MAJALAH DUTA RIMBA EDISI 90

Page 6

BENAHDIRI

Kembali Menang

S

etelah berpuasa satu bulan lamanya di Bulan Suci Ramadhan, umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri. Sebelum merayakan Idul Fitri, umat Islam terlebih dahulu menunaikan zakat fitrah. Semua itu merupakan salah satu perintah agama. Selanjutnya, umat Islam pun merayakan Idul Fitri sebagai hari kemenangan. Menang dari pertarungan mengendalikan hawa nafsu. Dan setelah menang dari upaya mengendalikan hawa nafsu selama satu bulan penuh, pada hakikatnya umat Islam akan kembali ke fitrah. Kembali suci dan bersih. Itulah makna Hari Raya Idul Fitri yang di tahun 2021 kita rayakan di bulan Mei. Insan-insan Perhutani yang saya cintai. Di Indonesia, kita mengenal Hari Raya Idul Fitri juga dengan sebutan Lebaran. Nama “Lebaran” itu berasal dari bahasa Jawa. Kata dasarnya adalah “lebar” yang artinya tuntas atau selesai. Jadi, maksudnya di hari “Lebaran” itu kita telah menuntaskan ibadah

4 DUTA Rimba

puasa Ramadhan dan di hari “Lebaran” itu kita merayakan kemenangan kita karena telah menuntaskan perjuangan melawan hawa nafsu selama puasa. Di bahasa Sunda, sebagian masyarakat menyebut hari itu “Boboran” atau “Boboran Shiyam” (Shiyam artinya adalah puasa). Maknanya sama, yaitu “tuntas sudah puasa”. Dan inilah hari kemenangan. Ada satu hal yang perlu diperhatikan. Bangsa Indonesia tidak hanya memaknai Idul Fitri atau Lebaran sebagai hari raya atau hari kemenangan saja. Tetapi umat Islam Indonesia juga memaknainya sebagai bentuk penguatan silaturrahim di antara keluarga, tetangga, dan masyarakat. Hal itu diwujudkan dengan saling memaafkan dari lubuk hati yang paling dalam. Tradisi maaf-memaafkan ini tidak lepas dari makna Idul Fitri itu sendiri. Kelapangan dada untuk meminta maaf dan memberi maaf untuk kemudian memulai hidup dari kebersihan hati dan jiwa. Tradisi saling berkunjung

Dok. Kom PHT®2020

dan

Wahyu Kuncoro Direktur Utama Perum Perhutani

dan bersilaturrahim ini tidak terdapat pada umat Islam di negara lain. Di negara lain, setelah menunaikan ibadah shalat Idul Fitri, mereka langsung beranjak ke rumah masing-masing dan hanya merayakannya dengan keluarga. Berbeda dengan di Indonesia yang masyarakatnya mampu menciptakan harmonisasi kehidupan untuk memaknai Idul Fitri sebagai hari kemenangan dan kembali suci bersama masyarakat banyak. Alasan kuatnya menyambung silaturrahim di momen Idul Fitri turut menciptakan tradisi mudik atau pulang kampung menjelang lebaran tiba. Berkumpul bersama keluarga, saudara, dan handai taulan di kampung kelahiran. Bahkan yang belum sempat pulang kampung menjelang lebaran karena tidak mendapatkan tiket mudik maupun masih harus bertugas di kota, mereka melakukannya pasca lebaran. Suasana seperti itu tahun ini dan tahun lalu sedikit berbeda. Masyarakat tidak mudik dan berkumpul bersama keluarga di kampung halaman karena kondisi

NO. 90 • TH. 15 • MEI - JUNI • 2021


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.