambil keputusan hanya karena ingin menghormati atau tidak mau mengecewakan guruguru itu.

Keliru memanggil seseorang untuk menjadi gembala sidang bukanlah keputusan terburuk sebuah gereja. Tergesa-gesa, gegabah atau ceroboh, dan asal-asalan memutuskan untuk membaptis orang yang belum sungguh-sungguh percaya, bertobat dan dilahirkan kembali, itulah keputusan terburuk sebuah gereja. Dan, inilah kecenderungan yang harus selalu diwaspadai dari SM.

Akibat-akibat Tidak Mewaspadai

Kecenderungan Ini

Pertama, pengambilan keputusan yang prematur, yang berujung pada pertobatan yang dangkal. Seringkali, ‘pertobatan dari dosa’ yang dangkal, justru malah menghasilkan ‘pertobatan dari Kekristenan’. Seperti pengakuan Erwin Lutzer: “Saya telah mendapati bahwa pertobatan yang tidak menyeluruh sering kali membawa kepada penolakan dan perlawanan terhadap Allah.” Bahkan gereja-gereja yang membaptiskan bayi-bayi mereka mengakui persoalan ini. Ketika bayi-bayi itu beranjak remaja, muda, mereka malah menjadi nakal, jahat, bahkan pemeluk agama lain. Itulah sebabnya, muncul praktik ‘upacara sidi.’ Seseorang berkata, sidi adalah pengakuan secara diam-diam kalau praktik baptisan bayi itu tidak sah.

Kedua, tanpa kita sadari, kita sedang menggiring anak-anak itu ke neraka. Mereka tidak akan pernah diselamatkan. Kenapa? Karena kita sedang membuat mereka mengira – memiliki keyakinan yang palsu – kalau dirinya sudah diselamatkan, padahal sebetulnya tidak. Terhadap orang-orang yang suka ‘menipu diri sendiri’ dalam hal keselamatan, Yesus sendiri berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat 7:23). Cara Yesus menghadapi Nikodemus (lih. Yoh 3:1-12) seharusnya mengingatkan kita bahwa tidak ada yang lebih buruk daripada memperlakukan orang yang belum selamat sebagai sudah selamat.

Ketiga, dihasilkannya ilalang di antara gandum (lih. Mat 13:24-30). Ada orang-orang yang namanya terdaftar di buku induk keanggotaan gereja, tetapi tidak pernah di dalam kitab kehidupan (Why

20:12). Jadi bukan hanya seminari. Gereja pun bisa ‘kecolongan’.

Harold L. Fickett, penulis buku A Layman’s Guide to Baptist Beliefs menulis, “Persoalan terbesar yang dihadapi gereja masa kini adalah anggota yang belum bertobat (unregenerated church membership).” Dalam Pengakuan Iman Baptis tahun 1677, gereja-gereja dengan anggota-anggota yang belum dilahirkan kembali digambarkan sebagai ‘rumah ibadat setan’.

Keempat, gereja akan menderita akibat keputusan buruknya sendiri. Ingat, syarat menjalankan tata pemerintahan kongregasional adalah anggotaanggota gereja yang sudah benar-benar dilahirkan kembali. Hanya melalui orang-orang yang sudah benar-benar bertobat, diperbaharui hidupnya (batubatu hidup, imamat yang rajani – 1 Pet 2:5, 9), Allah bisa menjalankan pemerintahan-Nya di dalam gereja.

Sebab-sebab dari Kecenderungan Ini

Banyak guru SM kelas Indria, Pratama, Madya yang tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang psikologi anak-anak.

Tentu saja, hampir tidak ada anak-anak kelas Pratama, bahkan Indria, yang ketika ditanya oleh gurunya (apalagi ketika secara beramai-ramai), “Apakah anak-anak mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat anak-anak?” akan menjawab, “Tidaaaaak”. Mereka cenderung akan menjawab “Mauuu.” Ketika melihat teman-temannya yang lain mengacungkan tangan, seorang anak akan cenderung ikut-ikutan.

Ketika anak-anak saya masih berusia empat tahun, tiga tahun, bahkan segera setelah mereka mulai bisa berbicara, kadang-kadang mereka saya tanyai: “Apakah adek mau tinggal di surga selamalamanya dengan Tuhan Yesus?” “Adek mau atau tidak, percaya dan mengikut Yesus?” “Adek mau, menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat adek?” dan seterusnya. Mereka selalu menjawab ‘Iya, mau.” Lalu, bagaimana saya merespons mereka? Apakah saya akan berkata, “Ah, adek melucu deh. Adek kan belum tahu apa-apa tentang hakikat penciptaan, dosa, maut, kekudusan Allah, inkarnasi, dua natur Yesus, penebusan, pembenaran, adopsi, apalagi penghakiman. Papa nggak percaya dengan jawaban adek!” Tentu tidak! Memang, isi kata-kata saya itu betul. Tetapi bukan seperti itu caranya merespon kepolosan anak-anak.

Saya pasti akan menjawab, “Wah, bagus sekali,” atau “Adek pintar sekali,” atau “Itu baru namanya anak papa.” Namun saya tidak lantas berkata, “Kalau begitu, besok papa beritahu gereja supaya adek dibaptis ya?” Tidak! Kenapa? Karena saya memahami psikologi anak-anak. Saya tahu cara menghadapi dan menyikapi mereka.

RGSM
27

Ada penyebab lain yang lebih krusial, yaitu persoalan teologi: kurang ditekankannya, bahkan diabaikannya doktrin Alkitab tentang kelahiran kembali, baptisan orang percaya, dan syarat keanggotaan gereja.

Filsafat yang keliru seperti pragmatisme juga bisa menjadi penyebabnya. Beberapa gereja terburuburu membaptiskan anak-anak anggota gereja mereka demi mengejar target/gol program PI gereja setempat, atau gabungan gereja-gereja sedaerah atau Nasional di mana gereja berafiliasi (karena malu dengan gereja lain). Ada persoalan dengan fungsi keluar (penjangkauan) dari gereja.

Bagaimana Mencegah Kecenderungan ini?

John MacArthur pernah menasihatkan, “Jangan menahan pengajaran kepada anak Anda dengan anggapan mereka belum siap. Meskipun mereka mungkin tidak mengerti sepenuhnya beberapa konsep rohani yang lebih sukar, anak-anak dapat memahami inti dari hampir semua kebenaran. Sebenarnya, mereka diperlengkapi dengan lebih baik sekarang ini untuk mencerna kebenaran rohani daripada ketika mereka lebih dewasa.” MacArthur benar. Itulah yang membuat iman seorang anak berbeda dari iman orang dewasa: mereka menolak dibingungkan oleh apa yang tidak dapat dimengerti (lih. kata-kata Yesus dalam Mrk 10:14-15).

Namun, perhatikan. Apa yang MacArthur katakan di atas adalah “jangan menahan pengajaran kepada anak-anak,” bukan “jangan menahan diri dari memaksa mereka menerima Yesus!” Intinya adalah:

jangan cepat-cepat memaksa anak-anak mengambil keputusan untuk menerima Tuhan, namun, secepat mungkin ajarkan firman Tuhan kepada mereka.

MacArthur juga mengingatkan: “Jangan mengharapkan anak-anak dapat menyerap pelajaran untuk pertama kali. Anak-anak jarang menangkap pesan secara benar untuk pertama kali. Itulah sebabnya mengapa kurikulum SM untuk kelas Indria, Pratama, Madya yang terbaik mempunyai banyak pengulangan dan review. Alkitab berkata, “…haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu…” (Ul 6:6-7).

Kita harus seimbang: jangan menghina pengakuan seorang anak, tetapi juga jangan mudah ‘mengambil di hati’ pengakuan seorang anak begitu saja. Ingat, pengambilan keputusan yang bisa dipertanggungjawabkan adalah yang dilakukan dengan kesadaran dan pengakuan penuh akan dosa, akan akibat-akibatnya, akan kebutuhan untuk diselamatkan.

