angunan megah nan luas itu berdiri di lahan Kecamatan N g u t e r, K a b u p a t e n Sukoharjo. Ialah Perseroan Terbatas Rayon Utama Makmur (PT RUM), pabrik serat rayon yang didirikan sejak beberapa tahun terakhir, tentu dalam pengoperasiannya pabrik tersebut meninggalkan limbah. Limbah itu menimbulkan bau yang menusuk indra penciuman masyarakat sekitar, khususnya yakni di Desa Plesan, Pengkol, Gupit, dan Celep. “Seperti bau tinja, kopi, pokoknya berubah-ubah. Tapi khasnya kita tahu,” cerita salah satu warga dari Desa Pengkol yang kerap dipanggil Tomo. Pernyataan Tomo juga dibenarkan oleh Slamet (bukan nama sebenarnya), salah satu warga sekitar. Bahkan Slamet mengatakan bahwa bau-bau tersebut membuat masyarakat menjadi mual, muntah, sampai gangguan saluran pernapasan. Panji Akbar, seorang aktivis yang tergabung dalam aliansi Sukoharjo Melawan Racun mengatakan, “Saya coba membuktikan (ke lokasi), ternyata baunya sangat menyengat. Limbahnya seperti itu dekat dengan rumah warga.”
22
Kenyataan tersebut tidak sesuai dengan jaminan negara mengenai hak atas hidup di lingkungan yang bersih dan sehat. Terpatri dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pe n g e l o l a a n L i n g k u n g a n H i d u p (UUPPLH) serta Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM). PT RUM juga wajib menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) apabila ditilik kriterianya dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan wajib menyusun AMDAL sebagai syarat untuk mendapatkan izin lingkungan. Kepala Bidang Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo, Agus Suprapto, S.T., M.M., M.Si. menuturkan bahwa izin lingkungan ini sangat penting, karena izin yang lain bisa didapatkan apabila izin lingkungan sudah ada. Untuk mendapatkan izin lingkungan ini sendiri, AMDAL harus melalui Komisi Penilai AMDAL (KPA) yang selanjutnya dapat ditentukan apakah PT RUM ini memenuhi kriteria kelayakan lingkungan atau tidak.