biasa tanpa memerhatikan nilai- nilai kebutuhan pendidikan bagi peserta didik. Selain itu guru juga belum mampu menjalankan tugas utamanya dalam mengajar dan berinovasi dalam kegiatan pembelajaran, serta sebagian guru belum dapat menerapkan strategi dan model pembelajaran yang kreatif, efektif, efisien, dan menarik terhadap pencapaian hasil belajar yang optimal seperti tujuan pendidikan pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Guru dituntut memiliki kompetensi dasar sebagai seorang pendidik, kompetensi dasar inilah yang akan berperan pada keberhasilan guru sebagai pendidik. Pada bidang pendidikan guru harus memiliki kecakapan individu tertentu yang membutuhkan keahlian atau kompetensi di bidangnya. Sebagaimana tercantum pada Undang-Undang No.14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, pada bab 20 butir (b), sebagai profesi, guru bertanggung jawab menambah serta meningkatkan kemampuan akademik serta kompetensi sebagai pembelajaran berkelanjutan. Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan dengan beberapa program atau kegiatan untuk meningkatkan kompetensi guru baik itu kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial, dan profesionalisme. Dengan demikian, guru memiliki kemampuan dan kompetensi dalam kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi peserta didik. Program peningkatan komptensi dapat dilakukan melalui KKG/MGMP, Guru Pembelajar, Bimtek, Pelatihan dan Diklat Berjenjang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan kegiatan Evaluasi Program Peningkatan Kompetensi Guru dengan mendalami Pembinaan Profesionalisme Guru yang sudah dilakukan. Kegiatan evaluasi ini juga bertujuan untuk melihat ketercapaian program peningkatan kompetensi guru.
B. Dana Sosial Keagamaan Agama yang diakui di Indonesia, Islam, Kristen, Katolik, Buddha Hindu, dan Konghucu menempatkan kedermawanan sebagai salah satu ajaran penting dalam kemaslahatan umat. Terdapat kesenjangan yang mencolok antara teori dan fakta, seperti masih banyak orang miskin dan rentan yang belum mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat sekitar. Untuk mengukur kemiskinan, Biro Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Artinya kemiskinan itu diukur dari kemampuan ekonomi seperti pemenuhan kebutuhan dasar makanan, dan rata-rata pengeluaran perkapita yang masih dibawah garis kemiskinan. Faktor penyebab tingginya angka kemiskinan, di antaranya adalah lemahnya etos kerja dan berusaha, lemahnya solidaritas di kalangan masyarakat, dan kurang berfungsinya 7