John Piper pernah mengeluh, “…saya merasa ada banyak pendeta yang demi menghindari kontroversi ini (baptisan), mengesampingkannya hampir secara total dan tidak memanggil umat-Nya untuk ‘bertobat dan dibaptis’.” Itulah sebabnya, dalam bukunya Brothers, We are Not Professionals, satu dari 30 permohonannya kepada para gembala untuk kembali melayani secara radikal adalah: “Saudaraku, tinggikanlah makna baptisan!”

*)Penulis adalah dosen Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia (STBI) Semarang

Editor: Juniati

RGSM
28

GEREJA YANG BERPUSAT PADA HADIRAT TUHAN

“Tanda seseorang yang takut akan Tuhan dan gereja yang menghormati Tuhan adalah bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan dimulai oleh Tuhan.”

yang Tuhan sediakan? Pertanyaannya maukah kita membuka pintu itu dan melihatnya?

Bagian kedua adalah masuk terlebih dahulu. Bagian ini akan menolong kita untuk melihat bahwa bagi Yesus pemuridan adalah tentang kehadiranNya bersama mereka yang telah Ia pilih dan kasihi.

Karena Ia tahu bahwa karunia, pengalaman dan pelatihan paling penting akan diperoleh ketika para pengikut-Nya menghabiskan waktu bersama-Nya.

Karena itu tugas utama kita yang paling mulia adalah berada dalam persekutuan dengan Yesus.

“Tujuan terbesar kita memuridkan orang-orang percaya adalah menolong mereka hidup dalam Kristus—dan memperlengkapi mereka untuk melakukan hal yang sama kepada orang-orang lain.”

Ketika banyak gereja yang terhilang, banyak hamba Tuhan meninggalkan pelayanannya. Dan ketika gereja tidak lagi membawa dampak yang besar bagi dunia melainkan dunia mempengaruhi gereja secara luar biasa, apakah Anda puas dengan pertumbuhan rohani gereja Anda saat ini?

Saat Anda membayangkan sebuah gereja, gereja seperti apa yang ada dalam benak Anda? Gereja yang hanya sekadar rutinitas? Gereja yang harus menawarkan hiburan? Gereja yang bergantung pada sarana pemasaran apik terbaru untuk menarik dunia yang terhilang? Ataukah Anda merindukan yang jauh lebih banyak dari yang Anda pikirkan?

Lebih banyak hal lagi dari Tuhan? Suatu kegerakan yang berasal dari hadirat-Nya? Ataukah gereja di mana Tuhan hadir, dan memanifestasikan diri-Nya dan membuat diri-Nya dikenal?

Bill Elliff dalam bukunya yang berjudul “Gereja yang Berpusat pada Hadirat Tuhan” yang diterbitkan oleh Lembaga Literatur Baptis, akan menolong Anda untuk melihat dan menuntun Anda untuk dapat membawa gereja berpusat pada hadirat Tuhan. Seperti Bill Elliff yang berdoa selama empat puluh tahun dengan kerinduan agar terjadi kebangunan rohani. Demikianlah buku ini akan membuat kita terbeban untuk melihat gereja bertumbuh dan berkembang bagi kemuliaan Tuhan, karena itu kita perlu bertanya “Apakah Tuhan ada di sini?

Penulis dalam bukunya memaparkan setidaknya 10 bagian penting yang akan menolong kita untuk melihat bagaimana gereja yang berpusat pada hadirat Tuhan. Dalam bagian pertama, penulis memulai dengan gambaran sebuah pintu yang mengajak pembaca untuk membayangkan ada apa dibalik pintu tersebut. Apakah itu sebuah kekayaan duniawi ataukah sesuatu yang jauh lebih besar

Untuk membawa gereja menghabiskan waktu dengan Dia dan mengalami persekutuan dengan Dia tentu saja harus dimulai dari para pemimpinnya. Karena itu jika Anda adalah seorang pemimpin di gereja dan Anda merindukan gereja yang berpusat pada hadirat Tuhan, maka hal itu dimulai dengan hidup Anda. Fondasi dari gereja yang berpusat pada hadirat Tuhan adalah para pemimpin inti yang tahu bagaimana hidup dan bergerak dalam persekutuan yang karib dengan Yesus. Beberapa poin yang dibahas seperti, waktu setiap hari, waktu yang diperpanjang, berpuasa, doa yang tiada henti-henti, pemeriksaan rohani, pertanggungjawaban yang jujur, dan juga doa kesatuan.

Selain kedua bagian di atas, kita juga dapat melihat bagian selanjutnya secara jelas dalam buku ini yaitu tentang, dengarkan, singkirkan penghalang, ciptakan lingkungan, mengalami secara mendalam, perlengkapi dengan terencana, terlibat dengan penuh semangat, berdoa tanpa henti dan halhal yang lebih besar. Tak hanya itu, bagian lain yang akan menolong dan memperlengkapi kita dilampirkan beberapa bagian, seperti pertanyaan diskusi setiap bab, bukan saya tetapi Kristus, lima puluh tanda seorang hamba Tuhan dan nilai dari kelompok besar dan kelompok kecil.

“Jika Anda puas hidup tanpa kebangunan rohani, maka kehidupan seperti itulah yang akan Anda peroleh.”

Apa jadinya jika gereja tidak berpusat pada hadirat Tuhan?

Penulis: Juniati

Editor: Phil Artha

RESENSI
29
Resensi

PENANGGALAN PASKAH BERBEDA TIAP TAHUNNYA

Sumber penanggalan perayaan gerejawi, seperti Natal dan Paskah diambil dari penanggalan yang berbeda. Tanggal Natal 25 Desember misalnya, diambil berdasar sistem kalender Gregorian, yang mengacu pada revolusi bumi mengitari matahari. Penanggalan semacam ini disebut juga kalender surya.

Sementara Paskah dalam gereja modern diformulasikan saat Konsili I Nicea, yang digelar oleh Kaisar Agustinus Agung di Kota Nikea, Kekaisaran Romawi pada 325 Masehi. Konsili ini merupakan upaya pertama gereja untuk menemukan kesepakatan, dalam upaya menyelesaikan berbagai sengketa. Penyeragaman tanggal perayaan Paskah salah satunya yang dibahas.

Tahun 2023 ini, Paskah diperingati pada tanggal 9 April. 3 hari sebelumnya Jumat Agung jatuh pada 7 April 2023. Tahun 2022, Paskah jatuh pada tanggal 17 April, sementara di tahun 2021 Paskah dirayakan tanggal 4 April.

Mengapa tanggal perayaan Paskah selalu berbeda tiap tahunnya? Meski harinya selalu sama yaitu hari Minggu. Berbagai sumber menyebutkan bahwa tanggal perayaan Paskah memang selalu berubah, sehingga tidak terjadi pada tanggal yang sama dari tahun ke tahun. Namun, bisa dipastikan Paskah akan dirayakan pada hari Minggu antara 22 Maret dan 25 April.

Sementara Agama Yahudi merayakan Paskah pada hari ke14 dalam bulan yang disebut Nisan, yaitu bulan pertama dalam kalender Yahudi. Kalender Yahudi mempunyai 12 bulan dalam setahun, namun dengan jumlah hari hanya 354.

Dua sumber itu sempat memunculkan perbedaan pada abad ke-3, kala itu beberapa kelompok Kristen menganggap bahwa penanggalan Yahudi tidak tepat. Kelompok ini menyebut bahwa umat Yahudi keliru menentukan hari-hari bulan Nisan, karena hari ke-14 jatuh sebelum ekuinoks musim semi. Ekuinoks adalah saat matahari tepat berada di atas khatulistiwa, sehingga siang dan malam waktunya sama.

