Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran (1) Peserta didik merencanakan cara mencoba gagasannya; (2) Peserta didik merencanakan untuk melakukan verifikasi, mengembangkan, mengkonfrmasi atau membuang gagasannya; (3) Peserta didik melakukan kegiatan dengan menggunakan alat, melakukan observasi, mengevaluasi, dan mencatat informasi; (4) Peserta didik menyaring informasi; (5) Peserta didik mengkaji secara detail, mengikuti urutan kegiatan, memahami adanya
3.
STEM Pendekatan Mata Pelajaran yang dilakukan oleh P4TK merupakan pendekatan yang
terintegrasi sehingga diharapkan dapat menyasar guru mata pelajaran berdasarkan tingkatan satuan pendidikan. Pendekatan ini lazim dikenal sebagai pendekatan STEM. Pendidikan STEM awalnya bernama Sains, Matematika, Enjinering, dan Teknologi (SMET) (Sanders, 2009). Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh National Science Foundation (NSF) Amerika. Tujuan pendidikan STEM yaitu untuk memberikan kepada siswa keterampilan berpikir kritis yang akan membuat mereka menjadi pemecah masalah kreatif dan akhirnya lebih berharga dalam tenaga kerja. Hal ini dirasakan bahwa setiap siswa yang berpartisipasi dalam pendidikan STEM, khususnya siswa SMA akan memiliki keuntungan jika mereka memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan dan akan memiliki keuntungan yang lebih besar jika mereka mengikuti kuliah, terutama dalam Bidang STEM (White, 2014). Pendidikan STEM merupakan”meta-disiplin” dari sains, teknologi, enjinering, dan matematika, yang berarti “penciptaan disiplin baru berdasarkan integrasi pengetahuan disiplin lain menjadi suatu kesatuan yang baru bukan potongan-potongan. Morrison, 2008 dan Tsupros 2008 menyatakan bahwa STEM merupakan pendekatan interdisipliner untuk belajar dengan mengintegrasikan empat disiplin ke dalam satu paradigma mengajar dan belajar yang kohesif. Integrasi ini ditujukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang ada diantara empat disiplin yang sekarang disebut sebagai STEM (Morrison, 2008). Menurut Tsupros (2008), pendidikan STEM adalah pendekatan interdisipliner untuk belajar di mana konsep akademik yang ketat digabungkan dengan pelajaran dunia nyata sehingga siswa dapat menerapkan sains, teknologi, enjinering, dan matematika dalam konteks yang membuat hubungan antara sekolah, komunitas, pekerjaan, dan perusahaan global memungkinkan pengembangan literasi STEM dan dengan itu akan muncul kemampuan untuk bersaing dalam ekonomi baru (Tsupros, 2009). ”Menurut Brown, Brown, Reardon & Merrill (2011), pendidikan STEM telah didefinisikan sebagai” suatu standar berbasis meta-disiplin yang berada di tingkat sekolah tempat semua guru, terutama guru sains, teknologi, enjinering, dan matematika (STEM), mengajarkan 138