ARTIKEL PASKAH
Artikel
30

Ekuinoks inilah jadi patokan datangnya musim semi di bulan Maret. Secara ringkas dapat disebut bahwa umat Kristen memandang bahwa Paskah jatuh setelah hari ke-15 bulan baru bertepatan dengan ekuinoks musim semi, bukan sebelumnya atau hari ke-14.

Pendapat itu terus berjalan dan penanggalan Yahudi soal Paskah juga berjalan. Polemik soal tanggal Paskah yang berbeda pasca Konsili I Nicea mulai mereda. Baik penanggalan Yahudi dan aliranaliran Kristen, masing-masing merayakan Paskah menurut tradisinya.

Kristen Yahudi dan Koptik Ortodoks Mesir misalnya, tetap merayakan Paskah seperti penanggalan Yahudi. Sementara aliran-aliran Kristen modern, contohnya aliran Armstrong Movements Churches dan American Presbyterian Church, melakukan perayaan Paskah dari tradisi pagan yang telah diubah.

Organisasi antar gereja Kristen sedunia atau World Council of Churches (Dewan Gereja-Gereja Dunia) yang berdiri sejak tahun 1948, sempat membahas penetapan tanggal Paskah sehingga tidak berubah. Namun kesepakatan itu gagal dan Paskah tetap dirayakan dengan tanggal yang berubah-ubah seperti yang ada sekarang.

Lepas dari tanggal yang berubah-ubah tiap tahun, makna Paskah tetap sama, yaitu merayakan kebangkitan Kristus dari kematian-Nya bagi umat manusia.

Mengacu tema Paskah yang diusung Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) tahun 2023, yaitu Ia mendahului kamu ke Galilea, jangan takut! Matius 28:7,10. Apa maknanya bagi kita? Pasca bangkit dari kematian-Nya, Yesus menanti para murid di Galilea. Pesan kebangkitan-Nya adalah keberpihakan Yesus kepada kaum marginal. Yesus menekankan bahwa berita kemenangan-Nya adalah berita kemenangan bagi orang-orang lemah, miskin dan disepelekan, seperti orang Galilea.

Kebangkitan Yesus adalah kemenangan yang ditandai dengan rontoknya pembatas antar manusia, hadirnya sikap berbela rasa kepada mereka yang tertindas, menjadi saudara kepada mereka yang tidak berdaya. Yesus mengajak para murid hadir di Galilea maka Yesus pun mengajak kita semua untuk hadir di “Galilea”. Hadir bagi mereka yang lemah. Hadir bagi mereka yang tertindas. Hadir bagi mereka yang terlupakan. Hadir untuk membawa berita kemenangan dalam kuasa kebangkitan Yesus. Sebab Dia bangkit maka ada hari esok, semangat baru untuk merangkul masa depan dengan penuh harapan.

Peringatan Hari Kebangkitan Yesus 2023 sampai dengan 2026

Tahun Tanggal Hari

2023 9 April Minggu

2024 31 Maret Minggu

2025 20 April Minggu

2026 5 April Minggu

Peringatan Hari Kebangkitan Yesus 2017 sampai dengan 2022

Tahun Tanggal Hari

2022 17 April Minggu

2021 4 Maret Minggu

2020 12 April Minggu

2019 21 April Minggu

2018 1 April Minggu

2017 16 April Minggu

Penulis: Phil Artha

ARTIKEL PASKAH
31

*)Tirza Nahamani

Chiang Mai, jadi salah satu kota favorit di Thailand bagi pelancong selain Bangkok dan Pattaya. Berada di daerah dataran tinggi, membuat suhu udara di Chiang Mai relatif lebih sejuk dibanding Bangkok. Bagi pelancong, yang ditawarkan Chiang Mai memikat hati. Makanan, budaya, kuil-kuil hingga cenderamata bertebaran dan harganya cukup terjangkau. Beberapa rekomendasi tempat untuk Anda kunjungi di Chiang Mai, antara lain:

Wat Phra That Doi Suthep

Wat Phra That Doi Suthep atau lebih sering dikenal dengan istilah “Doi Suthep” adalah salah satu kuil Buddha terbesar dan termewah di Chiang Mai yang ditemukan pada tahun 1383. Secara harfiah, istilah “Doi Suthep” berarti “Pegunungan Suthep” karena berlokasi di pegunungan dengan ketinggian 1.073 meter di bawah permukaan laut (dpl) dan 15 kilo dari

Kota Chiang Mai dan dibangun pada . Menuju kuil itu akan menikmati rute berkelok-kelok dan pada titik tertentu disuguhkan pemandangan indah kota Chiang Mai.

Tiket masuk ke area kuil Doi Suthep seharga 30 Bath atau sekitar Rp 12.000. Untuk puncak kuil, harus melewati 309 anak tangga. Jika tidak ingin melewati anak tangga maka dapat menggunakan cable car atau lift dengan membayar 20 Baht atau sekitar

Rp 8.000. Jadi, dengan Rp 20.000 Anda dapat menikmati keindahan kuil Buddha terpopuler di Chiang Mai.

Kuil ini memang menjadi tempat yang indah. Saat berada di puncak kuil, wajib melepas alas kaki dan mengenakan busana yang sopan. Karena area ini merupakan lokasi yang dianggap paling suci dari keseluruhan kompleks. Di dalamnya, ada stupa emas yang memantulkan cahaya saat terkena sinar matahari.

Kompleks stupa ini menjadi pusat dari kegiatan keagamaan umat Buddha. Di berbagai sisi, terdapat berbagai patung baik yang terbuat dari emas

JALAN-JALAN
Jalan - Jalan
Anak tangga menjuju kuil Wat Phara That
32
Penulis di Doi Suthep

maupun batu giok. Terdapat pula area-area di mana dupa dinyalakan. Di sekitar stupa emas, orang-orang berkeliling membawa bunga sambil membacakan doa. Meskipun ramai, suasana kuil emas ini tetap tenang dan syahdu.

Selain area di dalam kuil, pengunjung dapat mengabadikan lewat foto di area itu. Di bagian luar kompleks kuil emas, juga dapat difoto karena pemandangan yang tak kalah menarik, antara lain gong besar, pohon dan bunga bougenville berwarna merah muda pekat, teras dengan pemandangan langit biru dan pegunungan, air mancur dengan kursi klasik untuk bersantai, patung gajah putih, dan juga pilar raksasa dengan ukiran 12 hewan zodiak China.

One Nimman

One Nimman adalah area publik perpaduan modern dan budaya lokal. Letaknya di Jalan

Nimmanhaemin, berjarak 5 menit dengan jalan kaki dari Maya Mall Chiang Mai. Tidak sulit menemukan

One Nimman, karena bangunannya mencolok dengan tembok batu bata. Ketika masuk, Anda akan disambut dengan dekorasi dan gaya bangunan klasik layaknya di Eropa.

Paling cocok untuk menghabiskan waktu di One Nimman adalah sore hari, ketika cahaya matahari tidak terlalu terik, Anda dapat bersantai di kursi cafe area outdoor, ditemani alunan suara live music sambil menikmati Thai tea dingin. Di hari-hari tertentu, pengelola mengadakan kegiatan, seperti live music, kelas yoga, bahkan tarian salsa sehingga pelancong dapat ikut di dalamnya.

Saturday Night Market

Tempat lain yang juga menawarkan suasana lokal dari Chiang Mai adalah Saturday Night Market.

Seperti namanya “Saturday Night Market” atau Pasar Sabtu Malam, pasar ini hanya digelar di malam Minggu yang berlokasi di Jalan Wua Lai yang buka mulai pukul 17.00 - 22.30. Saturday Night Market sudah menjadi daya tarik tersendiri dari Chiang Mai bagi pelancong. Pengunjung di lokasi ini datang dari berbagai belahan dunia.

Selain itu, Anda dapat mencoba berbagai jenis jajanan lokal yang mungkin jarang ditemukan di Indonesia. Salah satu menu yang wajib dipilih adalah kalajengking. Ya kalajengking! Hanya dengan 50 Baht atau sekitar Rp 20.000, Anda dapat merasakan makanan dan pengalaman baru. Sensasinya seperti makan daging kepiting. Jika Anda ingin mencobanya, Anda harus berhati-hati karena bisa saja kalajengking ini memicu reaksi alergi pada tubuh.

Selain kalajengking, Anda bisa mencicipi kuliner lain yang bisa didapatkan dengan harga berkisar antara 30-100 Baht (Rp 12.000 - Rp 40.000). Bagi Anda yang belum pernah mencicipinya, jangan lewatkan untuk mencoba pad thai dan som tam, kemudian coba bandingkan dengan kwetiaw dan rujak dari Indonesia dan rasakan perbedaannya!

Pergi ke pasar tidak lengkap jika pulang tanpa membawa buah tangan. Di Saturday Night Market, Anda dapat menemukan berbagai cinderamata khas suku lokal, seperti pembatas buku, pouch, lukisan, aksesoris, sampai baju-baju estetik dengan model tradisional. Anda bisa mendapatkan souvenirsouvenir ini mulai dari 10 Baht atau setara dengan Rp 4.000.

Selain Doi Suthep, One Nimman, dan Saturday Night Market, masih ada beberapa tempat di kota Chiang Mai dan food market lainnya, seperti Kad Na Mor Market di seberang Chiang Mai University, dan juga Lanna Gastro Mart. Jadi, ke mana Anda akan pergi saat liburan mendatang? Chiang Mai bisa masuk ke daftar destinasi liburan impian Anda!

JALAN-JALAN
Suasana One Nimman
33

Artikel Teologi

APAKAH IMAN KEPADA KRISTUS ADALAH

SATU-SATUNYA CARA UNTUK KITA DISELAMATKAN?

Tantangan budaya. Orang-orang pada masa kini senang menjadi inklusif. Kita ingin setiap orang benar. Bahkan, kita berpikir bahwa satu-satunya cara untuk menjadi salah adalah dengan berpikir bahwa siapa pun bisa saja salah, tentang apa saja. Jadi, ketika berkenaan dengan masalah agama, kita berkata, “Semua jalan menuju kepada Allah. Tidak ada istilahnya hanya satu jalan yang benar. Hal yang benar untuk diyakini adalah apa pun yang berhasil bagi Anda.” Tetapi apakah ini yang dinyatakan oleh Alkitab?

Jawaban singkat. Dalam Kisah Para Rasul 4:12, Petrus berkata: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”

Jawaban yang sedikit lebih panjang. Iman kepada Kristus adalah satu-satunya cara untuk kita diselamatkan karena hanya di dalam iman kepada Kristus, kita dapat dibenarkan dalam pandangan Allah (Gal. 2:16). Hanya dalam iman kepada Kristus kita dapat diperdamaikan dengan Allah (Rm. 5:911). Hanya dalam iman kepada Kristus kita dapat memperoleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Hanya Yesuslah satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia (1Tim. 2:5).

Benar-Benar Inklusif. Sementara banyak orang pada masa kini menganggap bahwa pesan ini teramat eksklusif, kita sebaiknya mengarahkan mereka kepada inklusivitas Injil yang justru demikian radikal. Injil memandang semua manusia sebagai orang berdosa dan menawarkan pengampunan serta kehidupan kekal bagi semua orang yang berbalik dari dosa-dosanya dan percaya kepada Kristus. Tidak peduli betapa baik atau betapa jahatnya Anda sebelumnya. Tidak peduli Anda berasal dari mana dan apa latar belakang agama Anda. Jika Anda bertobat dari dosa-dosa Anda dan percaya kepada Kristus, maka Anda akan diselamatkan.

9Marks: Evangelism & Gospel

Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara

LLB dengan 9Marks International

ARTIKEL
TEOLOGI
34

Artikel Teologi

DARI GEREJA-GEREJA LOKAL?

Dalam rangka menggenapi amanat Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya (Mat. 28:19), maka gereja-gereja harus:

Mengkhotbahkan Injil dengan tidak henti-henti. Jika sebuah gereja ingin menginjili dunia, gereja harus memulai dengan menginjili orang-orang di sekitarnya. Langkah pertama: Mengkhotbahkan Injil dengan jelas dalam setiap pelayanan publik yang dilakukan gereja.

Ajarkan setiap orang untuk menaati semua hal yang diperintahkan Yesus. Amanat Agung adalah sebuah perintah untuk menjadikan orang-orang sebagai murid Yesus, orang-orang yang mengikuti, mengimitasi, dan menaati Dia. Murid-murid yang bertumbuh menjadi saksi-saksi yang lebih baik.

Perlengkapi setiap jemaat untuk menginjili secara pribadi. Gembala gereja tidak dapat menjadi satu-satunya penginjil. Sebuah gereja seharusnya melatih dan mendorong seluruh jemaat untuk terlibat dalam penginjilan. Adakan kelaskelas Sekolah Minggu yang mengajarkan tentang penginjilan. Soroti materi-materi tentang penginjilan (misalnya: Christianity Explored) untuk digunakan

dalam penginjilan pribadi. Berdoalah secara teratur dalam gereja untuk upaya-upaya penginjilan.

Carilah peluang-peluang untuk bermitra dengan para misionaris dari negara-negara lain Gereja-gereja tidak sepatutnya hanya menginjili orang-orang di sekitarnya tetapi juga tempat-tempat di mana nama Kristus belum dikenal (Rm. 15:20). Oleh karena itu, bangunlah kemitraan dengan saudarasaudari yang memiliki kerinduan yang sama, yang sudah melakukan penginjilan di negara-negara lain.

Doakan supaya Allah membangkitkan jemaat yang akan membawa berita Injil kepada bangsabangsa lain. Kondisi setiap gereja memang berbeda-beda, tetapi setiap gereja harus berdoa kepada Allah untuk membangkitkan anggotaanggota jemaat dari gereja tersebut yang mengejar misi ke negara-negara lain.

*)9Marks: Evangelism & Gospel

*)Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara LLB dengan 9Marks International

APA YANG DITUNTUT OLEH AMANAT AGUNG
ARTIKEL TEOLOGI
35

Artikel Teologi

TIDAK ADA SEORANG PUN YANG DAPAT

Mengapa Yesus Harus Meninggalkan Bumi ?

Menjelang kematian-Nya, Yesus semakin fokus untuk menstabilkan sukacita murid-murid-Nya dalam menghadapi krisis yang akan segera terjadi. Dia mengambil waktu untuk mengatasi dua ancaman utama terhadap sukacita mereka dalam Yohanes 16:4-24. Pertama, Dia akan meninggalkan mereka dan pergi kepada Bapa. Kedua, Dia akan segera mati. Kedua hal tersebut tampaknya merusak sukacita abadi.

Dalam menjawab kebingungan mereka, Yesus berbicara dengan cara yang telah terbukti selama berabad-abad ampuh untuk menstabilkan sukacita kita yang goyah. Ini bukan kebetulan. Inilah yang ingin Dia lakukan: “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yoh. 15:11).

Kesedihan Anda Hanya untuk Waktu yang Singkat

Pertama, Dia akan meninggalkan mereka. Ini bukan kabar baik di telinga para murid. “Tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku…Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita” (Yoh. 16:5-6). Kesedihan ini disebabkan oleh kasih dan ketidaktahuan. Pertama, kasih, karena sukacita mereka ada di dalam Diri-Nya. Kedua, ketidaktahuan, karena mereka tidak tahu bahwa ketidakhadiranNya secara fisik adalah demi kebaikan mereka.

Bagian 1

Jadi, Yesus berusaha untuk memantapkan sukacita mereka dalam ketidakhadiran-Nya bukan dengan mengurangi kasih, tetapi dengan menghilangkan ketidaktahuan. Dia berkata, “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh. 16:7). Di antara banyak alasan mengapa hal ini demi kebaikan mereka, yang utama adalah bahwa Roh Kudus akan menjadikan kemuliaan Yesus lebih nyata. Ya, lebih nyata daripada jika Dia ada di sana dalam daging: “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; … Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku” (Yoh. 16:13-15).

Ini menakjubkan. Apakah kita melihat apa artinya perkataan ini bagi para murid dan bagi kita? Berapa banyak orang Kristen hari ini berkata, “Seandainya

“Ya, akan ada kesengsaraan. Tetapi dunia yang membuat kita sangat bersedih, bukanlah penentu hidup kita.”

ARTIKEL TEOLOGI
*)John Piper
ITU DARI
MERAMPAS KEGEMBIRAANMU
PADAMU
36

saja saya bisa berada di sana dan melihat Dia muka dengan muka!” Atau, “Seandainya saja saya bisa melihat Yesus sebagaimana Dia sebenarnya dalam sejarah--secara nyata!”

Kerinduan seperti itu mengungkapkan ketidaktahuan yang mendalam akan kelebihan yang kita miliki, karena Yesus telah mati, bangkit kembali, dan tidak berada di bumi dalam bentuk tubuh, tetapi hadir melalui Roh-Nya. Penolong, Roh kebenaran, yang diutus Bapa adalah Roh Kristus yang bangkit. “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” (Yoh. 14:18). Ketika Roh Kudus datang, Yesus datang. Dan kehadiran ini, seperti yang dikatakan-Nya, lebih baik daripada ketika Dia ada di dalam dunia.

Memiliki Roh Kristus yang bekerja di dalam kita, memuliakan Kristus yang telah bangkit dan menjadikan nyata semua yang dimiliki Bapa bagi kita di dalam Dia dan dalam kemenangan-Nya atas maut — adalah mukjizat yang jauh melebihi apa yang diketahui para murid dalam masa hidup mereka. Tidak ada kemuliaan yang lebih besar daripada kemuliaan Allah di hadapan Kristus yang bangkit (2Kor. 4:6). Semakin kita dipenuhi oleh Roh Kudus, semakin jelas kita melihat dan menikmati kemuliaan ini.

Itulah cara pertama yang Yesus upayakan untuk menstabilkan sukacita mereka pada saat-saat terakhir sebelum kematian-Nya. Meskipun akan ada masa di mana mereka berpisah untuk waktu yang lama, Dia akan tetap bersama mereka dengan cara yang lebih baik dibanding jika masa hidup-Nya di bumi diperpanjang tanpa batas waktu.

Kesedihan Nyata untuk Waktu yang Singkat

Cara kedua Yesus menstabilkan sukacita mereka juga luar biasa. Murid-murid-Nya tidak salah dengar ketika Dia berkata, “Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi” (Yoh. 16:10). Mereka tahu kepergian-Nya untuk waktu yang lama, mungkin seumur hidup mereka.

Tetapi tiba-tiba Yesus mengucapkan kata-kata yang tidak terduga ini: “Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku” (Yoh. 16:16). Sekarang mereka bingung. Dia baru saja berkata, “Aku pergi kepada Bapa.” Dia mengatakan bahwa sebagai gantinya Dia akan mengirimkan Roh kebenaran. Apa yang dikatakan-Nya bertolak belakang. Jadi mereka mulai bertanya, “Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu apa maksud-Nya” (Yoh. 16:18).

Setiap kali Yesus mencoba menjelaskan kepada para murid bahwa jalan-Nya menuju Bapa adalah

melalui penyaliban yang mengerikan, mereka menentang atau bingung. “Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya” (Mrk. 9:32). Tetapi inilah yang akan dibahas-Nya sekarang. Mereka belum memahami seberapa besar ancaman terhadap kegembiraan mereka dalam tiga hari ke depan. Jika kegembiraan mereka ingin stabil dan langgeng, Dia harus mempersiapkan mereka untuk ini.

Dia melakukannya dengan memperingatkan mereka bahwa kesedihan akan datang. Dia tidak mencoba menstabilkan sukacita mereka dengan memberi tahu bahwa hidup mereka akan tanpa kesedihan. Sebaliknya, kesedihan akan menjadi intens. Dan itu akan segera datang - “tinggal sesaat saja”. Jadi Dia berkata, “Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi.” Inilah sumber kesedihan mereka. Apa yang tidak dikatakanNya secara langsung adalah: “Kamu tidak akan melihat-Ku karena Aku akan mati.” Tetapi itulah yang dimaksudkan-Nya. Dia menyebut kata-kata tidak langsung-Nya sebagai “kiasan” (Yoh. 16:25).

Cara Dia membuat realisme kesedihan menjadi stabilitas kegembiraan mereka, pertama-tama dengan mengatakan bahwa kesedihan mereka akan singkat (“...Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi”), dan kemudian dengan membandingkan kesedihan mereka dengan tiga hal: (1) sukacita dunia, (2) sukacita masa depan mereka, dan (3) sukacita seorang ibu setelah melahirkan.

1. Kesedihan Nyata Dibandingkan dengan Sukacita Abadi

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira (Yoh. 16:20).

Mengapa Yesus mengatakan ini pada jam-jam terakhir kesedihan mereka? Karena hal-hal sulit

“Memiliki Roh Kristus bekerja di dalam kita adalah keajaiban yang jauh lebih besar daripada apa yang diketahui oleh para murid sepanjang hidup mereka.”

cenderung tidak akan mengguncang dunia Anda jika Anda tahu itu akan datang. Inilah cara Yesus mengatakan: Dunia akan menaburkan garam ke dalam luka kesedihanmu karena kematian-Ku. Dalam isak tangismu, engkau akan mendengar suara-suara mengejek, “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah” (Luk. 23:35).

ARTIKEL TEOLOGI 37

Para murid perlu mengetahui hal ini. Itu adalah bagian dari rancangan Allah untuk pembebasan mereka. Apa yang dilakukan Herodes terhadap Yesus dengan memakaikan jubah dan mengolok-ngolokNya adalah bagian dari rencana kekal Allah (Kis. 4:27-28). Kegembiraan dunia atas kematian Yesus tidak membuat Ia lengah. Dia tahu kesengsaraan kematian-Nya akan diperparah dengan ejekan tanpa ampun. “Dunia akan bersukacita.”

Para murid perlu mengetahui hal ini. Mengetahui hal itu tidak membuat kesedihan mereka berkurang. Namun, itu membuat mereka tidak larut dalam kesedihan. Sekarang mereka tahu bahwa bahkan ejekan para pembunuh adalah bagian dari rencana Allah. Sebab Yesus berkata kepada mereka: Meskipun pasti akan terjadi, kejadiannya akan singkat.

Bersambung… …

John Piper (@JohnPiper) adalah pendiri dan pengajar dari desiringGod.org dan rektor dari Bethlehem College & Seminary. Selama 33 tahun, ia melayani sebagai gembala di Bethlehem Baptist Church, Minneapolis, Minnesota. Ia adalah penulis lebih dari 50 buku, termasuk Desiring God: Meditations of a Christian Hedonist dan yang terbaru adalah Come, Lord Jesus.

*Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara LLB dengan Desiring God Ministries

Editor: Trisanti Karolina Napitu

Kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. (Yoh. 16:20).

Ini adalah interpretasi Yesus atas perkataan yang mereka anggap sangat membingungkan: “Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku” (Yoh. 16:16). Dalam beberapa jam, Dia akan mati dan dikuburkan. Mereka tidak akan melihat-Nya lagi, dan mereka akan bersedih. Sangat sedih. Kemudian dalam tiga hari, mereka akan melihat-Nya. “Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi.” Namun, “dukacitamu akan berubah menjadi sukacita” (Yoh. 16:20).

Di sisi lain kematian-Ku, katanya, adalah kebangkitan-Ku. Di sisi lain kesedihanmu adalah sukacitamu. Ketika kalian melihat kengerian besok pagi, jangan lupa bahwa Aku telah memberitahumu

akan hal ini. Biarlah kasihmu pada-Ku menghancurkan hatimu dengan kesedihan. Tetapi jangan biarkan ketidaktahuanmu menghancurkan harapanmu.

Kegembiraan dunia akan tiba-tiba berubah. Apa yang membuat dunia bahagia dan engkau sedih tidak akan ada lagi. Aku akan hidup. Mereka akan gagal. Engkaulah, bukan mereka, yang akan bersukacita sekarang. Kesedihan harus terjadi, sama seperti kematian-Ku harus terjadi. Tetapi engkau tidak akan lagi berada dalam kesedihan sama seperti Aku tidak akan tetap di dalam kubur.

2. Sukacita Masa Depan Mereka
ARTIKEL TEOLOGI 38
Rasa sakit Yesus di kayu salib tidak hanya mendahului sukacita baru. Rasa sakit itulah yang menghasilkannya.

Alternatif Bacaan Generasi Muda

“Komik? Emang masih ada yang minat? “

berbeda.

Manfaat baca komik berikutnya adalah jalan cerita di komik dapat membuat saraf otak bekerja lebih baik. Berns Gregory bersama tim yang meneliti hal ini tahun 2013 silam menjelaskan bahwa membaca sebuah cerita secara berkesinambungan dapat berimbas positif pada saraf-saraf otak. Membaca sebuah cerita yang sistematis dapat melatih otak bisa berpikir secara sistematis dan berurutan. Nah komik ini adalah buku yang berisi cerita yang tersusun rapi dengan sebuah storyboard terstruktur disertai dukungan visual. Cocok dengan hasil penelitian itu.

Manfaat selanjutnya, banyak hal yang didapat dari cerita-cerita yang dihadirkan komik. Atau pelajaran yang ada di komik tersebut. Misalkan komik Tintin karangan Herge, bercerita soal keberanian. Soal kepedulian yang disajikan dengan gambar dan warna serta kisah yang menarik.

Kalimat itulah yang muncul ketika diskusi bahwa Lembaga Literatur Baptis (LLB) akan mengeluarkan terbitan buku cerita berisi komik bernuansa Alkitab. Myerson yang ditugasi membuat karakter sudah berkutat menghasilkan tokoh-tokoh yang disesuaikan dengan cerita Alkitab.

Ide ceritanya berfokus pada tokoh bernama Ksatria Cahaya. Seorang anak muda yang terpilih dan menggunakan kekuatan cahaya demi mengalahkan Appolion Draconta. Tokoh Appolion ini ingin merusak Anthropina (manusia) agar terpisah dari Kaisar Cahaya Abbarion (Allah Bapa). Tujuannya sederhana dari terbitan komik ini, untuk pengabaran injil pada Generasi Z sebagai targetnya.

“Kami berharap dengan terbitnya komik ini, banyak generasi muda dapat menikmati dan hasilnya mereka mendapat pesan yang sangat baik tentang penyertaan dan perlindungan Tuhan dalam hidup mereka,” kata Myerson pada redaksi SB.

Apa saja manfaat baca komik? Berikut ini beberapa penjelasannya.

Membaca komik menurut jurnal karya Dale Jacobs (2007) dari University of Windsor English, harus memproses beberapa elemen secara bersamaan yang dinamakan teknik multiple modalities. Elemen itu adalah gambar dan tulisan. Lalu ditambah elemen tata ruang serta layout. Jadi saat seseorang membaca komik maka ia mengolah ketiga elemen itu dengan cepat untuk dapat menginterpretasi dan menafsirkan sesuatu.

Jadi jika dibanding dengan aktivitas lain, semisal main video game, nonton televisi atau lainnya, ternyata baca komik melibatkan pengolahan data yang jauh lebih kompleks. Otak saat membaca komik membutuhkan effort yang lebih banyak. Hal ini secara tak langsung melatih otak agar bisa memandang sebuah hal dengan cara berpikir yang

Komik Produksi LLB

Mengamati kenyataan bahwa komik masih sangat digandrungi oleh Gen Z dan beban untuk menjangkau mereka maka pada awal Agustus yang lalu LLB mulai menjajaki kemungkinan untuk menghasilkan sebuah komik rohani yang dapat dikonsumsi oleh generasi muda ini.

Adalah Danet Arya Patria, ayah empat orang anak, yang disela-sela kesibukannya sebagai dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pelita Harapan menawarkan ide ini kepada Direktur LLB, Ronny Serworwora. Danet datang dengan sebuah konsep lengkap tentang Kesatria Cahaya, figur utama dalam komik ini yang berhadapan dengan Apollion, anggota Celestino yang memberontak terhadap Abbarion, penguasa semesta yang memerintah dengan adil dan bijaksana.

Gayung bersambut ketika Myerson, seorang komikus muda yang aktif di webtoon, menyatakan bersedia untuk menjadi character designer dari komik yang ditargetkan akan mampu mengkomunikasikan kebenaran Firman Tuhan kepada pecinta komik yang belum bergereja.

Satu per satu pegiat komik Kristen pun mulai bergabung. Di antaranya Hans Lazuardi yang bertugas menulis Story Board. Tim ini kemudian diperkuat oleh Aries Setya Nugraha, dosen Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM) yang juga seorang kartunis. Beberapa nama alumni Sekolah Tinggi Desain Indonesia (STDI), seperti Septianus Cahyadi dan Yusuf pun memperkuat kualitas desain dari proyek komik setebal 48 halaman yang ditargetkan akan diluncurkan tepat bersamaan dengan penyelenggaraan Indonesian Baptist Youth Conference di akhir bulan Juni mendatang.

Penulis: Phil Artha

Komik LLB
Komik LLB 39
ARTIKEL 40

Kesetaraan gender, emansipasi, kebebasan berdaulat atas diri sendiri, dan berbagai isu sejenis sehubungan wanita, belakangan ini sering dikumandangkan. Entah itu di media massa, gerakan mahasiswa, program organisasi, edukasi, pendidikan sekolah, hingga media sosial. Apalagi tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional dan 21 April sebagai Hari Kartini.

Memang tidak dapat dipungkiri, pergerakan Raden Ajeng Kartini sebagai feminis pertama di Indonesia pada masa lalu membuat masyarakat kita semakin melek dengan isu dunia wanita. Kebaikan dari perubahan tersebut, dapat kita rasakan hingga pada saat ini, yaitu wanita berhak untuk mendapatkan pendidikan, mendapatkan pekerjaan, dan melakukan banyak hal layaknya kaum pria. Hal ini tentu sangat berbeda dibandingkan periodeperiode sebelumnya, pergerakan wanita hanya di belakang layar. Orang Jawa dulu menyebutnya dengan istilah 3M, yaitu masak, macak (berdandan dalam bahasa Jawa), dan manak (melahirkan dalam bahasa Jawa). Saya rasa, pandangan ini juga masih ada di sejumlah daerah di Tanah Air.

Namun makin ke sini, saya mengamati, isu gender semakin ramai dikumandangkan, bahkan oleh negara dan organisasi dunia, PBB. Sejumlah posisi di pemerintahan, organisasi, dan perusahaan perlahan mulai membuka peluang kaum wanita

untuk mendudukinya. Bahkan untuk posisi-posisi krusial yang biasanya diduduki oleh kaum Adam.

Di satu sisi, hal ini baik adanya. Pertama, wanita diakui sebagai makhluk hidup – secara spesifik manusia – yang setara dengan pria. Kedua, wanita memiliki peluang yang sama untuk menunjukkan potensinya, baik dalam dunia pendidikan maupun pekerjaan, yang tidak kalah dengan kaum Adam.

Namun hati-hati, isu kesetaraan gender yang terlalu sering dibahas, terutama pada momenmomen khusus, bisa membuat wanita mulai besar kepala, jika disalahartikan. Hal ini juga didukung dengan adanya gerakan feminisme yang semakin kuat dan mengakar di kalangan perempuan, serta penggunaan istilah alpha female dan alpha woman yang semakin santer sampai ke tingkat anak muda dengan istilah alpha girl.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gerakan feminisme adalah gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki. Sedangkan alpha woman atau alpha female, mengutip Kompas.com, biasanya digunakan untuk menyebut perempuan yang mandiri, berjiwa pemimpin, percaya diri, penuh ambisi, dan dihormati orang-orang di sekitarnya.

Secara pribadi, saya menilai karakter yang ada pada alpha woman atau alpha female itu baik

ARTIKEL 41

adanya. Jujur saja, siapa yang tidak suka dan bangga ketika menjadi sosok manusia yang mandiri, berjiwa pemimpin, percaya diri, penuh ambisi, dan dihormati orang-orang di sekitarnya? Siapa yang tidak ingin ketika memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi, mendapatkan pekerjaan dan posisi yang diinginkan, serta mempunyai pendapatan yang bagus?

Jika kita sebagai wanita pernah mendapatkan kesempatan untuk bertumbuh di keluarga yang berkecukupan, belajar di sekolah yang bagus, bekerja di perusahaan yang berkelas, dan berinvestasi dengan pendapatan yang kita peroleh, bersyukurlah kepada Tuhan Sang Pencipta. Pasalnya, tidak semua wanita memiliki kesempatan yang sama dengan kita. Namun ingat, jangan sampai hal tersebut membuat kita menjadi sombong, apalagi terhadap pria. Terlebih lagi pasangan kita. Salah seorang mentor pernah berkata kepada saya, bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Secangkir kopi tanpa gula, tentu pahit rasanya. Pun ketika secangkir kopi kebanyakan gula, menjadi enek saat diminum. Begitu juga dengan kesetaraan dan kekuatan yang diinginkan perempuan di dalam hatinya.

Tentu kita pernah mendengar pepatah, bahwa di balik suami yang sukses, ada perempuan hebat di belakangnya. Sebelum meraih kesuksesan, tentu ada curah tangis dan tetesan darah yang mengiringi setiap prosesnya. Di sinilah peran wanita diperlukan, yaitu menolong dan menguatkan. Sebagai orang yang menguatkan, tentu saja seseorang harus lebih kuat daripada orang yang dikuatkan. Namun ketika sedikit saja ada kesombongan dalam hati wanita, hati-hati, di sinilah awal dari kejatuhan. Entah itu dari segi asmara, karier, pendidikan, bahkan semuanya. Tentu kita sudah sering mendengarkan cerita maupun pengalaman orang lain, bahwa kejatuhan itu dimulai dari kesombongan.

Kitab-kitab Suci pun membahas perihal hubungan antara pria dan wanita, yang secara khusus terikat dalam pernikahan sebagai suami dan istri. Saya mengutip Kitab Efesus 5:22-24 yang berbunyi demikian, “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami dalam segala sesuatu.”

Membaca kutipan ayat tersebut adalah hal yang mudah. Siapapun dapat melakukan. Namun tak dapat dipungkiri, untuk mempraktikkannya, menjadi tantangan tersendiri. Bagi alpha woman atau alpha female, tentu ini menjadi pergolakan tersendiri di dalam batinnya, apalagi jika pasangannya memiliki karakter yang kurang baik dan bertolak belakang dengan dirinya. Mau taat yang bagaimana, wong dia

saja blablabla, mungkin begitu protesnya. Namun, ini perintah Tuhan lho! Bagaimana pun karakter, sifat, dan sikap suami, harus diterima dan dihormati sebagai seorang pemimpin rumah tangga.

Di sini, Tuhan pun adil. Tidak hanya wanita yang diminta untuk taat kepada pasangannya, pria juga memiliki tanggung jawab yang besar kepada istrinya. Kitab Efesus 5:25 menuliskan, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” Lalu pada ayat 28 dikatakan, “Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.”

Dari sudut pandang pria, mengasihi istri sebagai wanita yang semula hanya orang asing yang diperlakukan biasa saja menjadi harus dikasihi seperti diri sendiri, itu pun tidak mudah. Apalagi ketika ada karakter dan kondisi istri yang tidak sesuai keinginannya. Misal, tidak bisa memasak, jorok, suka menaruh handuk sembarangan, suka memencet kemasan pasta gigi dari bagian tengah, warna kulit gelap, gemuk, dan sebagainya. Bagaimana bisa mengasihi wanita yang kurang sesuai dengan keinginan, mungkin begitu protesnya. Namun kembali lagi, ini perintah Tuhan lho!

Di era yang terbuka dengan wanita-wanita hebat seperti saat ini, tentu menjadi kesempatan yang luar biasa bagi kita sebagai kaum Hawa. Kita bisa menunjukkan talenta dan eksistensi dalam berbagai bidang. Namun, ingat, semua ini kita lakukan sebatas di dunia pendidikan, pekerjaan, usaha, organisasi, dan luar rumah. Saat pulang ke rumah, ingat kembali posisi kita sebagai wanita. Firman Tuhan mengajarkan kita menjadi seorang istri yang lemah lembut, penyayang, dan penolong bagi suami dan anak-anaknya, sebagai ketundukan kita kepada Allah. Niscaya, apapun yang kita lakukan menjadi berkat dan sukacita bagi orang-orang yang kita kasihi.

Penulis adalah Penulis adalah praktisi sekaligus pengajar hipnoterapi di @serenityhipnoterapi.id sejak 2018, sekaligus pengajar BNSP dalam bidang public speaking

Editor: Phil Artha

ARTIKEL 42

ANAK MUDA PERLU DILIBATKAN APBF

Asia Pacific Baptist Federation (APBF) Mission dan Asia Pacific Baptist Youth (APBY), bekerja sama dengan Baptist World Alliance (BWA) HORIZONS, mengadakan pelatihan pemuridan dan pelayanan kaum muda untuk memfasilitasi semangat anak muda dalam memuridkan dan menjadi saksi Kristus dalam lingkungannya. Mengangkat tema MD2 (Making & Multiplying Disciples), khusus bagi pengurus kaum muda yang diadakan di Chiang Mai, Phucome Hotel, Chiang Mai, Thailand pada 8-11 Februari 2023.

“Setiap peserta menerapkan MD2 di gereja masing-masing, di mana program satu-satunya untuk pemuda remaja adalah pemuridan. Setiap orang menjadi murid dan memuridkan, setiap orang aktif dalam making and multiplying disciple,” tutur direktur misi APBF, Pdt. Ardi Wiriadinata.

Sekadar tahu, Asia Pasifik adalah wilayah yang sangat luas yang ditinggali oleh lebih dari empat miliar orang dari latar belakang budaya, kepercayaan, dan bahasa yang berbeda. Di tengah perbedaan yang unik ini, sebagian besar orang yang tinggal di Asia Pasifik belum percaya dan bahkan belum pernah mendengar tentang kasih Kristus dan karya keselamatan-Nya. Hal ini menunjukkan urgensi dari terlaksananya Amanat Agung Yesus Kristus serta perintah yang terutama dalam kehidupan orang-orang percaya di Asia Pasifik. Karena itu untuk melaksanakan Amanat Agung ini, kita dapat melaksanakan melalui pemuridan. Pemuridan bukanlah sekadar kegiatan pembelajaran Alkitab, tetapi lebih daripada itu, pemuridan adalah sarana berbagi hidup dan bertumbuh bersama dalam meneladani Kristus, menjadi serupa dengan Kristus, dan menjadi teladan bagi lingkungan sekitar.

APBF percaya bahwa mengabarkan Injil, menjangkau, dan membawa dampak bagi masyarakat luas bukan hanya tugas dari para hamba Tuhan sepenuh waktu, tetapi juga seluruh

jemaat dari berbagai latar belakang usia, termasuk anak muda. Anak muda merupakan generasi yang penuh semangat, kreatif, dan dapat menggunakan berbagai media yang ada untuk menjangkau dan memberi dampak pada masyarakat yang berada di sekelilingnya maupun masyarakat yang lebih luas, baik secara langsung maupun virtual.

Konferensi diikuti 59 peserta termasuk pendeta, ketua pelayanan kaum muda, dan pelayan anak muda dari delapan negara yang berbeda, seperti Indonesia, Korea Selatan, India, Nepal, Filipina, Jepang, Thailand, dan Kamboja. Perbedaan bahasa dan budaya serta jauhnya jarak yang harus ditempuh tidak mengurungkan semangat dari pekerja pelayanan kaum muda di Asia Pasifik untuk bersekutu, menyatukan visi, dan bersatu dalam memulai pelayanan pemuridan mereka.

“Mengikuti konferensi ini merupakan waktu yang sangat indah dalam Tuhan. Awalnya saya sedikit takut akan kendala bahasa yang mungkin dihadapi, namun hal tersebut ternyata tidak terjadi. Walaupun bahasa kami masing-masing berbeda, namun saya sangat bersukacita dan bersyukur saat kami semua memuji Tuhan bersama. Saya juga disadarkan kembali sebagai murid Kristus untuk menjadi garam dan terang serta memperkenalkan Kristus kepada orang lain,” Ungkap Ha El Seok salah satu peserta dari Korea Selatan.

Berbagai macam kegiatan menarik yang diikuti oleh peserta baik seminar maupun acara lainnya yang menantang para peserta, diantaranya:

1. Whole Life Discipleship (Pemuridan dilakukan dalam seluruh aspek kehidupan seseorang) yang disampaikan Mr. Roshan Mendis Director of APBAid.

2. Who is the Disciple and Growth of the Disciple (Semua orang percaya adalah murid

LIPUTAN
43

Kristus. Pemuridan bukan sekedar kegiatan pembelajaran alkitab, tetapi merupakan sarana mengasihi dan transformasi) disampaikan Ireina Ruth, APBY Execom.

3. Role of the Discipler and Leadership (Seorang disciple maker adalah seseorang yang menunjukkan jalan kepada Kristus pada orang lain) disampaikan oleh Jacob V. Khiangte, Vice President of APBY.

4. Church Role in Discipleship (Gereja perlu melibatkan anak muda dalam pemuridan dan pelayanan sehingga anak muda dapat belajar untuk menjadi serupa Kristus melalui jemaat lintas generasi) disampaikan oleh Rev. Steve Dixon, President of APBY.

5. Discipleship in Worship (Pemuridan merupakan suatu sarana kita untuk terus memuliakan Tuhan dan mengagumi Tuhan hari demi hari) disampaikan oleh Rev. Vee Tetseo, APBF General Secretary.

6. Evangelism Among the Youth (Penginjilan anak muda merupakan kegiatan intensional, dimana kita perlu pergi ke tempat di mana mereka berada (secara langsung maupun virtual), menyampaikan Injil melalui kehidupan kita, dan memenuhi kebutuhan mereka) disampaikan oleh Rev. Ardi Y. Wiriadinata, Director of APBF Mission.

7. Purpose of Youth Ministry (Setiap persekutuan kaum muda perlu memiliki tujuan jelas dan sejalan dengan visi gereja) disampaikan oleh Rev. Steve Dixon, President of APBY.

8. Product of Youth Ministry (Hasil dari pelayanan anak muda adalah kedewasaan rohani. Kedewasaan rohani terjadi jika ada seseorang yang secara sengaja membimbing mereka untuk berakar dalam Kristus, mencari solusi dari halangan untuk bertumbuh, dan menumbuhkan hati yang penuh dengan belas kasihan) disampaikan oleh Rev. Ai Nohara Tetseo, Senior Pastor of Elon 318 Church, Okinawa.

9. Program of Youth Ministry (Program pelayanan kaum muda perlu memiliki tujuan yang jelas, berfokus pada Kristus dan bukan hal lain, serta mengakomodasi kebutuhan anak-anak muda untuk bertumbuh secara rohani) disampaikan oleh Rev. Dr. Jeff Carter, Director of Horizons Leadership Training.

10. People of Youth Ministry (Pelayan kaum muda perlu mendefinisikan karakteristik kelompok masyarakat yang mau mereka jangkau dan menjangkau sesuai dengan karakter dan budaya anak muda) disampaikan oleh Rev. Ardi Y. Wiriadinata serta Multiplying Disciple with HORIZONS yang dibawakan oleh Rev. Dr. Jeff Carter, Rev. Steve Dixon.

Para peserta juga mendapatkan banyak kesempatan yang berharga dalam membangun relasi, belajar mengenai pekerjaan misi holistik di Thailand, merasakan ibadah gereja lokal, dan tantangan untuk melakukan pemuridan secara nyata dengan kaum muda di gereja dan negara masingmasing. Seperti yang disampaikan Tirza Nahamani dan Emily Christy yang merupakan peserta dari Indonesia.

“Kami belajar banyak dari konferensi ini. Semua orang Kristen dan anak muda adalah murid Kristus, gereja adalah keluarga yang berarti anak muda perlu belajar dari jemaat yang lebih dewasa tentang melayani dan pemuridan, jika kita tidak dapat membawa orang untuk datang ke gereja maka kita perlu membawa Kristus langsung pada mereka.”

Selain itu, Ps. Elonthung Ovung dari Nagaland, India, juga merasa diberkati melalui konferensi ini. “Konferensi ini adalah pengalaman yang memperkaya saya dalam mempelajari, mengobservasi, dan mengaplikasikan Amanat Agung Kristus untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid dalam berbagai konteks di Asia Pasifik. Bertemu dengan teman baru dari berbagai negara dan mendengarkan kesaksian mereka memberikan saya wawasan yang lebih luas dan menantang saya dalam melakukan pelayanan dalam konteks saya.”

Karena itu, baik APBF maupun APBY memiliki kerinduan agar semua orang percaya di Asia Pasifik saling menguatkan dan membangun agar semua orang dapat terus bertumbuh, memuridkan, menjangkau, dan berdampak bagi komunitas mereka hingga ke ujung bumi. We are stronger together! Tuhan Yesus memberkati!

Untuk mengenal APBF lebih dalam dan mendapatkan informasi seputar kegiatan APBF, silahkan mengunjungi laman www.apbf.org.

*)Ireina Ruth S. adalah Executive Committee Asia Pacific Baptist Youth, tinggal di Bandung, Jawa Barat Editor: Juniati

LIPUTAN
44
Dokumentasi peserta Indonesia

LAPORAN KEUANGAN

SUARA BAPTIS Periode: Januari - Februari 2023

Informasi Rekening :

Bank Mandiri- KCP Bandung Cibeunying

No. Rekening 131-05-8000181-8 | atas nama Lembaga Literatur Baptis

Harap bukti transfer dikirimkan melalui Holtine LLB - 081212125116

Terimakasih, Tuhan Yesus memberkati

46

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.